Anda di halaman 1dari 27

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pertambangan sangat erat kaitannya dengan sumber daya alam. Karena
pada dasarnya ilmu tambang di maksudkan agar kita yang mempelajarinya dapat
mengambil dan mengelola hasil sumber daya alam tersebut. Mineral merupakan
salah satu sumber daya alam yang menjadi tujuan dari mempelajari ilmu tambang,
terutama mineral-mineral yang berharga atau bernilai ekonomis. Oleh karena itu,
perlu pengkajian lebih dalam mengenai mineral itu sendiri.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap
dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya
anorganik, homogen, dan bersifat padat. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu
yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam
bentuk kesatuan, antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia,
cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaanya. Sedangkan kristal adalah zat padat
yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur, berulang secara 3 (tiga)
dimensi (3D) yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal bisa juga dikatakan penyusun
mineral atau kristal bisa dikatakan mineral, namun mineral belum tentu bisa
dikatakan sebagai kristal, karena ada beberapa mineral yang memiliki bentuk tidak
beraturan. Dalam mempelajari dan memahami geometri kristal tentu dibutuhkan
sebuah pengelompokkan daripada masing-masing bentuk kristal tersebut.
Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik kimia tetap
dapat berubah unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya
anorganik, homogen, dan bersifat padat. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan
logos. Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti
Mineralogi adalah ilmu tentang Mineral.
Dunia begitu banyak menyimpan kekayaan alam yang bisa dijadikan oleh
manusia sebagai kebutuhan dan sumber kehidupan. Salah satu kekayaan alam
tersebut adalah sumber daya mineral yang terdapat didalam perut bumi. banyak

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

orang yang memanfaatkan mineral tersebut sebagai suatu produksi yang bernilai
ekonomis (Sucipto, 2002).
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal orthorombik dan trigonal.

1.2.1 Tujuan
a. Praktikan dapat mengetahui kristal dan mineral
b. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal orthorombik.
c. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal trigonal.
d. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian kristal.
e. Praktikan dapat mengetahui bagian-bagian sumbu kristal

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Pensil mekanik;
b. pensil warna;
c. Penggaris 30 cm;
d. Busur 360°;
e. Alat tulis menulis.

1.3.2 Bahan
a. Modul;
b. Kertas HVS F4;
c. Grafik;
d. Kalkir;
e. Jurnal;
f. Buku referensi;
g. Proyeksi stereografi;
h. Proyeksi orthogonal.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Kristal dan Mineral

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama,
tetapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga
menghasilkan padatan polikristalin.
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat - sifat fisis lainnya.
1. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari
bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari
kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam
satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-
bidang kristal sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral
juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral
dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi atau pertambangan.
Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses
alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan
mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom
serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut
tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan
menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya
merupakan zat anorganik.
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G.Berry dan B.Mason (1959)
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. G.A Whitten dan J.R.V. Brooks (1972)
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson (1977), Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
4. UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat-sifat
kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos.
Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti mineralogi
adalah Ilmu tentang Mineral.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

2.2 Proses Pembentukan Kristal

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
1. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala
luas di bawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan
dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.
Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk
rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi
gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut
adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena
perubahan temperature.
3. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal di bawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur
kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya
mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya
tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.

2.3 Sistem Kristal

Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem
kristal tersebut adalah Isometrik, Tetragonal, Orthorombik, Hexagonal, Trigonal,
Monoklin, dan Triklin.
2.3.1 Sistem Kristal Kubus (isometrik)

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta


memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
2.3.2    Sistem Kristal Tetragonal
Pada sistem kristal Tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a
= b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal Tetragonal ini
hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk Tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada Tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus
berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom
warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
2.3.3 Sistem kristal Orthorombik
Sistem kristal Orthorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : Ortorombik
sederhana, body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna
merah), berpusat muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat
muka pada dua sisi ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Panjang rusuk dari sistem kristal Ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan
memiliki sudut yang sama (α = β = γ) yaitu sebesar 90°.
2.3.4 Sistem Kristal Monoklin
Sistem kristal Monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : Monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi Monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal Monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
2.3.5 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
2.3.6 Sistem Kristal Rombohedral atau Trigonal

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.

2.3.7 Sistem Kristal Heksagonal


Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya Heksagonal (heksa = enam),
maka sistem ini memiliki 6 sisi yang sama. Sistem kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
adalah a = b ≠ c. Semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan
terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

2.2 Sistem kristal Orthorombik


Sistem ini disebut juga sistem Rhombis dan mempunyai 3 sumbu simetri kristal yang
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya. Ketiga sumbu tersebut mempunyai
panjang yang berbeda. Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Orthorhombik
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga
sudutnya saling tegak lurus (90˚).

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 2.3 Sistem Kristal Orthorombik

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ.Sistem ini dibagi menjadi 3 kelas: Bisfenoid,
Piramid, Bipiramid 46 Beberapa contoh mineral denga sistem kristal Orthorhombik
ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan witherite.

2.3 Sistem Kristal Trigonal

Jika kita membaca beberapa referensi luar, sistem ini mempunyai nama lain
yaitu Rhombohedral, selain itu beberapa ahli memasukkan sistem ini kedalam sistem
kristal Hexagonal. Demikian pula cara penggambarannya juga sama. Perbedaannya,
bila pada sistem Trigonal setelah terbentuk bidang dasar, yang terbentuk segienam,
kemudian dibentuk segitiga dengan menghubungkan dua titik sudut yang melewati
satu titik sudutnya.
Pada kondisi sebenarnya, Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a = b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama
dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β
saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem kristal
Trigonal memiliki perbandingan sumbu a : b : c = 1 : 3 : 6. Artinya, pada sumbu a
ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu b ditarik garis dengan nilai 3, dan sumbu c
ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya perbandingan). Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 20˚ ; dˉ^b+= 40˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 20˚ terhadap sumbu bˉ dan sumbu dˉ membentuk sudut 40˚
terhadap sumbu b+.
Sistem ini dibagi menjadi 5 kelas:
1. Trigonal piramid
2. Trigonal Trapezohedral
a. Kelas : ke-12

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

b. Simetri : 3 2
c. Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga, 3 sumbu putar dua.
3. Ditrigonal Piramid
a. Kelas : ke-11
b. Simetri : 3m
c. Elemen Simetri : ada 1 sumbu putar tiga dan 3 bidang simetri
4. Ditrigonal Skalenohedral
a. Kelas : ke-13
b. Simetri : 3bar 2/m
c. Elemen Simetri : ada 1 bidang putar tiga, 3 bidang putar dua, 3 bidang
simetri.
5. Rombohedral
Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah  tourmaline
dan cinabar.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

BAB III
PROSEDUR KERJA

Dalam menggambar bentuk kristal trigonal pertama-tama menggambar dulu


sumbu utama daris sistem trigonal dengan cara menentukan titik tengah dari sebuah
kertas grafik. Kemudian menggambar garis sumbu c (garis lurus) dengan panjang 18
cm. setelah itu, menggambar garis sumbu b (90º terhadap sumbu c+) dengan panjang
9 cm. kemudian menggambar garis sumbu a (20º terhadap sumbu b-) dengan panjang
6 cm. terakhir menggambar garis sumbu d (40º terhadap sumbu b-) dengan panjang 3
cm. setelah itu menggambar garis yang menghubungkan sumbu b-, sumbu a+, sumbu
d+, dan juga sumbu b+ kepada sumbu c+, begitu pula dengan sumbu d- dan a-
namun dengan menggunakan garis putus-putus. Melakukan hal yang sama terhadap
sumbu c-. kemudian mewarnai setiap sisi yang Nampak dengan menggunakan warna
yang berbeda-beda
Dalam menggambar system kristal orthorombik, pertama-tama menggambar
dulu sumbu utama dari sistem kristal orthorombik Pertama-tama menentukan titik
tengah dari sebuah kertas grafik. Kemudian menggambar garis sumbu c (garis lurus
vertical) dengan panjang 19 cm, kemudian menggambar garis sumbu b (90º terhadap
sumbu c+) dengan panjang 12 cm.terkahir menggambar garis sumbu a (30º terhadap
sumbu b-) dengan panjang 3 cm. setelah itu gambar kembali sumbu a di masing-
masing sumbu b- dan b+. Kemudian menghubungkan kedua ujung sumbu a bantuan
pada sumbu c+ dan juga menghubungkan kepada sumbu c-. terakhir mewarnai
semua sisi yang nampak dengan menggunakan warna yang berbeda-beda.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

4.2. Pembahasan

4.2.1 Sistem Kristal Trigonal

Menggambar sistem trigonal dengan cara menentukan titik tengah dari


sebuah kertas grafik. Kemudian menggambar garis sumbu c (garis lurus) dengan
panjang 18 cm. setelah itu, menggambar garis sumbu b (90º terhadap sumbu c+)
dengan panjang 9 cm. kemudian menggambar garis sumbu a (20º terhadap sumbu b-)
dengan panjang 6 cm. terakhir menggambar garis sumbu d (40º terhadap sumbu b-)
dengan panjang 3 cm. setelah itu menggambar garis yang menghubungkan sumbu b-,
sumbu a+, sumbu d+, dan juga sumbu b+ kepada sumbu c+, begitu pula dengan
sumbu d- dan a- namun dengan menggunakan garis putus-putus. Melakukan hal yang
sama terhadap sumbu c-. kemudian mewarnai setiap sisi yang Nampak dengan
menggunakan warna yang berbeda-beda. Contoh mineral dengan sistem kristal
trigonal yaitu :
1. Kuarsa
Genesa :
Sebagian besar kuarsit terbentuk selama aktivitas pembentukan pegunungan
di batas lempeng konvergen. Batupasir yang lebih awal terdeposisi selanjut akan
termetamorfosis membentuk kuarsit akibat aktivitas di batas lempeng tersebut.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.1 Mineral kuarsa

Cara Penambangan :
Penambangan pasir kuarsa, yaitu dengan cara tambang terbuka
dengan cara kering dan cara basah menggunakan monitor hydraulic mine.
Pemilihan metode bergantung kepada proses pengolahan, dan letak sebaran
endapan.
Kegunaan :
Kegunaan mineral kuarsa dalam kehidupan sehari-hari: untuk alat
optik, batu asah (gerinda), dan kaca. Bila berbentuk pasir, kuarsa digunakan
untuk sandpaper, sandblasting, refractories, fluxs dalam proses metalurgi,
industri kimia, industri cat, bahan pengisi, industri keramik (kaca dan gelas),
decorative material, insulation, stuctural materials, bahan bangunan dalam
tongkat rod work and blocks digunakan dalam tube mills (pabrik pipa),
industri semen, elektronik, dan arloji.
Asosiasi :
Berasosiasi dengan berbagai jenis mineral yang menyusun batuan,
baik itu batuan beku asam, intermediet, batuan sedimen, piroklastik, maupun
pada batuan metamorf.
Keterdapatan :
Banyak ditemukan di puncak gunung, pantai,sungai, dan gurun pasir.
NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR
09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

2. Kalsit
Genesa :
Kalsit adalah mineral pembentuk batuan dengan rumus kimia CaCO3.
Mineral ini sangat umum ditemukan di seluruh dunia dalam batuan sedimen,
metamorf dan batuan beku. Beberapa ahli geologi menganggap kalsit " Mineral
yang ada di mana-mana", salah satu yang ditemukan di mana-mana. Kalsit
adalah konstituen utama batu kapur dan marmer. Batuan ini sangat umum dan
membuat sebagian besar kerak bumi. kalsit berperan sebagai salah satu
repositori karbon terbesar di planet kita.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.2 Mineral kalsit

Asosiasi :
Kalsit dengan komposisi kimia CaCO3 dapat ditemukan dalam bentuk
murni dan juga tidak murni, bergantung pada kandungan mineral pengotornya.
Mineral pengotor ini terbentuk karena adanya subtitusi unsur Ca oleh unsur
logam, seperti Mg, Fe, Mn. Dalam prosentase berat tertentu, mineral pengotor
kalsit tersebut akan membentuk mineral kapur yang lain, seperti dolomit, ankerit
dan kunakorit
Cara Penambangan :
Pada umumnya penambangan kalsit dilakukan secara system terbuka.
Pembuangan tanah penutup yang tipis, kemudian tahap selanjunta adalah
penambangan batuan secara berjenjang dengan pengeboran dan peledakan atau
dengan menggunakan peralatan sederhana.
Kegunaan :
Kalsit di sini bermanfaat sebagai pemupukan tanah, keasaman tanah akan
berkurang dengan cara pengapuran, yaitu menggunakan kapur tohor (quicklime),
kapur padam (hidratedlime), ataupun dalam bentuk tepung yang biayanya lebih
murah dibandingkan dengan jenis lainnya Di industri kimia, kalsit digunakan
memproduksi kaustik soda dan alkali lainnya dengan menggunakan solvany
proses. Light calcite  berfungsi sebagai filler, extender coating pada industri
kertas, cat, karet farmasi dan plastik. Heavy calcite digunakan dalam industri
keramik, gelas, barang-barang gelas, kimia, bahan galian bukan logam, dan
sebagainya.
Keterdapatan:
Endapan kalsit sebagian besar ditemukan dalam bentuk lensa-lensa, jumlah
kalsit di Indonesia yang sudah diselidiki adalah 10,1 jutan ton terdaopat pada din
indarung,sumatera barat.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

3. Apatit
Genesa :
Mineral ini terbentuk dari proses kristalisasi magma yaitu proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik. Mineral ini berasosiasi
dengan. molibdenit, ilmenit, kalsit dan magnetit. Mineral ini terdapat pada batuan
beku

Gambar 4.3 Mineral apatit

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Asosiasi :
Apatit adalah kelompok mineral fosfat, biasanya mengacu hidroksilapatit,
fluorapatit dan klorapatit, dengan konsentrasi tinggi ion OH−, F− dan Cl−, secara
berurutan, dalam kristal. Rumus dari campuran dari empat endmembers paling
umum ditulis sebagai Ca10(PO4)6(OH,F,Cl)2, dan rumus satuan kristal sel mineral
individu ditulis sebagai Ca10(PO4)6(OH)2, Ca10(PO4)6(F)2 and Ca10(PO4)6(Cl)2.
Apatit adalah sekelompok mineral fosfat yang meliputi: fluorapatite,
chlorapatite, hydroxylapatite, apatit kaya akan karbonat dan francolite. Istilah
"apatit" sering digunakan untuk fluorapatite, yang paling umum dari mineral ini.
Kegunaan :
Batu ini digunakan pada perhiasan yang dipakai sesekali saja, tidak
dipakai terus menerus sepanjang hari. Aplikasi perhiasan seperti anting-anting,
liontin, dan pin umumnya aman. Batu Apatit juga bisa digunakan dalam desain
cincin, tetapi harus dibatasi pengaturannya dan pemakaiannya hanya sesekali
saja.
Cara Penambangan :
Penambangan bawah tanah.
Keterdapatan:
Mineral ini terdapat pada batuan beku.
4. Korundum
Genesa :
Korundum pada umumnya ditemukan sebagai mineral utama pada batuan
beku seperti syenit, syenit nepheline, dan pegmatit. Beberapa deposit ruby dan
safir yang terkenal di dunia ditemukan dimana permata tersebut telah mengalami
pelapukan dari aliran basal yang kemudian ditemukan pada tanah aluvial ataupun
endapan lereng

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.4 Batuan korondum

Asosiasi :
Mengandung jejak besi , titanium , vanadium dan kromium
Kegunaan :
Dibuat batu permata dan pengasah
Cara Penambangan :
Metode Penambangan yang dilakukaan adalah Penambangan bawah tanah
Keterdapatan :
Ditemukan di dalam eklogit dan kadang-kadang rodingit, serta sebagai
rombakan pada endapan aluvial dan pasir laut
5. Bismuth
Genesa :
Bismut (Bi), yang paling logam dan yang paling melimpah dari unsur-unsur dalam
kelompok nitrogen (Kelompok 15 [Va] dari tabel periodik). Bismuth merupakan
kristal kasar yang keras, rapuh, dan berkilau. Bismut dapat dibedakan dari semua
logam lainnya dengan warna abu-abu putih dengan semburat kemerahan nya.
Terbentuk secara hidrotermal, dapat dijumpai dalam urat-urat bersama bijih kobalt,
nikel, timah, dan perak ; dapat juga dalam pegmatite

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.5 Batuan bismuth

Aosiasi :
Bismut berasosiasi dengan bersama bijih kobalt, nikel, timah, dan perak ; dapat
juga dalam pegmatite.
Cara Penambangan :
Penambangan timah putih dilakukan dengan beberapa cara, yaitu semprot,
penggalian dengan menggunakan excavator, atau menggunakan kapal keruk untuk
penambangan endapan aluvial darat yang luas dan dalam serta endapan timah lepas
pantai.
Kegunaan :
Bismut oxychloride digunakan dalam bidang kosmetik dan bismut subnitrate
dan subcarbonate digunakan dalam bidang obat-obatan.  Magnet permanen yang
kuat bisa dibuat dari campuran bismanol (MnBi) Bismut digunakan dalam produksi
besi lunak, Bismut telah duganakan dalam peyolderan, bismut rendah racun
terutama untuk penyolderan dalam pemrosesan peralatan makanan., Sebagai bahan
lapisan kaca keramik
Keterdapatan :
Terdapat di daerah lepas pantai
4.2.2 Sistem Kristal Orthorombik

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, sistem


Orthorhombik memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada
patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini.
Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 30˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu bˉ. Contoh mineral system orthorombik :
1. Olivin
Genesa :
Olivin (Olivine) adalah nama dari sekelompok mineral pembentuk batuan
yang banyak ditemukan dalam batuan beku mafik dan ultramafik seperti basalt,
gabro, dunit, diabas, dan peridotit. Olivin biasanya berwarna hijau dan memiliki
komposisi kimia berkisar antara Mg2SiO4 dan Fe2SiO4. Banyak orang yang
akrab dengan olivin karena merupakan mineral dari gamestone (akik) hijau yang
sangat populer, yang kita kenal sebagai peridotit.
.

Gambar 4.6 Mineral olivin


Kegunaan :
Kebanyakan olivin digunakan dalam proses metalurgi sebagai "slag
conditioner". Olivin dengan kandungan magnesium yang tinggi (forsterit)
ditambahkan ke "blast furnace" untuk menghilangkan pengotor baja dan untuk
membentuk terak. Olivin juga telah banyak digunakan sebagai bahan tahan api.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Mereka biasanya digunakan untuk membuat batu bata tahan api dan sebagai "sands
cast".
Asosiasi :
Mineral magnesium besi silikat dengan rumus (Mg,Fe)2SiO4. Banyak ditemukan
di bawah permukaan bumi namun lapuk dengan cepat di permukaan bumi.
Cara Penambangan :
Metoda penambangan yang akan diusahakan untuk dilakukan dengan metode
open pit mining dengan sistem berjenjang dengan banyak muka kerja (multi bench
system).
Keterdapatan:
Banyak ditemukan dibawah permukaan bumi.
2. Topaz
Genesa :
Topaz adalah mineral silikat langka dengan komposisi kimia Al2SiO4
(F,OH)2. Mineral ini biasanya terbentuk dalam fraktur dan rongga batuan beku
seperti pegmatit dan riolit karena lambatnya pembekuan magma. Mineral ini
dapat ditemukan dalam deposit aluvial yang asal pelapukannya daribatuan beku.

Gambar 4.7 Mineral Topaz

Asosiasi :
Terbentuk dari silikat mineral alumunium dan fluorine

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Cara Penambangan :
Metode penambangan adalah tambang permukaan antara lain : Strip mining,
Open pit mining
Kegunaan dan manfaat :
Batu topaz dipercayai memiliki pengaruh-pengaruh antara lain meningkatkan
ketegasan dan berpikir logis, memberi penglihatan tajam dan kesabaran,
membawa kebahagiaan, menolak penyakit-penyakit bahaya tertentu seperti
penyakit gila dan melindungi pemakai dari ancaman bahaya
Keterdapatan:
Topaz dapat ditemukan bersama fluorit diberbagai daerah termasuk
pegunungan ural dan ilmen di rusia, afganistan, sri lanka, ceko, jerman, Pakistan.
3. Staurolit
Genesa :
Staurolit adalah mineral nesosilikat berwarna coklat hingga hitam
kebanyakan opak dengan warna gores putih. Staurolit terkristalisasi dalam sistem
kristal monoklin, dan mempunyai kekerasan 7 hingga 7,5 dalam skala mohs,
dengan rumus kimia: Fe2+2Al9O6(SiO4)4(O,OH)2. Staurolit biasa berbentuk kembar
dengan karakteristik berbentuk silang, yang biasa disebut cruciform penetration
twinning. Pada sampel tangan, secara makroskropik kristal - kristal staurolit
berbentuk prisma. Mineral ini sering membentuk porfiroblastik.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.8 Mineral staurolit

Asosiasi :
Mineral ini terbentuk bersama almandin garnet, mika, kyanit, juga albit,
biotit, dan silimanit pada batuan- batuan metamorfik regional seperti gneis dan
sekis
Kegunaan :
Digunakan untuk memperkirakan temperatur, kedalaman, dan tekanan
pembentukan batuan pada saat terjadinya metamorfisme
Cara Penambangan :
Metode penambangan adalah Tambang Terbuka
Keterdapatan:
Mineral ini dapat ditemukan bersama almandine garnet, mika,kyanit, juga
albit, boitit.

4. Gypsum
Genesa :
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan
yang bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap
akibat proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas
makin bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum berbentuk
lapisan di antara batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu
pasir, lempung, dan garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-
lensa dalam satuan-satuan batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan
gipsum terjadi pada zaman Permian. Endapan gipsum biasanya terdapat di
danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan belerang yang berasal dari
gunung api.

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Gambar 4.9 Batuan gypsum

Asosiasi :
Gypsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari
gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gypsum juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam,
berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol vulkanik,
efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tudung kubah garam, penudung
gossan oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping.
Kegunaan :
Penyaring dan sebagai pupuk tanah. Di akhir abad 18 dan awal abad
19, gypsum Nova Scotia atau yang lebih dikenal dengan sebutan plaster,
digunakan dalam jumlah yang besar sebagai pupuk di ladang-ladang gandum
di Amerika Serikat
Cara Penambangan :
Tambang terbuka : Overburden dikupas, pembongkaran dg alat
dragline, scraper.
Keterdapatan :
Terdapat di daerah danau dengan kandungan garam.
5. Belerang
Genesa :

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Belerang atau sulfur adalah mineral yang dihasilkan oleh proses


vulkanisme, sifat-sifat fisik belerang adalah : Kristal belerang berwarna
kuning, kuning kegelapan, dan kehitam-hitaman, karena pengaruh unsur
pengotornya. Berat jenis : 2,05 - 2,09, kekerasan : 1,5 - 2,5 (skala Mohs),
Ketahanan : getas/mudah hancur (brittle), pecahan :berbentuk konkoidal dan
tidak rata. Kilap : damar Gores : berwarna putih. Sifat belerang lainnya
adalah : tidak larut dalam air, atau H2SO4. Titik lebur 129oC dan titik
didihnya 446oC.

Gambar 4.10 Belerang


Asosiasi :
Fluorite, gypsum
Keterdapatan :
Potensi dan penyebaran endapan belerang Indonesia saat ini baru
diketahui di enam propinsi, dengan total cadangan sekitar 5,4 juta. Untuk tipe
sublimasi, karena proses terjadinya didasarkan kepada aktivitas gunung
berapi, maka selama gunung berapi aktif, belerang tipe ini dapat diproduksi.
Cara Penambangan :
Kegiatan penambangan belerang dengan metode ini dilakukan untuk
endapan tipe stratigrafi dan vulkanis yang terletak dekat dengan permukaan
bumi.
NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR
09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Kegunaan :
Belerang banyak digunakan di industri pupuk, kertas, cat, plastik,
bahan sintetis, pengolahan minyak bumi, industri karet dan ban, industri gula
pasir, accu, industri kimia, bahan peledak, pertenunan, film dan fotografi,
industri logam dan besi baja.
Keterdapatan:
Sumutra utara,sibangor sonk merapi, serta di namora langit.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada Sistem Kristal Isometrik kondisi sebenarnya, sistem kristal Isometrik


memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a1 = a2 = a3, yang artinya panjang sumbu
a1 sama dengan sumbu a2 dan sama dengan sumbu a3. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya
( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚).
Sistem Kristal Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d
≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu d,
tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = 90˚ ;
γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β saling tegak lurus dan
membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.
Sistem Kristal Tetragonal axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2 ≠ c ,
yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan
sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚).

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Asisten


Tetap dipertahankan caranya dalam membimbing praktikan pada saat
praktikum maupun asistensi dan selalu tegas kepada praktikan.
NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR
09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

5.2.2 Saran Untuk Laboratorium


Saran saya untuk laboratorium adalah agar alat peraga mengenai kristal
diperbanyak karena praktikan sangat kesulitan untuk memahami mengenai bentuk
kristal.

DAFTAR PUSTAKA

Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-isometrik.html

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL ORTHOROMBIK DAN
TRIGONAL

Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistemtetragonal-sistem-tetragonal-sama.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html
Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi. Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung

NURFADHILAH SAM TAPPA MUH.HASYIR FADILLA.AR


09320160042 09320180127

Anda mungkin juga menyukai