Anda di halaman 1dari 18

SISTEM KRISTAL HEKSAGONAL DAN TRIGONAL

Aurelia Abbas1 , Abi Maslan2


1
Praktikan Laboratorium Minerologi dan Kristalografi Laboratorium Petrologi,
Departemen Teknik Geologi , Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
2
Asisten, Laboratorium Minerologi dan Kristalografi Laboratorium Petrologi ,
Departemen Teknik Geologi , Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Kristalografi merupakan disiplin ilmu yang mempelajari tampilan, susunan, serta tahapan
pembentukan kristal dalam mineral. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenali
dan memahami sistem kristal, khususnya Heksagonal dan Trigonal. Adapun metode yang
percobaan pada praktikum ini adalah tahap persiapan, tahap analisis data, tahap
pengerjaan jurnal, dan jurnal. Hasil yang didapatkan dari praktikum ini adalah 4 sumbu
kristal yaitu a,b, c, Pada sistem kristal Heksagonal mempunyai sifat kristal a:b:c:d,
adalah a = b = d ≠ c, α = β = 90˚ ; γ = 120˚ dan dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ;
dˉ^b+= 40˚. Pada sistem kristal Trigonal mempunyai sifat kristal a:b:c:d adalah a = b = d
≠ c, , α = β = 90˚; γ = 120˚ dan dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚.

Kata kunci : Krsitalografi, Sistem Isometrik, Sistem Tetragonal

I. PENDAHULUAN membahas mengenai sistem kristal

1.1 Latar Belakang tersebut.

Geologi adalah ilmu yang Untuk dapat memahami dengan

mepelajari tentang planet planet baik ilmu geologi tentunya harus

Bumi, termasuk material dan proses mengetahui bentuk maupun struktur

yang terjadi di dalamnya. Geologi dari penyusun batuan yang ada di

berkaitan erat dengan batuan, dimana planet Bumi ini. Sebelum difraksi

dalam setiap batuan terdapat sinar-X menjadi teknik utama dalam

komponen penyusun berupa mineral kristalografi, penelitian tentang kristal

dan kristal yang menampilkan suatu didasarkan pada pendekatan geometri.

sistem tertentu. Kristalografi Ini melibatkan pengukuran sudut

merupakan cabang ilmu geologi yang antara permukaan kristal dengan


sumbu referensi teoretis (sumbu 3. Pensil Warna

kristalografik) serta penentuan sifat- 4. ATK (Alat Tulis Kertas)

sifat geometris kristal yang terkait. 5. Sampel peraga

1.2 Maksud dan Tujuan 6. Busur 1800, 3600

Adapun maksud dari praktikum 7. Penggaris 30 cm

acara I Sistem Kristal Heksagonal dan 8. Clipboard

Trigonal yaitu agar praktikan dapat 9. Palet warna

mendeskripsikan dan mengetahui II. TINJAUAN PUSTAKA

sifat-sifat dari kristal. Adapun tujuan 2.1 Pengertian Kristalografi

dari praktikum ini, ialah: Kristal berasal dari "Krustallos"

1. Untuk mengetahui cara yang berasal dari bahasa Yunani,

menggambarkan dan diambil dari kata "kruos" dan

mendeskripsikan sistem kristal "stellein" yang berarti membeku

Heksagonal dan Trigonal. karena pendinginan, sering disebut

2. Untuk mengetahui bentuk, sebagai hablur atau balur.

klas serta sifat-sifat dari sistem kristal Kristalografi adalah cabang ilmu

Heksagonal dan Trigonal. eksperimental yang bertujuan untuk

4.1 Alat dan Bahan menentukan susunan atom dalam

Alat dan bahan yang digunakan bahan padat. Kristal adalah bentuk

dalam praktikum ini ialah: secara kimia dengan bentuk geometri

1. LKP (Lembar deskripsi yang tetap. Mereka memiliki susunan

Proyeksi Kubus, Stereografi) atom yang teratur yang dibatasi oleh

2. Pensil banyak bidang (polyhedron) dengan


jumlah dan posisi yang khusus dan Sumbu simetri adalah garis

teratur. Sebuah kristal dapat lurus yang melewati pusat kristal.

didefinisikan sebagai bahan padat Ketika kristal diputar 360 derajat

yang secara esensial memiliki pola sekitar garis ini sebagai poros

difraksi tertentu, sehingga bisa perputaran, pada posisi tertentu,

mendifraksi sinar X. Dalam bahasa kristal akan menunjukkan tampilan

yang lebih sederhana, kristal adalah yang sama seperti sebelumnya.

jenis bahan padat yang memiliki 1.1.2 Bidang Simetri

susunan atom atau molekul yang Bidang simetri adalah bidang

teratur. Keteraturan ini tercermin datar yang dibuat melalui pusat kristal

dalam permukaan kristal yang terdiri dan membagi kristal menjadi dua

dari bidang-bidang datar dan rata bagian yang sama, dimana bagian

yang mengikuti pola tertentu, dan yang satu merupakan pencerminan

bidang-bidang ini disebut sebagai bagian yang lain.

bidang muka kristal. 2.1.3 Pusat Simetri

Pusat simetri adalah titik di


2.2 Klasifikasi Kristal
dalam kristal, dimana melaluinya
Pengelompokan ke dalam suatu
dapat dibuat garis lurus sedemikian
klas simetri dilakukan berdasarkan
rupa sehingga pada sisi yang satu
unsur-unsur simetri. Unsur-unsur
dengan sisi yang lain pada jarak yang
simetri mencakup sumbu simetri
sama terdapat kenampakan yang sama
bidang simetri, dan titik simetri atau
(tepi, sudut, bidang).
pusat simetri.

1.2.1 Sumbu Simetri 2.3 Sistem Kristal


Terbentuknya sebuah kristal Sistem ini memiliki empat

yang mana setiap bagian merupakan sumbu kristal, di mana sumbu c

yang serba sama, bentuk tiga dimensi berdiri tegak lurus terhadap tiga

dari kristal dibentuk olehh sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d,

bidangbidang datar yang terlihat dari masing-masing membentuk sudut

luar dan bidang tersebut ditentukan 120˚ satu sama lain dan memiliki

oleh barisan atom-atom bagian dalam. panjang yang sama. Sementara itu,

Semua kristal memperlihatkan panjang sumbu c berbeda, biasanya

perbedaan sudut dari simetri dan juga lebih panjang. Dalam kondisi aslinya,

jumlah unsur-unsur simetrinya sistem kristal Hexagonal memiliki

Terdapat 7 sistem kristal yaitu sistem perbandingan sumbu axial a = b = d ≠

kristal isometrik, sistem kristal c, yang berarti sumbu a, b, dan d

tetragonal, sistem kristal heksagonal, memiliki panjang yang sama, tetapi

sistem kristal trigonal, sistem kristal berbeda dari sumbu c. Selain itu,

orthorombik, sistem kristal monoklin sudut kristalografi α = β = 90˚; γ =

dan sistem kristal triklin. Namun, 120˚, yang berarti sudut α dan β

yang akan di bahas disini hanyalah saling tegak lurus dan membentuk

sistem kristal heksagonal dan sistem sudut 120˚ terhadap sumbu γ dalam

kristal trigonal. Bentuk kristal yang sistem ini.

terdapat di bumi sangat banyak sekali Dalam proyeksi orthogonal,

ragamnya, dari bentuk yang paling representasi sistem Hexagonal

sederhana sampai yang sangat rumit memiliki perbandingan sumbu a : b :

2.3.1 Sistem Heksagonal c sebesar 1 : 3 : 6. Ini berarti bahwa


pada sumbu a digambarkan dengan Bentuk umum dalam kelas ini adalah

nilai 1, pada sumbu b digambarkan dipyramid heksagonal, prisma

dengan nilai 3, dan pada sumbu c heksagonal, dan pinakoid basal.

digambarkan dengan nilai 6 (nilai ini Mineral yang umum dijumpai

adalah perbandingan, bukan nilai termasuk agardit, hangsit, hedyphane,

sebenarnya). Selain itu, sudut antara mixit, thaumasit, dan kelompok apatit

sumbu a+ dan bˉ adalah 20˚, (apatit, mimetit, vanadinit, dan

sementara sumbu dˉ membentuk pyromorpit).

sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sistem 3. Kelas Dihexagonal Pyramidal

ini terbagi menjadi 7 kelas: Masuk dalam kelas ke-18

1. Kelas Hexagonal Pyramidal dengan simetri 6 m. Terdapat satu

Masuk dalam kelas ke-14 sumbu putar enam, enam bidang

dengan simetri 6. Hanya terdapat satu simetri. Bentuk umum dalam kelas ini

sumbu putar enam. Bentuk umum mencakup piramida diheksagonal,

dalam kelas ini adalah piramida piramida heksagonal, prisma

heksagonal, prisma heksagonal, dan diheksagonal, prisma heksagonal, dan

pedion. Mineral yang sering ditemui pedion. Mineral yang sering ditemui

meliputi nephelin, kankrinit, erionit, adalah zincit, moissanit, taafeit,

berthierit, dan gyroli. greenockit, dan wurtzit.

2. Kelas Hexagonal Dipyramidal


4. Kelas Dihexagonal
Masuk dalam kelas ke-16 dengan
Dipyramidal
simetri 6/m. Terdapat satu sumbu
Masuk dalam kelas ke-20
putar enam dan satu bidang simetri.
dengan simetri 6/m 2/m 2/m.
Terdapat satu sumbu putar enam, Masuk dalam kelas ke-17

enam sumbu putar dua, dan tujuh dengan simetri 6/m 2/m. Terdapat

bidang simetri, masing-masing saling satu sumbu putar enam, tiga sumbu

tegak lurus dengan salah satu sumbu putar dua, dan empat bidang simetri.

rotasi dan satu pusat. Bentuk umum Bentuk umum dalam kelas ini

dalam kelas ini mencakup dipyramid mencakup piramida diheksagonal,

diheksagonal, dipyramid heksagonal, piramida heksagonal, prisma

prisma diheksagonal, prisma diheksagonal, prisma heksagonal, dan

heksagonal, dan pinakoid basal. pedion. Mineral yang sering ditemui

Mineral yang sering ditemui meliputi meliputi benitoit, belkovit, konnelit,

beryl, molibdenit, pyrhotit, nikelin, baringerit, basnasit, hidroksil

grafit, kakohenit, seng, fluoserit, dan basnasit, ofretit, dan lainnya.

lainnya. 7. Kelas Hexagonal

5. Kelas Trigonal Dipyramidal Trapezohedral

Masuk dalam kelas ke-1 dengan Masuk dalam kelas ke-19

simetri 6/m. Terdapat satu sumbu dengan simetri 6 2 2. Terdapat satu

putar enam dan satu bidang simetri. sumbu putar enam dan enam sumbu

Bentuk umum dalam kelas ini adalah putar dua. Bentuk umum dalam kelas

dipiramida trigonal, prisma trigonal, ini mencakup trapesohedron

dan pinakoid basal. Mineral yang heksagonal, piramida heksagonal,

sering ditemui adalah laurelit, liotit, prisma diheksagonal, prisma

dan reederit. heksagonal, dan pinakoid. Mineral

6. Kelas Ditrigonal Dipyramidal yang sering ditemui meliputi


rhapdopane, quetzalcoatlit, quintinit, sudut 120˚ terhadap sumbu γ dalam

dan beta-kuarsa. sistem ini.

2.3.2 Sistem Trigonal Dalam proyeksi orthogonal,

Sistem ini juga dikenal dengan sistem kristal Trigonal memiliki

nama Rhombohedral, dan beberapa perbandingan sumbu a : b : c sebesar

pakar memasukkannya ke dalam 1 : 3 : 6. Ini berarti bahwa pada

kategori sistem kristal Hexagonal. sumbu a digambarkan dengan

Cara penggambarannya pun serupa. panjang 1, pada sumbu b

Perbedaannya terletak pada digambarkan dengan panjang 3, dan

pembentukan bidang dasar dalam pada sumbu c digambarkan dengan

sistem Trigonal, di mana terbentuk panjang 6 (angka-angka ini adalah

segienam terlebih dahulu, dan perbandingan, bukan nilai

kemudian segitiga terbentuk dengan sebenarnya). Selain itu, sudut antara

menghubungkan dua sudut yang sumbu a+ dan bˉ adalah 20˚,

melalui satu sudut lainnya. Dalam sementara sumbu dˉ membentuk

kondisi aslinya, sistem Trigonal sudut 40˚ terhadap sumbu b+. Sumbu

memiliki perbandingan sumbu axial a a  b  c  d, c tegak lurus a, b dan d

= b = d ≠ c, yang berarti panjang poros a, b dan d saling menyudut

sumbu a, b, dan d sama, tetapi 120˚.

berbeda dari panjang sumbu c. Selain Sistem Trigonal ini terbagi

itu, sudut kristalografi α = β = 90˚; γ menjadi lima kelas:

= 120˚, yang berarti sudut α dan β 1. Kelas Hexagonal

saling tegak lurus dan membentuk Scalenohedral


Kelas ini termasuk kelas ke-13 sering ditemui meliputi kuarsa,

dengan simetri 3bar 2/m. Terdapat tellurium berlinit, dan cinnabar.

satu bidang putar tiga, tiga bidang 3. Kelas Ditrigonal

putar dua, dan tiga bidang simetri. Kelas ini termasuk kelas ke-11,

Bentuk umum dalam kelas ini dengan simetri 3/m. Terdapat satu

mencakup scalenohedron, sumbu putar tiga dan tiga bidang

rhombohedron, prisma diheksagonal, simetri. Bentuk umum dalam kelas ini

prisma heksagonal, dipiramida mencakup piramida ditrigonal, prisma

heksagonal, dan pinakoid basal. heksagonal, piramida heksagonal,

Mineral yang sering ditemui meliputi prisma trigonal, prisma ditrigonal,

anggota kelompok kalsit, seperti dan pedion. Mineral yang sering

korundum, hematit, bismut, antimon, ditemui meliputi anggota kelompok

sturmanit, brusit, arsenik, soda niter, tourmalin, seperti pyrargyrit, jarosit,

chabazit, dan millerit. natrojarosit, alunit, dan proustit.

2. Kelas Trigonal Trapezohedral 4. Kelas Rhombohedral

Kelas ini termasuk kelas ke-12 Kelas ini termasuk kelas ke-10

dengan simetri 32. Terdapat satu dengan simetri 3bar. Terdapat satu

sumbu putar tiga dan tiga sumbu sumbu putar tiga dan sebuah pusat.

putar dua. Bentuk umum dalam kelas Bentuk umum dalam kelas ini

ini mencakup trapesohedron trigonal, mencakup rhombohedron, prisma

rhombohedron, prisma trigonal, heksagonal, dan pinakoid basal.

prisma ditrigonal, dipiramida trigonal, Mineral yang sering ditemui meliputi

dan pinakoid basal. Mineral yang anggota kelompok dolomit, seperti


ankerit, ilmenit, dioptase, willemit, - sudut antara sumbu d- dan b+ = 40˚

dan phenaki. - a : b : c : d = 2 : 3 : 6 : 1

(Heksagonal) - a : b : c : d = 2 : 3 : 3 :

1 (Trigonal).

2.4 Herman Mauguin dan

Schonflies Sistem Heksagonal dan

Trigonal

2.4.1 Herman Mauguin


Pada sistem ini biasanya ada
5. Kelas Trigonal Pyramidal
tiga bagian:
Kelas ini termasuk kelas ke-9,
a. Bagian 1: menerangkan nilai
dengan simetri 3. Terdapat satu
sumbu a dan ada tidaknya bidang
sumbu putar tiga. Bentuk umum
simetri yang tegak lurus terhadap
dalam kelas ini mencakup piramida
sumbu a tersebut.
trigonal, prisma trigonal, dan pedion.
b. Bagian 2: menerangkan nilai
Satu-satunya mineral yang diketahui
sumbu b dan ada tidaknya bidang
dalam kelas ini adalah gratonit.
simetri yang tegak lurus terhadap

sumbu a tersebut.

c. Bagian 3: menerangkan nilai

sumbu c dan ada tidaknya bidang

simetri yang tegak lurus terhadap

sumbu a tersebut.
Cara menggambarkannya:
Gambar 2.1 Sumbu Heksagonal 2.4.2 Schonflies
- dan Trigonal
1. Dipandang nilai dari sumbu
sudut antara sumbu a+ dan b- = 20˚
yang tegak lurus dengan sumbu c, maka dinotasikan d.

maka ada dua kemungkinan yaitu 2.5 Contoh Mineral Kristal

bernilai 2 atau tidak bernilai .Kalau Heksagonal dan Trigonal

sumbu c bernilai 2, termasuk klas D 2.5.1 Contoh Mineral Heksagonal

(Diedrick). Kalau sumbu tersebut

tidak bernilai termasuk klas C


2.5.2
(Cyclick).

2. Ke kanan agak ke bawah notasi

D atau C dituliskan nilai sumbu c

nya.
Gambar 2.2 Quartz
3. Dipandang bidang simetrinya :

Kalau mempunyai:

- Bidang simetri horizontal, Contoh Mineral Trigonal

bidang simetri vertical dan bidang 2.6 Proyeksi stereografik


simetri diagonal maka dinotasikan Dalam proyeksi stereografik ini
dengan h.
Gambar 2.3 Calcite
- Bidang simetri horizontal dan sebagai bidang proyeksi adalah bola
bidang simetri vertical maka yang disebut bola proyeksi, dimana
dinotasikan dengan h. pusat bola berimpit dengan pusat
- Bidang simetri vertical dan kristal yang akan di proyeksikan.
bidang simetri diagonal maka Proyeksi dari kristal terletak pada
dinotasikan dengan v. bidang proyeksi (bidang ekuator),
- Bidang simetridiagonal saja yaitu pada bidang horizontal yang
melalu pusat bola. Dari proyeksi stereografik ini

Cara memproyeksikan : dapat diketahui elemen dari suatu

Menarik garis yang tegak lurus dari kristal. Contohnya, elemen kristal

pusat kristal ke bidang muka dari Dihexagonal dypiramidal class

kristal,dimana garis akan memotong memiliki elemen kristal atau elemen

bidang bola pada suatu titik yang simetri yaitu: A6 6A2 7P C.

disebut titik kutub. Titik kutub

dihubungkan dengan titik nadir dari

bola dan akan memotong bidang III. METODE PENELITIAN


Gambar 3.1 Diagram Alir
ekuator/bidang proyeksi dititik-titik
Praktikum
tertentu, dimana hasilnya merupakan
PENDAHULUAN
proyeksi stereografik dari kristal

tersebut. Notasi dari proyeksi STUDI


PUSTAKA
stereografik Bidang yang berada di

atas ekuator proyeksinya diberi tanda

X, Bidang yang berada di bawah PRAKTIKUM

ekuator proyeksinya diberi tanda O.

Kemudian proyeksi inilah yang PENYUSUNAN


JURNAL
selanjutnya akan digunakan dengan

hanya menggambarkan bidang


SELESAI
ekuatornya saja dan kemudian diberi

notasi sesuai dengan nilai sumbu


Pada praktikum kali ini, kita
simetri yang ada.
menggunakan empat sampel peraga
dalam pelaksanaan praktikum. untuk mengetahui sejauh mana

Tahapan yang harus diperhatikan materi yang dipahami. Setelah

dalam pelaksanaan praktikum kali ini melakukan respon praktikan

adalah : mengambil sampel yang telah

3.1 Tahap Sebelum Praktikum ditentukan oleh asisten. Setelah

Adapun tahapan-tahapan yang mendapatkan praktikan melengkapi

dilakukan sebelum pengambilan data LKP sesuai peraga yang didapat. Di

yang pertama yaitu asistensi acara, ujung praktikum, semua praktikan

dalam asistensi acara asisten membuat laporan sementara dimana

memberikan materi kepada praktikan laporan sementara berisi LKP yang

mengenai materi praktikum. Setelah telah diisi.

asistensi acara praktikan mengerjakan 3.3 Tahap Asistensi

tugas pendahuluan yang telah Dalam asistensi kegiatan yang

diberikan. Dalam tugas pendahukuan dilakukan yaitu melakukan perbaikan

praktikan disuruh membuat proyeksi LKP sesuai arahan asisten. Setelah

dan mempersiapkan LKP sebagai melakukan perbaikan LKP, hal

syarat untuk masuk praktikum. selanjutnya yaitu merevisi jurnal

3.2 Tahap Praktikum sesuai intruksi asisten

Adapun tahapan-tahapan yang 3.4 Penyusunan Jurnal

dilakukan pada saat praktikum yang Dalam penyusunan jurnal ada


pertama yaitu mengecek alat yang beberapa tahap yang harus dilakukan
telah ditentukan. Setelah mengecek pada saat penyusunan jurnal
alat praktikan melakukan respon diantaranya menyusun jurnal,
kemudian tahap selanjutnya yaitu

asistensi jurnal dan merevisi hal-hal

yang kurang tepat. Setelah jurnal

selesai direvisi dan telah disetujui

oleh aisten, jurnal kemudian dicetak

untuk dikumpulkan sesuai arahan

asisten. Setelah pengumpulan jurnal

hal yang harus dilakukan yaitu

menunggu nilai keluar.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Peraga Heksa 7

4.1 Peraga Heksa 1

Gambar 4.1 Heksa 1

Peraga krsital ini termasuk ke

dalam sistem kristal Heksagonal

Dimana sumbu a = b = d ≠ c, α = β =

90˚ ; γ = 120˚. Pada praktikum kali ini

menggunakan perbandingan a : b : c :

d = 4 : 6 : 12 : 2. Memiliki Herman

Mauguin 6/m, 2/m, 2/m, dan

Schoenflies D2d. Memiliki elemen

kristal A3, 3A2, 3PC. Termasuk dalam

klas kristal Hexagonal scalenohedral

dan bentuk kristal Scalenohedron.

Gambar 4.2 Stereografi


Heksa 1
Peraga krsital ini termasuk ke

dalam sistem kristal Heksagonal

Dimana sumbu a = b = d ≠ c, α = β =

90˚ ; γ = 120˚. Pada praktikum kali ini

Gambar 4.3 Heksa 7


menggunakan perbandingan a : b : c :

d = 4 : 6 : 12 : 2. Memiliki Herman

Mauguin 6/m, 2/m, 2/m, dan

Schoenflies D2h. Memiliki elemen

kristal A3, 3PC. Termasuk dalam klas

kristal Dihexagonal dypiramidal dan

bentuk kristal Prism.

Gambar 4.4 Stereografi


Heksa 7
4.3 Peraga Trig 1

4.4 Peraga Trig 2

Gambar 4.5 Trig 1

Gambar 4.7 Trig 2


Peraga krsital ini termasuk ke

dalam sistem kristal Trigonal Dimana Peraga krsital ini termasuk ke

sumbu a = b = d ≠ c, α = β = 90˚ ; γ = dalam sistem kristal Trigonal Dimana

120˚. Pada praktikum kali ini sumbu a = b = d ≠ c, α = β = 90˚ ; γ =

menggunakan perbandingan a : b : c : 120˚. Pada praktikum kali ini

d = 4 : 6 : 12 : 2. Memiliki Herman menggunakan perbandingan a : b : c :

Mauguin 3/m, 2/m, 2/m, dan d = 4 : 6 : 12 : 2. Memiliki Herman

Schoenflies D2h. Memiliki elemen Mauguin 3/m, 2/m, 2/m, dan

kristal A3, 3PC. Termasuk dalam klas Schoenflies D2h. Memiliki elemen

kristal Trigonal dypiramidal dan kristal A3, 3A2, 4PC. Termasuk dalam

bentuk kristal Trigonal dypiramid. klas kristal Trigonal pyramidal dan

bentuk kristal Pyramidal.

Gambar 4.6 Stereografi


Trig 1 Gambar 4.8 Stereografi
Trig 2
Stoiber, R, E. & Morse, S. A.,

Microscopic identification of

crystal, The Ronald Press


DAFTAR PUSTAKA
Company, New York.

Deer, W.A., Howie, R.A., Zussman,


Zoltai, T & Stout, J. H., 1984,
J., 1979, An introduction to
Mineralogy concepts and
the rock forming minerals,
principles, Beugess Publishing
The English language book
Company, Minnesota
society and Longman,

London.

Hurlbut, C. S., & Klein, C., 1971,

Manual of Mineralogy, 19th

edition, John Wiley & Sons,

New York.

MacKenzie & Guilford, 1994, Atlas

of rock-forming minerals in

thin section, Longman

scientific & technical,

London.

Nesse, W. D., 1986, Introduction to

optical mineralogy, Oxford

university press, New York

Anda mungkin juga menyukai