Anda di halaman 1dari 31

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur, berulang secara 3 (tiga) dimensi (3D) yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal
bisa juga dikatakan penyusun mineral atau kristal bisa dikatakan mineral, namun
mineral belum tentu bisa dikatakan sebagai kristal, karena ada beberapa mineral yang
memiliki bentuk tidak beraturan. Dalam mempelajari dan memahami geometri kristal
tentu dibutuhkan sebuah pengelompokkan dari pada masing-masing bentuk kristal
tersebut. Pengelompokkan ini haruslah sistematis dan dapat menjelaskan sifat dari
jenis kristal tertentu. Berdasarkan sifat simetrinya, yaitu bidang dan sumbu simetri,
bentuk kristal dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu : Isometrik (Kubik), Tetragonal,
Heksagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin. Tujuh sistem bentuk
kristal ini kemudian dapat di kelompokkan menjadi 32 kelas. (Gillen,1982)
Sistem isometrik adalah sistem yang paling simetris mungkin dalam ruang
tiga dimensi. Hal ini terjadi kerena dari tiga sumbu kristalografi panjang yang sama
dan di sudut kanan satu sama lain. Ini berbeda dari sistem lain dalam banyak hal.
Semua bentuk kristal isometrik adalah bentuk tertutup dan eksklusif untuk sistem ini.
Sistem isometrik memiliki beberapa kelas yaitu Tetaoidal, Gyroida, Diploida,
Hextetrahedral dan Hexoctahedral. Kemudian selanjutnya Heksagonal mempunyai
4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu
a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a,
b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang
atau lebih pendek (umumnya lebih panjang) sistem ini terbagi atas Heksagonal
Piramid, Heksagonal Bipramid, Diheksagonal Piramid, Diheksagonal Bipiramid,
Trigonal Bipiramid, Ditrigonal Bipiramid ,Heksagonal Trapezohedral. Monoklin
artinya hanya ada mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang
dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus atau sejajar
terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

tersebut mempunyai panjang berbeda atau tidak sama, umumnya sumbu c yang
paling panjang,monoklin dibagi menjadi Pedial dan Pinakoidal.(Pellant, chris. 1992)
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal isometrik, heksagonal dan monoklin.

1.2.1 Tujuan
a. Praktikan dapat mengetahui kristal dan mineral
b. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal isometrik.
c. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal tetragonal.
d. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal trigonal.
e. Praktikan dapat mengetahui contoh mineral dari setiap sistem kristal

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Pensil mekanik
b. pensil warna
c. Penggaris 30 cm
d. Busur 360°
e. Drawing pen
f. Alat tulis menulis

1.3.2 Bahan
a. Modul
b. Kertas HVS A4
c. Problem set
d. Kalkir
e. Buku referensi

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Sistem Kristal

Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem

kristal tersebut adalah Isometrik, Tetragonal, Ortorombik, Heksagonal, Trigonal,


Monoklin, dan Triklin.
2.1.1 Sistem Kristal Kubus (isometrik)
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta
memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
Kubus sederhana, pada bentuk kubus sederhana, masing-masing terdapat satu
atom pada semua sudut (pojok) kubus. Pada kubus BCC, masing-masing terdapat
satu atom pada semua pojok kubus, dan terdapat satu atom pada pusat kubus (yang
ditunjukkan dengan atom warna biru). Pada kubus FCC, selain terdapat masing-
masing satu atom pada semua pojok kubus, juga terdapat atom pada diagonal dari
masing-masing sisi kubus (yang ditunjukkan dengan atom warna merah).
2.1.2    Sistem Kristal Tetragonal
Pada sistem kristal Tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a
= b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal Tetragonal ini
hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk Tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Sedangkan pada Tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus


berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom
warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
2.1.3 Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal Ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : Ortorombik sederhana,
body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi
ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem
kristal Ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β
= γ) yaitu sebesar 90°.
2.1.4 Sistem Kristal Monoklin
Sistem kristal Monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : Monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi Monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal Monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
2.1.5 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
2.1.6 Sistem Kristal Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
2.1.7 Sistem Kristal Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya Heksagonal (heksa = enam),
maka sistem ini memiliki 6 sisi yang sama. Sistem kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
adalah a = b ≠ c. Semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan
terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

2.2 Sistem Kristal Isometrik

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang
dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari
berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan
sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 1 : 3 : 3.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 = 90 o, sudut antara a2 dengan a3 =
90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2
Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk
sudut siku – siku, dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe2S3, salah satu
mineral besi) dan Kristal Halit (NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang
berbentuk isometrik, contoh lain dari sistem kristal isometrik adalah seperti; Gold,
Diamond, Sphalerite, Galena, Halite, Flourite, Cuprite, Magnetite, Cromite, dan
lain-lain.
Sistem Isometrik dibagi menjadi 5 Kelas, yaitu :
1) Kelas Tetartoidal
a. Kelas : Ke-28, Simetri : 2 3
b. Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua.

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

c. Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan
a3
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o.
e. Bentuk Umum : Tetartoidal yang unik, serta pyritohedron, kubik, deltoidal
dodecahedron, pentagonal dodecahedron, rhombik dodecahedron, dan
tetrahedron.
f. Mineral yang Umum : Changcengit, Korderoit, Gersdorffit, Langbeinit,
Maghemit, Micherenit, Pharmacosiderit, Ullmanit, dan lain-lain.
2. Kelas Hexoctahedral
a. Kelas : Ke-32, Simetri : 4/m 3bar 2/m
b. Elemen Simetri : Merupakan kelas yang paling simetri untuk bidang tiga
dimensi dengan empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua, dan
sumbu putar dua, dengan sembilan bidang utama dan satu pusat.
c. Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan
a3
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk Umum : Kubik, bidang delapan, bidang duabelas, dan trapezium. Dan
kadang-kadang trisoktahedron, tetraheksahedron, dan heksotahedron.
f. Mineral yang Umum : Flurit, Galena, Intan, Tembaga, Besi, Timah, Platina,
Perak, Emas, Halit, Bromargyrit, Kllorargirit, Murdosit, Piroklor, kelompok
Garnet, sebagian besar kelompok Spinel, Uraninit dan lain-lain.
3. Kelas Hextetrahedral
a. Kelas : Ke-31, Simetri : 4bar 3/m
b. Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar
empat, dan enam bidang kaca.
c. Sumbu Kristal : Tiga sumbu sama panjang yang disebut a1, a2, dan a3.
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk Umum : Empatsisi, tristetrahedron, deltoidal dodecahedron, dan
hekstetrahedron serta yang jarang kubik, rhombik dodecahedron dan
tetraheksahedron.

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

f. Mineral yang Umum : Sodalit, Sphalerit, Domeykit, Hauyne, Lazurit,


Rhodizit, dan lain-lain.
4. Kelas Diploidal
a. Kelas : Ke-29, Simetri : 2/m 3bar.
b. Elemen Simetri : Terdapat empat sumbu putar tiga, dan tiga sumbu putar dua,
dan tiga bidang kaca dan satu pusat.
c. Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan
a3
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk Umum : Diploid dan pyritohedron dan juga kubik, octahedron,
rhombik dodecahedron, trapezohedron dan yang jarang trisoctahedron.
f. Mineral yang Umum : Pyrite, Kobaltit, Kliffordit, Haurit, Penrosit,
Tychit,
Laurit, dan lain-lain
5. Kelas Giroid
a. Kelas : Ke-30, Simetri : 4 3 2.
b. Elemen Simetri : Terdapat tiga sumbu putar empat, dan empat sumbu putar
tiga, dan enam sumbu putar dua
c. Garis Sumbu Kristal : Tiga garis yang sama disimbolkan dengan a1, a2, dan
a3
d. Sudut : Ketiga-tiganya 90o
e. Bentuk Umum : Kubik, octahedron, dodecahedron, dan trapezohedron, serta
yang jarang trisoctahedron dan tetraheksahedron.
f. Mineral yang Umum : Cuprit, Voltait, dan Sal Amoniak.

2.3 Sistem Heksagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Gambar 2.1 Sistem Heksagonal.

berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang). Pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Heksagonal memiliki axial ratio (perbandingan

sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ;
γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Heksagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c =1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarikgaris dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 ( nilai bukan patokan, hanya perbandingan ). Dan sudut
antar sumbunya a+/ bˉ= 20º ; dˉ/b+ = 40º. Hal ini menjelaskan bahwa antar sumbu a+
memiliki nilai 20º terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40º terhadap
sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 7 kelas :
1. Heksagonal Pyramid
2. Heksagonal Bipiramid
3. Diheksagonal pyramid
4. Diheksagonal bipiramid
5. Trigonal Bipiramid
6. Ditrigonal Bipiramid
7. Heksagonal Trapezohedral

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

2.4 Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek.
Pada kondisi sebenarnya, sistem Monoklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain dan juga memiliki sudut kristalografi
α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti, pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚),
sedangkan γ tidak tegak lurus (miring).
a. Sudut antara b dan c = 90
b. Sudut antara a dan b = 90
c. Sudut antara a dan c ≠ 90
d. Sudut antara a dan –b = 45
e. a : b : c = sembarang
    Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
kristal Monoklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ.
Sistem Monoklin dibagi menjadi 3 kelas:
2.4.1 Prismatik
a. Kelas ke-5, Simetri : 2/m,
b. Elemen Simetri 1 sumbu putar dua dengan sebuah bidang simetri yang
berpotongan tegak lurus,
c. Sumbu tidak ada yang sama panjang,
d. Sudut a dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak lurus.
e. Bentuk Umum : monoklin prisma dan pinakoid.
f. Mineral yang umum yaitu akanthit, aktinolit, aegirin, azurite, allamit,
annabergit, arsenopyrit, biotit, borak, boulangerit, brazilianit, brochantit,

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

butlerit, calaverit, carnotit, catapleit, caledonit, celsian, klinoklas, kriolit,


datolit, diopside, gypsum, manganit, olivenit, psilomelan, rosasit, talc,
wolframit, titanit, dan lain-lain.
2.4.2 Kelas Sphenoidal
a. Kelas ke-4
b. Simetri 2
c. Elemen Simetri 1 sumbu putar
d. Sumbu tidak ada yang sama panjang
e. Sudut a dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak lurus.
f. Bentuk umum sphenoid, pedion, dan pinakoid.
g. Mineral yang umumboltwoodit, halotrichit, franklinfurnaceit, goosekrecit,
mesolit, rinkit, wollastonit-2M dan lain-lain.
2.4.3 Kelas Domatik
a. Kelas ke-3
b. Simetri m
c. Elemen Simetri 1 bidang simetri
d. Sumbu tidak ada yang sama panjang
e. Suduta dan b = 90o, tapi a dan c tidak saling tegak lurus.
f. Bentuk umum kubah, pedion, dan pinakoid.
g. Mineral yang umum alamosit, antigorit (serpentin), klinohedrit, natron,
neptunit, skolosit dan lain-lain.

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

BAB III
PROSEDUR KERJA

3.1 Sistem Kristal Isometrik

Untuk menggambar sistem kristal isometrik dengan karakter tiga dimensi,


pertama-tama kami menggambarkan sumbu-sumbu kristal isometrik secara dua
dimensi terlebih dahulu. Yaitu sumbu b 90 ̊ terhadap sumbu c dan a+ 30 ̊ terhadap
sumbu b-. Kemudian, kami menarik garis bantu yang mengubungkan ujung dari
setiap sumbu c dan b alhasil akan menjadi bentuk persegi. Dari bentuk persegi
tersebut, kami menarik garis sebesar 30 ̊sepanjang 3 cm di setiap ujung dan
pertemuan antara dua sumbu. Kemudian, kami membuat garis vertikal yang
menghubungkan antara ujung garis 3 cm yang dibuat tadi. Maka total garis vertikal
ini sebanyak 4 dan ditambah 2 garis putus – putus yang mengindikasikan bahwa
garis tersebut terdapat di sisi yang tak tampak. Setelah bentuk tiga dimensinya sudah
kelihatan, kami menghubungkan ujung depan sumbu b- ke ujung depan c+ dan
sebaliknya untuk sisi depan kanan. Kemudian kami menghubungkan dengan garis
antara ujung depan sumbu c- ke ujung depan depan b- dan begitupun dengan sisi
MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

kanan depannya. Setelah itu, untuk bagian sisi kanan, kami menarik garis dari ujung
atas dan bawah sisi kristal menuju ujung kanan dan kiri sisi kristal sehingga
menyerupai bentuk layang – layang, begitupun untuk sisi kiri, atas dan bawah
kristal.
Terakhir, kami mewarnai garis – garis yang telah dihubungkan dengan 7 jenis
warna yang berbeda – beda.

3.2 Sistem Kristal Hexagonal


Langkah–langkah yang kami lakukan dalam praktikum Kristalogi dan
Mineralogi yaitu pertama – tama yang kami menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan dalam prakikum. Kemudian setelah semua alat dan bahan lengkap kami
menggambar beberapa sumbu yang memiliki panjang yang berbeda – beda. Sistem
ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu
lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu
sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda,
dapat lebih panjang atau lebih pendek.

Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki perbandingan


sumbu a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

3.3 SistemMonoklin

Langkah–langkah yang kami lakukan dalam praktikum Kristalogi dan


Mineralogi yaitu pertama – tama yang kami menyiapkan alat dan bahan yang
digunakan dalam prakikum. Kemudian menyediakan kertas sebagai media gambar,
lalu menentukan titik sumbu terlebih dahulu.Menentukan garis a,b,c serta d(untuk
setiap sistem kristal sesuai dengan sifat simetri dan cara penggambaran).
Menentukan sudut sumbu berdasarkan ketentuannya, lalumenghubungkan semua
garis hingga membentuk sebuah bangun.Memperjelas garis bidangnya yang telah
jadi.Kemudia mewarnai bidang agar memperjelas bentuk bidang. Sistem kristal
monoklin memiliki ciri-ciri: sudut antara b dan c = 90 sudut antara a dan b = 90
MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

sudut antara a dan c ≠ 90 sudut antara a dan –b = 45 a : b : c = sembarang Terakhir,


kami mewarnai garis – garis yang telah dihubungkan dengan 3 jenis warna yang
berbeda – beda.

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Sistem Kristal Isometrik


No. Urut : 01
Sistem Kristal : Isometrik
Sifat Kristal : a = b = c ; α : β : γ = 90o
Cara Penggambaran : < a+/ b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 3
Elemen Kristal : 3A4, 4A3, 6P
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 3, 2/m
 Shoenflish : Oh
Indeks Bidang Warna : Sumbu
Warna abc
(1,0,0)
(0,0,0)
(0,0,0)
(0,0,0)
(0,1,0)
(0,0,1)
(0,0,0)

Nama Kristal :

Kelas Kristal : Hexocthahedron

Contoh Mineral : - ARGENTIT ( Ag2S )

-GALENA(Pbs)

- PERAK ( Ag )

- SFALERIT (ZnFe)

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

- BORNIT ( Cu5FeS5)

4.1.2 Sistem kristal Heksagonal

No. Urut : 01
Sistem Kristal : Heksagonal
ɣ
Sifat Kristal :a=b=d≠c α : β = 90o = 120o
Cara Penggambaran : < a+/ b = 20o / 17o a : b : c : d = 3: 9: 18: 3
Elemen Kristal : A6 6A2 7P C
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 6/m 2/m 2/m
 Shoenflish : D6h

Indeks Bidang Warna : sumbu


warna a, b, c, d
(1, 0, 1, 1 )
( 0, 1, 0, 1 )
(0, 1, 0, 0 )
(0, 0, 1, 0 )

Nama Kristal :

Kelas Kristal : Diheksagonal dypiramidal

Contoh Mineral : - NEFELIN (Na,K)

-KUARSA (SiO2)

- BERIL ( Si6 O1 8 )
- ALUNIT (KAI3)
- APATIT ( Ca5)

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

4.1.3 Sistem Kristal Monoklin


No. Urut : 03
Sistem Kristal : Monoklin
Sifat Kristal :
Cara Penggambaran : a : b : c = 2 :8 : 12 < a+/b- =45 a≠ b ≠ c≠ α : β :
=90o ≠ y
Elemen Kristal : A3PC
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 2/m
 Shoenflish :-
Indeks Bidang Warna : Sumbu
Warna a, b, c
( 0, 1, 0,)
( 1, 0, 0,)
( 0, 0, 1)

Nama Kristal :
Kelas Kristal : Sphenoidon
Contoh Mineral : - EPIDOT (Ca2(Al,Fe)

- AZURITE (Cu3(OH)2(CO3)2)

- GYPSUM (CaSO4.)

- BIOTIT (K(Mg,Fe)3)

- FELDSPAR (KAlSi3O8 )

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

4.2. Pembahasan

4.2.1 Sistem Kristal Isometrik

Sistem Isometrik adalah sistem kristal yang paling simetri dalam ruang tiga
dimensi. Sistem ini tersusun atas tiga garis kristal berpotongan yang sama panjang
dan sama sudut potong satu sama lain, sistem ini berbeda dengan sistem lain dari
berbagai sudut pandang. Sistem ini tidak berpolar seperti yang lain, yang
membuatnya lebih mudah dikenal. Kata isometrik berarti berukuran sama, terlihat
pada struktur tiga dimensinya yang sama simetri, atau dikenal pula dengan sistem
kristal  kubus atau kubik. Jumlah sumbu kristalnya ada tiga dan saling tegak lurus
satu dengan yang lainnya. Dengan perbandingan panjang yang sama untuk masing-
masing sumbunya.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan
sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β =
γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem Isometrik memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : a3 = 3 : 9 : 9.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu a3 juga ditarik garis dengan nilai 3 (nilai bukan patokan,
hanya perbandingan). Sudut antara a1 dengan a2 = 90 o, sudut antara a2 dengan a3 =
90o, sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal
ini menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Tipe kristal ini memeiliki tiga sumbu yang saling berpotongan membentuk
sudut siku – siku, dan ketiganya memiliki panjang yang sama. Pirit (Fe 2S3, salah satu
mineral besi) dan Kristal Halit (NaCl, garam) merupakan contoh dari kristal yang
berbentuk isometrik, contoh lain dari sistem kristal isometrik adalah seperti : Gold.

4.2.1 Sistem Kristal Isometrik

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus terhadap
ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk sudut 120˚
terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama. Sedangkan
panjang c

berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya lebih panjang).
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan
sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,
sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem
Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c =1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarikgaris dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 ( nilai bukan patokan, hanya perbandingan ). Dan sudut
antar sumbunya a+/ bˉ= 20º ; dˉ/b+ = 40º. Hal ini menjelaskan bahwa antar sumbu a+
memiliki nilai 20º terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40º terhadap
sumbu b+.
4.2.3 Sistem Kristal Monoklin
Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu
yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus terhadap
sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu tersebut
mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya sumbu c yang paling panjang dan
sumbu b paling pendek. System Monoklin memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a ≠ b ≠ c dan memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ≠ γ. Hal ini berarti,
pada ancer ini, sudut α dan β saling tegak lurus (90˚), sedangkan γ tidak tegak lurus
(miring).
Contoh mineral:
1. Emas ( Au )
Emas adalah unsur kimia dlm tabel periodik yang memiliki simbol Au
(bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan
univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua
regia.
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan.
Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan
hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan
letakan (placer).

Gambar 4.1 Mineral Emas (Au)

a) Genesa
Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu Endapan primer; dan Endapan
plaser. Emas digunakan sebagai standar keuangan di banyak negara dan juga
digunakan sebagai perhiasan, dan elektronik. Magma merupakan larutan silikat
panas yang mengandung oksida, sulfida dan zat-zat mudah menguap (volatile)
yang terdiri dari air, CO2, S, Chlorin, Fluorin dan Boron yang dikeluarkan ketika
makin ke bawah makin encer. Ada lima kayu sebagai penyaring.
Secara umum keterdapatan endapan emas dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1) Endapan primer
Urat kwarsa (SiO2) mengandung emas pada formasi sabak sebelum tersier
seperti di Cikotok;,urat tersier muda andesit, trachit dan rheolit,endapan kontak

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

metamorfosa yang berhubungan dengan sulfide pyrite, chalcopyrite galena dan


sphalerit.
2) Endapan sekunder
Endapan alluvial pleistosin pada lapisan – lapisan sungai tua ditutupi  oleh
aglomerat dan tufa ,endapan alluvial yang berasal dari urat-urat kwarsa mengandung
emas lebih tua tetapi berasal dari urat-urat tersier.
Bentuk dan besar butiran emas yang terdapat di alam berbeda-beda dengan ukuran
relatif jarang didapat diatas 0,01 mm. Pada pusat permukaannya, emas mempunyai
struktur kristal kubus, berwarna kuning cerah dan sangatberat dengan spesific gravity
(berat jenis) 19,26. Meleleh/ melebur pada temperature 1063oC dan mendidih pada
temperature 2950oC. Emas mempunyai kekerasan yang lebih keras dari tembaga
(copper) dengan  (kekerasan Brinell pada 45) dan dapat meregang serta mudah
dibentuk, digulung menjadi perada (emas keroncong) atau bentuk lembaran
dengan ketebalan kurang dari 1µ.
b) Asosiasi
1) Emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau di batas di antara butiran-
butiran yang sama (misalnya : retakan dalam butiran mineral pyrite atau di
batas antara dua butiran pyrite)
2) Emas didistribusikan sepanjang batas di antara butiran-butiran dua mineral
yang berbeda (misalnya : di batas antara butiran pyrite dan arsenopyrite atau
di batas antara butiran chalcopyrite dan butiran silica.)
3) Emas yang terselubung dalam mineral induk (misalnya : emas terbungkus
ketat dalam mineral pyrite)
c) Keterdapatan
Mineral emas yang terdapat di alam, umumnyadalam bentuk asli logam tunggal
(native gold)akan tetapi ada yang bersenyawa dengan logamlain seperti sylvanite da
emas sering diketemukan padabatuan beku asam, beku intermediate, beku
basaseperti (granite, syenit, diorite) dan batuansedimen.%ada batuan beku, emas
sebagian besarterbentuk karena proses &ydrothermal danproses meta somatik.
Hydrothermal menghasilkan endapan emas penggantian(replacement) dan pengisian
rongga(cavity 'illing) yang berbentuk urat mendatar(lode), urat tegak (vein) dan

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

breksi."eterdapatan mineral emas pada batuan seringbergabung dengan mineral


kwarsa, pyrite, pasir besi dan mineralsul'ida lainnya.
d) Cara penambangan
Pengolahan emas tanpa merkuri menggunakan peralatan yang sama seperti
penambang biasa. Tidak ada tambahan biaya. “Bedanya, tidak boleh masukkan
merkuri ke tromol dan mengganti dengan ijuk. Beberapa kali percobaan, hasilnya
penambang bisa mendapatkan hasil dua sampai empat kali lebih banyak dari biasa.”
Dengan metode ini, batuan yang didapat penambang bisa dihaluskan tanpa
menggunakan raksa.Caranya, setelah diambil dari pohon, ijuk dipotong-potong.
Lidi-lidi yang lepas, dibuang. Ujung tidak bisa dipakai. Yang dipakai bagian tengah
saja dan pemotongan harus rapi.Ijuk dipasang di kasbok yang dirangkai pada
gelondong (alat penghancur batuan). Cara pasang ijuk dari bawah ke atas, seperti
susun genteng. Setelah disusun rapi, ijuk ditahan oleh kayu. Selain berfungsi
menahan ijuk, kayu juga menahan konsentrat yang meluncur dari air. Air tidak
langsung ke bawah, tetapi tertahan di kayu, dari atas air kental,
e) Manfaat
Manfaat emas sangatlah banyak, tapi mungkin kita sering gunakan adalah sebagai
perhiasan.
2. Galena (PbS)

Gambar 4.2 Mineral Galena ( PbS )


MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

a) Genesa
Galena adalah mineral timbal sulfida dengan komposisi kimia PbS. Galena
merupakan bijih utama timbal (timah hitam) dan ditambang dari sejumlah besar
deposit di banyak negara. Galena banyak ditemukan dalam batuan beku dan
metamorf. Dalam batuan sedimen, galena dapat terbentuk sebagai urat, semen
breksi, butiran-butiran yang terisolasi, dan sebagai mineral replacment pada batu
kapur dan dolostone.
b) Asosiasi
Mineral ini erasosiasi dengan unsur-unsur atau mineral-mineral lainnya seperti
tembaga, emas, zink, perak dan lain sebagainya.Galena atau timah hitam
keberadaannya di alam berupa senyawa PbS. Apabila unsur sulfida dominan pada
batuan galena maka secara fisik akan terasa aroma sulfida di lokasi batuan tersebut.
Mineral-mineral lain yang biasanya ditemukan dekat dengan galena yaitu Sphalerit,
Pyrite (FeS2) dan Kalcopyrite (CuFeS2). Memisahkan mineral-mineral pada batuan
galena harus memperhatikan
c) Keterdapatan
Galena banyak dijumpai di sekitar batuan metamorf dan batuan
beku. Galena tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batuan beku dan
metamorf. Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau tepian
sungai di daerah batuan metamorf. Pada beberapa tempat, mineral galena ini
berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Apabila unsur Cu juga dominan
pada mineral galena
d) Cara Penambangan
Banyak deposit galena berada di Inggris, Jerman, Kanada, Australia, Israel
dan Sardinia.Lead belt di lembah sungai Mississippi dari Missouri dan Illinois adalah
sumber terbesar dari galena. Kota Galena, Illinois dan mantan kota Galena, Kansas
keduanya dinamai pasokan yang kaya akan pasokan galena. Galena juga menonjol di
Colorado, Utah, Montana dan Idaho, di mana ia ditambang untuk konten perak. Ini
adalah mineral keadaan baik Wisconsin dan Missouri.Cara penambangan galena
dengan peledakan dan dilakukan secar konvensional. 

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Pengolahan galena dimulai dari kominusi, lalu discreening, dan dilakukan


proses konsentrasi dengan flotasi. Konsentrat yang didapat akan di dewatering.
Setelah itu masuk ke tahapan metalurgi untuk mendapatkan logam Timbal.
e) Manfaat
Digunakan untuk membuat campuran alloy solder, pembuatan pipa air yang
tahan korosi, bahan pembuat cat, baterai, dan campuran bahan bakar bensin tetraetil.

3. Fluorite (CaF2)

Gambar 4.3 Mineral Fluorit (CaF2)

a. Genesa
Terbentuk melalui proses hidrotermal, dan dijumpai dalam urat-urat, baik sebagi
mineral utama maupun sebagai mineral geng bersama mineral-mineral bijih metalik,
khususnya timbal dan perak. Umumnya dalam dolomit dan batugamping ; dan dapat
pula terbentuk pada lingkungan batuan beku dan pegmatit. Berasosiasi dengan
MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

beberapa mineral, antara lain kalsit, dolomit, gipsum, selestit, barit, kuarsa, galena,
sfalerit, kasiterit, topas, turmalin, dan apatit. Fluorite ini memiliki berbagai macam
kegunaan. Penggunaan utama, contohnya dalam metalurgi, keramik dan industri
kimia; Namun, optik, lapidary dan kegunaan lain.juga penting. Fluorspar, nama yang
digunakan untuk fluorit ketika dijual sebagai bahan massal atau dalam bentuk
olahan, dijual dalam tiga kelas yang berbeda (asam, keramik dan metalurgi)
b. Asosiasi
Mineral Fluorite biasanya berasosiasi dengan Kalsit, kuarsa, barite, galena, pirit,
kalkopirit
c. Keterdapatannya
secara geologi kemungkinan keterdapatannya di Indonesia cukup besar, karena
di Indonesia banyak didapat batuan berumur tua (kapur, yura hingga permokarbon)

yang kemungkinan dilalui oleh orogen Sumatra, Malaya, Jawa dan Maluku.
d. Manfaat
Atom dan molekul fluor digunakan untuk plasma etching di bidang manufaktur
semikonduktor, produksi panel layar datar, dan fabrikasi secara tidak langsung
digunakan dalam produksi plastik anti gores seperti teflon. Fluorochlorohydrocarbon
digunakan secara ekstensif dalam AC dan mesin pendingin. Fluorida sering
ditambahkan pada pasta gigi untuk mencegah gigi berlubang.

4. Intan
a) Genesa
Genesa atau pembentukan dari endapan intan terbagi menjadi dua teori utama
yang keduanya masih dipergunakan. Teori pertama menunjukkan bahwa intan
merupakan fenokris yang sudah terbentuk saat magma dari astenosfer naik ke atas
melalui pipe diatremenya. Teori kedua mengatakan bahwa intan merupakan kristal
exotic (xenokris) yang membeku selama pergerakan mengisi pipe-diatreme. Fasies
pembentukan endapan ini terdiri atas fasies crater, fasies diatreme, dan fasies
hypabisal. Fasies crater terbentuk setelah letusan dalam pembentukan pipe-diatreme.
Fasies diatreme adalah proses pendinginan dari magma yang naik langsung dari
astenosfer. Fasies hypabisal terjadi pada bagian bawah, dekat dengan astenosfer, di

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

mana terjadi pembentukan ‘root’ dari pipe yang berhubungan langsung dengan
astenosfer.

Gambar 4.4Intan (C)


b) Keterdapatan
a) Erupsi Dalam (Deep Source Eruption)
Mayoritas, intan yang bersifat komersial alias dijual di pasar berasal dari
erupsi gunung api yang mentransfer intan dari bawah hingga ke atas permukaan
bumi. Lapisan keterdapatan intan di dalam mantel bumi dinamakan Diamond
Stability Zone. Deposit ini mengalir hingga ke atas permukaan kerak bumi
dengan cepat saat erupsi berlangsung. Batuan yang mengandung intan
dinamakan xenolith.
2) Zona Subduksi (Subduction Zone Diamonds)
Zona subduksi merupakan batas pertemuan antara lempeng samudera
dengan lempeng benua. Lempeng samudera masuk ke dalam lempeng benua dan
saat tekanan dan sushu meningkat, batuan di dalamnya membentuk deposit
intan. Jenis intan komersil jarang ditemukan dalam mekanisme ini. Deposit intan
pada zona subduksi ini sangat kecil dan tidak cocok untuk diolah menjadi
perhiasan komersil.
3) Tumbukan Asteroid (Asteroid Impact Diamonds)

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

Intan banyak ditemukan di kawah-kawah meteorit. Bumi sejak jaman dulu


sudah dihantam meteor bejuta-juta kali. Tekanan dan panas yang ditimbulkan
dari hantaman ini menghasilkan intan. Mineral intan tipe ini kurang bagus untuk
diperjualbelikan di pasar komersil.
4) Deposit Ruang Angkasa (Diamond Formed in Space)
Intan juga banyak ditemukan pada meteorit. Para ahli berpendapat intan itu
terbentuk di luar angkasa akibat tabraka antar asteroid atau kejadian lainnya.
Intan jenis ini sangat kecil dan tidak cocok dikomersilkan.
c) Cara penambangan
Intan terutama ditambang dari pipa-pipa vulkanis, tempat kandungan intan yang
berasal dari bahan-bahan yang dikeluarkan dari dalam Bumi karena tekanan dan
temperaturnya sesuai untuk pembentukan intan. di Indonesia intan telah lama
ditambang di kawasan Martapura, Kalimantan Selatan.
Intan terdapat dari dalam perut bumi yang digali baik secara manual maupun
dengan mekanisasi. Sekarang kebanyakan para penambang intan sudah
menggunakan mekanisasi, yaitu dengan mesin penyedot untuk menyedot tanah yang
sudah digali.
Tanah yang disedot bersama air, dipilah melalui tapisan. Dengan
keterampilannya, si penambang bisa membedakan batu biasa, pasir, atau intan. Intan
yang baru didapat ini disebut "galuh" di daerah Martapura. Galuh ini masih
merupakan intan mentah. Untuk menjadikannya siap pakai, intan harus digosok
terlebih dahulu.
d) Manfaat
Manfaat Intan Sifat fisik dan kimia yang unik dari intan membuatnya cukup
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Kekerasan, refraksi, dispersi, dan
kilau yang tinggi serta keterdapatannya di permukaan, membuat intan menjadi
mineral yang bernilai ekonomis dan sangat langka. Kebanyakan harga intan yang
Sudah diolah ditentukan dari kualitasnya seperti warna, cara pemotongan (cut),
clarity, dan karat.
Intan banyak digunakan sebagai perhiasan (kalung, gelang, cincin, dsb), alat
pemotong (gergaji, alat gerinda), dan mata bor (bit) pada beberapa mesin

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

pengeboran. Selain itu intan juga dapat digunakan sebagai membran (selaput)
penutup pada mesin x-ray, selaput getar pada speaker, konduktivitas
mikroelektronik, dan microbearing pada jarum jam tangan.

3. Bismut (Bi)

Gambar 4.8 Mineral Bismut (Bi)


a) Genesa
Bismut (Bi), yang paling logam dan yang paling melimpah dari unsur-unsur
dalam kelompok nitrogen (Kelompok 15 [Va] dari tabel periodik). Bismuth
merupakan kristal kasar yang keras, rapuh, dan berkilau. Bismut dapat dibedakan
dari semua logam lainnya dengan warna abu-abu putih dengan semburat kemerahan
nya. Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih
kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatit
b) Cara Penambangan
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu semprot,
penggalian dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk
penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas
pantai. Penggunaan kapal keruk terutama dilakukan oleh PT Timah, yang banyak
melakukan penambangan cebakan timah aluvial lepas pantai. Kapal keruk dapat
beroperasi untuk penambangan cebakan timah aluvial lepas pantai yang berada pada
kedalaman sekitar 15 meter sampai dengan 50. Penambangan menggunakan cara

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

semprot dilakukan terutama pada endapan timah aluvial darat dengan sebaran tidak
luas dan relatif dangkal.Penambangan dengan menggunakan shovel/excavator
dilakukan untuk menggali cebakan timah putih tipe residu, yang merupakan tanah
lapukan bijih primer, umumnya berada pada lereng daerah perbukitan .Penambangan
oleh masyarakat umumnya dilakukan dengan cara semprot. Banyak juga
penambangan dalam sekala kecil terdiri dari satu atau dua orang, menggunakan
peralatan sangat sederhana berupa sekop, saringan dan.
c) Asosiasi
Bismut berasosiasi dengan bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat
juga dalam pegmatit
d) Manfaat
Bismut oxychloride digunakan dalam bidang kosmetik dan bismut subnitrate dan
subcarbonate digunakan dalam bidang obat-obatan.  Magnet permanen yang kuat
bisa dibuat dari campuran bismanol (MnBi) Bismut digunakan dalam produksi besi
lunak, Bismut telah duganakan dalam peyolderan, bismut rendah racun terutama
untuk penyolderan dalam pemrosesan peralatan makanan., Sebagai bahan lapisan
kaca keramik,
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kristal adalah padatan yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur atau berbentuk geometris, berulang secara 3 (tiga) dimensi (3D) yang dapat
mendifraksi sinar X. Kristal bisa juga dikatakan penyusun mineral atau kristal bisa
dikatakan mineral, namun mineral belum tentu bisa dikatakan sebagai kristal, karena
ada beberapa mineral yang memiliki bentuk tidak beraturan. Dalam mempelajari dan
memahami geometri kristal tentu dibutuhkan sebuah pengelompokkan dari pada
masing-masing bentuk kristal tersebut. Pengelompokkan ini haruslah sistematis dan
dapat menjelaskan sifat dari jenis kristal tertentu. Berdasarkan sifat simetrinya, yaitu
bidang dan sumbu simetri, bentuk kristal dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu : Isometrik

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

(Kubik), Tetragonal, Heksagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin.


Tujuh sistem bentuk kristal ini kemudian dapat di kelompokkan menjadi 32 kelas

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Asisten


Tetap dipertahankan caranya dalam membimbing praktikan pada saat
praktikum maupun asistensi dan selalu tegas kepada praktikan.

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium


Saran saya untuk laboratorium adalah agar alat peraga mengenai kristal
diperbanyak karena praktikan sangat kesulitan untuk memahami mengenai bentuk
kristal.

DAFTAR PUSTAKA

Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-isometrik.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistemtetragonal-sistem-tetragonal-sama.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html
Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi. Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung
https://www.academia.edu/28652291/Sistem_kristal_isometrik_dan_tetragonal

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN*
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ISOMETRIK, HEKSAGONAL DAN
MONOKLIN

MAKSUM ANGGRAINI RAHMAT HIDAYAT

09320160134 09320180156

Anda mungkin juga menyukai