Anda di halaman 1dari 36

Tugas makalah 2

” KONSEP GETARAN DAN KONSEP SIFAT TERMAL


KRISTAL’’
Di susun untuk memenuhi salah satu tugas
Mata kuliah : Fisika Zat Padat
Dosen Pengampu : Hadma Yulliani, M.Pd, M.Si

Oleh :
Laskaryani Cahya Ningrum
NIM. 1701130397

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
TAHUN AKADEMIK 2018

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang Insya Allah
bermanfaat bagi orang banyak, meskipun sangat jauh dari kata sempurna. Shalawat serta
salam tak lupa pula kami haturkan kepada keharibaan Nabi Besar kita Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta para pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman.
Tujuan dalam pembuatan makalah ini antara lain untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Fisika Zat Padat yang di berikan oleh Ibu Hadma Yulliani M.Pd M.Si, selaku
dosen pembimbing Sejarah Peradaban Fisika Zat Padat. Selain itu juga untuk menambah
wawasan para pembaca sekalian tentang Energi ikat sebuah ikatan.
Makalah ini memang jauh dari kata kesempurnaan, baik isi, susunan, maupun
penyajiannya. Untuk segala kritik dan saran dari teman-teman semuanya agar bisa
mengambil pelajaran dari makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Dan semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca .

Palangkaraya, 10 Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2

BAB1 PENDAHULUAN.......................................................................................................3

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN.................................................................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................................................................5

A. KONSEP GETARAN KRISTAL..................................................................................5

1. Dispersi Untuk Kristal Berbasis Satu Atom...............................................................6

2. Kecepatan Kelompok (Group Velocity)...................................................................10

3. Dispersi Untuk Kristal Berbasis Dua Atom.............................................................11

B. KONSEP SIFAT TERMAL KRISTAL......................................................................15

4. Kapasitas Panas Fonon.............................................................................................15

5. Rapat Keadaan Model Debye...................................................................................18

6. Temperatur Debye....................................................................................................23

7. Persamaan Debye.....................................................................................................25

BAB III PENUTUP..............................................................................................................27

A. KESIMPULAN...........................................................................................................27

B. SARAN........................................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................28

2
BAB1 PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

A. LATAR BELAKANG
Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan,
medan listrik, medan magnit, bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa
photo listrik yang telah kita kenal. Tanggapan padatan terhadap macam-macam
tambahan energi tersebut tentulah berbeda. Pada penambahan energi melalui
pemanasan misalnya, tanggapan padatan termanifestasikan mulai dari kenaikan
temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang masuk.
Pada peristiwa photolistrik tanggapan tersebut termanifestasikan sebagai emisi
elektron dari permukaan metal tergantung dari frekuensi cahaya yang kita berikan,
yang tidak lain adalah  besar energi yang sampai ke permukaan metal.
Dalam mempelajari sifat non-listrik material, kita akan mulai dengan sifat
thermal, yaitu tanggapan material terhadap penambahan energi secara thermal
(pemanasan). Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi
thermal; yang pertama adalah penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di
sekitar posisi keseimbangannya, dan yang kedua berupa energi kinetik yang
dikandung oleh elektron-bebas. Ditinjau secara makroskopis, jika suatu  padatan
menyerap panas maka energi internal yang ada dalam padatan meningkat yang
diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi perubahan energi pada atom-atom
dan elektron-bebas menentukan sifat-sifat thermal padatan. Sifat-sifat thermal yang
akan kita bahas adalah kapasitas panas, panas spesifik, pemuaian, dan konduktivitas
panas.
B. RUMUSAN MASALAH

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan identifikasi masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1.) Bagaimana persamaan dispersi untuk kristal berbasis satu atom?
2.) Bagaimana kecepatan kelompok (Group Velocity)?
3.) Bagaimana persamaan dispersi untuk kristal berbasis dua atom?
4.) Bagaimana kapasitas panas fonon?
5.) Bagaimana rapat keadaan model Debye?
6.) Bagaimana temperatur Debye?
3
7.) Bagaimana persamaan Debye?

C. TUJUAN PENULISAN

C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1.) Mengetahui Bagaimana persamaan dispersi untuk kristal berbasis satu atom
2.) Mengetahui Bagaimana kecepatan kelompok (Group Velocity)
3.) Mengetahui Bagaimana persamaan dispersi untuk kristal berbasis dua atom
4.) Mengetahui Bagaimana kapasitas panas fonon
5.) Mengetahui Bagaimana rapat keadaan model Debye
6.) Mengetahui Bagaimana temperatur Debye
7.) Mengetahui Bagaimana persamaan Debye

4
BAB 2 PEMBAHASAN

BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP GETARAN KRISTAL

A. KONSEP GETARAN KRISTAL


Dalam bab yang lalu, telah dibahas bahwa kristal tersusun oleh atom-atom
yang ”diam” pada posisinya di titik kisi. Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam,
tetapi bergetar pada posisi kesetimbangannya. Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah
sebagai akibat dari energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu
tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada kristal.
Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak antar atom
dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang pendek dan pendekatan gelombang
panjang. Disebut pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan
memiliki panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam keadaan ini,
gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atom-atom yang diskrit, sehingga
pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi diskrit. Sebaliknya, bila dipakai gelombang
yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi akan “nampak” malar
(kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini
sering disebut sebagai pendekatan kisi malar.

GELOMBANG ELASTIK DAN FONON

Dalam pendekatan gelombang panjang, tinjau sebuah batang berpenampang A dengan


rapat massa ρ, yang dirambati gelombang mekanik ke arah memanjang batang x. Pada setiap
titik x dalam batang terjadi perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya tegangan
σ(x) dari gelombang, lihat gambar 1.
Dapat dituliskan regangan pada batang :

Gambar 1

5
6
du
∈= ............ (1)
dx
Karena tegangan σ yang memenuhi hukum Hooke sebagai berikut :
σ = E ∈........ (2)
Dengan E menyatakan modulus elastik atau modulus Young. Selanjutnya menurut
hukum kedua Newton, tegangan yang bekerja pada elemen batang dx
menghasilkan gaya sebesar :
F = A {σ (x+dx) – σ (x)}........... (3)
akan menyebabkan massa elemen batang tersebut (ρAdx) mendapatkan

∂2 u
percepatan sebesar ( ) sehingga :
∂ t2
∂2 u
ρAdx = A {σ (x+dx) – σ (x)}............
∂ t2
(4)
Perhatikan lagi persamaan 2 dan 4, dapat dijabarkan :
∂σ
¿ dx
∂x
∂ε
=E dx
dx
∂ du
=E ( ).............. (5)
∂ x dx
d ²u
= E( )
dx ²

Masukkan kembali hasil persamaan (5) ke persamaan semula (4) sehingga


memberikan :
∂2 u ∂2 u
ρAdx 2 = E 2 dx.A
∂t ∂x
Yang dapat disederhanakan menjadi :
∂2 u ρ ∂2 u
= ( ) 2 ................ (6)
∂x ² E ∂t

1
Yaitu persamaan gelombang elastik. Dan bila dibandingkan dengan persamaan
gelombang umum :
∂2 u 1 ∂2 u
= 2
∂ x ² v s ∂ t2
akan diperoleh ungkapan bagi kecepatan gelombang elastik :
E
vs = ( ¿1/2............. (7)
ρ
Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum pada zat
padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus Young.
Karena perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik maka
gelombang yang bersangkutan disebut gelombang elastik.
Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan dengan jarak
antar atom dalam kristal,dapat dibedakan menjadi :
 pendekatan gelombang pendek
 pendekatan gelombang panjang

Disebut pendekatan gelombang pendek apabila :


 Apabila panjang gelombang yang digunakan memiliki panjang gelombang
yang lebih kecil dari jarak antar atom.
 Dalam keadaan ini gelombang akan “melihat” bahwa kristal merupakan
susunan atom atom diskret, sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan
kisi diskret.

Bila dipakai gelombang yang panjang, gelombangnya lebih besar dari jarak antar
atom, kisi akan “nampak” malar (kontinue) sebagai suatu media perambatan
gelombang. Oleh karena itu, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan kisi
malar.
ω = vs2……………………………………….(13)

2
Gambar 3. Hubungan dispersi linier untuk kisi malar (pendekatan
gelombang
panjang)
dengan vs adalah kecepatan gelombang pada medium yang bersangkutan.
Melalui
hubungan ini g(ω) dapat ditentukan :

Angka 2 pada persamaan tersebut muncul karena ragam gelombang meliputi 2


daerah(positif dan negatif), yaitu berhubungan dengan gelombang yang merambat
ke arah kanan dan kiri. Lebih lanjut, perubahan gelombang di atas dapat diperluas
untuk kasus tiga-dimensi.Dalam ruang tiga-dimensi, fungsi gelombang dengan
mengabaikan faktor waktu ditulis :

Syarat batas periodik menghasilkan :

Hal ini dapat dipenuhi oleh :

Setiap titik dalam ruang - q dinyatakan oleh :

3
yang merupakan satu ragam gelombang. Pada gambar 4. dilukiskan ruang - k
tigadimensi,
proyeksi pada bidang ky-kz dan besarnya volume yang ditempati oleh satu titik
(kx, ky, kz) dalam ruang - k tersebut.

Rapat keadaan g(ω) dalam ruang tiga-dimensi dari rambatan gelombang dapat
ditentukan berdasarkan gambar 4. Jumlah ragam gelombang (dalam bola berjejari q)
adalah perbandingan antara volume bola dan volume yang ditempati oleh satu titik
dalam ruang - k, jadi :

Turunkan (diferensiasi) N terhadap q akan memberikan g(ω) dω :

4
V = L3 yaitu volume medium apabila berbentuk kubus. Dengan hasil rumusan
terakhir, dapat diperluas hubungan antara jumlah ragam gelombang yang
dinyatakan oleh titiktitik dalam ruang - k. Dalam pengertian ini, satu titik (kx, ky,
kz) setara dengan 3 (tiga) ragam gelombang dalam ruang (koordinat) tiga-
dimensi. Anggap, misalnya, gelombang merambat ke arah - x, maka ragam ke
arah x ini menjadi gelombang longitudinal (1 ragam) sedangkan ragam ke arah y
dan z menjadi gelombang tronsversal (2 ragam), sehingga :
(kx, ky, kz)→ - 1 ragam longitudinal
- 2 ragam transversal
Dalam kasus gelombang merambat ke arah sumbu x, maka ungkapan rapat
keadaan
dapat dituliskan kembali berbentuk :

dengan vs,L dan vs,L adalah kecepatan gelombang longitudinal dan kecepatan
gelombang transversal.Sampai sejauh ini, kita telah membahas rambatan
gelombang elastik pada bahan padat.Gelombang elastik pada zat padat ini dapat
disebabkan baik oleh gelombang mekanik (bunyi/ultrasonik) maupun oleh
gelombang termal (inframerah). Kedua gelombang tersebut dapat menyebabkan
getaran kisi. Untuk selanjutnya, paket-paket energi getaran kisi disebut fonon.
Fonon dapat dipandang sebagai “kuasi partikel” seperti halnya foton pada
gelombang cahaya/elektromagnet. Melalui konsep yang mirip “dualisme partikel

5
gelombang” ini, rambatan getaran kisi dalam zat padat dapat dianggap sebagai
aliran fonon. Beberapa konsep dualisme gelombang-pertikel ditunjukkan pada
tabel 1
Tabel 1. Beberapa eksitasi elementer pada zat padat.
Gelombang Partikel
Gel. Elektromagnet Foton
Gel. Elastik/getaran Kisi Fonon
Gel. Elektron Kolektif Plasmon
Gel. Magnetisasi Magnon
Gel. Elektron + deformasi elastik Polaron
Gel. Polarisasi Eksiton

Vibrasi fonon adalah vibrasi atom secara kolektif pada suatu struktur kristal.
Vibrasi ini memiliki frekuensi karakteristik dan arah rambat getaran ini
bergantung pada struktur kristal yang ditinjau. Fonon dapat ditemui dalam sistem
kristal. Jadi, Fonon adalah partikel yang terdapat dalam gelombang elastik.
Contoh : nitrogen vacancy center (NV Center) in diamond, konfigurasi elektron
nya membentuk energi level 'ground state' dan 'excited state' yang perbedaan
energinya sebesar 637 Nm.

1. Dispersi Untuk Kristal Berbasis Satu Atom

1. DISPERSI UNTUK KRISTAL BERBASIS SATU ATOM

Kita mulai dengan kasus yang sederhana. Yaitu kasus yang


melibatkan getaran kristal akibat adanya gelombang elastis yang merambat
dalam arah [1 0 0] ; [1 1 0] ; [1 1 1].

6
Untuk setiap vektor gelombang (k ) terdapat 3 model getaran yaitu : 1
buah longitudinal dan 2 buah transversal.

Kita anggap bahwa kristal akan merespon

Gelombang elastik secara linier terhadap gaya. Artinya : gaya yang bekerja pada
bidang kristal yang ke : s adalah sebanding dengan selisih simpangannya. Jadi:
Fs = c (Us+1 - Us) + c (Us-1 - Us)
Fs = c (Us+1 + Us-1 – 2Us)..................................(1)
Dengan :
Fs = gaya yang bekerja pada bidang kristal yang ke : s
C = tetapan elastisitas
Us = simpangan bidang kristal yang ke s
Us+1 = simpangan bidang kristal yang ke s+1

7
Us-1 = simpangan bidang kristal yang ke s-1
Persamaan gerak bidang kristal ke s adalah
F = m. a = c. Δx
m. a = hukum newton
c. Δx = hukum hooke

m = massa atom.
Solusi dari persamaan gerak ini tergantung pada waktu (t) yang dinyatakan
oleh :Us = e-it
Karena pers (2) merupakan turunan hanya terhadap waktu, maka :

Karena itu pers (2) dapat ditulis :

-ω2 Us m = c (Us+1 + Us-1 – 2Us).......................................(3)


Solusi:
Us = e- i ω t dapat ditulis sebagai berikut :
Us = e- i ω t ≈ e- i 2 π v t
= e- i 2 π v t λ/λ
Us = e- i k x = e- i k s a
Secara lengkap Us dapat ditulis sebagai berikut:
Us =U. e- i k s a.............................................................(4)
U = amplitudo
Karena itu:
=U. e- i k (s+1) a =U. e- i k s a. e+ i k a
Us+1 Us+1 = Us ei k a.........................................................(5)

8
Pers (5) → (3) didapat :
-ω2 Us m = c (Us ei k a + Us e- i k a – 2 Us)

-ω2 m = c (ei k a + e- i k a – 2)..........................................(6)


Karena e+ i θ = cos θ + i sin θ maka ei k a + e- i k a = 2 cos ka
Sehingga persamaan (6) menjadi:
ω 2 m = -c (2 cos ka – 2)

Persamaan (8) merupakan Persamaan Dispersi. Persamaan (8) menyatakan


hubungan
antara frekuensi sudut (ω) terhadap vektor gelombang (k). ω = f(k)
Bila dinyatakan dengan grafik

Daerah Brillovin I

9
2. Kecepatan Kelompok (Group Velocity)

2. Kecepatan Kelompok (Group Velocity)


Kecepatan transmisi paket gelombang adalah kecepatan
kelompok ; rumusnya

V g= ( Gradien atau Arah )
dk
gradien frekuensi sehubungan dengan K. ini adalah kecepatan propagasi
energi dalam medium

10
¿
d
dk
2 {√ |
c
m
1
sin ka
2 |}
c a ka
V g=2
√ m2
cos
2
................................. (9)


Pada saat ka = π maka, a=π → λ=2 a
λ
c π
V g=a
√ m
cos =0 (tidak ada gradien)
2
π 2π π
Pada saat ka = maka, a= → λ=4 a
2 λ 2
c π c
V g=a
√ m
cos ≈ 0,74 a
2 m
(ada gradien)

3. Dispersi Untuk Kristal Berbasis Dua Atom

3. Dispersi Untuk Kristal Berbasis Dua Atom

11
Pada pembahasan vibrasi kristal berbasis dua atom dijelaskan bahwa
antara atom dengan atom lainnya saling bergetar secara elastis. Pada bahasan
tersebut dijelaskan ternyata pada kristal memiliki getaran, akan tetapi pada
pembahasan tersebut diumpamakan atom-atom tersebut merupakan atom
seragam. Di pembahasan kali ini membahas bagaimana getaran pada atom
yang jenis-jenisnya bereda.
Dispersi phonon dikaitkan dalam kristal dengan dua atau lebih per atom
primitif dasar. Seperti contohnya NaCl atau struktur intan, dengan dua atom
dalam sel primitif.
Untuk setiap mode polarisasi dalam arah penyebaran mengingat hubungan
antara w dan k berkembang dua cabang, yang dikenal sebagai cabang akustik
dan cabang optik.
kita menganggap kristal kubik dimana ketika massa atom M1 terletak pada
sekitar satu kelompok bidang dan massa atom m2 berjajar pada bidang, yang
disisipkan antara kelompok pertama (Gambar. diatas).
Kita menulis persamaan gerak dengan asumsi bahwa setiap bidang hanya
berinteraksi dengan bidang tetangga terdekat dan konstanta gaya yang identik
antara semua pasangan dari pesawat neghbor terdekat. lihat Gambar. untuk

mendapatkan persamaan

.................................... (10)

12
d2us
M1 =C( v s + v s−1−2 U s )
dt 2
d2 vs
M2 =C (us +u s−1−2 v s )
dt 2

kita mencari solusi dalam bentuk gelombang berjalan, sekarang


dengan amplitudo yang berbeda u, v pada bidang yaitu :

u s=u e isKa e−iωt ; v s=v eisKa e−iωt .................................... (11)


Pada persamaan (11) dan (10) disubtitusikan menjadi
−ω 2 M 1 u=Cv [ 1+e−iKa ] −2 Cu ;
.................................... (12)
−ω 2 M 2 v=Cu [ eiKa +1 ] −2Cv .
Persamaan diatas (12) akan menjadi persamaan linear yang ruas kanannya
masing-masing bernilai nol. Kemudian koefisien tersebut dideterminankan,
asumsikan bahwa v, u ditiadakan ( nol) sehingga menjadi :
¿ .................................... (13)
Hasilnya
M 1 M 2 ω4 −2 C ( M 1−M 2 ) ω2 +2C 2 (1−cos Ka )=0 ...................... (14)
Dari persamaan (14) kemudian kita cari nilai setiap ω 2dengan menggunakan

−b ± √b 2−4 ac
rumus ABC ω 2= sehingga lahir persamaan cabang :
2a
Pada cabang optik ketika nilai Ka = ± π. sehingga Ka hilang pada cabang
optik

1 1
ω2 ≅ 2 C ( +
M1 M2 )
(cabang Optik ) ...................... (15)

13
Pada cabang akulstik, penurunan rumus pada bagian koefesien c pada
persamaan kuadrat memiliki nilai cos Ka yang di deretkan menjadi cos Ka≅ 1-

1 2 2
K a sehingga Ka pada cabang akulstik muncul.
2
...................... (16)
1/2 C
ω2 ≅ K 2 a 2( cabang akulstik)
M 1+ M 2
π π
Luas zona brillouin adalah - ≤ K ≤ . Dimana a ialah jarak pengulangan kisi.
a a
Pada K max =± π /a. Persamaan akarnya ialah:
............................... (16)
2 C C
ω =2 ; ω 2=2
M1 M2
Ketergantungan ω terhadap K digambarkan pada gambar untuk M 1> M 2

Untuk cabang optik pada K=0 kita memperoleh pada subtitusi persamaan (16)
dan (12):
............................... (16)
u −M 2
=
v M1

14
Gambar : Gelombang optik transversak dan gelombang akustik transversal
dalam kisi linear diatomik, diilustrasikan oleh perpindahan partikel untuk dua
model pada panjang gelombang yang sama.
B. KONSEP SIFAT TERMAL KRISTAL

B. KONSEP SIFAT TERMAL KRISTAL


4. Kapasitas Panas Fonon

4. Kapasitas Panas Fonon


Dalam padatan, terdapat dua jenis energi thermal yang tersimpan di
dalammya yaitu energi vibrasi atom-atom di sekitar posisi
keseimbangannya dan energi kinetik yang dikandung elektron-bebas. Jika
suatu padatan menyerap panas maka energi internal yang tersimpan dalam
padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan temperaturnya. Jadi
perubahan energi pada atom-atom dan elektron-bebas menentukan sifat-
sifat thermal padatan. Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas adalah
kapasitas panas.[1]

Tiap-tiap atom pada benda padat ini dapat berosilasi ke tiga arah
secara bebas dan independen, sehingga padatan dapat dipandang sebagai

15
sistem yang memiliki 3N osilator harmonik sederhana,
dengan N menunjukkan jumlah atom dalam kekisi kristal tersebut. Oleh
karena tiap osilator harmonik memiliki energi rata-rata kBT, energi total
rata-rata padatan itu adalah sebesar 3NkBT, dan kapasitas kalornya adalah
3NkB.

Dengan mengambil nilai N sebagai tetapan Avogadro NA, dan


menggunakan hubungan R = NAkB antara tetapan gas R dengan tetapan
Boltzmann kB, hal ini akan menjelaskan hukum Dulong-
Petit mengenai kapasitas kalor jenis benda padat, yang menyatakan bahwa
kapasitas kalor jenis (per satuan massa) suatu benda padat berbanding
terbalik terhadap bobot atomnya. Dalam versi modernya, kapasitas kalor
molar suatu benda padat adalah 3R ≈ 6 cal/(mol·K).

Namun, hukum ini menjadi tidak akurat pada temperatur yang


rendah. Hal ini disebabkan oleh efek-efek kuantum. Selain itu, hukum ini
juga tidak konsisten dengan hukum ketiga termodinamika, yang
menurutnya kapasitas kalor molar zat apapun haruslah menuju nilai nol
seiring dengan temperatur sistem menuju nol mutlak. Teori yang lebih
akurat kemudian dikembangkan oleh Albert Einstein (1907) dan Peter
Debye (1911) dengan memasukkan pertimbangan efek-efek kuantum. [2]
Kapasitas Panas adalah sejumlah panas (∆Q) yang diperlukan per
mol zat untuk menaikkan suhunya 1 K, disebut kapasitas kalor. Untuk
membedakan dengan kapasitas panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv
dan Cp), maka panas spesifik dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp).
Bila kenaikan suhu zat ∆T, maka kapasitas panas adalah :
∆Q
C= (1.1)
∆T
Jika proses penyerapan panas berlangsung pada volume tetap,
maka panas yang diserap sama dengan peningkatan energi dalam zat ∆Q
= ∆U. Kapasitas kalor pada volume tetap (Cv) dapat dinyatakan:

C v= ( ∆∆ UT ) =( ∂∂ UT )
v v
(1.2)

16
Dengan U adalah energi internal padatan yaitu total energi yang
ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik
elektron bebas.
Kapasitas panas pada tekanan konstan, (Cp) dengan relasi

( ∂∆HT )
C p=
p
(1.3)

dengan H adalah enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam


thermodinamika karena sesungguhnya adalah amat sulit menambahkan
energi pada padatan (meningkatkan kandungan energi internal) saja
dengan mempertahankan tekanan konstan. Jika kita masukkan energi
panas ke sepotong logam, sesungguhnya energi yang kita masukkan tidak
hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan
kerja pada waktu pemuaian terjadi. Pemuaian adalah perubahan volume,
dan pada waktu volume berubah dibutuhkan energi sebesar perubahan
volume kali tekanan udara luar dan energi yang diperlukan ini diambil
dari energi yang kita masukkan. Oleh karena itu didefinisikan enthalpi
guna mempermudah analisis, yaitu

H = U + PV (1.4)

dengan P adalah tekanan dan V adalah volume.


Kapasitas panas zat pada suhu tinggi mendekati nilai 3R; R menyatakan
tetapan gas umum. Karena R ≅ 2 kalori/K-mol, maka pada suhu tinggi
kapasitas panas zat padat :
6 kalori
Cv ≅ −mol
K

17
Gambar 2.11. Kebergantungan kapasitas panas zat padat pada suhu

5. Rapat Keadaan Model Debye

5. Rapat Keadaan Model Debye


Model Teori Klasik
Menurut hukum Dulong-Petit (1920), panas spesifik padatan unsur adalah
hampir sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole oK. Boltzmann,
setengah abad kemudian, menunjukkan bahwa angka yang dihasilkan oleh
Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa energi dalam
padatan tersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi. Getaran atom-
atom zat padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik. Osilator
harmonik merupakan suatu konsep/model yang secara makroskopik dapat
dibayangkan sebagai sebuah massa m yang terkait pada sebuah pegas
dengan tetapan pegas C.
Untuk osilator harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :
ε =energi kinetik+ energi potensial
1 1
ε = m v 2+ c x 2
2 2
m 2 2 2
ε= ( v +ω x ) (1.5)
2
dengan v laju getaran osilator,
x simpangan osilator

c
ω frekuensi sudut getaran osilator ω=
m
. ( √ )
Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-
rata

18
1
per derajat kebebasan adalah kbT sehingga energi kinetik rata-rata dalam
2

3
tiga dimensi adalah kbT. Energi per mole adalah :
2
3 3
Uk/mole = NkbT = RT, (N Bilangan Avogadro) (1.6)
2 2
yang merupakan energi internal gas ideal. Dalam padatan, atom-atom saling
terikat sehingga selain energi kinetik terdapat pula energi potensial sehingga

1
energi rata-rata per derajat kebebasan bukan kbT melainkan kbT. Energi per
2
mole padatan menjadi:
U k / mole padat = 3RT cal/mole (1.7)

Panas spesifik pada volume konstan:

C v= |dUdT | = 3R = 5,96 cal/mole o K


v
(1.8)

Angka inilah yang diperoleh oleh Dulong-Petit. Pada umumnya hukum


Dulong-Petit cukup teliti untuk temperatur di atas temperatur kamar. Namun
beberapa unsur memiliki panas spesifik pada temperatur kamar yang lebih
rendah dari angka Dulong-Petit, misalnya B, Be, C, Si. Pada temperatur yang
sangat rendah panas spesifik semua unsur menuju nol.
Model Einstein
Atom – atom kristal dianggap bergetar satu sama lain di sekitar titik
setimbangnya secara bebas. Getaran atomnya dianggap harmonik sederhana

ω
yang bebas sehingga mempunyai frekuensi yang sama ( v=

) sehingga di dalam zat padat terdapat sejumlah N atom maka ia akan
mempunyai 3N osilator harmonik yang bergetar bebas dengan frekuensi ω

19
(1.9)

Model Einstein untuk T>>

Untuk T<<
Bila (1.10)

(1.11)

(1.12)

20
Dalam model Einstein frekuensi osilator ω biasa ditulis ωE yang disebut
frekuensi Einstein. Didefinisikan suhu Einstein (θE) menurut :

dan persamaan ( 1.12 ) tereduksi menjadi :

(1.13)

Jadi pada suhu rendah, Cv sebanding dengan hasil ini tidak cocok dengan hasil
eksperimen, dimana Cv sebanding dengan T3. Model inipun gagal menjelaskan
Cv pada suhu rendah.
Model Debye
Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetar secara terisolasi dari
atom di sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena
gerakan atom akan saling berinteraksi dengan atom-atom lainnya. Seperti
dalam kasus penjalaran gelombang mekanik dalam zat padat, oleh karena
rambatan gelombang tersebut atom-atom akan bergerak kolektif. Frekuensi

21
getaran atom bervariasi dari ω=0 sampai dengan ω =ωD. Batas frekuensi
ωD disebut frekuensi potong Debye.
Menurut model Debye ini, energi total getaran atom pada kisi diberikan oleh
ungkapan:

(1.14)

є (ω) adalah energi rata-rata osilator seperti pada model Einstein,


sedangkan g (ω) adalah rapat keadaan. Dalam selang frekuensi antara ω = 0
dan ω = ωD, g(ω) memenuhi :
(1.15)

Jumlah moda getaran sama dengan jumlah 1 mol osilator tiga-dimensi, yang
dalam kurva pada gambar 1. ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi
potong ωD adalah :

(1.16)

Gambar 1. Rapat Keadaan Menurut Model Gebye

22
Apabila kita menggambarkan kontur yang berhubungan dengan ω = ωD
dalam ruang - q seperti pada gambar 2. akan diperoleh sebuah bola yang
disebut bola Debye, dengan jejari qD yang disebut jejari Debye
(1.17)

Gambar 2. Bola Debye dengan jejari qD


Kembali pada persamaan (1.14), dengan substitusi є (ω )pada persamaan
(1.18) dan g(ω) diperoleh ungkapan energi getaran kisi :

(1.18)

6. Temperatur Debye

6. Temperatur Debye
Model atom yang oleh fisikawan asal Belanda yang bernama Peter
Debye (1884-1966) adalah seacara mode kekisi kolektif dikarenakan, pada
atom model Einstein di asumsikan berosilasi bebas, sedangkan pada
kenyataannya, atom-atom saling berinteraksi sehingga osilasi satu atom
akan mempengaruhi atom lainnya. Tinjauan mode kekisi kolektif ini

23
adalah dengan gerakan yang ditinjau gerak kekisi secara keseluruhan,
bukan gerak atom secara individu. Contoh umum dari mode kolektif ini
adalah gelombang suara pada bahan.
Dalam padatan, terdapat dua jenis energi thermal yang tersimpan di
dalamnya yaitu :
1. Energi vibrasi atom-atom di sekitar posisi keseimbangannya
2. Energi kinetik yang dikandung elektron bebas
Jika suatu padatan yang menyerap panas maka Energi Internal yang
tersimpan dalam padatan meningkat yang diindikasikan oleh kenaikan
temperaturnya.

Untuk suhu tinggi, T >> θ D sehingga XD << 1 maka dengan pendekatan ex


= 1 + x diperoleh Cv = 3R yang sama dengan Hukum Dulong – Petit.

24
Untuk suhu rendah, T << θ D sehingga XD → ∞ maka diperoleh Cv = 12/5
π 4 R (T/θ D)3 yang sesuai eksperimen bahwa Cv ~ T3

25
7. Persamaan Debye

7. Persamaan Debye
Debye mengasumsikan bahwa mode kekisi menyerupai sifat
gelombang suara yang memiliki relasi dispersi : ω=V s k . Pada model
Debye nilai ω bervariasi dari 0 hingga nilai ω maksimum. Total energi
getaran seluruh kekisi adalah :

Dengan g (ω) adalah rapat keadaan (density of state)

Namun bentuk integral tersebut harus memiliki batas integrasi, yaitu ujung
bawah dan atas spektrum frekuensi. Batas bawah spektrum frekuensi
adalah ω=0. Sedangkan batas atas ditentukan sedemikian sehingga
banyaknya mode harus sama dengan banyaknya derajat kebebasan atom
diseluruh bahan, yaitu 3NA.
Untuk menentukan banyaknya mode, digunakan DOS mode
kontinyu, karena Debye mengasumsikan bentuk relasi dispersi yang sama
dengan gelombang suara pada bahan. Maka frekuensi Debye yang
merupakan frekuensi batas (Cutoff frequency) pada getaran kekisi ini
ditentukan melalui

DAFTAR
PUSTAKA

26
27
BAB III PENUTUP

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Vibrasi kristal dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya dalam vibrasi
kristal terdapat Gelombang Elastik dan Fonon. Vibrasi fonon adalah vibrasi
atom secara kolektif pada suatu struktur kristal. Vibrasi ini memiliki frekuensi
karakteristik dan arah rambat getaran ini bergantung pada struktur kristal yang
ditinjau. Fonon dapat ditemui dalam sistem kristal.

Sifat termal adalah respon material aplikasi dari panas. Benda padat
menyerapenergi dalam bentuk panas , sehingga temperatur dan dimensinya
naik.Adapun faktor- faktor dapat mempengaruhi konduktivitas termal antara lain
yaitu :
1.    Suhu
Konduksi termal akan meningkat seiring dengan kenaikan suhu.
2. Kandungan uap air Konduksi Termal akan meningkat seiring
meningkantakandungankelembaman.Bila nilai (k) besar maka merupakan
pengalir yg baik,tetapi bila nilai (k) kecil maka bukan pengalir yg baik.
3.    Berat jenisNilai konduktifitas termal akan berubah bila berat jenisnya
berubah. Semakintinggi berat jenis makan semakin baik pengalir
konduktifitas tersebut
4.    Keadaan pori- pori bahan
Semakin besar rongga maka akan semakin buruk konuktifitas termalnya.
Panas diangkut dalam bahan padat oleh kedua gelombang kisi
(foton) dan   elektron   bebas.   
B. SARAN

B. SARAN
Inilah informasi yang menjadi bacaan pada penulisan Makalah ini
meskipun penulisan ini jauh dari sempurna. Masih banyak kesalahan dari
penulisan makalah ini. karena kami manusia yang adalah tempat salah dan dosa
kami juga butuh saran dan kritikan dari kalian semua, agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.

28
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Diktat Pendahuluan Fisika Zat Padat oleh Dra.Wiendartun, M.Si


Kittel, Charles. Introduction to Solid State Physics. 1986: Unitet States of America
Sirait, Motlan. 2017. Pendahuluan Fisika Zat Padat. Medan : UNIMED PRESS

29

Anda mungkin juga menyukai