Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

FISIKA BAHAN
“SIFAT-SIFAT BAHAN MAGNETIK”

Oleh :
1. Yohana Putri P 02311740000034
2. Gopas Son Kalvin F.M. 02311740000076
3. Nadya Sari Nastiti 02311740000115
4. Alim Murtadlo 02311940005040
5. Daniel Rendy Novendra 02311640000085

Dosen Pembimbing :
Lizda Johar Mawarani, S.T., M.T.
NIP. 197408151997032001

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur selalu tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-Nya.
Sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah memberikan ilmu kepada kami, terima kasih juga kami
ucapkan kepada Dosen pengampu Mata Kuliah yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan Makalah Fisika bahan tentang sifat-sifat magnetik bahan. Harapan kami semoga
laporan ini dapat menambah pengetahuan maupun pengalaman bagi pembaca. Kedepannya,
pembaca dapat memperbaiki bentuk maupun menambah kekurangan dari Makalah ini sehingga
dapat menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi membuat makalah yang
lebih baik lagi.

Surabaya, 23 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................4
1.4 MANFAAT....................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Dasar-dasar Kemagnetan.............................................................................................................5
2.2 Domain dan Histerisis................................................................................................................15
2.3 Pengaruh Temperatur pada Magnetik.......................................................................................18
2.4 Bahan Magnet Lunak dan Keras.................................................................................................19
BAB III PENUTUP......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kita mesti mengenal magnet dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan magnet dalam
kehidupan pada era modern tidak bisa dipungkiri lagi. Sudah sejak lama studi dan penelitian
tentang magnet telah menghasilkan berbagai produk yang bermanfaat bagi umat manusia.
Produk-produk seperti motor listrik, generator listrik, satelit, sistim pemantau radar, central lock
pintu mobil, lampu, perangkat pengangkat dan penarik benda logam pada pesawat angkat,
hingga kereta api cepat adalah beberapa contoh penerapan magnet. Produk di bidang kesehatan
juga telah banyak dihasilkan yang memanfaatkan prinsip kemagnetan ini yaitu MRI (Magnetic
Resonance Imaging) dan gelang/kalung bio-magnet yang membanjiri Indonesia produksi China
maupun Jepang yang berupa magnet tetap yang diklaim bisa membantu melancarkan peredaran
darah dan memperbaiki syaraf yang terjepit.[ CITATION Wil11 \l 14345 ]
Penelitian tentang magnet untuk kebutuhan rumah tangga dan industri semakin hari
semakin berkembang pesat. Produk-produk tersebut buatan luar negeri dan banyak diimpor oleh
perguruan tinggi dan industri di Indonesia, meskipun tidak menutup kemungkinan ada juga
produk buatan Indonesia. Melihat pentingnya magnet dalam pembuatan alat-alat elektronik
menjadi penting untuk dipelajari bersama. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan kita bahas
hal-hal yang berkaitan dengan magnet.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Adapun rumusan masalah pada percobaan yang dilakukan adalah :
1. Apa dasar-dasar yang ada pada kemagnetan ?
2. Apa pengertian domain magnet dan hysterisis ?
3. Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kemagnetan ?
4. Apa saja bahan magnet lunak - keras ?

1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui dasar-dasar yang ada pada kemagnetan ?
2. Memahami domain magnet dan hysterisis ?
3. Memahami pengaruh temperatur terhadap kemagnetan ?
4. Mengetahui apa saja bahan magnet lunak - keras ?
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari percobaan yang dilakukan, sebagai berikut :
1. Memahami tentang sifat-sifat kemagnetan dari suatu bahan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar-dasar Kemagnetan


1. Pengertian Dasar
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu magnes atau magnetis lithos yang berarti
batu dari magnesia. Penemuan magnet ini telah diketahui di Yunani, India, dan Cina sekitar
2500 tahun yang lalu magnet berasal dari Lodestones yaitu berasal dari bijih besi. Magnet
secara alami diciptakan yang dapat menarik potongan besi lainnya. Sesuai dengan asal nama
magnet diberikan yaitu magnet berasal dari bahasa Yunani berarti "batu dari Magnesia",
bagian dari Yunani kuno dimana Lodestones ditemukan. Lodestones merupakan kompas
magnetik pertama. Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di
sekitarnya seperti besi, baja, dan kobalt. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet
elementer yang tersusun secara teratur. Magnet mempunyai bagian yang paling kuat daya
tariknya yaitu bagian kutub magnet, terdiri dari kutub utara (KU) dan kutub Selatan (KS).
Penelitian gejala kemagnetan pertama kali dilakukan oleh William Gilbert (1540-1603) pada
tahun 1600 dan dibahas dalam bukunya On the Magnet. Demikian pula oleh Emanuel
Swedenborg (1688-1722) dalam bukunya Principia Rerum Naturalium pada tahun 1734.
Disimpulkan bahwa bumi adalah sebuah magnet besar (magnus magnes ipse est globus
terrestris). Namun penelitan arah medan magnet bumi secara kualitatif telah dilakukan oleh
Henry Gellibrand seorang Profesor astronomi pada tanggal 16 Juni 1635 yang membuktikan
bahwa medan magnetik bumi selalu berubah sesuai dengan waktu. Selain itu, ada juga
penelitian yang menjelaskan tentang magnet, Weber mengemukakan teorinya yang disebut
dengan “Hipotesis Weber” yang isinya sebagai berikut :
1. Bahan magnetik terdiri atas atom-atom magnetik yang disebut magnet elementer. Setiap
magnet memiliki kutub utara dan kutub selatan. Ketka magnet dipotong, maka potongan-
potongan tersebut akan menjadi magnet baru yang juga mempunyai kutub utara dan
kutub selatan. Jika pemotongan terus dilakukan hingga sekecil-kecilnya, maka akan
terbentuk atom magnet. Atom magnet tersebut pun akan memiliki kutub utara dan kutub
selatan.
2. Pada bahan yang belum menjadi magnet, maka magnet elementernya belum tersusun
dengan teratur. Sehingga kutub utara sebuah magnet elementer terhubung dengan kutub
selatan pada magnet elementer yang lain. Dengan demikian, magnet-magnet elementer
pada bahan tersebut terangkai seperti lingkaran.
3. Pada bahan yang sudah menjadi magnet, magnet elementer sudah tersusun dalam barisan
yang teratur dengan pola lurus. Kutub utara bertemu dengan kutub selatan dengan
berurutan.
4. Magnet elementer besi mudah diarahkan sehingga besi lebih mudah dijadikan magnet.
Akan tetapi sifat kemagnetan besi mudah hilang. Sedangkan magnet elemeter baja sangat
sukar diarahkan, akan tetapi ketika sudah bisa diarahkan, sifat kemagnetannya akan
bertahan lama.

2. Landasan Fisis Kemagnetan

A. Medan Magnet
Untuk menghitung medan listrik di suatu tempat kita menggunakan Hukum Gauss
maupun Hukum Coulomb. Medan magnet berasal dari arus listrik atau bisa kita bilang
muatan listrik yang bergerak. Gaya yang ditimbulkan dari medan magnet disebut Gaya
Lorentz. Gaya ini dialami oleh suatu partikel bermuatan yang bergerak. Ingat bermuatan
dan bergerak, jadi kalau salah satunya tidak ada maka medan magnet tidak akan
memberikan gaya pada partikel tersebut. Gaya Lorentz ini dirumuskan dengan :
   
Florentz  q ( E  v x B ) (1.1)
Bagian pertama adalah gaya akibat medan listrik dan bagian kedua adalah gaya akibat
medan magnet. Dari sini kita dapat melihat bahwa gaya lorentz selalu tegak lurus arahnya
dengan medan magnet maupun arah gerak partikel. Karena itulah apabila suatu partikel
mengalami gaya lorentz maka partikel itu akan bergerak melingkar dimana gaya magnet itu
menjadi gaya sentripetalnya. Sifat ini digunakan di dalam akselerator partikel modern
untuk menentukan momentum dari partikel-partikel elementer berdasarkan radius lintasan
lingkaran yang dilaluinya. Apabila partikel juga memiliki komponen kecepatan yang
sejajar dengan medan magnet maka partikel akan begerak dalam bentuk helix. Salah satu
bentuk paling menarik adalah bentuk gerak partikel apabila dipengaruhi oleh medan
magnet dan medan listrik yang saling tegak lurus. Dalam keadaan ini partikel akan
bergerak seperti pantulan bola. Tepatnya lintasan yang dialami oleh sebuah titik di roda
dimana roda tersebut berputar menggelinding. Bentuk lintasan seperti ini disebut lintasan
sikloid. Salah satu hal yang paling menarik dari sifat medan magnet adalah bahwa medan
magnet tidak melakukan kerja. Karena gaya akibat medan magnet akan selalu tegak lurus
dari gerak partikel. Akibatnya gaya tersebut tidak akan melakukan kerja pada partikel
tersebut. Maksudnya adalah sesuatu hal (gaya) tidak mengubah energi potensial maupun
energi kinetik dari suatu partikel serta energi dalamnya (kalau partikel ini adalah sebuah
sistem termodinamika).

B. Hukum Biot-Savart dan Hukum Ampere


Seperti dijelaskan diatas, hukum Biot-savart dan Ampere digunakan untuk menghitung
besar medan magnet di suatu titik. Jadi kalau kita ingin menghitung kuat medan di suatu titik
pemahaman mutlak terhadap dua hukum ini sangat penting sekali. Hukum Biot-Savart ditulis
sebagai :

 o I  rˆ
B (P) 
4  r 2 dl (1.2)

Dimana, B adalah kuat medan di suatu titik P, sedangkan I adalah vektor yang
menunjukkan arah arus, harap diingat bahwa I (arus) adalah sebuah skalar, r adalah vektor
dari suatu titik arus (I) menuju titik P, pada akhirnya dl berarti kita mengintegralkan
persamaan ini sepanjang elemen arus (sepanjang kabel). Di atas ada simbol baru µ o, simbol
ini berarti permeabilitas dari ruang hampa. Nilai permeabilitas ini adalah :

N
µ o  4 * 10 -7
A2 (1.3)
Dengan; Satuan B sendiri adalah newton per ampere meter yang disingkat sebagai Tesla. 1
Tesla = 104 Gauss. Dari persamaan Biot-Savart dapat lihat kemiripan medan listrik dan
magnet dimana keduanya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.

C. Divergensi dan Curl dari Medan Magnet


Bentuk divergensi dan Curl dari medan magnet dapat dituliskan sebagai :

  B μ J (1.4)

  B 0 (1.5)

Dari nilai divergensi dan curl diatas dapat dengan jelas kita simpulkan bahwa :
curl : medan magnet selalu bersifat memutari suatu elemen rapat arus, dan divergensi : tidak
ada monopol magnet, pada dasarnya divergensi nol berarti tidak ada sumber maupun kolam
medan, kalau kedua ini tidak ada maka tentu saja tidak ada monopol magnet. Kalau di
kemudian hari ditemukan monopol magnet maka persamaan divergensi B tentu saja harus
diganti.
Hukum Ampere ditulis :

 B  dˆl  o I enc (1.6)
Pada tanda Integralnya ada bulatan hal ini maksudnya integral tertutup, artinya pada
bagian dl diatas, lintasan dl harus merupakan sebuah loop (kurva tertutup). I terdapat encnya
maksudnya enclosed, artinya I yang ada di dalam kurva tertutup tersebut. Ingat I harus ada di
dalam kurva tersebut, tidak boleh ada di dalam maupun di luar, harus jelas ada di dalam.
Hal ini mengakibatkan kalau kita membuat dl yang memotong I, maksudnya bertemu I di
suatu titik maka hal itu salah dan kita tidak dapat menggunakan hukum ini.

D. Bahan Magnetik
Pengamatan sehari-hari kita sering melihat ada benda yang mampu menarik benda lain.
Dalam kejadian sepert ini ada tiga jenis interaksi yang mungkin terjadi pada saat itu.
Pertama adalah interaksi gravitasi. Contoh interakasi ini adalah benda yang jatuh ke tanah.
Interaksi kedua adalah interaksi listrik. Interaksi ini dapat dilihat pada kejadian dimana
penggaris menarik potongan kertas kecil. Interaksi ketiga adalah interaksi magnet. Contoh
dari interaksi ini adalah besi yang dapat menarik besi lain. Dari ketiga interaksi diatas
mungkin hanya interaksi ketiga yang paling menarik perhatian orang banyak, hal ini
dikarenakan pada saat ini hanya interaksi magnet yang berguna pada kehidupan sehari-hari.
Dalam mengamati setiap gejala alam, ilmuwan selalu membedakan sesuatu dengan yang
lain menggunakan sifat-sifat yang kadangkala mudah dilihat, kadangkala juga sulit untuk
dibayangkan, khususnya yang mempelajari kemagnetan menggunakan karakter-karakter
seperti permeabilitas, suseptibilitas, hysteresis dll untuk membedakan benda magnet satu
dengan yang lain.

E. Permeabilitas dan Suseptibilitas Magnet


Sebelum mengetahui mengenai permeabilitas dan suseptibilitas anda sebaiknya tahu
perbedaan antara induksi magnet (B), medan magnet (H) dan magnetisasi. Medan magnet
(H) adalah pengaruh yang dihasilkan oleh suatu sumber medan magnet (arus listrik) di suatu
ruang. Jadi H dihitung dengan memperhatikan bentuk arus yang menyebabkannya (besar,
ukuran penghantar dsb). Sedangkan induksi magnet adalah pengaruh dari suatu ruang yang
menghasilkan suatu gaya terhadap sebuah sumber arus di ruang itu. Jadi B dihitung dengan
menghitung gaya yang dialami suatu sumber arus di suatu ruang. Singkat kata kita buat suatu
bentuk arus, arus ini akan menyebabkan medan magnet. Medan magnet ini di suatu
ruang/medium akan menyebabkan induksi magnet di suatu benda/medium di ruang itu. Bila
medium/benda tersebut memiliki arus listrik benda itu akan mengalami suatu gaya. Harap hal
ini (perbedaan H dan B) sangat diperhatikan, karena keduanya sering di salah interpretasikan.
Permeabilitas adalah perbandingan antara B dan H tersebut. Jadi anda akan mendapatkan
nilai permeabilitas memiliki dimensi (volt second)/(amp meter), satuan ini dikenal juga
sebagai (henry/m). Ruang hampa udara memiliki nilai permebilitas.
Hubungan keduanya:

B  o H (1.7)
Di atas kita membicarakan penyebab induksi magnet adalah medan, selain medan magnet
ada penyebab lain induksi magnet yaitu magnetisasi. Magnetisasi ini bisa dikatakan sebagai
medan magnet yang sudah dimiliki oleh bahan itu, jadi magnetisasi adalah medan magnet
yang berasal dari benda itu sendiri. Magnetisasi ini terjadi karena sebuah benda/medium
yang memiliki kemampuan untuk menjadi magnet ditaruh di suatu medan magnet luar.
Karena pengaruh luar, momen magnet benda itu (kumpulan atom-atomnya) melakukan suatu
peyejajaran, akibatnya saat medan magnet dihilangkan benda itu sudah memiliki sifat
kemagnetan sendiri. Perbandingan antara magnetisasi ini dan medan penyebabnya yaitu
medan magnet dinamakan suseptibilitas yang diberi simbol χ. Magnetisasi ini sering diberi
simbol M. Tentu saja udara hampa tidak memiliki magnetisasi karena dia tidak bisa
menyimpan sifat magnet.

MH (1.8)
Selain permebilitas dan suseptibilitas, juga dikenal permeabilitas relatif. Permeabilitas relatif
ini adalah perbandingan nilai permeabilitas di suatu medium dengan nilainya di ruang
hampa. Konsep ini diberi simbol μr. Nah, permeabilitas relatif dan suseptibilitas magnet
memiliki hubungan yaitu :

μ χ 1 (1.9)
hubungan di atas berlaku untuk semua benda dan medium.

F. Pembagian Benda-Benda Bermagnet


Unit dasar magnetisme adalah momen yang ditimbulkan oleh gerakan orbital dan spin
sebuah elektron dan bagaimana interaksi elektron tersebut dengan elektron-elektron lainnya.
Jika medan magnetik H diberikan pada suatu material, maka material tersebut akan
memberikan respon yang disebut dengan magnetisasi J. Hubungan kedua besaran tersebut
diberikan oleh
B
J=KH=K 0 (1.10)
dimana J adalah momen magnetik per satuan volum (A/m), H adalah kuat medan magnetik
(A/m), B adalah medan magnetik yang diukur dalam Tesla dan 0 adalah permeabilitas ruang
hampa (4x10-7H/m) dan K adalah konstanta pembanding yang dikenal dengan suseptibilitas.
Berdasarkan sifat material magnetiknya, material magnetik dapat dikelompokkan dalam tiga
kelompok utama :
 Diamagnetik : diagmagnetik adalah bahan yang mempunyai nilai suseptibilitas kecil dan
bernilai negatif. Karena nilainya negatif maka berarti magnetisasi yang dihasilkan oleh
bahan ini akan melawan arah dari medan luar. Akibatnya tentu saja bahan diamagnetik
ini akan selalu ditolak oleh magnet. Contoh dari diamagnetik adalah perak, emas, dan
bismut. Diamagnetik mempunyai grup khusus dimana χ=-1, grup khusus tersebut terdiri
dari bahan-bahan yang memiliki sifat-sifat superkonduktor.
 Paramagnetik : paramagnet adalah grup lain bahan magnet yang memiliki nilai
suseptibilitas kecil dan positif, biasanya bernilai dari 10-3 sampai 10-5. contoh dari
suseptibilitas ini adalah alumunium, mangan dan platinum.
 Ferromagnetik : bahan ini adalah jenis bahan yang paling umum dimiliki oleh bahan
magnet. Nilai suseptibilitasnya berkisar dari 50 sampai 10000. contoh material ini adalah
besi, kobalt, dan nikel.
Satu hal yang menarik mengenai bahan diamagnetik dan paramagnetik adalah mereka
hanya mengikuti sifat kesetaraan magnetisasi pada suhu rendah. Kata lainnya mereka
memiliki suseptibilitas tetap hanya pada temperatur rendah. Pada temperatur tinggi hubungan
suseptibilitas diatas sudah tidak berlaku lagi, suseptibilitasnya tidak konstan pada temperatur
tinggi. Selain tiga jenis diatas ada jenis bahan magnet lain yang kadangkala juga dibedakan,
tetapi lebih sering jenis ini dianggap sama saja dengan ferromagnet. Bahan-bahan tersebut
adalah ferrimagnet, antiferromagnet, helimagnet dan superparamagnet. Perbedaan mereka
terletak pada orientasi momen magnetnya. Setiap bahan magnet memiliki temperatur
maksimum dimana diatas temperatur tersebut setiap bahan magnet akan kehilangan sifat
kemagnetannya. Temperatur tersebut dinamakan temperatur Curie.

G. Magnetisasi
Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik terhadap medan magnet
luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan pada dasarnya berasal dari gerakan spin
dan gerakan orbital elektron mengelilingi intinya. Dari gerakan ini akan menghasilkan
momen magnetik spin dan momen magnetik orbital pada suatu elektron. Momen magnetik
total suatu atom merupakan resultan dari dua momen magnetik tersebut. Momen magnetik
atom pada bahan akan berpasangan satu sama lain, sejajar, berlawanan, atau tidak sejajar dan
tidak berlawanan. Suatu momen magnetik atomik dapat berorientasi acak jika tidak ada
interkasi antara satu dengan yang lain. (Wu, 2008).
Penggambaran momen magnetik spin dan momen magnetik orbital dapat ditunjukkan
pada Gambar (a) dan (b).
(a) (b)

Gambar (a) Momen magnetik spin dan (b) momen magnetik orbital
(Coey, 2009).

Pada model atom klasik klasik dengan satu elektron bermassa me dan bermuatan
– e yang berputar mengelilingi inti atom dengan periode τ pada luasan A, momen
magnetik orbital didefinisikan dengan mo, yang dinyatakan pada persamaan (2.1)
mo = A I (2.1)

Dengan menjabarkan A dan I didapatkan persamaan (2.2)

mtot = mo + ms
= −(µB l + 2 µB s)
= −(l + 2s) µB (2.2)

Jika dalam suatu atom memiliki lebih dari satu elektron, maka untuk menentukan
momen magnetik total mengikuti aturan Hund. Aturan ini mengidentifikasi state elektron
yang mungkin terisi dan dapat digunakan untuk menghitung momen orbital L, momen spin
S dan momen total J untuk suatu atom dari konfigurasi elektronnya dan kulit yang tidak
terisi. Aturan Hund dapat diterapkan pada elektron dalam kulit partikel untuk menjelaskan
keadaan dasar suatu atom. Tiga aturan berlaku untuk momen spin S, momen orbital L, dan
momen total J untuk masing-masing atom. Elektron mengisi keadaan yang tersedia dengan
mengikuti aturan berikut :
1. Total momen spin atomik maksimum yang diperbolehkan adalah S = Ʃ ms
diperoleh tanpa melanggar prinsip larangan Pauli.
2. Total momen orbital maksimum L = Ʃ ml .
3. Jika kulit atom terisi kurang dari setengah penuh maka momen total
J = |L – S| , jika terisi lebih dari setengah penuh J = |L + S|. Ketika kulit tepat
terisi setengah penuh L = 0 maka J = S .
Hal ini berarti bahwa elektron akan mengisi suatu kulit atom dengan semua spin sejajar.
Elektron tersebut juga akan mulai mengisi keadaan dengan momen orbital terbesar
kemudian diikuti momen orbital yang lebih kecil, begitu seterusnya

H. Induksi Magnet
Induksi Magnet adalah kuat medan magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir
dalam konduktor. Adanya kuat medan magnetik di sekitar konduktor berarus listrik
diselidiki pertama kali oleh Hans Christian (Denmark, 1774 – 1851). Jika jarum kompas
diletakkan sejajar dengan konduktor, maka konduktor itu akan dialiri arus listrik. Bila
arah arus dibalik, maka penyimpangannya juga berbalik. Selanjutnya, secara
teoritis laplace (1749 – 1827) menyatakan bahwa kuat medan magnet atau induksi
magnet di sekitar arus listrik dijelaskan dengan penjelasan di bawah sebagai berikut:
b. Berbanding lurus atau lajunya searah dengan arus listrik yang mengalir pada
medan magnet.
c. Berbanding lurus atau lajunya searah dengan panjang kawat penghantar
tersebut.
d. Berbanding terbalik dengan kuadrat arak suatu titik dari kawat penghantar
tersebut.
e. Arah induksi magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang dilalui arus
listrik.
Yang ketiga adalah Michael Faraday (1791-1867), seorang ilmuwan berkebangsaan
Inggris, membuat hipotesis (dugaan) bahwa medan magnet seharusnya dapat
menimbulkan arus listrik. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis Faraday.
Berdasarkan percobaan, ditunjukkan bahwa gerakan magnet di dalam kumparan
menyebabkan jarum galvanometer menyimpang. Jika kutub utara magnet digerakkan
mendekati kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan. Jika magnet diam
dalam kumparan, jarum galvanometer tidak menyimpang. Jika kutub utara magnet
digerakkan menjauhi kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kiri.
Penyimpangan jarum galvanometer tersebut menunjukkan bahwa pada kedua ujung
kumparan terdapat arus listrik. Berikut ini adalah induksi magnet dalam berbagai
keadaan :
1) Pada penghantar melingkar

a
I BX
O
Bo θX

R
S

Di pusat lingkaran (titik O)


Bo = induksi magnet di O (Tesla)
μo .
Bo= N. I N = jumlah lilitan
2.
μo = permeabilitas ruang hampa (4π.10-7 Wb/Am)
R
R = jari-jari penghantar (m)
Jumlah lilitan penghantar melingkar yang
θ
N = 360o
<360o (bukan lingkaran penuh):

Di sumbu pusat lingkaran (titik X)


R
BX = Bo. sin3θ sinθ = S

BX = induksi magnet di X (Tesla) Bo = induksi magnet di O (Tesla)


R = jari-jari penghantar (m)
S = jarak titik X ke keliling penghantar (m)

2) Pada solenoida
Solenoida adalah penghantar lingkaran dengan jumlah lilitan yang sangat banyak.
Pada pusat solenoida
μo.I.N
B =L N = jumlah lilitan
L = panjang lilitan (m)

Pada ujung-ujung solenoida


μo.I.N
B =2L
3) Pada toroida
Toroida adalah solenoida yang dibentuk melingkar.

I
Pada sumbu pusat toroida
μ o.
B =R
I.N= jari-jari toroida (m)
2π.R

4) Pada penghantar lurus tak berhingga

I μo.I
B = 2π.a
a
B X= induksi magnet di titik X (Wb/m2 atau Tesla)
Bμo = permeabilitas ruang hampa (4π.10-7 Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
a = jarak titik X ke penghantar (m)

5) Pada penghantar lurus berhingga

μo.I
B = 4π.a (cosθ1+cosθ2)
I θ
Lθ1

μo.I 2L
2
a

B =.
B

4π.a a√a2+L2
X

B = induksi magnet di titik X (Wb/m2 atau Tesla)


L = panjang penghantar (m)

2.2 Domain dan Histerisis


1) Domain wall
Momen magnetik di kedua sisi magnet memiliki orientasi yang berbeda. Hal ini
berhubungan dengan terbentuknya medan magnet yang seragam (uniform) (Chikazumi,
1997). Domain magnetik mewakili orientasi tertentu dari momen magnetik. Momen magnet
yang berorientasi sama bergabung dalam kelompok- kelompok domain.
Daerah batas antar momen magnet yang memiliki orientasi berbeda disebut dengan
domain wall. Magnetisasi spontan yang diberikan pada suatu bahan mengakibatkan domain
wall mengalami perubahan atau perpindahan disebut domain wall displacement.[ CITATION
Kip92 \l 14345 ]
Magnetisasi spontan dari masing- masing domain berkebalikan dengan domain yang
terpisah karena adanya energi domain walls. Energi domain walls bergantung pada kenaikan
atau penurunan dari lebar domain walls akibat penumbuhan domain.[ CITATION Dal90 \l
14345 ]
2) Kurva Histerisis
Karakteristik bahan ferromagnetik yang dipengaruhi oleh induksi magnetik, medan
magnet luar, dan magnetisasi ditunjukkan dalam bentuk kurva histerisis. Hubungan dari
ketiga besaran tersebut ditunjukkan dengan persamaan:

B = µo (H +M ) (2.5)
Dimana B adalah induksi magnet (Tesla), H adalah medan magnet luar (A/m), M adalah
magnetisasi (A/m), dan µo merupakan permeabilitas ruang hampa.
Ketika suatu bahan ferromagnetik dikenakan medan magnet luar H, maka bahan akan
termagnetisasi. Jika nilai H diperbesar, magnetisasi M juga semakin besar. Pada keadaan
tertentu saat magnetisasi sudah tidak naik dengan kenaikan H keadaan ini disebut
magnetisasi saturasi Ms. Selanjutnya, saat H dikecilkan nilainya dan mencapai nol,
magnetisasi bahan ferromagnetik tidak kembali nol namun memiliki nilai dan disebut
magnetisasi remanen Mr. Magnetisasi remanen merupakan magnetisasi yang didapatkan
setelah memberi perlakuan medan magnet pada bahan dan kemudian dihilangkan. Pada
keadaan ini, ada momen magnetik yang orientasinya tidak kembali ke orientasi awal
sehingga bahan memiliki sisa magnetisasi.
Gambar 2.1. Kurva histerisis untuk bahan ferromagnetik, paramagnetik, diamagnetik, dan
superparamagnetik berdasarkan besaran magnetisasi saturasi (Ms), magnetisasi remanen
(Mr), dan koersivitas (Hc) (Kotnala & Shah, 2015)
Medan koersif Hc merupakan medan yang dibutuhkan untuk membuat magnetisasi
remanen bernilai nol. Medan koersif mengukur besar medan magnet yang harus diberikan
untuk membalik magnetisasi. Pada keadaan Mr bernilai nol ini, orientasi seluruh magnet
bahan ferromagnetik tadi kembali ke orientasi awal. Medan magnet luar kemudian dibalik
polaritasnya dan diperbesar nilainya (dalam H bernilai negatif), hingga keadaan tertentu
magnetisasi saturasi bernilai negatif terjadi. Proses dilanjutkan dengan pemberian medan
magnet luar bernilai nol, dan didapatkan magnetisasi remanan bernilai negatif. Keseluruhan
proses magnetisasi ditunjukkan dalam kurva histerisis pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 juga
menunjukkan kurva histerisis tiap bahan. Terlihat bahwa bahan yang bersifat diamagnetik,
jika diberi medan magnet luar maka akan mengalami magnetisasi dengan nilai sebaliknya.
Jika medan magnet luarnya positif, maka magnetisasinya bernilai negatif. Selain itu, ketika
medan magnet luarnya dihilangkan (bernilai nol), maka tidak ada magnetisasi sisa pada
bahan. Hubungan medan magnet luar dan magnetisasi bahan terlihat jelas pada Gambar 2.1.
[ CITATION Ama99 \l 14345 ]

Magnetisasi saturasi merupakan batas dari magnetisasi bahan. Magnetisasi saturasi dari
masing-masing bahan berbeda satu sama lain. Tabel 2.2 menunjukkan magnetisasi saturasi
(Ms) dari beberapa bahan ferromagnetik.

Material
Ms (106 Am-1)
Iron
1,71
Kobalt
1,42
Nikel
0,48
78 Permalloy
0,86
Supermalloy
0,63
Mctglass 2605
1,27
Permendur
1,91

Tabel 2.2. Magnetisasi saturasi beberapa bahan ferromagnetik (Jiles, 1998)

Kurva histerisis antara M dan H biasanya disebut dengan kurva histerisis intrinsik. Kurva
histerisis antara B dan H disebut kurva histerisis normal. Bentuk kurva histerisis digunakan
untuk klasifikasi antara soft magnetic dan hard magnetic. Soft magnetic memiliki nilai medan
koersif dan remanen yang kecil, sehingga bentuk kurva sangat pipih. Nilai koersivitas yang
kecil ini menunjukkan bahwa bahan dapat dengan mudah dihilangkan magnetisasinya.
Aplikasi soft magnetic banyak dilakukan pada medan koersif yang kecil. Contoh dari soft
magnetic adalah campuran Si-Fe, Mn-Zn ferrite, dan Ni-Zn ferrite. Hard magnetic memiliki
nilai medan koersif dan remanen yang cukup besar. Hal ini berkaitan dengan aplikasi dari
hard magnetic sebagai bahan yang stabil dan sebagai sumber permanen dari medan magnet.
Parameter penting lain dari hard magnetic adalah hasil energi maksimum. Contoh dari hard
magnetic adalah bahan campuran ferrite, nickel, cobalt, alumunium, dan cooper (Bertotti,
1998).
2.3 Pengaruh Temperatur pada Magnetik
Untuk memahami efek suhu, kita perlu melihat struktur atom unsur-unsur yang
membentuk magnet. Suhu memengaruhi magnetisme dengan cara memperkuat atau melemahkan
daya tarik magnet. Sebuah magnet yang mengalami panas mengalami pengurangan medan
magnetnya ketika partikel-partikel di dalam magnet bergerak pada kecepatan yang semakin cepat
dan lebih sporadis. Keributan ini membingungkan dan menyelaraskan domain magnetik,
menyebabkan magnet menurun. Sebaliknya, ketika magnet yang sama terpapar pada suhu
rendah, properti magnetiknya meningkat dan kekuatannya meningkat.
Selain kekuatan magnet, kemudahan di mana ia dapat didemagnetisasi juga bervariasi
dengan suhu. Seperti kekuatan magnet, resistensi demagnetisasi umumnya berkurang dengan
meningkatnya suhu. Satu-satunya pengecualian adalah magnet keramik (ferit), yang lebih mudah
didemagnetisasi pada suhu rendah dan lebih sulit didemagnetisasi pada suhu tinggi.
Temperatur juga dapat mempengaruhi karakteristik magnetik material. Ingatlah bahwa
menaikkan suhu suatu benda padat menghasilkan peningkatan besarnya getaran termal atom.
Momen magnetik atom bebas untuk berputar; karenanya, dengan naiknya suhu, suhu gerakan
atom cenderung untuk acak .
Untuk bahan feromagnetik, antiferromagnetik, dan ferrimagnetik, gerakan termal atom
melawan gaya kopling antara momen dipol atom yang berdekatan, menyebabkan beberapa
ketidakselarasan dipol, terlepas dari apakah ada medan eksternal.
Hal ini menghasilkan penurunan magnetisasi saturasi untuk kedua ferroand. ferrimagnets.
Magnetisasi saturasi maksimum pada 0 K, di mana suhu getaran termal minimum. Dengan
meningkatnya suhu, magnetisasi saturasi berkurang secara bertahap dan kemudian tiba-tiba turun
ke nol pada apa yang disebut suhu Curie Tc.
Perilaku suhu-magnetisasi untuk besi dan Fe3O4 ditunjukkan pada Gambar.

Di Tc, gaya kopling spin timbal balik sepenuhnya dihancurkan, sehingga untuk suhu di
atas Tc bahan feromagnetik dan ferrimagnetik bersifat paramagnetik. Besarnya suhu Curie
bervariasi dari bahan ke bahan; misalnya, untuk besi, kobalt, nikel, dan Fe3O4, nilai masing-
masing adalah 768, 1120, 335, dan 585 C. Antiferromagnetisme juga dipengaruhi oleh suhu;
perilaku ini menghilang pada apa yang disebut suhu Néel. Pada suhu di atas titik ini, bahan
antiferromagnetik juga menjadi paramagnetik.

2.4 Bahan Magnet Lunak dan Keras


a) Pengertian Magnet Keras
Pengertian Magnet Keras adalah jenis magnet yang terbuat dari bahan pembuat magnet
yg susah untuk dibuat, namun pada saat sudah menjadi magnet, sifat kemagnetannya dapat
bertahan lama. Dan yang termasuk kedalam Contoh Magnet Keras diantaranya adalah Baja
dan Kobalt.
Beberapa tipe bahan magnet keras adalah sebagai berikut :
1. Tipe Magnet Permanen Campuran
Berdasarkan bahan campurannya, magnet permanen campuran dibagi menjadi
a. Magnet alcomax, dibuat dari campuran besi dan alumunium
b. Magnet alnico, dibuat dari campuran besi dan nikel
c. Magnet triconal, dibuat dari campuran besi dan kobal
2. Tipe Magnet Keramik
Tipe magnet ini disebut juga magnadur, terbuat dari serbuk ferit dan bersifat keras
serta memiliki gaya tarik kuat.

b) Pengertian Magnet Lunak


Kemudian untuk Pengertian Magnet Lunak adalah jenis magnet yang terbuat dari bahan
yg mudah untuk dibuat, akan tetapi setelah menjadi magnet, sifat kemagnetannya tidak dapat
bertahan lama. Beberapa Contoh Magnet Lunak diantaranya ialah Besi.
Beberapa tipe bahan magnet keras adalah sebagai berikut :
1. Tipe magnet Besi Lunak
Tipe magnet besi lunak juga disebut dengan stalloy, terbuat dari 96% besi dan 4%
silikon. Sifat kemagnetannya tidak keras atau sementara.
2. Tipe Magnet Pelindung
Tipe magnet ini disebut juga mumetal, terbuat dari 74% nikel, 20% besi, 5% tembaga
dan 1% mangan. Magnet ini tidak keras atau sementara.

Berdasarkan penggolongan magnet buatan diatas serta kemampuan bahan menyimpan


sifat magnetnya, kita dapat menggolongkan bahan-bahan magnetic ke dalam magnet keras dan
magnet lunak. Sebagai contoh bahan-bahan magnet keras ialah baja dan alcomax. Bahan ini
sangat sulit untuk dijadikan magnet. Namun demikian, setelah bahan tersebut menjadi magnet,
bahan-bahan magnet keras ini akan dapat menyimpan sifat magnetiknya relative sangat lama.
Karena pertimbangan atau alas an itulah bahan-bahan magnet keras ini lebih banyak dipakai
untuk membuat magnet tetap (permanen). Contoh pemakaiannya adalah pita kaset dan kompas.
Bahan-bahan magnet lunak, misalnya besi dan mumetal, jauh lebih mudah untuk dijadikan
magnet. Namun demikian, sifat kemagnetannya bersifat sementara atau mudah hilang. Itulah
sebabnya, bahan-bahan magnet lunak ini banyak dipakai untuk membuat electromagnet (magnet
listrik).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah iniadalah sebagai berikut :
a. Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di sekitarnya
seperti besi, baja, dan kobalt. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet
elementer yang tersusun secara teratur. Magnet mempunyai bagian yang paling
kuat daya tariknya yaitu bagian kutub magnet, terdiri dari kutub utara (KU) dan
kutub Selatan (KS).
b. Domain magnetik mewakili orientasi tertentu dari momen magnetik. Momen
magnet yang berorientasi sama bergabung dalam kelompok- kelompok domain.
Daerah batas antar momen magnet yang memiliki orientasi berbeda disebut
dengan domain wall.
c. Karakteristik bahan ferromagnetik yang dipengaruhi oleh induksi magnetik,
medan magnet luar, dan magnetisasi ditunjukkan dalam bentuk kurva histerisis.
Hubungan dari ketiga besaran tersebut ditunjukkan dengan persamaan:
B = µo (H +M )
Dimana B adalah induksi magnet (Tesla), H adalah medan magnet luar (A/m), M
adalah magnetisasi (A/m), dan µo merupakan permeabilitas ruang hampa.
d. Suhu memengaruhi magnetisme dengan cara memperkuat atau melemahkan daya
tarik magnet.
e. Pengertian Magnet Keras adalah jenis magnet yang terbuat dari bahan pembuat
magnet yg susah untuk dibuat. Magnet Lunak adalah jenis magnet yang terbuat
dari bahan yg mudah untuk dibuat.

3.2 Saran
Adapun saran pada makalah kali ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelum membuat makalah alangkah baiknya dilakukan penjelasan atau
pemahaman materi terlebih dahulu oleh dosen pengajar.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amanto, H. (1999). Ilmu Bahan. Jakarta: Bumi Aksara.


2. Dalven, R. (1990). Introduction To Applied Solid State Physics. California: Berkeley.
3. Kip, A. F. (1992). Fundamental Of Electricity And Magnetism. Tokyo: McGraw-Hall.
4. William D., C. J., & David G., R. (2011). Material Science and Engineering and Introduction.
New York.

Anda mungkin juga menyukai