Anda di halaman 1dari 48

PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI

LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur, berulang secara 3 (tiga) dimensi (3D) yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal
bisa juga dikatakan penyusun mineral atau kristal bisa dikatakan mineral, namun
mineral belum tentu bisa dikatakan sebagai kristal, karena ada beberapa mineral yang
memiliki bentuk tidak beraturan. Dalam mempelajari dan memahami geometri kristal
tentu dibutuhkan sebuah pengelompokkan dari pada masing-masing bentuk kristal
tersebut. Pengelompokkan ini haruslah sistematis dan dapat menjelaskan sifat dari
jenis kristal tertentu. Berdasarkan sifat simetrinya, yaitu bidang dan sumbu simetri,
bentuk kristal dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu : Isometrik (Kubik), Tetragonal,
Heksagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin. Tujuh sistem bentuk
kristal ini kemudian dapat di kelompokkan menjadi 32 kelas. (Gillen,1982)
Sistem isometrik adalah sistem yang paling simetris mungkin dalam ruang
tiga dimensi. Hal ini terjadi kerena dari tiga sumbu kristalografi panjang yang sama
dan di sudut kanan satu sama lain. Ini berbeda dari sistem lain dalam banyak hal.
Semua bentuk kristal isometrik adalah bentuk tertutup dan eksklusif untuk sistem ini.
Sistem isometrik memiliki beberapa kelas yaitu Tetaoidal, Gyroida, Diploida,
Hextetrahedral dan Hexoctahedral.
Kemudian selanjutnya Heksagonal mempunyai 4 sumbu kristal, dimana
sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-
masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki
panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang) sistem ini terbagi atas Heksagonal Piramid, Heksagonal
Bipramid, Diheksagonal Piramid, Diheksagonal Bipiramid, Trigonal Bipiramid,
Ditrigonal Bipiramid ,Heksagonal Trapezohedral. Monoklin artinya hanya ada
mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a
tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus atau sejajar terhadap sumbu c, tetapi

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu mempunyai panjang
berbeda atau tidak sama, umumnya sumbu c yang panjang.(Pellant, chris. 1992)
1.2 Maksud dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal tetragonal dan triklin.
1.2.1 Tujuan
a. Praktikan dapat mengetahui kristal dan mineral;
b. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal tetragonal;
c. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal triklin.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Pensil mekanik;
b. Pensil warna;
c. Penggaris 30 cm;
d. Busur 360°;
e. Alat tulis menulis
f. Drawin pen
1.3.2 Bahan
a. Modul;
b. Kertas HVS A4;
c. Kertas Grafik;
d. Kertas Kalkir;
e. Buku referensi.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mineral dengan sedikit kekecualian dimana suatu proses penempatan atom-


atom dalam keadaan padat. Serta bilamana kondisi memungkinkan, mereka dapat
membentuk permukaan yang halus dan dalam bentuk beraturan geometri dikenal
sebagai kristal. Proses tersebut terdiri dari proses buatan manusia didalam
laboratorium atau proses alami seperti proses dingin atau pendinginan, magma,
proses evaporit, proses hidrotermal. Bentuk kesempurnaan dari kristal itu dapat kita
bagi menjadi antara lain bila bentuknya sempurna disebutkan euhedral, masih
terdapat bidang kristal kita.
Mineral sangat penting di dalami lebih dulu sebelum mengetahui lebih lanjut
atau penerapan terhadap disiplin ilmu yang berhubungan. Sebetulnya mineral
merupakan satu partikel-partikel yang terkecil yang diskrit menyusun batuan
sedangkan batuan dan monomineral menyusun kerak bumi sampai pada inti bumi.
Bentuk kristal dimuka bumi sangat banyak ragamnya mulai dari bentuk yang
sederhana dan paling rumit. Bentuk-bentuk krtistal yang ada dibumi ini dapat
dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dasar . hal ini agar pembagian Kristal
dapat dengan mudah diidentifikasi berdasarkan system Kristal tersebut. (Doddy Setia
Graha. 1987).
Kata “kristal” berasal dari bahasa Yunani crystallon yang berarti tetesan yang
dingin atau beku. Menurut pengertian kompilasi yang diambil untuk menyeragamkan
pendapat para ahli, maka kristal adalah bahan padat homogen, biasanya anisotrop
dan tembus cahaya serta mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan
bidang-bidangnya memenuhi hukum geometri yaitu jumlah dan kedudukan bidang
kristalnya selalu tertentu dan teratur. Kristal-kristal tersebut selalu dibatasi oleh
beberapa bidang datar yang jumlah dan kedudukannya tertentu. Keteraturannya
tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

mengikuti pola-pola tertentu bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal.
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu
tetap pada suatu kristal bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal
berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.
Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal,
mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas.
b. Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses
fisika.
c. Terbentuknya oleh proses alam.
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :
a. Jumlah bidang suatu kristal selalu tetap.
b. Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap.
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide, dan sumbu inversi putar.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah
kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu
utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi)
dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua yaitu bidang
simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang
tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).

2.1 Definisi Sistem Kristal

Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Dengan kata lain Sistem kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan
bentuk kristal berdasarkan geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam
sumbu xyz. Geometri sel unit didefinisikan sebagai analisis terhadap 6 parameter
yaitu : panjang tepi a,b,c dan tiga sudut interaksial α,β, γ. Parameter ini sering
dinyatakan sebagai lattice parameter dari struktur kristal. Atas dasar ini ada tujuh
kemungkinan kombinasi yang berbeda dari a,b,c, serta α,β,γ, masing-masing
mewakili sistem kristal yang berbeda. Ketujuh kristal sistem ini adalah kubik,
tetragonal, heksagonal, ortorombik, rhombohedral, 2 monoklinik, dan
triklinik.Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ionatau molekul-molekul
zat padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi.
Pada hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus memiliki rentang yang panjang
pada koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga dimensi sehingga menghasilkan
rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk kristal tersebut. Ditinjau dari
struktur atom penyusunnya, bahan padat dibedakan menjadi tiga yaitu kristal tunggal
(monocrystal), polikristal (polycrystal), dan amorf (Smallman, 2000: 13).
Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap
karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam
pola tigadimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang
panjangtak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

kristal tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang
membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan
kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang
dimiliki tidak teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus 7 yaitu
memiliki struktur yang identik dengan amorf susunan dua-dimensional simetris dari
dua jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan struktur kristal.
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur
kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang
tersusun secara khusus, secaraperiodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi
kristal (crystal lattice). Geometri kristal dalam ruang dimensi tiga yang merupakan
karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda-beda. Suatu kristal yang terdiri dari
jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan susunan sel satuan yang
berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri khas dari suatu kristal (Edi
Istiyono, 2000: 6).
Sumbu-sumbu a, b dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan dengan
parameter kisi kristal untuk α, β dan γmerupakan sudut antara sumbu-sumbu
referensi kristal. Menurut anggapan Bravais (1848), berdasarkan kisi bidang dan kisi
ruang kristal mempunyai 14 kisi dan berdasarkan perbandingan sumbu-sumbu kristal
dan hubungan sudut satu dengan sudut yang lain, kristal dikelompokkan menjadi 7
sistem kristal.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri
dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaituIsometrik, Tetragonal,
Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal
mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombikmemiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh
kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan
Triklin dua kelas.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

2.2 Unsur-unsur Simetri Kristal

Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
2.2.1 Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian
yang sama, dimana bagian satu merupakan bayangan dari yang lain. Bidang simetri
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetrimenengah.
2.2.2 Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
2.2.3 Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama
dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal
dari bidang pasangannya.

2.3 Kristal dan Mineral

Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama,

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

tetapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga


menghasilkan padatan polikristalin. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kristal)
Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari
kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam
(internal) dan sifat - sifat fisis lainnya. (http://krismintpunpar.blogspot.com/2012/06/
definisi-kristalografi.html)
1. Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal
yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang
membatasinya.
2. Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping mempelajari
bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari
kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam
satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk
kemudian.
3. Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga
menghitung parameter dan parameter rasio.
4. Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar
kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-
bidang kristal sehingga akan dikenal 2 zat yaitu kristalin dan non kristalin.
Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan
kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom secara
beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal. Selain itu kata mineral
juga mempunyai banyak arti, hal ini tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral
dalam arti farmasi lain dengan pengertian di bidang geologi atau pertambangan.
Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau benda yang terbentuk oleh proses
alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari komposisi kimia tertentu dan
mempunyai sifat-sifat fisik yang tertentu pula. Mineral terbentuk dari atom-atom
serta molekul-molekul dari berbagai unsur kimia, dimana atom-atom tersebut
tersusun dalam suatu pola yang teratur. Keteraturan dari rangkaian atom ini akan

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya
merupakan zat anorganik
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G.Berry dan B.Mason (1959)
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. G.A Whitten dan J.R.V. Brooks (1972)
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson (1977), Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
4. UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat-sifat
kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos.
Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti mineralogi
adalah Ilmu tentang Mineral.

2.4 Proses Pembentukan Kristal

Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

1. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala
luas di bawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan
dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.
Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk
rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi
gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut
adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena
perubahan temperature.
3. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal di bawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur
kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya
mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya
tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.

2.5 Sistem Kristal

Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem
kristal tersebut adalah Isometrik, Tetragonal, Ortorombik, Heksagonal, Trigonal,
Monoklin, dan Triklin.
2.5.1 Sistem Kristal Kubus (isometrik)
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta
memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
2.5.2    Sistem Kristal Tetragonal

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Pada sistem kristal Tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a
= b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal Tetragonal ini
hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk Tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada Tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus
berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom
warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
2.5.3 Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal Ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : Ortorombik sederhana,
body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi
ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem
kristal Ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β
= γ) yaitu sebesar 90°.
2.5.4 Sistem Kristal Monoklin
Sistem kristal Monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : Monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi Monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal Monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
2.5.5 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
2.5.6 Sistem Kristal Rombohedral atau Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
2.5.7 Sistem Kristal Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya Heksagonal (heksa = enam),
maka sistem ini memiliki 6 sisi yang sama. Sistem kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

adalah a = b ≠ c. Semua atom berada pada sudut-sudut (pojok) heksagonal dan


terdapat masing-masing atom berpusat muka pada dua sisi heksagonal (yang
ditunjukkan atom dengan warna hijau).

2.6 Sistem Kristal Tetragonal

Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan
a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi
tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut
90 derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya)
tegak lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain,
semua sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua
sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh
dari sitem kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah
seperti; Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite,
Cassiterite, Stannite, Cahnite, dan lain-lain.
Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 Kelas, yaitu :
1. Ditetragonal Dipyramidal
a. Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima
sumbu simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal
prism, tetragonal prism, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-
Torbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit,
Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-lain.
2. Kelas Tetragonal Trapezohedral
a. Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua,
semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
3. Kelas Ditetragonal Pyramidal
a. Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism,
tetragonal pyramid, dan pedion.
f. Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan
Routhierit.
4. Kelas Tetragonal Scalahedral

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

a. Kelas : Ke-24, Simetri : 4bar 2/m.


b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dan dua sumbu putar dua,
dan dua bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal scalahedron, disphenoid, ditetragonal prism,
tetragonal prism, tetragonal dipyramid, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Kalkopirit dan Stannit termasuk Akermanit,
Hardistonit, Melilit, Urea, Luzonit, Pirquitasit, Renierit, dan Tetranatrolit.
5. Kelas Tetragonal Dipyramidal
a. Kelas : Ke-23, Simetri : 4/m.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan satu bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal dipiramid, tetragonal prism, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Scapolit, Wulfenite, Vesuvianit, Powellit, Narsarsukit,
Meta-Zeunerit, Leucit, Fergusonit, dan Scheelit.
6. Kelas Tetragonal Disphenoidal
a. Kelas : Ke-22,  Simetri : 4bar.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal disphenoidal, tetragonal prism, dan pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Cahnit, Minium, Nagyagit, Tugtupit, dan beberapa
yang jarang seperti Krookesit, Meliphanit, Schreibersit, dan Vincentit.
7. Kelas Tetragonal Pyramidal
a. Kelas : Ke-21, Simetri : 4
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
f. Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.

2.13 Sistem Triklin

Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling
berpotongan pada sisi miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan
aluminium) merupakan contoh dari mineral dengan sistem kristal triklin.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
System  kristaltriklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.Sistem
ini dibagi menjadi 2 kelas:
2.12.1. Pedial
a. Kelas : ke-1

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

b. Simetri : 1
c. Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
2.12.2. Pinakoidal
a. Kelas : ke-2
b. Simetri : 1bar
c. Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, Labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).

BAB III
PROSEDUR KERJA

Cara penggambaran sistem kristal tetragonal hampir sama dengan sistem


kristal isometrik. Langkah – langkah awalnya kami mengikuti langkah – kangkah
penggambaran untuk sistem kristal isometrik dengan membuat garis bantu persegi di
setiap ujung sumbu b dan c, kemudia membuat garis sepanajng 3 cm dengan jarak 30
̊ di setiap pertemuan antara dua buah sumbu yang bertemu.
Akan tetapi langkah selanjutnya kami tidak menghubungkan antara ujung
sumbu satu dengan yang lainnya dengan sebuah garis layaknya pada sistem
isometrik. Setelah itu, kami menghubungkan garis-garis tersebut dengan garis

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

vertikal. Setelah bentuk tiga dimensi dai kristal mulai terlihat, maka langkah
selanjutnya adalah mewarnai kristal dengan 4 jenis warna yang berbeda yaitu untuk
sisi depan, atas dan juga sisi samping kanan.
Kemudian kami menggambar sistem kristal Triklin, sistem kristal Triklin
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α,
β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚
terhadap c+.
Setelah bentuk tiga dimensi dai kristal mulai terlihat, maka langkah
selanjutnya adalah mewarnai kristal dengan 3 jenis warna yang berbeda yaitu untuk
sisi depan, atas dan juga sisi samping.

No. Urut : 01
Sistem Kristal : Tetragonal
Sifat Kristal : a = b ≠ c ; α : β : γ = 90o
Cara Penggambaran : <a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 6
Elemen Kristal : A44A25PC
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 4/m, 2/m, 2/m
 Shoenflish : D4H

Indeks Bidang Warna :

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

(0, 1, 0 )
(1, 0, 0 )
(0, 0, 1)

Nama Kristal :
Kelas Kristal : Ditetragonal Bypiramidon
Contoh Mineral : - ZIRKON ( Zr ( SiO4 ) )

-PIROLUSIT ( MnO2 )

- RUTIL(TIo2)

- AUTUNITE (CauO2)

- LEUCITE (K(AlSi2O6))

No. Urut : 02
Sistem Kristal : triklin
Sifat Kristal : a≠ b ≠ c≠ : Sembarang
Cara Penggambaran : a:b:c= 1 : 3 ; 6 <a+/b- = 45 < b+/c+ = 80
Elemen Krista :C
Nilai Kristal :
 Herman Mauguin : 1
 Shoenflish :
Indeks Bidang Warna :

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Warna
(a, b, c)
( 0, 1, 1 )
( 1, 0, 0 )
( 0, 1, 0 )

Nama Kristal :
Kelas Kristal : Pedial
Contoh Mineral : - KORUNDUM ( Al2O3)

- PIRARGIRIT ( AgSbS3 )

- LABRADORIT ((Al,Si)AlSi2O8)

- ALBIT (Na(AlSi3O8)

- ANORTIT (Ca(Al2Si2O8)

4.2. Pembahasan

4.2.1 Sistem Kristal Tetragonal


Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan
a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi
tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Beberapa contoh mineral yang ada pada sistem ini adalah sebagai berikut:

1. Zirkon (ZrSiO4 )
Seperti yang oleh para geolog teliti, bahwa zirkon (zirconium silicate
ZrSiO4) tidak memiliki susunan material yang sama dengan
permata zirconia (zirconium oksida, ZrO2). Karena kekeliruan yang tidak
kunjung terklarifikasi itulah zirkon telah digunakan sebagai tiruan berlian baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Baik cerat maupun tingkat ketahanannya
terhadapa panas, zirkon sama dengan intan. Bahkan beberapa jenis zirkon yang
tidak berwarna (bening) sering disalahkaprahi sebagai intan oleh beberapa ahli
permata. Mineral ini  memiliki beberapa variasi warna:coklat kemerah-

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

merahan, kuning, bening. Variasi warna seperti biru laut juga bisa didapat
melalui proses pemanasan lebih lanjut.

Gambar 4.1 Mineral Zirkon (ZrSiO4 )

zirkon terbentuk dari lava cair saat terjadi aktivitas magmatik (produk
awal dari proses kristalisasi), pada proses metamorphosis batuan, dan juga pada
terbentuk melalui proses sedimentasi(dalam bentuk butiran detrital). Kristal
zirkon yang berukuran besar amat jarang ditemukan. Ukuran rata-rata yang
selama ini ditemukan hanyalah seukuran batu granit yakni sekitar 0,1 – 0,3
mm, namun dalam proses pembentukkannya di alam, zirkon masih dapat
bertambah panjang hingga beberapa centimeter, khususnya yang jenis
pegmatite.
2. Pirolusit (MnO2)
Pirolusit (MnO2) merupakan kelompok mineral oksida--hidroksida.
Menurut Doddy Setia Graha (1987:237) bahwa pirolusit memiliki sistem
kristal tetragonal; belahan sempurna {110}; kekerasan6--6,5; berat jenis 4,75;
warna hitam besi; gores/cerat hitam besi; optik opak, anisotrop.
Menurut Direktorat Pertambangan (1969:55) bahwa pirolusit ini dikenal
sebagai mineral utama dalam bijih mangan. Di samping itu bijih mangan
terdapat pula pada mineral manganit (Mn2O3.H2O), psilomelan

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

(MnO.MnO2.2H2O), hausmanit (Mn5O4), rhodokrosit (MnCO3), dan rhodonit


(MnSiO2). Bijih mangan di alam banyak ditemukan dalam berbagai batuan
berbentuk kristal halus. Cebakan sedimen dan residual ditemukan di dasar
danau dan laut dangkal.

Gambar 4.2 Mineral Pirolusit (MnO2)


Tipe lain ditemukan sebagai cebakan hidrothermal.
Dalam kehidupan sehari-hari, bijih mangan digunakan untuk industri
metalurgi (untuk membuat baja kuat, perunggu dalam propeler kapal, logam
campuran yang bersifat sebagai peredam getaran dan suara, serta sebagai besi
tuang). Dalam industri kimia, mangan digunakan untuk melindi bijih uranium,
batang-batang las, bahan celup, cat, pernis, pupuk, obat-obatan, kaca, keramik,
dan lain-lain.
3. Rutile (TiO2 )
Rutile adalah mineral aksesori umum dalam batuan metamorf suhu tinggi
dan tekanan tinggi dan pada batuan beku . Secara termodinamik , rutil
adalah polimorf TiO2 yang paling stabil di semua suhu, menunjukkan energi
bebas total yang lebih rendah daripada fase anatase atau brookite yang
dapat metastabil . Akibatnya, transformasi dari polimorf TiO2 yang
dapat metastabil menjadi rutil tidak dapat diubah. Karena memiliki volume

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

molekul terendah dari tiga polimorf utama, umumnya fase penahan titanium


primer di sebagian besar batuan metamorf tekanan tinggi, terutama eclogites .

Gambar 4.3 Mineral Rutile (TiO2 )


Di dalam lingkungan beku, rutil adalah mineral pelengkap umum
dalam batuan beku plutonik , meskipun kadang-kadang juga ditemukan di
batuan beku ekstrusif, terutama yang seperti kimberlite dan lamproit yang
memiliki sumber mantel yang dalam. Anatase dan brookite ditemukan di
lingkungan beku terutama sebagai produk dari perubahan autogenik selama
pendinginan batuan plutonik; anatase juga ditemukan dalam endapan placer
yang bersumber dari rutil primer.
Terjadinya kristal spesimen besar paling umum terjadi pada pegmatite,
skarns, dan granit greisens. Rutile ditemukan sebagai mineral tambahan di
beberapa batuan beku yang diubah, dan pada gneiss dan sekis tertentu.
4. Leucite (K(AlSi2O6))
Leusit (Leucite) adalah mineral pembentuk batuan yang terdiri dari
kalium dan aluminiumtectosilicate K [AlSi2O6]. Namanya berasal dari kata
yunani untuk "putih" dalam kiasan untuk warna yang khas. Pada suhu tinggi,
leucite adalah isometrik dan akan membentuk bentuk trapezohedron kristal
isometrik. Menariknya, sebagai leucite mendinginkan, Membedakan leucite

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

dari garnet dan analcime relatif mudah dalam beberapa kasus. The garnet jauh
lebih sulit dan biasanya sangat berwarna. Leucite memiliki kerapatan yang jauh
lebih rendah dan biasanya memiliki kilau kusam dari analcime. Juga leucite
biasanya tertanam dalam batuan induk dimana analcime, ketika menampilkan
kristal yang baik dan tidak masif atau granular, longgar atau pesan yang terkait
dengan mineral lain dalam rongga vulkanik.

Gambar 4.4 Mineral Leucite (K (AlSi2O6))


Mineral yang kimia yang dekat dengan yang ada pada feldspars alkali
tetapi miskin dalam silika (SiO2) konten, disebut feldspathoids. Leucite, seperti
feldspathoids lain, ditemukan di batuan silika miskin mengandung mineral
silika lainnya miskin dan kuarsa tidak. Jika kuarsa hadir ketika lelehan itu
mengkristal, akan bereaksi dengan feldspathoids dan membentuk sebuah
feldspar. Pada suatu waktu leucite digunakan sebagai sumber kalium dan
aluminium. Mungkin karena aluminium tinggi rasio silikon, struktur, mudah
rusak oleh asam dan ini membebaskan ion aluminium.
5. Kasiterit (SnO2)
Mineral kasiterit adalah mineral utama timah dan mampu menghasilkan
logam timah. mineral utama timah dan mampu menghasilkan logam timah.
Mineral ini berbentuk kristal, mengkilap dan tampak seperti batu perhiasan.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Sahabat dapat menemukan mineral kasiterit ini di daratan maupun sepanjang


aliran di kepulauan Bangka Belitung, Singkep dan Kundur.

Gambar 4.5 Mineral Kasiterit (SnO2)


Mineral ini berbentuk kristal, mengkilap dan tampak seperti batu
perhiasan. Sahabat dapat menemukan mineral kasiterit ini di daratan maupun
sepanjang aliran di kepulauan Bangka Belitung, Singkep dan Kundur.
Mineral kasiterit yang memiliki kandungan timah sekitar 78% ini
ditemukan dalam dua jenis lapisan yaitu lapisan di batuan granit/batuan
sekitarnya dan lapisan sedimen alluvial dengan mineral dalam bentuk pasir.
Uniknya timah yang dihasilkan oleh PT Timah tidak berasal dari alam lho,
Sahabat dan hanya dapat ditemukan pada mineral kasiterit atau tinstone.
Kebanyakan sumber cassiterite hari ini terdapat di mendakan alluvial atau
lombong terbuka yang mengandungi bijiran tahan luluh hawa. Sumber utama
cassiterite terbaik di dapati di lombong bijih di Bolivia, di mana ia didapati
dalam urat hidrothermal. Metode penambanagn yang biasa dilakukan adalah
metode open pit atau tambang terbuka
6. Wulfenite (PbMoO4)
Mineral Wulfenite adalah mineral molibdat timbal dengan rumus
PbMoO4. Mineral ini paling sering ditemukan berbenuk kristal tabular tipis
dengan warna cerah oranye-merah ke kuning-oranye, kadang-kadang coklat,
SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

meskipun warna bisa sangat bervariasi. Dalam bentuk kuning kadang-kadang


disebut Timbal bijih kuning.

Gambar 4.6 Mineral Wulfenite (PbMoO4)


Mineral Wulfenite ini mengkristal dalam sistem tetragonal,  kristal
piramida atau tabel. Mineral ini dapat ditemukan di berbagai  daerah, terkait
dengan bijih timah sebagai mineral sekunder yang terkait dengan zona
teroksidasi deposito timah. Ini juga merupakan bijih sekunder molibdenum,
dan dicari oleh para kolektor.
Kristal tabular umumnya tipis, persegi, menunjukkan  dengan wajah
datar atau bulat vicinal, dapat memanjang atau piramidal, dengan piramida
truncating atau mengganti, lebih jarang pseudo-oktahedral, dan sangat jarang
piramida baik prismatik kubik atau pendek. Umumnya hanya bentuk tambahan,
beberapa hemihedrism piramida menunjukkan, granular, besar. Wulfenite
adalah mineral yang sangat unik  dan populer untuk di koleksi, karena
memiliki  Warna yang kuat, kilap yang  bagus. Dan inilah yang menjadi hal
yang sangat menarik perhatian banyak kolektor
7. Scapolite (Na2Ca2Al5Si7O24Cl)
Scapolite merupakan golongan dari dua jenis mineral, yaitu Sodium
Chloride yang disebut dengan Marialite, dan Calcium Carbonate yang disebut

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

dengan Meionite. Hal ini kadang menyebabkan adanya kerancuan pada nama
batu ini, namun para ahli dan orang-orang yang bergerak di bidang batu-batuan
tetap menggunakan nama Scapolite sebagai pembeda.

Gambar 4.7 Mineral Scapolite (Na2Ca2Al5Si7O24Cl)


Diantara batu mulia lain, Scapolite memang kurang populer. Namun
demikian batu ini bukannya tidak menarik, melainkan hanya sedikit yang
mengekspos keberadaannya. Scapolite yang dalam bahasa Yunani berarti
bentuk, memiliki struktru Kristal yang tergolong tidak lazim. Struktur dominan
Kristal pada batu ini berbentuk Prisma sehingga menyebabkan kilau batu ini
kurang memancar. Batu ini akan tampak cantik jika dipotong dengan metode
khusus atau jika memiliki efek Tiger Eye yang populer diantara batu-batu lain.
Scapolite memiliki variasi warna seperti Kuning pucat, Merah muda,
hingga Ungu violet. Biasanya tiap warna dihasilkan oleh negara yang berbeda,
karena keragaman Scapolite yang berbeda ditiap alam. Beberapa negara
penghasil batu ini adalah Brazil, Italia, dan Amerika Serikat. Scapolite
dipercaya mampu melancarkan tujuan hidup dari penggunanya, energi positif
yang mampu membuat pikiran mencari hal-hal yang prioritas dalam hidup.
8. Kalkopirit (CuFeS2). 

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Kalkopirit adalah suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal


sistem bersudut empat. Kalkopirit  mempunyai komposisi kimia yaitu
(CuFeS2). Kalkopirit seperti kuningan yang mempunyai warna kuning
keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5 – 4, Lapisan nya adalah
diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.

Gambar 4.8 Mineral Kalkopirit (CuFeS2). 

Pada saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan


beroksidasi dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfates. Rekanan Mineral
Tembaga meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite
( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida
jarang seperti cuprite ( Cu2O). Kalkopirit jarang ditemukan bersama-sama
tembaga murni. Kalkopirit sering diacungkan dengan pirit. Kolkopirit
kristalnya jarang dan lebih sedikit rapuh. Warna kalkopirit kuning gelap
dengan sedikit warna kehijau – hijauan dan kilap berminyak diagnostic.
Kalkopirit alami tidak punya rangkaian larutan padat dengan mineral
sulfida lain. Ada penggantian batas Zn dengan Cu di samping kalkopirit
mempunyai struktur hablur yang sama sebagai sphalerite. Bagaimanapun,
kalkopirit sering tercemari dengan berbagai unsur-unsur lain seperti Co, Ni,
Mn, Zn iklan Sn yang menggantikan untuk Cu dan Fe. Se, Fe

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

9. Bornit (Cu5FeS4)
Bornit (Cu5FeS4) adalah besi tembaga sulfida mineral umumnya
ditemukan di urat hidrotermal, hubungi batuan metamorf dan di zona diperkaya
dari deposito tembaga sulfida. Ini adalah bijih umum tembaga dan mudah
dikenal karena tarnishes untuk nuansa warna-warni biru, ungu, hijau dan
kuning. Hal ini sering ditambang sebagai bijih tembaga. Menggunakan
Penggunaan utama dari bornit adalah sebagai bijih tembaga. Tidak memiliki
kegunaan lain yang signifikan. Bornite adalah mineral bijih tembaga yang
penting dan banyak terdapat pada deposit tembaga porfiri bersama dengan
kalkopirit yang lebih umum

Gambar 4.9 Mineral Bornit (Cu5FeS4)

Bornit memiliki karakteristik fisik Warna coklat sampai hitam dengan


noda keunguan-kebiruan yang khas, warna perunggu kemerahan pada
permukaan baru rusak, cerat hitam keabuan, pecahan concoidal, sistem Kristal
tetragonal, berat jenis 5,06 sampai 5,08. Terbentuk secara proses hidrotermal,
berasosiasi dengan mineral-mineral sulfida yang lain (Kalkosit, Kalkopirit,
kovelit, pirotit, dan pirit) memiliki manfaat Mineral bijih sebagai sumber
logam tembaga, keterdapatannya berasal dari mineral bijih primer &

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

pencampuran urat-urat sulfide, kadang dapat terjadi dalam lingkungan


temperatur tinggi dari pegmatite, biasa berada di irian jaya.
10. Scheelite (CaWO3 )

Dalam bahasa Swedia, tungsten ialah batu berat, ditemukan pada tahun
1779, Peter Woulfe menguji mineral yang sekarang dikenal sebagai tungstenit
dan menyimpulkan bahwa terdapat zat baru dalam tungstenit. Scheele, pada
tahun 1781, menemukan bahwa asam yang baru dapat dibuat dari tungsten
(nama yang diberkan pada tahun 1758 untuk mineral yang sekarang dikenal
sebagai scheelite).

Gambar 4.10 Mineral Scheelite (CaWO3 )


Tungsten murni adalah logam yang berwarna putih timah hingga abu-
abu baja. Tungsten yang sangat murni dapat dipotong dengan gergaji besi dan
bisa dibentuk dengan mudah. Dalam keadaan tidak murni, tungsten rapuh dan
membutuhkan kerja keras untuk bisa membentuknya. Tungsten memiliki titik
cair tertinggi darisemua unsur logam, dan pada suhu 1650oC memiliki kekuatan
regang tertinggi. Tungsten teroksidasi di udara dan harus dilindungi bila
disimpan pada suhu yang meningkat. Pemuaian akibat panasnya hampir sama
dengan kaca borosilikat, yang membuatnya berguna untuk segel dari kaca ke
logam.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Tungsten dan alloynya, digunakan secara besar-besaran untuk


pembuatan filamen lampu pijar, tabung elektron dan televisi,  dalam proses
penguapan logam, untuk titik kontak listrik pada distributor mobil, target sinar
X, unsur windings (proses pencairan logam dalam tungku listrik)
4.2.2 Sistem Kristal Triklin
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
Pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini. Dan sudut
antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu
a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Beberapa contoh mineral pada sistem Kristal triklin ialah sebagai berikut:

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

1. Kaolinite (2H2O.Al2O3.2SiO2)
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai beberapa mineral penyerta.

Gambar 4.11 Mineral Kaolinite (2H2O.Al2O3.2SiO2)


Proses pembentukan kaolin (kaolinisasi) dapat terjadi melalui proses
pelapukan dan proses hidrotermal alterasi pada batuan beku felspartik, mineral-
mineral potas aluminium silka danfeldspar diubah menjadi kaolin. Endapan
kaolin ada dua macam, yaitu: endapan residual dan sedimentasi. Mineral yang
termasuk dalam kelompok kaolin adalah kaolinit, nakrit, dikrit, dan halloysit
(Al2(OH)4SiO5.2H2O), yang mempunyai kandungan air lebih besar dan
umumnya membentuk endapan tersendiri. Sifat-sifat mineral kaolin antara lain,
yaitu: kekerasan 2 – 2,5, berat jenis 2,6 – 2,63, plastis, mempunyai daya hantar
panas dan listrik yang rendah, serta pH bervariasi.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Kegunaan dan manfaat kaolin banyak dipakai sebagai bahan pengisi


(filler), pelapis (coater), barang-barang tahan api dan isolator. Kegunaan kaolin
sangat tergantung pada karakteristiknya karena karakteristik berpengaruh
terhadap kualitasnya. Kaolin dipakai di keramik, obat, melapisi kertas, sebagai
bahan tambahan makanan, odol, sebagai bahan menyebarkan sinar di bola
lampu pijar agar putih, Juga dipergunakan di cat dan mengubah tingkat kilauan
2. Anorthite (CaAl2Si2O8)
Mineral anortit merupakan salah satu mineral dari sekian banyak
mineral yang masuk dalam group felspar dengan warna mineral pada umumnya
putih, abu-abu, hingga tidak berwarna. Mineral anortit ini juga memiliki sistem
kristal trikilin dengan perawakan kristalnya membata dan jarang terlihat
sebagai kristal bebas.

Gambar 4.12 Mineral Anorthite (CaAl2Si2O8)


Mineral anortit pada umumnya memiliki belahan sempurna satu arah
dengan pecahan konkoidal dan berat jenis rata-rata 2,76. Kekerasan mineral ini
pada kisaran 6 hingga 6,5. Sedangkan transparansi pada mineral ini biasanya
translusen hingga opak bahkan terkadang ditemukan mineral anortit yang
transparan.
Anorthite adalah endmember yang kaya kalsium dari seri larutan padat
plagioklas , sedangkan endmember lainnya adalah albite , Na AlSi 3 O 8 .

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Anorthite juga mengacu pada komposisi plagioklas dengan lebih dari 90 persen
molekuler dari endemember anorthite. Pada 1 atmosfer, anorthite meleleh pada
1553 ° C. variasi komposisi plagioklas yang langka. Ini terjadi pada batuan
beku mafic . Hal ini juga terjadi pada batuan metamorf dari granulite facies , di
bermetamorfosis batuan karbonat , dan korundum depositoAnorthite ditemukan
dalam sampel dari komet Wild 2 , dan mineral ini merupakan konstituen
penting dari inklusi kaya Ca-Al dalam varietas langka meteorit chondritic .
3. Albite Na[AlSi3O8]
Mineral albit merupakan salah satu mineral yang masuk di dalam
kelompok felspar dengan klas silikat dan sub klas tektosilikat. Warna dari
mineral albit ini biasanya berwarna putih atau tidak berwarna, dengan kilap
mineral menyerupai kaca dan akan berubah menjadi kilap tanah jika
lapuk.Mineral albit memiliki kekerasan 6 hingga 6,5 dengan berat jenis
mineral sekitar 2,61 dan memiliki belahan sempurna dengan sifat pecahan
konkoidal. Sistem kristal pada mineral albit ini berupa sistem kristal trikilin
dengan bentuk kristal tabular dan mendatar.

Gambar 4.13 Mineral Albite Na[AlSi3O8]


Albit berkembang terutama yang kaya akan permukaan, tabel untuk
kristal prismatik dan kembar. dalam grup plagioklas dengan Oligoklas ,

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Andesin , Labradorit dan Bytownit . Karena pembentukan kristal campuran,


formula untuk feldspar plagioklas kaya natrium dimana kembar polisintetik
biasanya dikenali oleh permukaan kristal bergaris mereka . Juga dikenal adalah
agregat mineral granular hingga masif . Dalam bentuknya yang murni, albite
tidak berwarna dan transparan. Dengan beberapa pembiasan karena cacat kisi
atau pelatihan polikristalin tetapi juga dapat terlihat putih atau menerima oleh
campuran asing warna abu-abu, kekuningan, kemerahan, kehijauan atau
kebiruan, transparansi menurun sesuai. Permukaan kristal yang jernih
4. Microline (KAlSi3O8)
Microcline (KAlSi3O8) adalalah mineral pembentuk tectosilicates pada
batuan beku. Microcline kaya akan kalium sehinggga termasuk alkali feldspar.
Microcline biasanya mengandung sejumlah kecil natrium. Hal ini umum
ditemukan pada granit dan pegmatites. Microcline terbentuk selama
pendinginan yang lambat dari orthoclase, microcline lebih stabil pada
temperatur yang lebih rendah dari orthoclase.

Gambar 4.14 Mineral Microcline (KAlSi3O8)


Selain itu, microcline mempunyai sifat fisik yang lain yaitu belahan
sempurna, pecahan concoidal, bersifat trasnparan, cerat putih, kekerasan 6-6,5,
berat jenis rata-rata 2,5.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Mineral ini juga berasosiasi dengan minerallain yaitu kuarsa, muskovit


dan plagioklas feldspar. Microcline identik dengan orthoclase berbagai sifat
fisik, bisa dibedakan oleh x-ray atau pemeriksaan optic, dilihat di bawah
mikroskop polarisasi, menunjukkan microcline kembaran yang membentuk-
seperti struktur kisi yang jelas.
Perthite adalah microcline atau orthoclase dengan lamellae tipis dari
albite. Salah satu varietas microcline yang berwarna hijau disebut dengan
amazonite. Microcline dapat digunakan dalam pembuatan kaca. Selain itu,
salah satu microcline yaitu amazonite digunakan sebagai batu permata.
5. Kyanite Al2[O|SiO4]
Kyanit pada batuan metamorf secara umum mengindikasikan bahwa
batuan mengalami tekanan yang lebih tinggi dari empat kilobar. Meskipun
berpotensi stabil di tekanan dan temperatur rendah, aktivitas air biasanya
sangat tinggi di kondisi tersebut yang membuatnya tergantikan oleh
aluminosilikat hidrat seperti muskovit, pirofilit, atau kaolinit. Kyanit juga biasa
disebut sebagai Disden, raetisit, dan sianit.

Gamba
r 4.15 Mineral Kyanite Al2[O|SiO4]
Kyanit adalah member dari deret aluminosilikat, yang yang juga
termasuk polimorf andalusit dan polimorf silimanit. Kyanit bersifat sangat
anistrop, yang kekerasanya bervariasi bergantung pada arah kristalografinya.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Pada kyanit, anisostropisme ini dapat dipertimbangkan dalam mengidntifikasi


karakteristik.
Kyanit biasa digunakan di dalam material tahan panas (refractory)
produk - produk keramik, termasuk porselen perlengkapan pipa dan piring.
Kyanit juga digunakan di barang - barang elektronik, insulator listrik dan
abrasif. Kyanit telah digunakan sebagai batuakik, yang dapat menampilan mata
kucing pada permukaannya, namun penggunaannya dibatasi sifat
anisotropisme-nya dan kesempurnaan belahan. Warnanya bervariasi . Kyanit
yang berwarna oranye ditemukan di Tanzania yang berwarna demikian akibat
adanya inklusi sejumah kecil mangan ( Mn3+) pada strukturnnya.
6. Labradorite (Ca,Na)(Al,Si)4O8

Mineral labradorit merupakan mineral yang masuk dalam group


feldspar yang paling sering ditemukan pada batuan-batuan beku mafik seperti
pada basalt, gabro dan norite. Pada anorthosite, batuan beku labradorit ini
merupakan mineral yang paling berlimpah di dalamnya.

Gambar 4.16 Mineral Labradorite (Ca,Na)(Al,Si)4O8


Labradorit sendiri masuk dalam klas silikat dengan sub klas tektosilikat
dimana mineral labradorit ini memiliki berbagai macam kombinasi warna yang
cukup menarik seperti kombinasi warna biru dan jingga sehingga batuan

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

mineral ini sering juga disebut sebagai gemstone. Berat jenis rata-rata mineral
labradorit ini biasanya sekitar 2,70 hingga 2,74 dengan kekerasan 6 hingga 6,5.
Pecahan mineral labradorit yaitu konkoidal dengan belahan sempurna satu arah
Area tipe geologis untuk labradorit adalah Pulau Paul di dekat kota
Nain di Labrador, Kanada. Itu juga telah dilaporkan di Norwegia, Finlandia
dan berbagai lokasi lain di seluruh dunia.
Labradorit terjadi pada batuan beku mafik dan merupakan varietas
feldspar yang paling umum di basalt dan gabbro . Badan anorthosite yang tidak
biasa tersusun hampir seluruhnya dari labradorit. Ia juga ditemukan dalam
amfibolit metamorf dan sebagai komponen dari beberapa sedimen. mineral
umum dalam batuan beku meliputi olivin , piroksen , amfibol , dan magnetit

7. Mineral Feldspar (Fe2O3)


Feldspar adalah nama kelompok mineral yang terdiri atas potasium,
sodium, dan kalsium alumino silikat. Pada umumnya kelompok mineral ini
terbentuk oleh proses pneumatolistis dan hidrothermal yanmg membentuk urat
pegmatit. Feldspar ditemukan pada batuan beku, batuan erupsi, dan batuan
metamorfosa, baik yang bersifat asam maupun basa. Karakteristik mineral ini
terdiri atas Kalium (K), Natrium (Na), dan kalsium alumino silikat. Warnanya
bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, merah jambu, coklat kuning, dan
hijau. Secara umum, seluruh jenis feldspar memiliki sifat fisik yang hampir
sama, yaitu nilai kekerasan sekitar 6 – 6, 5 skala mohs dan berat jenisnya
sekitar 2,4 – 2,8 gram/ml, dan sistem kristal antara triklin atau monoklin.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Gambar 4.17 Mineral Feldspar (Fe2O3)


Terbentuk dari proses kristalisasi magma, feldspar biasanya berasosiasi
dengan batuan granitis dan metamorfis, paling umum dijumpai pada batuan
beku korok pegmatis. Pegmatit yang mempunyai nilai komersial umumnya
mempunyai bentuk seperti lensa dengan panjang bervariasi dari 0,3 sampai
1500 m. Karena terbentuk langsung dari proses kristalisasi magma, jenis
feldspar ini disebut feldspar primer, berukuran kasar dan terdapat berasosiasi
dengan kuarsa.
8. Wollastonit (CaSiO3)

Wollastonit adalah mineral kalsium inosilikat (CaSiO3) yang dapat


mengandung sejumlah kecil besi, magnesium, dan mangan sebagai pengganti
kalsium. Wollastonit ini biasanya berwarnna putih. Wollastonit terbentuk
ketika batugamping atau batudolo yang tidak murni dikenai suhu dan tekanan
yang tinggi, kadang-kadang ditambah dengan adanya cairan silica-
bearing  seperti dalam skarn atau batuan metamorf kontak. Mineral ikutan yang
terbentuk termasuk garnet, vesuvianit, diopsid, tremolit, epidot, plagioklas,
feldspar, piroksen dan kalsit. Wollastonit dinamakan berdasarkan nama
kimiawan Inggris dan mineralogi William Hyde Wollaston (1766-1828).

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Gambar 4.18 Mineral Wollastonit (CaSiO3)


Beberapa sifat yang membuat wollastonit sangat berguna adalah
kecerahan dan keputihannya yang tinggi, kelembaban dan penyerapan minyak
yang rendah, serta konten volatil yang rendah. Wollastonite digunakan
terutama dalam keramik, produk-produk gesekan (rem dan kopling), pembuat
logam, pengisi cat, dan plastik. Meskipun terdapat kesamaan kimia dengan
spektrum komposisi dari kelompok mineral piroksen- dimana magnesium dan
substitusi besi untuk kalsium berakhir dengan diopsid dan hedenbergit - secara
struktural, wollastonit sangat berbeda, dengan ikatan tetrahedron SiO4 rangkap
tiga (pada piroksen ikatan rangkap dua).
9. Ambligonit (Li,Na)Al[(F,OH)PO4]
Nama Ambligonit berasal dari bahasa yunani yaitu miring, mengacu pada
Kristal triklin. Mineral ini adalah mineral fluorophosphates, (Li, Na) AlPO 4 (F,
OH). Komposisi kimianya adalah lithium, juga natrium, aluminium, fosfat,
fluordia dan hidroksida. Mineral ini terjadi dalam deposit pegmatite. Kita bisa
mengacaukannya dengan albite atau feldspars. Kepadatannya, pembelahan dan
uji nyali untuk lithium bersifat diagnostic. Ambligonite biasanya ditemui
dengan warna kuning pucat, namun terkadang ada juga yang berwarna kuning
lemon kristal. Amblygonite transparan yang telah difaset sangatlah indah dan
SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

menawan jika digunakan sebagai batu permata. Namun amblygonite sangatlah


renta terhadap kerusakan dan mudah pecah meskipun kekerasanya tergolong
tinggi yaitu 5.5 – 6.0 skala Mohs. Kejadian geologis adalah pegmatites granit,
urat timah suhu tinggi, dan juga greisens. Ini terjadi dengan spodumene, apatit,
lepidolite, turmalin, dan mineral lithium-bearing lainnya di vena pegmatite.

Gambar 4.19 Mineral Ambligonit (Li,Na)Al[(F,OH)PO4]


Ambligonit transparan sekarang dalam klasifikasi batu permata. Sebagai
batu permata yang menjadi perhiasan, ia rentan terhadap kerusakan dan abrasi
dari keausan umum, karena kekerasan dan ketangguhannya buruk. Sumber
utama untuk bahan permata adalah brasil dan juga amerika serikat.
10. Andesine (Ca, Na) (Al, Si)4O8
Andesine adalah mineral silikat. Seorang anggota dari seri solusi padat
plagioklas feldspar. Rumus kimianya adalah (Ca, Na) (Al, Si)4O 8, dimana Ca /
(Ca+Na) Anorthite berada diantara 30% hingga 50%.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

Gambar 4.20 Mineral Andesin (Ca, Na) (Al, Si)4O8


Para feldspars plagioklas adalah seri solusi padat terus menerus. Ini juga
karena identifikasi yang akurat dari anggota individu membutuhkan studi optic
rinci, analisis kimia atau pengukuran kerapatan. Indeks bias dan juga berat
jenis meningkat langsung dengan kandungan kalsium. Andesine pertama kali
dijelaskan di tahun 1841 untuk kejadian ditambang marmato, kolombia. Nama
itu berasal dari andes, karena kelimpahannya di java andesit di pegunungan itu.
Andesine terjadi pada batuan beku intermediet seperti diorite, juga
syenite dan andesit. Khasnya terjadi pada batuan metamorf dari granulite ke
facies amphibolite. Andesine umumnya menunjukkan tekstur. Ini juga terjadi
sebagai bijih detrital di batuan sedimen.

BAB V
PENUTUP

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

5.1 Kesimpulan

Sistem Kristal Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a1 = a2


≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi tidak sama dengan
sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada
sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak lurus satu sama lain
(90˚). Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Sistem Kristal Triklin mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang
lainnya tidak saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak
sama pada kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio
(perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada
yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut
kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak
saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Saran saya untuk laboratorium adalah agar alat peraga mengenai Kristal
diperbanyak karena praktikan sangat kesulitan untuk memahami mengenai bentuk
Kristal.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Saran saya untuk asisten adalah agar kiranya mempertahankan cara
mengajarnya.

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

DAFTAR PUSTAKA

Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-isometrik.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistemtetragonal-sistem-tetragonal-sama.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html
Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi. Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

PROYEKSI STREOGRAFIS

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1 Sistem Kristal Tetragonal

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

4.1.2 Sistem Kristal triklin

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN

SARIFUDIN TAKUR

09320150116 09320180151

Anda mungkin juga menyukai