Anda di halaman 1dari 4

I.

DASAR TEORI
1. Sistem Tetragonal

Sama dengan system Isometrik, sistem kristal ini mempunyai 3 sumbu


kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a dan b mempunyai satuan
panjang sama. Sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih panjang atau lebih
pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang. Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b c , yang artinya panjang sumbu
a sama dengan sumbu b tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi = = = 90. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut
kristalografinya ( , dan ) tegak lurus satu sama lain (90)(suryadi. 2008 :
75).

Gambar 1 Sistem Tetragonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada
sumbu a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3,
dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan). Dan sudut antar sumbunya a+^b = 30. Hal ini menjelaskan
bahwa antara sumbu a+ memiliki nilai 30 terhadap sumbu b. Pada Sistem kristal
tetragonal dapat dibagi menjadi 7 kelas yaitu :

1) Piramid

2) Bipiramid

3) Bisfenoid

4) Trapezohedral

5) Ditetragonal Piramid
6) Skalenohedral

7) Ditetragonal Bipiramid

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil,
autunite, pyrolusite, Leucite, scapolite (Pellant, Chris: 1992 : 245).

2. Sistem Hexagonal

Sistem ini mempunyai 4 sumbu kristal, dimana sumbu c tegak lurus


terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-masing membentuk
sudut 120 terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki panjang sama.
Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek (umumnya
lebih panjang). Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Hexagonal memiliki axial
ratio (perbandingan sumbu) a = b = d c , yang artinya panjang sumbu a sama
dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan
juga memiliki sudut kristalografi = = 90 ; = 120. Hal ini berarti, pada
sistem ini, sudut dan saling tegak lurus dan membentuk sudut 120 terhadap
sumbu (Wijayanto, Andika. 2009 :231).

Gambar 2 Sistem Hexagonal

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Hexagonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu
a ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan
sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan).
Dan sudut antar sumbunya a+^b = 20 ; d^b+= 40. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 20 terhadap sumbu b dan sumbu d membentuk
sudut 40 terhadap sumbu b+ (Mondadori, Arlondo. 1977 : 74).
Dalam kristalografi, hexagonal merupakan satu dari tujuh sistem kristal
dan mempunyai tujuh buah kelas. Semua kelasnya mempunyai simetri yang sama
dengan bentuk dasar dari hexagonal. Untuk bravais lattice hanya terdapt satu
untuk sistem kristal hexagonal. Sistem kristal ini mencakup semua kristal yang
mempunyai empat buah sumbu. Tiga di antaranya sama panjang dan terletak di
bidang horizontal serta perpotongan antara masing masing sumbu membentuk
sudut 60. mereka dinamai sumbu lateral dan diberi tanda huruf a dan dapat saling
ditukar tukar. Sumbu keempat tegak lurus terhadap bidang yang terbentuk dari
sumbu lateral dan disebut dengan sumbu c, panjang nya bisa lebih panjang atau
lebih pendek dari sumbu lateral. Sistem kristal ini mempunyai tujuh buah kelas
yaitu :

1) Hexagonal Piramid merupakan kelas ke 14, mempunyai simetri 6 dan pada


elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam.
2) Hexagonal Bipramid merupakan kelas ke 16, mempunyai simetri 6/m dan
pada elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam dan 1 bidang
simetri.
3) Dihexagonal Piramid merupakan kelas ke 18, mempunyai simetri 6 m dan
pada elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam dan enam bidang
simetri.
4) Dihexagonal Bipiramid merupakan kelas ke 20, mempunyai simetri 6/m 2/m
2/m dan pada elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam,6 sumbu
putar dua, 7 bidang simetri masing-masing berpotongan tegak lurus terhadap
salah satu sumbu rotasi dan sumbu pusat.
5) Trigonal Bipiramid merupakan kelas ke 1, mempunyai simetri 6 bar dan pada
elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam dan 1 bidang simetri.
6) Ditrigonal Bipiramid merupakan kelas ke 17, mempunyai simetri 6 bar 2m
dan pada elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam,3 sumbu
putar 2 dan 4 bidang simetri.
7) Hexagonal Trapezohedral merupakan kelas ke 19, mempunyai simetri 6 2 2
dan pada elemen simetrinya hanya terdapat 1 sumbu putar enam dan 6 sumbu
putar dua (Mondadori, Arlondo. 1977 : 92).

Anda mungkin juga menyukai