FISIKA BAHAN
“SIFAT-SIFAT BAHAN MAGNETIK”
Oleh :
1. Yohana Putri P 02311740000034
2. Gopas Son Kalvin F.M. 02311740000076
3. Nadya Sari Nastiti 02311740000115
4. Alim Murtadlo 02311940005040
5. Daniel Rendy Novendra 02311640000085
Dosen Pembimbing :
Lizda Johar Mawarani, S.T., M.T.
NIP. 197408151997032001
Puji syukur selalu tercurahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala karunia-Nya.
Sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak
terimakasih kepada pihak yang telah memberikan ilmu kepada kami, terima kasih juga kami
ucapkan kepada Dosen pengampu Mata Kuliah yang telah membimbing kami untuk
menyelesaikan Makalah Fisika bahan tentang sifat-sifat magnetik bahan. Harapan kami semoga
laporan ini dapat menambah pengetahuan maupun pengalaman bagi pembaca. Kedepannya,
pembaca dapat memperbaiki bentuk maupun menambah kekurangan dari Makalah ini sehingga
dapat menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan Makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi membuat makalah yang
lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................4
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................4
1.4 MANFAAT....................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
2.1 Dasar-dasar Kemagnetan.............................................................................................................5
2.2 Domain dan Histerisis................................................................................................................15
2.3 Pengaruh Temperatur pada Magnetik.......................................................................................18
2.4 Bahan Magnet Lunak dan Keras.................................................................................................19
BAB III PENUTUP......................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan................................................................................................................................21
3.2 Saran..........................................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan yang dilakukan adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui dasar-dasar yang ada pada kemagnetan ?
2. Memahami domain magnet dan hysterisis ?
3. Memahami pengaruh temperatur terhadap kemagnetan ?
4. Mengetahui apa saja bahan magnet lunak - keras ?
1.4 MANFAAT
Adapun manfaat dari percobaan yang dilakukan, sebagai berikut :
1. Memahami tentang sifat-sifat kemagnetan dari suatu bahan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Medan Magnet
Untuk menghitung medan listrik di suatu tempat kita menggunakan Hukum Gauss
maupun Hukum Coulomb. Medan magnet berasal dari arus listrik atau bisa kita bilang
muatan listrik yang bergerak. Gaya yang ditimbulkan dari medan magnet disebut Gaya
Lorentz. Gaya ini dialami oleh suatu partikel bermuatan yang bergerak. Ingat bermuatan
dan bergerak, jadi kalau salah satunya tidak ada maka medan magnet tidak akan
memberikan gaya pada partikel tersebut. Gaya Lorentz ini dirumuskan dengan :
Florentz q ( E v x B ) (1.1)
Bagian pertama adalah gaya akibat medan listrik dan bagian kedua adalah gaya akibat
medan magnet. Dari sini kita dapat melihat bahwa gaya lorentz selalu tegak lurus arahnya
dengan medan magnet maupun arah gerak partikel. Karena itulah apabila suatu partikel
mengalami gaya lorentz maka partikel itu akan bergerak melingkar dimana gaya magnet itu
menjadi gaya sentripetalnya. Sifat ini digunakan di dalam akselerator partikel modern
untuk menentukan momentum dari partikel-partikel elementer berdasarkan radius lintasan
lingkaran yang dilaluinya. Apabila partikel juga memiliki komponen kecepatan yang
sejajar dengan medan magnet maka partikel akan begerak dalam bentuk helix. Salah satu
bentuk paling menarik adalah bentuk gerak partikel apabila dipengaruhi oleh medan
magnet dan medan listrik yang saling tegak lurus. Dalam keadaan ini partikel akan
bergerak seperti pantulan bola. Tepatnya lintasan yang dialami oleh sebuah titik di roda
dimana roda tersebut berputar menggelinding. Bentuk lintasan seperti ini disebut lintasan
sikloid. Salah satu hal yang paling menarik dari sifat medan magnet adalah bahwa medan
magnet tidak melakukan kerja. Karena gaya akibat medan magnet akan selalu tegak lurus
dari gerak partikel. Akibatnya gaya tersebut tidak akan melakukan kerja pada partikel
tersebut. Maksudnya adalah sesuatu hal (gaya) tidak mengubah energi potensial maupun
energi kinetik dari suatu partikel serta energi dalamnya (kalau partikel ini adalah sebuah
sistem termodinamika).
N
µ o 4 * 10 -7
A2 (1.3)
Dengan; Satuan B sendiri adalah newton per ampere meter yang disingkat sebagai Tesla. 1
Tesla = 104 Gauss. Dari persamaan Biot-Savart dapat lihat kemiripan medan listrik dan
magnet dimana keduanya berbanding terbalik dengan kuadrat jarak.
B 0 (1.5)
Dari nilai divergensi dan curl diatas dapat dengan jelas kita simpulkan bahwa :
curl : medan magnet selalu bersifat memutari suatu elemen rapat arus, dan divergensi : tidak
ada monopol magnet, pada dasarnya divergensi nol berarti tidak ada sumber maupun kolam
medan, kalau kedua ini tidak ada maka tentu saja tidak ada monopol magnet. Kalau di
kemudian hari ditemukan monopol magnet maka persamaan divergensi B tentu saja harus
diganti.
Hukum Ampere ditulis :
B dˆl o I enc (1.6)
Pada tanda Integralnya ada bulatan hal ini maksudnya integral tertutup, artinya pada
bagian dl diatas, lintasan dl harus merupakan sebuah loop (kurva tertutup). I terdapat encnya
maksudnya enclosed, artinya I yang ada di dalam kurva tertutup tersebut. Ingat I harus ada di
dalam kurva tersebut, tidak boleh ada di dalam maupun di luar, harus jelas ada di dalam.
Hal ini mengakibatkan kalau kita membuat dl yang memotong I, maksudnya bertemu I di
suatu titik maka hal itu salah dan kita tidak dapat menggunakan hukum ini.
D. Bahan Magnetik
Pengamatan sehari-hari kita sering melihat ada benda yang mampu menarik benda lain.
Dalam kejadian sepert ini ada tiga jenis interaksi yang mungkin terjadi pada saat itu.
Pertama adalah interaksi gravitasi. Contoh interakasi ini adalah benda yang jatuh ke tanah.
Interaksi kedua adalah interaksi listrik. Interaksi ini dapat dilihat pada kejadian dimana
penggaris menarik potongan kertas kecil. Interaksi ketiga adalah interaksi magnet. Contoh
dari interaksi ini adalah besi yang dapat menarik besi lain. Dari ketiga interaksi diatas
mungkin hanya interaksi ketiga yang paling menarik perhatian orang banyak, hal ini
dikarenakan pada saat ini hanya interaksi magnet yang berguna pada kehidupan sehari-hari.
Dalam mengamati setiap gejala alam, ilmuwan selalu membedakan sesuatu dengan yang
lain menggunakan sifat-sifat yang kadangkala mudah dilihat, kadangkala juga sulit untuk
dibayangkan, khususnya yang mempelajari kemagnetan menggunakan karakter-karakter
seperti permeabilitas, suseptibilitas, hysteresis dll untuk membedakan benda magnet satu
dengan yang lain.
B o H (1.7)
Di atas kita membicarakan penyebab induksi magnet adalah medan, selain medan magnet
ada penyebab lain induksi magnet yaitu magnetisasi. Magnetisasi ini bisa dikatakan sebagai
medan magnet yang sudah dimiliki oleh bahan itu, jadi magnetisasi adalah medan magnet
yang berasal dari benda itu sendiri. Magnetisasi ini terjadi karena sebuah benda/medium
yang memiliki kemampuan untuk menjadi magnet ditaruh di suatu medan magnet luar.
Karena pengaruh luar, momen magnet benda itu (kumpulan atom-atomnya) melakukan suatu
peyejajaran, akibatnya saat medan magnet dihilangkan benda itu sudah memiliki sifat
kemagnetan sendiri. Perbandingan antara magnetisasi ini dan medan penyebabnya yaitu
medan magnet dinamakan suseptibilitas yang diberi simbol χ. Magnetisasi ini sering diberi
simbol M. Tentu saja udara hampa tidak memiliki magnetisasi karena dia tidak bisa
menyimpan sifat magnet.
MH (1.8)
Selain permebilitas dan suseptibilitas, juga dikenal permeabilitas relatif. Permeabilitas relatif
ini adalah perbandingan nilai permeabilitas di suatu medium dengan nilainya di ruang
hampa. Konsep ini diberi simbol μr. Nah, permeabilitas relatif dan suseptibilitas magnet
memiliki hubungan yaitu :
μ χ 1 (1.9)
hubungan di atas berlaku untuk semua benda dan medium.
G. Magnetisasi
Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik terhadap medan magnet
luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan pada dasarnya berasal dari gerakan spin
dan gerakan orbital elektron mengelilingi intinya. Dari gerakan ini akan menghasilkan
momen magnetik spin dan momen magnetik orbital pada suatu elektron. Momen magnetik
total suatu atom merupakan resultan dari dua momen magnetik tersebut. Momen magnetik
atom pada bahan akan berpasangan satu sama lain, sejajar, berlawanan, atau tidak sejajar dan
tidak berlawanan. Suatu momen magnetik atomik dapat berorientasi acak jika tidak ada
interkasi antara satu dengan yang lain. (Wu, 2008).
Penggambaran momen magnetik spin dan momen magnetik orbital dapat ditunjukkan
pada Gambar (a) dan (b).
(a) (b)
Gambar (a) Momen magnetik spin dan (b) momen magnetik orbital
(Coey, 2009).
Pada model atom klasik klasik dengan satu elektron bermassa me dan bermuatan
– e yang berputar mengelilingi inti atom dengan periode τ pada luasan A, momen
magnetik orbital didefinisikan dengan mo, yang dinyatakan pada persamaan (2.1)
mo = A I (2.1)
mtot = mo + ms
= −(µB l + 2 µB s)
= −(l + 2s) µB (2.2)
Jika dalam suatu atom memiliki lebih dari satu elektron, maka untuk menentukan
momen magnetik total mengikuti aturan Hund. Aturan ini mengidentifikasi state elektron
yang mungkin terisi dan dapat digunakan untuk menghitung momen orbital L, momen spin
S dan momen total J untuk suatu atom dari konfigurasi elektronnya dan kulit yang tidak
terisi. Aturan Hund dapat diterapkan pada elektron dalam kulit partikel untuk menjelaskan
keadaan dasar suatu atom. Tiga aturan berlaku untuk momen spin S, momen orbital L, dan
momen total J untuk masing-masing atom. Elektron mengisi keadaan yang tersedia dengan
mengikuti aturan berikut :
1. Total momen spin atomik maksimum yang diperbolehkan adalah S = Ʃ ms
diperoleh tanpa melanggar prinsip larangan Pauli.
2. Total momen orbital maksimum L = Ʃ ml .
3. Jika kulit atom terisi kurang dari setengah penuh maka momen total
J = |L – S| , jika terisi lebih dari setengah penuh J = |L + S|. Ketika kulit tepat
terisi setengah penuh L = 0 maka J = S .
Hal ini berarti bahwa elektron akan mengisi suatu kulit atom dengan semua spin sejajar.
Elektron tersebut juga akan mulai mengisi keadaan dengan momen orbital terbesar
kemudian diikuti momen orbital yang lebih kecil, begitu seterusnya
H. Induksi Magnet
Induksi Magnet adalah kuat medan magnet akibat adanya arus listrik yang mengalir
dalam konduktor. Adanya kuat medan magnetik di sekitar konduktor berarus listrik
diselidiki pertama kali oleh Hans Christian (Denmark, 1774 – 1851). Jika jarum kompas
diletakkan sejajar dengan konduktor, maka konduktor itu akan dialiri arus listrik. Bila
arah arus dibalik, maka penyimpangannya juga berbalik. Selanjutnya, secara
teoritis laplace (1749 – 1827) menyatakan bahwa kuat medan magnet atau induksi
magnet di sekitar arus listrik dijelaskan dengan penjelasan di bawah sebagai berikut:
b. Berbanding lurus atau lajunya searah dengan arus listrik yang mengalir pada
medan magnet.
c. Berbanding lurus atau lajunya searah dengan panjang kawat penghantar
tersebut.
d. Berbanding terbalik dengan kuadrat arak suatu titik dari kawat penghantar
tersebut.
e. Arah induksi magnet tersebut tegak lurus dengan bidang yang dilalui arus
listrik.
Yang ketiga adalah Michael Faraday (1791-1867), seorang ilmuwan berkebangsaan
Inggris, membuat hipotesis (dugaan) bahwa medan magnet seharusnya dapat
menimbulkan arus listrik. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis Faraday.
Berdasarkan percobaan, ditunjukkan bahwa gerakan magnet di dalam kumparan
menyebabkan jarum galvanometer menyimpang. Jika kutub utara magnet digerakkan
mendekati kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan. Jika magnet diam
dalam kumparan, jarum galvanometer tidak menyimpang. Jika kutub utara magnet
digerakkan menjauhi kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kiri.
Penyimpangan jarum galvanometer tersebut menunjukkan bahwa pada kedua ujung
kumparan terdapat arus listrik. Berikut ini adalah induksi magnet dalam berbagai
keadaan :
1) Pada penghantar melingkar
a
I BX
O
Bo θX
R
S
2) Pada solenoida
Solenoida adalah penghantar lingkaran dengan jumlah lilitan yang sangat banyak.
Pada pusat solenoida
μo.I.N
B =L N = jumlah lilitan
L = panjang lilitan (m)
I
Pada sumbu pusat toroida
μ o.
B =R
I.N= jari-jari toroida (m)
2π.R
I μo.I
B = 2π.a
a
B X= induksi magnet di titik X (Wb/m2 atau Tesla)
Bμo = permeabilitas ruang hampa (4π.10-7 Wb/Am)
I = kuat arus listrik (A)
a = jarak titik X ke penghantar (m)
μo.I
B = 4π.a (cosθ1+cosθ2)
I θ
Lθ1
μo.I 2L
2
a
B =.
B
4π.a a√a2+L2
X
B = µo (H +M ) (2.5)
Dimana B adalah induksi magnet (Tesla), H adalah medan magnet luar (A/m), M adalah
magnetisasi (A/m), dan µo merupakan permeabilitas ruang hampa.
Ketika suatu bahan ferromagnetik dikenakan medan magnet luar H, maka bahan akan
termagnetisasi. Jika nilai H diperbesar, magnetisasi M juga semakin besar. Pada keadaan
tertentu saat magnetisasi sudah tidak naik dengan kenaikan H keadaan ini disebut
magnetisasi saturasi Ms. Selanjutnya, saat H dikecilkan nilainya dan mencapai nol,
magnetisasi bahan ferromagnetik tidak kembali nol namun memiliki nilai dan disebut
magnetisasi remanen Mr. Magnetisasi remanen merupakan magnetisasi yang didapatkan
setelah memberi perlakuan medan magnet pada bahan dan kemudian dihilangkan. Pada
keadaan ini, ada momen magnetik yang orientasinya tidak kembali ke orientasi awal
sehingga bahan memiliki sisa magnetisasi.
Gambar 2.1. Kurva histerisis untuk bahan ferromagnetik, paramagnetik, diamagnetik, dan
superparamagnetik berdasarkan besaran magnetisasi saturasi (Ms), magnetisasi remanen
(Mr), dan koersivitas (Hc) (Kotnala & Shah, 2015)
Medan koersif Hc merupakan medan yang dibutuhkan untuk membuat magnetisasi
remanen bernilai nol. Medan koersif mengukur besar medan magnet yang harus diberikan
untuk membalik magnetisasi. Pada keadaan Mr bernilai nol ini, orientasi seluruh magnet
bahan ferromagnetik tadi kembali ke orientasi awal. Medan magnet luar kemudian dibalik
polaritasnya dan diperbesar nilainya (dalam H bernilai negatif), hingga keadaan tertentu
magnetisasi saturasi bernilai negatif terjadi. Proses dilanjutkan dengan pemberian medan
magnet luar bernilai nol, dan didapatkan magnetisasi remanan bernilai negatif. Keseluruhan
proses magnetisasi ditunjukkan dalam kurva histerisis pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 juga
menunjukkan kurva histerisis tiap bahan. Terlihat bahwa bahan yang bersifat diamagnetik,
jika diberi medan magnet luar maka akan mengalami magnetisasi dengan nilai sebaliknya.
Jika medan magnet luarnya positif, maka magnetisasinya bernilai negatif. Selain itu, ketika
medan magnet luarnya dihilangkan (bernilai nol), maka tidak ada magnetisasi sisa pada
bahan. Hubungan medan magnet luar dan magnetisasi bahan terlihat jelas pada Gambar 2.1.
[ CITATION Ama99 \l 14345 ]
Magnetisasi saturasi merupakan batas dari magnetisasi bahan. Magnetisasi saturasi dari
masing-masing bahan berbeda satu sama lain. Tabel 2.2 menunjukkan magnetisasi saturasi
(Ms) dari beberapa bahan ferromagnetik.
Material
Ms (106 Am-1)
Iron
1,71
Kobalt
1,42
Nikel
0,48
78 Permalloy
0,86
Supermalloy
0,63
Mctglass 2605
1,27
Permendur
1,91
Kurva histerisis antara M dan H biasanya disebut dengan kurva histerisis intrinsik. Kurva
histerisis antara B dan H disebut kurva histerisis normal. Bentuk kurva histerisis digunakan
untuk klasifikasi antara soft magnetic dan hard magnetic. Soft magnetic memiliki nilai medan
koersif dan remanen yang kecil, sehingga bentuk kurva sangat pipih. Nilai koersivitas yang
kecil ini menunjukkan bahwa bahan dapat dengan mudah dihilangkan magnetisasinya.
Aplikasi soft magnetic banyak dilakukan pada medan koersif yang kecil. Contoh dari soft
magnetic adalah campuran Si-Fe, Mn-Zn ferrite, dan Ni-Zn ferrite. Hard magnetic memiliki
nilai medan koersif dan remanen yang cukup besar. Hal ini berkaitan dengan aplikasi dari
hard magnetic sebagai bahan yang stabil dan sebagai sumber permanen dari medan magnet.
Parameter penting lain dari hard magnetic adalah hasil energi maksimum. Contoh dari hard
magnetic adalah bahan campuran ferrite, nickel, cobalt, alumunium, dan cooper (Bertotti,
1998).
2.3 Pengaruh Temperatur pada Magnetik
Untuk memahami efek suhu, kita perlu melihat struktur atom unsur-unsur yang
membentuk magnet. Suhu memengaruhi magnetisme dengan cara memperkuat atau melemahkan
daya tarik magnet. Sebuah magnet yang mengalami panas mengalami pengurangan medan
magnetnya ketika partikel-partikel di dalam magnet bergerak pada kecepatan yang semakin cepat
dan lebih sporadis. Keributan ini membingungkan dan menyelaraskan domain magnetik,
menyebabkan magnet menurun. Sebaliknya, ketika magnet yang sama terpapar pada suhu
rendah, properti magnetiknya meningkat dan kekuatannya meningkat.
Selain kekuatan magnet, kemudahan di mana ia dapat didemagnetisasi juga bervariasi
dengan suhu. Seperti kekuatan magnet, resistensi demagnetisasi umumnya berkurang dengan
meningkatnya suhu. Satu-satunya pengecualian adalah magnet keramik (ferit), yang lebih mudah
didemagnetisasi pada suhu rendah dan lebih sulit didemagnetisasi pada suhu tinggi.
Temperatur juga dapat mempengaruhi karakteristik magnetik material. Ingatlah bahwa
menaikkan suhu suatu benda padat menghasilkan peningkatan besarnya getaran termal atom.
Momen magnetik atom bebas untuk berputar; karenanya, dengan naiknya suhu, suhu gerakan
atom cenderung untuk acak .
Untuk bahan feromagnetik, antiferromagnetik, dan ferrimagnetik, gerakan termal atom
melawan gaya kopling antara momen dipol atom yang berdekatan, menyebabkan beberapa
ketidakselarasan dipol, terlepas dari apakah ada medan eksternal.
Hal ini menghasilkan penurunan magnetisasi saturasi untuk kedua ferroand. ferrimagnets.
Magnetisasi saturasi maksimum pada 0 K, di mana suhu getaran termal minimum. Dengan
meningkatnya suhu, magnetisasi saturasi berkurang secara bertahap dan kemudian tiba-tiba turun
ke nol pada apa yang disebut suhu Curie Tc.
Perilaku suhu-magnetisasi untuk besi dan Fe3O4 ditunjukkan pada Gambar.
Di Tc, gaya kopling spin timbal balik sepenuhnya dihancurkan, sehingga untuk suhu di
atas Tc bahan feromagnetik dan ferrimagnetik bersifat paramagnetik. Besarnya suhu Curie
bervariasi dari bahan ke bahan; misalnya, untuk besi, kobalt, nikel, dan Fe3O4, nilai masing-
masing adalah 768, 1120, 335, dan 585 C. Antiferromagnetisme juga dipengaruhi oleh suhu;
perilaku ini menghilang pada apa yang disebut suhu Néel. Pada suhu di atas titik ini, bahan
antiferromagnetik juga menjadi paramagnetik.
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah iniadalah sebagai berikut :
a. Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di sekitarnya
seperti besi, baja, dan kobalt. Sebuah magnet terdiri atas magnet-magnet
elementer yang tersusun secara teratur. Magnet mempunyai bagian yang paling
kuat daya tariknya yaitu bagian kutub magnet, terdiri dari kutub utara (KU) dan
kutub Selatan (KS).
b. Domain magnetik mewakili orientasi tertentu dari momen magnetik. Momen
magnet yang berorientasi sama bergabung dalam kelompok- kelompok domain.
Daerah batas antar momen magnet yang memiliki orientasi berbeda disebut
dengan domain wall.
c. Karakteristik bahan ferromagnetik yang dipengaruhi oleh induksi magnetik,
medan magnet luar, dan magnetisasi ditunjukkan dalam bentuk kurva histerisis.
Hubungan dari ketiga besaran tersebut ditunjukkan dengan persamaan:
B = µo (H +M )
Dimana B adalah induksi magnet (Tesla), H adalah medan magnet luar (A/m), M
adalah magnetisasi (A/m), dan µo merupakan permeabilitas ruang hampa.
d. Suhu memengaruhi magnetisme dengan cara memperkuat atau melemahkan daya
tarik magnet.
e. Pengertian Magnet Keras adalah jenis magnet yang terbuat dari bahan pembuat
magnet yg susah untuk dibuat. Magnet Lunak adalah jenis magnet yang terbuat
dari bahan yg mudah untuk dibuat.
3.2 Saran
Adapun saran pada makalah kali ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelum membuat makalah alangkah baiknya dilakukan penjelasan atau
pemahaman materi terlebih dahulu oleh dosen pengajar.
DAFTAR PUSTAKA