Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan


hidayah dan inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
“Ketidakpastian Heisenberg” yang digunakan sebagai salah satu tugas mata
kuliah “Fisika Modern”.

Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bisa membantu bagi
siapa yang membutuhkan sedikit pengetahuan tentang “Ketidakpastian
Heisenberg”.

Namun demikian, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, segala kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk di masa yang
akan datang.

Palangka Raya, November 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAL.............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Sejarah Ketidakpastian Heisenberg................................................................3
B. Hubungan Ketidakpastian bagi Gelombang Klasik........................................4
C. Hubungan Ketidakpastian Heisenberg............................................................8
BAB III PENUTUP...................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................13
B. Saran.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14

ii
BAB I PENDAHULUAL

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 1927 seorang fisikawan Jerman bernama Werner Heisenberg


mengemukakan sebuah teori baru di bidang fisika, suatu teori yang teramat sangat
radikal, jauh berbeda dalam pokok konsep dengan rumus klasik Newton. Latar
belakang Heisenberg mengemukakan teori tersebut berawal dari pandangan
terhadap sifat atom yang tak menentu sehingga tidak dapat dihubungkan dengan
alat-alat manusia yang tak sempurna. Rahasia di dalam atom sangat tak terbatas,
tak tergapai oleh penyempurnaan alat-alat pengukuran dan pengamatan. Bahkan
ada pendapat pesimistik yang menyatakan bahwa upaya penemuan alat-alat
canggih yang diharapkan mampu menerobos lebih jauh ke dalam dunia
mikrokosmik, adalah usaha sia sia atau mission impossible.

Prinsip ketidakpastian Heisenberg memperkenalkan suatu hubungan


timbal balik antara posisi dan momentum. Jika nilai posisi elektron diketahui
dengan tingkat akurasi yang tinggi, maka nilai momentum elektron elektron akan
tidak pasti, dan sebaliknya. Namun teori ini ditentang habis-habisan oleh Einstein
hingga akhir hayatnya. Einstein mengatakan bahwa teori ini tidak masuk akal,
mana mungkin kita bisa percaya pada teori yang mengatakan bahwa posisi suatu
benda tidak menentu. Walau ditentang oleh fisikawan sekelas Albert Einstein,
rupanya membuat Heisenberg tidak putus asa, ia semakin mengembangkan
teorinya hingga usahanya tidak sia-sia.

Akhirnya teori Heisenberg ini menjadi salah satu pondasi dari mekanika
kuantum.Oleh Feynman, Elektrodinamika Kuantum (mekanika kuantum yang
digabung dengan teori relativistik Einstein) dijuluki ”The jewel of physics”.
Berkat mekanika kuantum inilah orang dapat mengembangkan berbagai teknologi

1
mutakhir yang ada sekarang ini, mulai dari TV, kulkas, mainan elektroni, laser,
bom atom yang dahsyat, hingga pembuatan chip-chip komputer super cepat.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah prinsip ketidakpastian Heisenberg ?
2. Bagaimana hubungan ketidakpastian bagi gelombang klasik?
3. Bagaimana prinsip ketidakpastian heisenberg?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana prinsip ketidakpastian Heisenberg.
2. Mengetahui hubungan ketidakpastian bagi gelombang klasik
3. Mengetahui prinsip ketidakpastian heseinberg

2
BAB II PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

A. Sejarah Ketidakpastian Heisenberg


Tahun 1925 Werner Heisenberg mengajukan rumus baru di bidang fisika,
suatu rumus yang teramat sangat radikal, jauh berbeda dalam pokok konsep
dengan rumus klasik Newton. Teori rumus baru ini sesudah mengalami beberapa
perbaikan oleh orang-orang sesudah Heisenberg sungguh berhasil dan cemerlang.
Rumus itu hingga kini bukan cuma diterima melainkan digunakan terhadap semua
sistem fisika, tak peduli yang macam apa dan dari yang ukuran bagaimanapun.

Dapat dibuktikan secara matematik, sepanjang pengamatan hanya dengan


menggunakan sistem makroskopik, perkiraan kuantum mekanika berbeda dengan
mekanika klasik dalam jumlah yang terlampau kecil untuk diukur. (Atas dasar
alasan ini, mekanika klasik yang secara matematik lebih sederhana daripada
kuantum mekanika masih dapat dipakai untuk kebanyakan perhitungan ilmiah).
Tetapi, jika berurusan dengan sistem dimensi atom, perkiraan tentang kuantum
mekanika sangat berbeda dengan mekanika klasik. Percobaan-percobaan
membuktikan bahwa perkiraan mengenai kuantum mekanika adalah benar.

Salah satu konsekuensi dari teori Heisenberg adalah "prinsip


ketidakpastian" yang dirumuskannya sendiri di tahun 1927. Prinsip itu umumnya
dianggap salah satu prinsip yang paling mendalam di bidang ilmiah dan yang
paling mempunyai daya jangkau yang lebih jauh. Dalam praktek, apa yang
diterapkan lewat penggunaan "prinsip ketidakpastian" ini adalah mengkhususkan
batas-batas teoritis tertentu terhadap kesanggupan membuat ukuran-ukuran
ilmiah. Akibat pengaruh dari sistem ini sangat dahsyat. Apabila hukum dasar
fisika menghambat seorang ilmuwan bahkan dalam keadaan yang ideal sekalipun
mendapatkan pengetahuan yang cermat dari suatu penyelidikan, ini disebabkan
karena sifat-sifat masa depan dari sistem itu tidak sepenuhnya bisa diramalkan.

3
Menurut "prinsip ketidakpastian," tak akan ada perbaikan pada peralatan
ukur yang akan mengijinkan untuk mengungguli kesulitan, ini. "Prinsip
ketidakpastian" ini menjamin bahwa fisika, dalam keadaannya yang lumrah, tak
sanggup membikin lebih dari sekedar dugaan-dugaan statistik. Seorang ilmuwan
yang menyelidiki radioaktivitas, misalnya, mungkin mampu menduga bahwa satu
dari setriliun atom radium, dua juta akan mengeluarkan sinar gamma dalam waktu
sehari sesudahnya. Tetapi, Heisenberg sendiri tidak bisa menaksir apakah ada
atom radium yang khusus yang akan berbuat begitu. Dalam banyak hal yang
praktis, ini bukannya satu pembatasan yang ketat. Bilamana menyangkut jumlah
besar, metoda statistik sering mampu menyuguhkan basis pijakan yang dapat
dipercaya untuk sesuatu langkah. Tetapi, jika menyangkut jumlah dari ukuran
kecil, soalnya jadi lain. Di sini "prinsip ketidakpastian" memaksa kita menghindar
dari gagasan sebab-akibat fisika yang ketat. Ini mengedepankan suatu perubahan
yang amat mendasar dalam pokok filosofi ilmiah. Begitu mendasarnya sampai-
sampai ilmuwan besar Einstein tak pernah mau terima prinsip ini. "Saya tidak
percaya," suatu waktu Einstein berkata, "bahwa Tuhan main-main dengan
kehancuran alam semesta."

B. Hubungan Ketidakpastian bagi Gelombang Klasik

Dalam hal ini kita menyelidiki perbedaan penting lainnya antara partikel
klasik dan gelombang. Mari kita tinjau sebuah gelombang berbentuk

y= y1 sin k 1 x
, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1.1.
Gambar 1.1 sebuah gelombang sinus murni yang merentang dari −∞ hingga

4
Ini adalah sebuah gelombang yang terus menerus menggulung bentuknya
tanpa akhir, dari x=−∞ hingga x=+ ∞, pertannyaannya ”dimanakah
gelombangnya terletak?”, kita tidak akan bisa menjawabnya karena
gelombangnya terdapat dimana-mana (panjang gelombangnya dipihak lain,
tertentukan secara pasti sama dengan 2 π /k 1).
Jika kita menggunakan sebuah gelombang untuk menyatakan sebuah
partikel, maka gelombang itu harus memiliki salah satu sifat penting partikel
berikut:
Gelombang harus bersifat setempat (localized),atau dapat dikungung
kedalam suatu ruang kecil (misalnya dalam ukuran atom atau inti atom).
Gelombang sinus murni tidak dapat digunakan untuk menentukan letak
setempat partikel.
Sekarang kita tinjau, apa yang akan terjadi jika gelombang pertama tadi
dipadukan dengan gelombang lain yang panjang gelombannnya agak berbeda
(jadi nilai k nya berbeda), sehingga y= y1 sin k 1 x+ y 2 sin k 2 x . Pola khas yang
dihasilkan yang dalam gelombang suara dikenal sebagai “layangan”(beat),
perhatikan pada gambar1.2 dibawah ini.

Gambar 1.2 : Superposisi dua gelombang sinus dengan panjang gelombang


yang hampir samamenghasilkan layangan. Perbedaan panjang gelombang dari
kedua gelombang sinus ini adalah 10% tetapi kedua amplitudonya sama.

Polanya berulang terus menerus dari x=−∞ hingga x=+ ∞, sekarang


kita sedikit mengetahui dengan ”letak” gelombangnya pada nilai –nilai x
tertentu dimana zat perantaranya tampak kurang ”bergelombang” dari pada

5
tempat lainnya (atau sekurang-kurangnya ”bergelombang” dengan amplitudo
yang lebih kecil).

Dari gambar perpaduan gelombang diatas kita akan mengamati


getaran pada titik x=x a, tetapi tidak pada x=x b.

xB

Kita sudah sedikit paham mengenai letak, tapi pemaduan dua


gelombang dengan panjang gelombang berbeda mengakibatkan kita tidak
x A gelombangnya.
dapat lagi menentukan secara pasti panjang
Jika dilanjutkan dengan menjumlahkan lagi beberapa gelombang
dengan panjang gelombang yang berbeda (k berbeda) dengan amplitudo dan
fase yang dipilih secara tertentu, maka pada akhirnya kita akan mencapai
suatu keadaan seperti yang diperlihatkan pada gambar1.3 dibawah ini:

∆x

Gabar 1.3 : Resultan perpaduan sejumlah besar gelombang sinus (dengan


panjang gelombang yang berbeda-beda dan mungkin pula amplitudonya
berbeda).

6
Amplitudo gelombang seperti itu adalah nol diluar suatu bagian ruang
sempit ∆ x. Untuk mencapai hal ini harus memadukan sejumlah besar
gelombang dengan bilangan gelombang k yang berbeda, jadi gelombang
paduannya menyatakan suatu rentang bilangan gelombang panjang (panjang
gelombang ) yang kita tunjukkan dengan ∆ k. Tampaknya kita mempunyai
sutau hubungan perbandingan terbalik antara ∆ x dan ∆ k yaitu bila salah satu
mengecil, maka yang lain membesar,dan hubungan matematikanya hampir
antara ∆ x dan ∆ k ini adalah:

∆ x ∆ k 1........................................................(1.1)

Tanda sama gelombang dimasukkan dalam orde besarnya. Karena ∆ x


dan ∆ k tidak diketahui secara pasti, maka besarnya disini hanya merupakan
taksiran sehingga persamaan diatas hanya merupakan petunjuk kasar
mengenai hubungan antara keduannya. Lalu persamaan diatas juga
menyatakan bahwa hasil kali dari ∆ x, jarak lebar gelombang, dengan ∆ k,
rentang bilangan gelombang dikandungnya, besarnya dalam orde satuan.

Andaikan tetap berupaya untuk mengukur panjang gelombang sebuah


gelombang klasik, seperti gelombang air. Ini dapat lakukan dengan mengukur
jarak antara dua puncak gelombang yang berdekatan. Andaikanlah gelombang
itu adalah suatu pulsar yang sangat sempit dengan hanya satu puncak
gelombang. Maka pengukuran λ-nya menjadi sangat sulit, dan cenderung
melakukan kesalahan besar, mungkin dalam orde satu panjang gelombang. Ini
berarti apabila perluasan ruang dari gelombang itu adalah ∆ x λ, maka ∆ λ λ
(ingat tanda, berarti dalam orde ). Maka untuk gelombang ini perlu ∆ x ∆ λ λ2
. Andaikanlah gelombang itu kemudian meluas hingga mencapai beberapa
panjang gelombang, sehingga ∆ x Nλ sehigga sekarang λ-nya dapat kita
tentukan dengan ketelitian yang lebih tinggi.tapi, untuk memecahkan jumlah
bilangan gelombangnya dalam ∆ x, kita masih membuat kesalahan pada orde

7
satu panjang gelombang (mungkin ½ atau 1/3 atau ¼, tetapi masih dalam orde
satuan) dibagi N, jika sekarang ∆ λ λ / N dan sekali lagi ∆ x ∆ λ λ2 . Hubungan
ketidak pastian ini yang mengaitkan ukuran panjang gelombang suatu
gelombang dengan ketidakpastian dalam pengukuran panjang gelombang.

Sekarang kita mencoba mengukur frekuensi suatu gelombang


(misalnya gelombang suara). Andaikan kita dapat mengamati alat pencacah
yang memadai. Jika kita mencacah selama selang waktu 1 detik dan mencacah
100 getaran, maka kita memperoleh frekuensi 100 Hz. Tetapi kita tidak bisa
yakin bahwa getaran 100 Hz ini telah kita cacah secara pasti. Oleh karena itu
disini kita memperoleh pula hubungan kebalikan seperti yang kita simpulkan
sebelum ini. Ketidak pastian dalam frekuensi ∆ v, berbanding terbalik dengan
ketidak pastian dalam selang waktu ∆ t, masa pengukuran dilakukan dengan
menggunakan frekuensi sudut ω=2 πv, kita dapat menulis hubungan tersebut
sebagai berikut:

∆ ω ∆ t 1.....................................................(1.2)

Ini adalah hubungan ketidak pastian kedua yang kita peroleh bagi gelombang
klasik dan serupa dengan persamaan sebelumnya, ini berarti bahwa ia
memberikan suatu hubungan antara taksiran ketidak pastian pengukuran
semua besaran yang bersangkutan.
C. Hubungan Ketidakpastian Heisenberg
Dengan menggunakan hubungan mendasar deBroglie p=h/ λ bersama
dengan pernyataan k =2 π /λ kita dapati p=hk /2 π, yang mengaitkan momentum
sebuah partikel dengan Gelombang deBroglienya. Mengingat gabungan h /2 π
sering sekali muncul dalam mekanika Gelombang, maka untuknya diberikan
lambing khusus ħ (“h coret”)

h
ħ= =1,05 x 10−34 J . s

8
¿ 6,58 x 10−16 eV . s 10 -16

Dengan menggunakan ħ , maka

p=ħk.......................................................................(1.3)

Sehingga ∆ k=∆ p /ħ . Dengan demikian, dari hubungan ketidakpastian


4.3 kita peroleh

∆ x ∆ px ħ...............................................................(1.4)

Penulisan tikalas xpada momentum adalah untuk mengingatkan kita


bahwa persamaan 1.4 berlaku bagi gerak sepanjang suatu arah tertentu, yang
menyatakan ketidakpastian dalam kedudukan dan momentum hanya pada arah
tertentu. Hubungan serupa yang tidak bergantungan dapat diterapkan pula
pada arah – arah lainnya. Jadi berlaku pula ∆ y ∆ py ħ atau ∆ z ∆ pz ħ.

Hubungan deBroglie E = hv dapat dituliskan sebagai E =ħω. Jadi, Δω


=ΔE/ħ, sehingga hubungan ketidakpastian 1.2 menjadi:

ΔE = Δt ħ............................................................(1.5)

Persamaan 1.4 dan 1.5 dikenal sebagai hubungan ketidakpastian


Heisenberg. Asas ini mengatakan bahwa tidak ada satupun percobaan yang
dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga memberikan ketidakpastian di
bawah batas – batas yang diungkapkan dalam persamaan 1.4 dan 1.5.

Hubungan – hubungan ini memberikan suatu taksiran ketidakpastian


minimum yang dapat diperoleh dari beraneka percobaan, pengukuran
kedudukan dan momentum sebuah partikel akan memberikan sebaran nilai
sebaran ∆ x dan ∆ px . Kita mungkin dapat saja melakukan pengukuran yang
ketelitiannya menyimpang jauh dari pada yang diberikan,tetapi yang lebih
baik dari pada itu tidak dapat kita capai. (Mungkin seringkali anda jumpai

9
bahwa hubungan – hubungan ini ditulis dengan ħ/2 atau h, ketimbang ħ, pada
ruas kanan atau juga dengan ¿ ketimbang dengan yang
memperlihatkan kesamaan. Perbedaan ini tidak terlalu penting, karena 1.4 dan
1.5 hannya memberikan taksiran. Ketidakpastian Δx, distribusi yang lebih rapi
memberikan ∆ x ∆ px ¿ ħ /2, sedangkan distribusi lainnya akan memberikan
∆ x ∆ px ¿ ħ /2. Dengan demikian, cukup aman bagi kita untuk menggunakan h
sebagai suatu taksiran).

10
Hubungan – hubungan ini memberi pengaruh yang sangat jauh pada
pandangan kita terhadap alam. Dapat diterima bila dikatakan bahwa terdapat
Frekuensi
ketidakpastian dalam menentukan letakpengukuran
sebuah Gelombang air. Namun
permasalahannya menjadi lain bila pernyataan yang sama diterapkan pada
Gelombang deBroglie, karena akan tersirat bahwa terdapat pula
ketidakpastian dalam menentukan letak partikel. Persamaan 1.4 dan 1.5
∆p
mengatakan bahwa alam menetapkan suatu batas ketelitian yang dapat kita
ni sejumlah percobaan, tidak perduli sebaik apa pun
gunakan untuk melakukan
peralatan ukur kita dirancang, kita tidak dapat melakukan pengukuran yang
pi disyaratkan oleh
lebih teliti daripada yang 0 persamaan 1.4 dan 1.5. Untuk
menentukan momentum secara teliti, kita harus melakukan pengukuran
sepanjang jarak Δx, jika kita bermaksud membatasi sebuah partikel pada suatu
bagian ruang (selang) Δx yang kecil, maka kita akan kehilangan kemampuan
untuk mengukur momentumnya secara teliti. Untuk mengukur suatu energy
dengan ketidakpastian yang kecil, diperlukan selang waktu pengukuran Δt
yang lama, jika sebuah partikel yang tercipta hadir (hidup) dalam selang
waktu yang singkat, maka ketidakpastiaan energinya akan menjadi besar.

11
Gambar 1.4 : momentum sebuah partikel yang terbatasi kedudukannya
dalamselang ∆ x . Pengukurannya berulang kali, tiap nilai pi diukur sebanyak ni
kali. Momentum rata-rata noldan distribusinya memiliki lebar ∆ p ℏ/ ∆ x .

Tentu saja, sebuah partikel klasik tidak dapat langsung bergerak dari
keadaan diam bila tidak dikenai gaya. Karena itu, bagaimana partikel dapat
terjadi memiliki momentum tidak nol ? Dilema kita dsini berangkalan dari
perkataan partikel. telah kita lihat bahwa istilah “partikel” dan “Gelombang”
tidaklah berdiri sendiri dalam fisika kuantum, yang mengungkapkan bahwa
deskripsi yang tepat dari suatu system fisika haruslah melibatkan kedua aspek
ini. Perilaku Gelombanglah yang menyebabkan terjadinya penyebarab
distribusi momentum bila jarak rang L diperkecil. Untuk menentukan letak
sebah partikel, kita harus menentukan amplitude geombang deBroglienya,
yang dilakukan dengan menjumlahkan semua macam komponen
gelombangnya, semakin kecil L dibuat,maka menurut persamaan 1.5, semakin
banyak Gelombang ang harus dijumlahkan. Masing – masing Gelombang
yang beraneka panjang Gelombangnya ini, yang pada umumnya merambat
melalui zat perantara dengan laju yang berbeda – beda, terpantul bolak – balik
anatara kedua dinding pemantul. Ketika kedua dinding berada di± ∞, hanya
satu Gelombang yang diperlukan, tidak ada disperse atau pantulan yang
terjadi, dan perilaku partikel tidak berubah terhadap waktu. Ketika kedua
dinding didekatkan, lebih banyak Gelombang yang diperlukan, disperse dan
pantulan kini dapat terjadi, dan kadang – kadang hubungan fase dan
amplitudo anatara berbagai komponen Gelombang berpadu menghasilkan
suatu ketidakseimbangan sesaat antara Gelombang yang bergerak ke kanan
dan ke kiri, yang kita amati sebagai suatu nilai px yang tidak nol.

Pengukuran yang banyak akan mungkin memperlihatan bahwa jumlah


gerak partikel ke kanan sama banyaknya dengan gerak ke kiri, sehingga
momentum rata-rata pav adalah nol, karena momentum yang berlawanan

12
saling menghapuskan. Rata – rata besar momentumnya |p|av tidak nol. Semakin
dekat jarak kedua dinding, semakin banyak pantulan yang terjadi, dan
semakin besar peluang bagi beberapa komponen momentum berinterferensi
secara maksimum sehingga memberikan suatu momentum besar pada suatu
arah tertentu. Akibatnya, partikel akan muali “bergerak” semakin cepat
meskipun pav masih tetap nol, |p|av menjadi semakin besar. Oleh karena itu,Δp
tampaknya berkaitan dengan |p|av, yang berkaitan dengan (p2)av .

Definisi yang pasti dari Δp adalah

∆ p=√ ( p¿¿ 2)av −( p¿¿ av )¿ ¿ 2

Perhatikan kesamaan definisi ini dengan konsep statistic deviasi


standar (standar deviation) dari sebuah besaran x yang memiliki nilai rata –
rata x,

❑ n
1
σ x=
√ ∑ ( xi−x́) 2
N i=1

N
¿
√1

N i=1
x2i −( x́ )
2

¿ √( x ¿¿ 2) av−(x ¿¿ av)2 ¿ ¿

13
BAB III PENUTUP

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pada tahun 1927 seorang fisikawan Jerman bernama Werner Heisenberg
mengemukakan sebuah teori baru di bidang fisika, suatu teori yang teramat
sangat radikal, jauh berbeda dalam pokok konsep dengan rumus klasik
Newton. Latar belakang Heisenberg mengemukakan teori tersebut berawal
dari pandangan terhadap sifat atom yang tak menentu sehingga tidak dapat
dihubungkan dengan alat-alat manusia yang tak sempurna.
2. Jika kita menggunakan sebuah gelombang untuk menyatakan sebuah partikel,
maka gelombang itu harus memiliki salah satu sifat penting partikel berikut:
Gelombang harus bersifat setempat (localized),atau dapat dikungung
kedalam suatu ruang kecil (misalnya dalam ukuran atom atau inti atom).
Gelombang sinus murni tidak dapat digunakan untuk menentukan letak
setempat partikel.
3. Prinsip ketidakpastian menyatakan bahwa, posisi dan kecepatan elektron tidak
bisa ditentukan pada saat yang bersamaan, karena semakin akurat
kecepatannya ditentukan, maka semakin tidak akurat penentuan posisinya,
begitupun sebaliknya. Prinsip yang sederhana di dunia mikrokosmik/kuantum
tersebut dipandang memiliki pengaruh yang dalam terhadap cara pandang kita
terhadap alam semesta/makrokosmik
B. Saran
Demikian lah yang dapat kami sajikan kiranya ada kekurangan mohon kritik
dan saranya agar dapat kami jadikan sebagai rujukan pelengkap dalam
makalah revisi yang akan dibuat kemudian jika diperlukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

15

Anda mungkin juga menyukai