LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
BAB I
PENDAHULUAN
Kristal adalah zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang
teratur, berulang secara 3 (tiga) dimensi (3D) yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal
bisa juga dikatakan penyusun mineral atau kristal bisa dikatakan mineral, namun
mineral belum tentu bisa dikatakan sebagai kristal, karena ada beberapa mineral yang
memiliki bentuk tidak beraturan. Dalam mempelajari dan memahami geometri kristal
tentu dibutuhkan sebuah pengelompokkan dari pada masing-masing bentuk kristal
tersebut. Pengelompokkan ini haruslah sistematis dan dapat menjelaskan sifat dari
jenis kristal tertentu. Berdasarkan sifat simetrinya, yaitu bidang dan sumbu simetri,
bentuk kristal dibagi menjadi 7 (tujuh), yaitu : Isometrik (Kubik), Tetragonal,
Heksagonal, Trigonal, Orthorombik, Monoklin, dan Triklin. Tujuh sistem bentuk
kristal ini kemudian dapat di kelompokkan menjadi 32 kelas. (Gillen,1982)
Sistem isometrik adalah sistem yang paling simetris mungkin dalam ruang
tiga dimensi. Hal ini terjadi kerena dari tiga sumbu kristalografi panjang yang sama
dan di sudut kanan satu sama lain. Ini berbeda dari sistem lain dalam banyak hal.
Semua bentuk kristal isometrik adalah bentuk tertutup dan eksklusif untuk sistem ini.
Sistem isometrik memiliki beberapa kelas yaitu Tetaoidal, Gyroida, Diploida,
Hextetrahedral dan Hexoctahedral.
Kemudian selanjutnya Heksagonal mempunyai 4 sumbu kristal, dimana
sumbu c tegak lurus terhadap ketiga sumbu lainnya. Sumbu a, b, dan d masing-
masing membentuk sudut 120˚ terhadap satu sama lain. Sambu a, b, dan d memiliki
panjang sama. Sedangkan panjang c berbeda, dapat lebih panjang atau lebih pendek
(umumnya lebih panjang) sistem ini terbagi atas Heksagonal Piramid, Heksagonal
Bipramid, Diheksagonal Piramid, Diheksagonal Bipiramid, Trigonal Bipiramid,
Ditrigonal Bipiramid ,Heksagonal Trapezohedral. Monoklin artinya hanya ada
mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga sumbu yang dimilikinya. Sumbu a
tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak lurus atau sejajar terhadap sumbu c, tetapi
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu a. Ketiga sumbu mempunyai panjang
berbeda atau tidak sama, umumnya sumbu c yang panjang.(Pellant, chris. 1992)
1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui dan
menggambarkan sistem kristal tetragonal dan triklin.
1.2.1 Tujuan
a. Praktikan dapat mengetahui kristal dan mineral;
b. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal tetragonal;
c. Praktikan dapat menggambarkan sistem kristal triklin.
1.3.1 Alat
a. Pensil mekanik;
b. Pensil warna;
c. Penggaris 30 cm;
d. Busur 360°;
e. Alat tulis menulis
f. Drawin pen
1.3.2 Bahan
a. Modul;
b. Kertas HVS A4;
c. Kertas Grafik;
d. Kertas Kalkir;
e. Buku referensi.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
mengikuti pola-pola tertentu bidang-bidang ini disebut sebagai bidang muka kristal.
Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu
tetap pada suatu kristal bidang muka itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh
perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal
berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal.
Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.
Bila ditinjau dan telaah lebih dalam mengenai pengertian kristal,
mengandung pengertian sebagai berikut :
1. Bahan padat homogen, biasanya anisotrop dan tembus cahaya :
a. Tidak termasuk didalamnya cair dan gas.
b. Tidak dapat diuraikan kesenyawa lain yang lebih sederhana oleh proses
fisika.
c. Terbentuknya oleh proses alam.
2. Mengikuti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidang-bidangnya
mengikuti hukum geometri :
a. Jumlah bidang suatu kristal selalu tetap.
b. Macam atau model bentuk dari suatu bidang kristal selalu tetap.
c. Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar dari kristal yang tetap.
Apabila unsur penyusunnya tersusun secara tidak teratur dan tidak mengikuti
hukum-hukum diatas atau susunan kimianya teratur tetapi tidak dibentuk oleh proses
alam (dibentuk secara laboratorium), maka zat atau bahan tersebut bukan disebut
sebagai kristal.
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat menembus pusat kristal,
dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran penuh akan
didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama. Sumbu simetri dibedakan menjadi
tiga, yaitu gire, giroide, dan sumbu inversi putar.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Sudut simetri adalah sudut antar sumbu-sumbu yang berada dalam sebuah
kristal. Sudut-sudut ini berpangkal (dimulai) pada titik persilangan sumbu-sumbu
utama pada kristal yang akan sangat berpengaruh pada bentuk dari kristal itu sendiri.
Bidang simetri adalah bidang bayangan yang dapat membelah kristal menjadi
dua bagian yang sama, dimana bagian yang satu merupakan pencerminan (refleksi)
dari bagian yang lainnya. Bidang simetri ini dapat dibagi menjadi dua yaitu bidang
simetri aksial dan bidang simetri menengah. Bidang simetri aksial bila bidang
tersebut membagi kristal melalui dua sumbu utama (sumbu kristal).
Pengertian Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Dengan kata lain Sistem kristal adalah cara untuk mengklasifikasikan
bentuk kristal berdasarkan geometri sel unit yaitu berdasarkan letak atom dalam
sumbu xyz. Geometri sel unit didefinisikan sebagai analisis terhadap 6 parameter
yaitu : panjang tepi a,b,c dan tiga sudut interaksial α,β, γ. Parameter ini sering
dinyatakan sebagai lattice parameter dari struktur kristal. Atas dasar ini ada tujuh
kemungkinan kombinasi yang berbeda dari a,b,c, serta α,β,γ, masing-masing
mewakili sistem kristal yang berbeda. Ketujuh kristal sistem ini adalah kubik,
tetragonal, heksagonal, ortorombik, rhombohedral, 2 monoklinik, dan
triklinik.Kristal terbentuk dari komposisi atom-atom, ion-ionatau molekul-molekul
zat padat yang memiliki susunan berulang dan jarak yang teratur dalam tiga dimensi.
Pada hubungan lokal yang teratur, suatu kristal harus memiliki rentang yang panjang
pada koordinasi atom-atom atau ion dalam pola tiga dimensi sehingga menghasilkan
rentang yang panjang sebagai karakteristik dari bentuk kristal tersebut. Ditinjau dari
struktur atom penyusunnya, bahan padat dibedakan menjadi tiga yaitu kristal tunggal
(monocrystal), polikristal (polycrystal), dan amorf (Smallman, 2000: 13).
Pada kristal tunggal, atom atau penyusunnya mempunyai struktur tetap
karena atom-atom atau molekul-molekul penyusunnya tersusun secara teratur dalam
pola tigadimensi dan pola-pola ini berulang secara periodik dalam rentang yang
panjangtak berhingga. Polikristal dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari kristal-
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
kristal tunggal yang memiliki ukuran sangat kecil dan saling menumpuk yang
membentuk benda padat. Struktur amorf menyerupai pola hampir sama dengan
kristal, akan tetapi pola susunan atom-atom, ion-ion atau molekul-molekul yang
dimiliki tidak teratur dengan jangka yang pendek. Amorf terbentuk karena proses
pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atom tidak dapat dengan tepat
menempati lokasi kisinya. Bahan seperti gelas, nonkristalin ataupun vitrus 7 yaitu
memiliki struktur yang identik dengan amorf susunan dua-dimensional simetris dari
dua jenis atom yang berbeda antara kristal dan amorf ditunjukan struktur kristal.
Susunan khas atom-atom dalam kristal disebut struktur kristal. Struktur
kristal dibangun oleh sel satuan (unit cell) yang merupakan sekumpulan atom yang
tersusun secara khusus, secaraperiodik berulang dalam tiga dimensi dalam suatu kisi
kristal (crystal lattice). Geometri kristal dalam ruang dimensi tiga yang merupakan
karakteristik kristal memiliki pola yang berbeda-beda. Suatu kristal yang terdiri dari
jutaan atom dapat dinyatakan dengan ukuran, bentuk, dan susunan sel satuan yang
berulang dengan pola pengulangan yang menjadi ciri khas dari suatu kristal (Edi
Istiyono, 2000: 6).
Sumbu-sumbu a, b dan c adalah sumbu-sumbu yang dikaitkan dengan
parameter kisi kristal untuk α, β dan γmerupakan sudut antara sumbu-sumbu
referensi kristal. Menurut anggapan Bravais (1848), berdasarkan kisi bidang dan kisi
ruang kristal mempunyai 14 kisi dan berdasarkan perbandingan sumbu-sumbu kristal
dan hubungan sudut satu dengan sudut yang lain, kristal dikelompokkan menjadi 7
sistem kristal.
Bentuk kristal dibedakan berdasarkan sifat-sifat simetrinya (bidang simetri
dan sumbu simetri) dibagi menjadi tujuh sistem, yaituIsometrik, Tetragonal,
Hexagonal, Trigonal, Orthorhombik, Monoklin dan Triklin.
Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokkan menjadi 32 kelas kristal.
Pengelompokkan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh
kristal tersebut. Sistem Isometrik terdiri dari lima kelas, sistem Tetragonal
mempunyai tujuh kelas, sistem Orthorhombikmemiliki tiga kelas, Hexagonal tujuh
kelas dan Trigonal lima kelas. Selanjutnya Monoklin mempunyai tiga kelas dan
Triklin dua kelas.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Dari Beberapa sistem kristal dapat dibagi lebih lanjut menjadi kelas-kelas
kristal yang jumlahnya 32 klas,Tapi untuk Sementara kita Mempelajari 7 Sistem
Kristal yang utama. Penentuan klasikasi kristal tergantung dari banyaknya unsur-
unsur simetri yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur simetri tersebut meliputi:
2.2.1 Bidang simetri
Bidang simetri adalah bidang yang dapat membelah kristal menjadi 2 bagian
yang sama, dimana bagian satu merupakan bayangan dari yang lain. Bidang simetri
ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang simetri aksial dan bidang
simetrimenengah.
2.2.2 Sumbu simetri
Sumbu simetri adalah garis bayangan yang dibuat melewati/menembus pusat
kristal, dan bila kristal diputar dengan poros sumbu tersebut sejauh satu putaran
penuh akan didapatkan beberapa kali kenampakan yang sama.
2.2.3 Pusat simetri
Suatu kristal dikatakan mempunyai pusat simetri bila kita dapat membuat
garis bayangan tiap-tiap titik pada permukaan kristal menembus pusat kristal dan
akan menjumpai titik yang lain pada permukaan di sisi yang lain dengan jarak yang
sama terhadap pusat kristal pada garis bayangan tersebut atau dengan kata lain,
kristal mempunyai pusat simetri bila tiap bidang muka kristal tersebut mempunyai
pasangan dengan kriteria bahwa bidang yang berpasangan tersebut berjarak sama
dari pusat kristal, dan bidang yang satu merupakan hasil inversi melalui pusat kristal
dari bidang pasangannya.
Kristal atau hablur adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion
penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga
dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses
pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua
atom-atom dalam padatannya terpasang pada kisi atau struktur kristal yang sama,
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
menjadikan mineral mempunyai sifat dalam yang teratur. Mineral pada umumnya
merupakan zat anorganik
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1. L.G.Berry dan B.Mason (1959)
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam terbentuk
secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan
mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2. G.A Whitten dan J.R.V. Brooks (1972)
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R. Potter dan H. Robinson (1977), Mineral adalah suatu bahan atau zat yang
homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas batas dan
mempunyai sifat sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan.
4. UU Republika Indonesia Nomor 4 Tahun 2009
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu, serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas ataupun dalam bentuk yang padu.
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat-sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat-sifat
kimia, dan juga kegunaannya. Mineralogi terdiri dari kata mineral dan logos.
Logos yang berarti ilmu apabila digabungkan dengan mineral maka arti mineralogi
adalah Ilmu tentang Mineral.
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal.
Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal
tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan
tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada
pembentukan kristal :
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
1. Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala
luas di bawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan
dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal.
Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
2. Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui
fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk
rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi
gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut
adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena
perubahan temperature.
3. Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal di bawah
pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur
kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya
mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan
temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan
berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya
tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan
temperatur.
Sistem kristal dapat dibagi ke dalam 7 sistem kristal. Adapun ke tujuh sistem
kristal tersebut adalah Isometrik, Tetragonal, Ortorombik, Heksagonal, Trigonal,
Monoklin, dan Triklin.
2.5.1 Sistem Kristal Kubus (isometrik)
Sistem kristal kubus memiliki panjang rusuk yang sama ( a = b = c) serta
memiliki sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Sistem kristal kubus ini dapat dibagi ke
dalam 3 bentuk yaitu kubus sederhana (simple cubic/ SC), kubus berpusat badan
(body-centered cubic/ BCC) dan kubus berpusat muka (Face-centered Cubic/ FCC).
Berikut bentuk dari ketiga jenis kubus tersebut:
2.5.2 Sistem Kristal Tetragonal
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Pada sistem kristal Tetragonal, dua rusuknya yang memiliki panjang sama (a
= b ≠ c) dan semua sudut (α = β = γ) sebesar 90°. Pada sistem kristal Tetragonal ini
hanya memiliki dua bentuk yaitu sederhana dan berpusat badan.
Pada bentuk Tetragonal sederhana, mirip dengan kubus sederhana, dimana
masing-masing terdapat satu atom pada semua sudut (pojok) tetragonalnya.
Sedangkan pada Tetragonal berpusat badan, mirip pula dengan kubus
berpusat badan, yaitu memiliki 1 atom pada pusat tetragonal (ditunjukkan pada atom
warna biru), dan atom lainnya berada pada pojok (sudut) tetragonal tersebut.
2.5.3 Sistem kristal Ortorombik
Sistem kristal Ortorombik terdiri atas 4 bentuk, yaitu : Ortorombik sederhana,
body center (berpusat badan) (yang ditunjukkan atom dengan warna merah), berpusat
muka (yang ditunjukkan atom dengan warna biru), dan berpusat muka pada dua sisi
ortorombik (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau). Panjang rusuk dari sistem
kristal Ortorombik ini berbeda-beda (a ≠ b≠ c), dan memiliki sudut yang sama (α = β
= γ) yaitu sebesar 90°.
2.5.4 Sistem Kristal Monoklin
Sistem kristal Monoklin terdiri atas 2 bentuk, yaitu : Monoklin sederhana dan
berpusat muka pada dua sisi Monoklin (yang ditunjukkan atom dengan warna hijau).
Sistem kristal Monoklin ini memiliki panjang rusuk yang berbeda-beda (a ≠ b≠ c),
serta sudut α = γ = 90° dan β ≠ 90°.
2.5.5 Sistem Kristal Triklin
Pada sistem kristal triklin, hanya terdapat satu orientasi. Sistem kristal ini
memiliki panjang rusuk yang berbeda (a ≠ b ≠ c), serta memiliki besar sudut yang
berbeda-beda pula yaitu α ≠ β ≠ γ ≠ 90°.
2.5.6 Sistem Kristal Rombohedral atau Trigonal
Pada sistem kristal ini, panjang rusuk memiliki ukuran yang sama (a = b ≠ c).
sedangkan sudut-sudutnya adalah α = β = 90°dan γ =120°.
2.5.7 Sistem Kristal Heksagonal
Pada sistem kristal ini, sesuai dengan namanya Heksagonal (heksa = enam),
maka sistem ini memiliki 6 sisi yang sama. Sistem kristal ini memiliki dua nilai sudut
yaitu 90° dan 120° (α = β = 90°dan γ =120°) , sedangkan pajang rusuk-rusuknya
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Sistem Tetragonal sama dengan sistem Isometrik, karena sistem kristal ini
mempunyai tiga sumbu kristal yang masing-masing saling tegak lurus. Sumbu a1 dan
a2 mempunyai satuan panjang sama, sedangkan sumbu c berlainan, dapat lebih
panjang atau lebih pendek. Tapi pada umumnya lebih panjang.
Pada kondisi sebenarnya, Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan
sumbu) a1 = a2 ≠ c , yang artinya panjang sumbu a1 sama dengan sumbu a2 tapi
tidak sama dengan sumbu c, dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Kristal ini memiliki dua sumbu yang sama, sumbu horisontal yang bersudut
90 derajat dan satu sumbu (yang lebih panjang dibandingkan dengan dua lainnya)
tegak lurus terhadap bidang antara dua sumbu yang sama tadi. Dengan kata lain,
semua sumbu membentuk sudut siku-siku atau 90o terhadap satu sama lain, dan dua
sumbu adalah sama panjang. Kalkopirit (atau tembaga-besi sulfida) adalah contoh
dari sitem kristal Tetragonal, contoh lain dari sistem kristal Tetragonal adalah
seperti; Anatase, Zircon, Leucite, Rutile, Cristobalite, Wulfenite, Scapolite,
Cassiterite, Stannite, Cahnite, dan lain-lain.
Sistem Tetragonal dibagi menjadi 7 Kelas, yaitu :
1. Ditetragonal Dipyramidal
a. Kelas : Ke-27, Simetri : 4/m 2/m 2/m
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, sumbu putar dua, lima
sumbu simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o
e. Bentuk Umum : Ditetragonal dipiramid, tetragonal dipiramid, ditetragonal
prism, tetragonal prism, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Apophylit, Autunit, Meta-Autunit, Torbernit, Meta-
Torbernit, Xenotime, Carletonit, Plattnerit, Zircon, Hausmannit, Pyrolusit,
Thorite, Anatase, Rilit, Casiterit dan lain-lain.
2. Kelas Tetragonal Trapezohedral
a. Kelas : Ke-26, Simetri : 4/m 2/m 2/m.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat, dua sumbu putar dua,
semuanya berpotongan tegak lurus ke sumbu putar lain.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan –a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal trapezohedron, ditetragonal prism, tetragonal
prism, tetragonal dipyramid, dan basal pinakoid.
f. Mineral yang Umum : Wardit dan Kristobalit.
3. Kelas Ditetragonal Pyramidal
a. Kelas : Ke-25, Simetri : 4/m.
b. Elemen Simetri : Terdapat satu sumbu putar empat dan empat bidang simetri.
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Ditetragonal pyramid, ditetragonal prism, tetragonal prism,
tetragonal pyramid, dan pedion.
f. Mineral yang Umum : Diaboleit, Diomignit, Fresnoit, ematophanit, dan
Routhierit.
4. Kelas Tetragonal Scalahedral
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
c. Sumbu Kristal : Dua sumbu a1 dan -a1 keduanya sama, dengan satu sumbu
(sumbu c ) bisa lebih panjang atau pendek dari kedua sumbu lainnya.
d. Sudut : Semuanya memiliki sudut 90o.
e. Bentuk Umum : Tetragonal piramid, tetragonal prism, dan pedion.
f. Mineral yang Umum : Wulfenit (diragukan), Pinnoit, Piypit dan Richelit.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama pada
kondisi sebenarnya, sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)
a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau
berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini
berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang
lainnya.
Pada penggambaran dengan menggunakan proyeksi orthogonal, Triklin
memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak ada patokan yang
akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem ini dan sudut antar
sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa antara sumbu a+
memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚ terhadap c+.
Tipe kristal ini memiliki 3 (tiga) sumbu yang tidak sama yang saling
berpotongan pada sisi miringnya. Felspar-Albit (sebuah silikat natrium dan
aluminium) merupakan contoh dari mineral dengan sistem kristal triklin.
Sistem ini mempunyai 3 sumbu simetri yang satu dengan yang lainnya tidak
saling tegak lurus. Demikian juga panjang masing-masing sumbu tidak sama.
System kristaltriklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang
artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu
sama lain dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada
system ini, sudut α, β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.Sistem
ini dibagi menjadi 2 kelas:
2.12.1. Pedial
a. Kelas : ke-1
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
b. Simetri : 1
c. Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
2.12.2. Pinakoidal
a. Kelas : ke-2
b. Simetri : 1bar
c. Elemen Simetri : hanya sebuah pusat
Beberapa contoh mineral dengan ancer kristal Triklin ini adalah albite,
anorthite, Labradorite, kaolinite, microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992).
BAB III
PROSEDUR KERJA
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
vertikal. Setelah bentuk tiga dimensi dai kristal mulai terlihat, maka langkah
selanjutnya adalah mewarnai kristal dengan 4 jenis warna yang berbeda yaitu untuk
sisi depan, atas dan juga sisi samping kanan.
Kemudian kami menggambar sistem kristal Triklin, sistem kristal Triklin
memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-
sumbunya tidak ada yang sama panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga
memiliki sudut kristalografi α = β ≠ γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α,
β dan γ tidak saling tegak lurus satu dengan yang lainnya.
Triklin memiliki perbandingan sumbu a : b : c = sembarang. Artinya tidak
ada patokan yang akan menjadi ukuran panjang pada sumbu-sumbunya pada sistem
ini. Dan sudut antar sumbunya a+^bˉ = 45˚ ; bˉ^c+= 80˚. Hal ini menjelaskan bahwa
antara sumbu a+ memiliki nilai 45˚ terhadap sumbu bˉ dan bˉ membentuk sudut 80˚
terhadap c+.
Setelah bentuk tiga dimensi dai kristal mulai terlihat, maka langkah
selanjutnya adalah mewarnai kristal dengan 3 jenis warna yang berbeda yaitu untuk
sisi depan, atas dan juga sisi samping.
No. Urut : 01
Sistem Kristal : Tetragonal
Sifat Kristal : a = b ≠ c ; α : β : γ = 90o
Cara Penggambaran : <a+/b- = 30o ; a : b : c = 1 : 3 : 6
Elemen Kristal : A44A25PC
Nilai Kristal :
Herman Mauguin : 4/m, 2/m, 2/m
Shoenflish : D4H
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
(0, 1, 0 )
(1, 0, 0 )
(0, 0, 1)
Nama Kristal :
Kelas Kristal : Ditetragonal Bypiramidon
Contoh Mineral : - ZIRKON ( Zr ( SiO4 ) )
-PIROLUSIT ( MnO2 )
- RUTIL(TIo2)
- AUTUNITE (CauO2)
- LEUCITE (K(AlSi2O6))
No. Urut : 02
Sistem Kristal : triklin
Sifat Kristal : a≠ b ≠ c≠ : Sembarang
Cara Penggambaran : a:b:c= 1 : 3 ; 6 <a+/b- = 45 < b+/c+ = 80
Elemen Krista :C
Nilai Kristal :
Herman Mauguin : 1
Shoenflish :
Indeks Bidang Warna :
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Warna
(a, b, c)
( 0, 1, 1 )
( 1, 0, 0 )
( 0, 1, 0 )
Nama Kristal :
Kelas Kristal : Pedial
Contoh Mineral : - KORUNDUM ( Al2O3)
- PIRARGIRIT ( AgSbS3 )
- LABRADORIT ((Al,Si)AlSi2O8)
- ALBIT (Na(AlSi3O8)
- ANORTIT (Ca(Al2Si2O8)
4.2. Pembahasan
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β dan γ ) tegak
lurus satu sama lain (90˚).
Sistem kristal Tetragonal memiliki perbandingan sumbu a1 : a2 : c = 1 : 3 : 6.
Artinya, pada sumbu a1 ditarik garis dengan nilai 1, pada sumbu a2 ditarik garis
dengan nilai 3, dan sumbu c ditarik garis dengan nilai 6 (nilai bukan patokan, hanya
perbandingan), Sudut antara a1 dengan a2 = 90o, sudut antara a2 dengan a3 = 90o,
sudut antara a3 dengan a1 = 90o, sedangan sudut antara a1 dengan –a2 = 30o. Hal ini
menjelaskan bahwa antara sumbu a1 memiliki nilai 30˚ terhadap sumbu –a2.
Beberapa contoh mineral yang ada pada sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Zirkon (ZrSiO4 )
Seperti yang oleh para geolog teliti, bahwa zirkon (zirconium silicate
ZrSiO4) tidak memiliki susunan material yang sama dengan
permata zirconia (zirconium oksida, ZrO2). Karena kekeliruan yang tidak
kunjung terklarifikasi itulah zirkon telah digunakan sebagai tiruan berlian baik
secara sengaja maupun tidak sengaja. Baik cerat maupun tingkat ketahanannya
terhadapa panas, zirkon sama dengan intan. Bahkan beberapa jenis zirkon yang
tidak berwarna (bening) sering disalahkaprahi sebagai intan oleh beberapa ahli
permata. Mineral ini memiliki beberapa variasi warna:coklat kemerah-
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
merahan, kuning, bening. Variasi warna seperti biru laut juga bisa didapat
melalui proses pemanasan lebih lanjut.
zirkon terbentuk dari lava cair saat terjadi aktivitas magmatik (produk
awal dari proses kristalisasi), pada proses metamorphosis batuan, dan juga pada
terbentuk melalui proses sedimentasi(dalam bentuk butiran detrital). Kristal
zirkon yang berukuran besar amat jarang ditemukan. Ukuran rata-rata yang
selama ini ditemukan hanyalah seukuran batu granit yakni sekitar 0,1 – 0,3
mm, namun dalam proses pembentukkannya di alam, zirkon masih dapat
bertambah panjang hingga beberapa centimeter, khususnya yang jenis
pegmatite.
2. Pirolusit (MnO2)
Pirolusit (MnO2) merupakan kelompok mineral oksida--hidroksida.
Menurut Doddy Setia Graha (1987:237) bahwa pirolusit memiliki sistem
kristal tetragonal; belahan sempurna {110}; kekerasan6--6,5; berat jenis 4,75;
warna hitam besi; gores/cerat hitam besi; optik opak, anisotrop.
Menurut Direktorat Pertambangan (1969:55) bahwa pirolusit ini dikenal
sebagai mineral utama dalam bijih mangan. Di samping itu bijih mangan
terdapat pula pada mineral manganit (Mn2O3.H2O), psilomelan
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
dari garnet dan analcime relatif mudah dalam beberapa kasus. The garnet jauh
lebih sulit dan biasanya sangat berwarna. Leucite memiliki kerapatan yang jauh
lebih rendah dan biasanya memiliki kilau kusam dari analcime. Juga leucite
biasanya tertanam dalam batuan induk dimana analcime, ketika menampilkan
kristal yang baik dan tidak masif atau granular, longgar atau pesan yang terkait
dengan mineral lain dalam rongga vulkanik.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
dengan Meionite. Hal ini kadang menyebabkan adanya kerancuan pada nama
batu ini, namun para ahli dan orang-orang yang bergerak di bidang batu-batuan
tetap menggunakan nama Scapolite sebagai pembeda.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
9. Bornit (Cu5FeS4)
Bornit (Cu5FeS4) adalah besi tembaga sulfida mineral umumnya
ditemukan di urat hidrotermal, hubungi batuan metamorf dan di zona diperkaya
dari deposito tembaga sulfida. Ini adalah bijih umum tembaga dan mudah
dikenal karena tarnishes untuk nuansa warna-warni biru, ungu, hijau dan
kuning. Hal ini sering ditambang sebagai bijih tembaga. Menggunakan
Penggunaan utama dari bornit adalah sebagai bijih tembaga. Tidak memiliki
kegunaan lain yang signifikan. Bornite adalah mineral bijih tembaga yang
penting dan banyak terdapat pada deposit tembaga porfiri bersama dengan
kalkopirit yang lebih umum
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Dalam bahasa Swedia, tungsten ialah batu berat, ditemukan pada tahun
1779, Peter Woulfe menguji mineral yang sekarang dikenal sebagai tungstenit
dan menyimpulkan bahwa terdapat zat baru dalam tungstenit. Scheele, pada
tahun 1781, menemukan bahwa asam yang baru dapat dibuat dari tungsten
(nama yang diberkan pada tahun 1758 untuk mineral yang sekarang dikenal
sebagai scheelite).
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
1. Kaolinite (2H2O.Al2O3.2SiO2)
Kaolin merupakan masa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan kandungan besi yang rendah, dan umumnya berwarna putih atau agak
keputihan. Kaolin mempunyai komposisi hidrous alumunium silikat
(2H2O.Al2O3.2SiO2), dengan disertai beberapa mineral penyerta.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Anorthite juga mengacu pada komposisi plagioklas dengan lebih dari 90 persen
molekuler dari endemember anorthite. Pada 1 atmosfer, anorthite meleleh pada
1553 ° C. variasi komposisi plagioklas yang langka. Ini terjadi pada batuan
beku mafic . Hal ini juga terjadi pada batuan metamorf dari granulite facies , di
bermetamorfosis batuan karbonat , dan korundum depositoAnorthite ditemukan
dalam sampel dari komet Wild 2 , dan mineral ini merupakan konstituen
penting dari inklusi kaya Ca-Al dalam varietas langka meteorit chondritic .
3. Albite Na[AlSi3O8]
Mineral albit merupakan salah satu mineral yang masuk di dalam
kelompok felspar dengan klas silikat dan sub klas tektosilikat. Warna dari
mineral albit ini biasanya berwarna putih atau tidak berwarna, dengan kilap
mineral menyerupai kaca dan akan berubah menjadi kilap tanah jika
lapuk.Mineral albit memiliki kekerasan 6 hingga 6,5 dengan berat jenis
mineral sekitar 2,61 dan memiliki belahan sempurna dengan sifat pecahan
konkoidal. Sistem kristal pada mineral albit ini berupa sistem kristal trikilin
dengan bentuk kristal tabular dan mendatar.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
Gamba
r 4.15 Mineral Kyanite Al2[O|SiO4]
Kyanit adalah member dari deret aluminosilikat, yang yang juga
termasuk polimorf andalusit dan polimorf silimanit. Kyanit bersifat sangat
anistrop, yang kekerasanya bervariasi bergantung pada arah kristalografinya.
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
mineral ini sering juga disebut sebagai gemstone. Berat jenis rata-rata mineral
labradorit ini biasanya sekitar 2,70 hingga 2,74 dengan kekerasan 6 hingga 6,5.
Pecahan mineral labradorit yaitu konkoidal dengan belahan sempurna satu arah
Area tipe geologis untuk labradorit adalah Pulau Paul di dekat kota
Nain di Labrador, Kanada. Itu juga telah dilaporkan di Norwegia, Finlandia
dan berbagai lokasi lain di seluruh dunia.
Labradorit terjadi pada batuan beku mafik dan merupakan varietas
feldspar yang paling umum di basalt dan gabbro . Badan anorthosite yang tidak
biasa tersusun hampir seluruhnya dari labradorit. Ia juga ditemukan dalam
amfibolit metamorf dan sebagai komponen dari beberapa sedimen. mineral
umum dalam batuan beku meliputi olivin , piroksen , amfibol , dan magnetit
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
BAB V
PENUTUP
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
DAFTAR PUSTAKA
Guide to, Schuster and simon. 1988. Rocks and Minerals. Reside. New York.
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal-isometrik.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistemtetragonal-sistem-tetragonal-sama.html
Http://rizqigeos.blogspot.com/2013/04/sistem-kristal_8844.html
Korps.Asisten 2015.Penuntun praktikum. Kristalografi dan Mineralogi. Universitas
Muslim Indonesia.Makassar.
Noer Aziz Megatsari. 2001. Geologi Fisik. ITB.
Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
PROYEKSI STREOGRAFIS
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151
PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN MINERALOGI
LABORATORIUM BATUAN
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
SISTEM KRISTAL TETRAGONAL DAN
TRIKLIN
SARIFUDIN TAKUR
09320150116 09320180151