Diusulkan Oleh:
Hedi Hastriawan (03111002011)
Ganis Mahesa Putra (0312002028)
Y(pH)= 0.404X(mass calcium oxide)+5.12, with the AMD will be neutral at 4.65
dilution g on the first day. AMD dilution with 200 ml of a pH 3.2 to 5 g, 10 g,
and 15 g cassava peel showed an increase in pH on day two of the linear
regression Y(pH)=0.152X(mass of cassava peel)+3.51, as well as the AMD will
be neutral when diluted with 22.96 g cassava peel. While using a mixture of both
with a ratio of 50%:50% obtained a linear regression Y(pH)=0.236X(Mass
mixture)+4.23, and will be neutral if using a mixture of 11.737 g.
Keyword: Lime, Cassavapeel, Regression
PENDAHULUAN
Air asam yang muncul akibat proses penambangan merupakan masalah
yang dari dahulu hingga sekarang menjadi perhatian khusus perusahaan tambang
agar selalu menjaga mutu air sebelum air tersebut mengalir ke sungai/anak sungai
yang digunakan masayarakat untuk berbagi keperluan. Pada industri
pertambangan, khususnya pertambangan batubara, material PAF (Potential Acid
Forming) merupakan sumber terbentuknya air asam tambang di pit sebelum air
tersebut dipompa keluar. Air yang dipompa dari pit menuju area diluar pit harus
mendapat kontrol khusus terhadap kualitas air sebelum mengalir ke sungai/anak
sungai.
Akan tetapi, beberapa perusahaan telah berusaha maksimal untuk
mengatasi permasalahan air asam tambang dengan berbagai macam metode untuk
menetralkan air asam tersebut sehingga ketika dialirkan ke sungai tak lagi
mengandung asam atau dengan kandungan pH yang netral (6-7). Perusahaan akan
selalu berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi baku mutu lingkungan
akan air asam tambang ini sebelum dibuang ke badan sungai. Pada umumnya
dalam proses peningkatan pH dari air asam ini dengan menggunakan kapur tohor
(CaO) dalam jumlah yang tidak sedikit. Kapur tohor ini di tempat kan pada daerah
treatment atau kolam pengendapan dari suatu tambang untuk di buang ke sungai.
Penggunaan kapur tohor ini mampu menghabiskan berton-ton dalam bebrapa hari
saja, sehingga memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan suatu penelitian mengenai
penaikkan pH air asam tambang dengan menggunakan perbandingan antara kapur
tohor (CaO) dengan kulit singkong. Mengingat Indonesia merupakan negara
agraris yang dikategorikan terbesar didunia dengan terkhususnya produsen akan
singkong, dan biasanya digunakan langsung untuk kebermanfaatan dan bahan
konsumsi masyarakat sekitar. Dalam proses konsumsi singkong hanya di
manfaatkan bagian daging dalam nya saja, sementara kulitnya dibuang begitu
saja. Oleh sebab itu, jika kulit singkong dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
dan pencampuran dalam treatment air asam tambang, maka dapat memberikan
manfaat yang nyata bagi seluruh aspek-aspek yang ada. Memberikan pendapatan
masyarakat serta penghematan dari perusahaan tambang itu sendiri.
TUJUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:
1. Menganalisa kemampuan serapan dari penggunaan perbandingan antara
kapur tohor (CaO) dengan kulit singkong dengan berbagai variabel.
CuFeS2
Cu2S
Spalerit
ZnS
Millerit Galena
NiS
PbS
4 Fe(OH)3
+ 8 H2SO4
Yellowboy + Sulfuric Acid
Reaksi antara pyrite, oksigen, dan air akan membentuk asam sulfat dan
endapan besi hidroksida. Warna kekuningan yang mengendap didasar saluran
tambang atau pada dinding kolam pengendap lumpur merupakan gambaran visual
dari endapan besi hidroksida (yellowboy). Didalam reaksi umum pembentukan
air asam tambang, terjadi empat reaksi pada pyrite yang menghasilkan ion-ion
hidrogen yang bila berikatan dengan ion-ion negatif dapat membentuk asam.
Oksida terhadap pyrite akan menghasilkan besi (II) dan sulfat. Selanjutnya besi
(II) teroksidasi lagi menjadi besi (III). Reaksi akan berlangsung lambat dalam
kondisi asam dan semakin cepat dengan kenaikan besi hidroksida. Besi (III)
yang belum mengendap akan mengoksidasi pyrite yang belum mengalami
oksidasi.(4
dan kapur silika (CaSiO3). Setiap jenis tersebut memiliki tingkat penetrasi yang
berbeda-beda. Makin tinggi nilai penetrasi suatu kapur, maka makin tinggi daya
peningkatan pH dan berarti makin sedikit jumlah kapur yang digunakan untuk
meningkatkan pH dalam satu satuan.
Karbonat adalah batuan kapur, yang bila dibakar pada suhu 1100o C
akan menghasilkan:
CaCO3 CaO + CO2, CaO cepat bereaksi dengan air
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaO dan Ca(OH)2 stabilitasnya tinggi. CaO bereaksi dengan air dan
langsung dapat menetralkan larutan yang asam.
CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 + 2H+ Ca2+ + 2H2O
CaO + 2H+ Ca2+ + H2O
Reaksi di atas diperlakukan bila diperlukan perubahan pH yang cepat.
CaCO3 bereaksi lebih lambat, tetapi bila kondisi sangat asam dapat bereaksi cepat.
Akan tetapi dalam praktiknya dilapangan seperti yang dilakukan oleh PT. Bukit
Asam (Persero), tbk., dalam melakukan penetralan air asam tambang
menggunakan kapur tohor (CaO) secara berkala. Adapun hasil pengukuran kadar
pH yang terdapat pada inlet dari kolam pengendap lumpur adalah sebagai berikut
per Juli 2011 (Enggal Nurisman dkk., 2012):
Tabel 3. pH Sample di Inlet Air Laya
No
Waktu
pH
1.
Hari-1
3,01
2.
Hari-2
2,98
3.
Hari-3
3,00
4.
Hari-4
3,02
5.
Hari-5
2,98
Penggunaan kapur tohor (CaO) pada kolam pengendapan di inlet yaitu 0,6
gr/L (19 karung), sedangkan untuk outlet yaitu 0,7 gr/L (22 karung), dengan
perhitungan biaya sebagai berikut:
Tabel 4. Penggunaan kapur tohor (CaO) serta biaya operasional
Skala Lapangan
Perbandingan
Saluran inlet
Saluran outlet
Dosis kapur per liter air
0,6 gr/L
0,7 gr/L
Kebutuhan kapur per jam
(Q air = 1.248.840 L/jam)
Harga (@Rp 1000/kg)
749,304 kg/jam
874,188 kg/jam
Rp.749,304,
Rp. 874.188,
Dari data diatas didapatkan bahwa penggunaan total kapur tohor (CaO)
adalah sebanyak 1623,492 kg/jam, dengan biaya total adalah Rp. 1.623.429,-/jam.
Maka bisa dibayang kan penggunaan kapur secara terus menerus dengan biaya
yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan adanya bahan baku baru dalam proses
penaikkan pH air asam tambang, dalam hal ini penulis mencoba melakukan
percobaan penggunaan Kulit Singkong (Manihot utilissima) sebagai bahan
pembanding dan pencampur dalam penetralan air asam tambang di kolam
pengenapan lumpur.
Singkong (Manihot utilissima)
Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (Manihot utilissima) adalah perdu
tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.
Tabel 5. Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
agnoliopsida
Ordo
Malpighiales
Famili
Euphorbiaceae
Upafamili M. Crotonoideae
Bangsa
Manihoteae
Genus
Manihot
Spesies
M. Esculenta
Perdu, bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar
tunggang dengan sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi
akar yang dapat dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2-3 cm dan
panjang 50-80 cm, tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna
putih atau kekuning-kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun
ditempatkan di lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya
warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi
manusia.
Umbi ketela pohon merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat
namun sangat miskin protein. Sumber protein yang bagus justru terdapat pada
daun singkong karena mengandung asam amino metionina.
Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian
dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk
modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di
Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua kultivar M.
esculenta dapat dibudidayakan.
Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun
2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton
di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia.
Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu
Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan
orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.
(a)
(b)
(c)
Gambar 1
(a). Batubara; (b). Kapur Tohor (CaO); (c). Kulit Singkong (Manihot utilissima).
(a)
(b)
(c)
Gambar 2
(a). pH-meter digital; (b). Timbangan Digital; (c). Botol dan gelas ukur
Simulasi pembuatan sample
a. Sample air asam tambang
Simulasi pembuatan air asam tambang dengan menggunakan bahan air
sebanyak 5 liter, dan batubara yang telah di ballmill dan di ayak menggunakan
sieving sehingga menjadi serbuk batubara berukuran +35#. Batubara yang
digunakan adalah batubara yang berasal dari PT. Bukit Asam (Persero), tbk yang
diambil secara acak. Air asam dibuat dalam bak kaca dan dibiarkan selama 2
minggu untuk memberikan suasana asam pada air. Kemudian air disaring, dan
diukur pH, maka didapatkan pH sebesar 3,2 sehingga pembuatan sample air asam
siap untuk dilanjutkan proses selanjutnya.
pH
3,2
Gambar 3
Skema Preparasi Air Asam Tambang
Air asam tambang digunakan untuk objek penelitian pembandingan
penggunaan kapur tohor dengan kulit singkong dalam beberapa perbandingan
untuk dianalisis. Hasil preparasi air asam disesuaikan dengan ukuran pH air asam
tambang dilapangan dalam hal ini adalah PT. Bukit Asam (Persero), tbk.
b. Sample kulit singkong
Kulit singkong dibuat dengan cara ditumbuk menjadi halus untuk
memperbear luas permukaannya, dan dijemur dan dikering selama 1 hari.
Percobaan
Dalam percobaan ini, air asam tambang dibagi kedalam 10 botol sebanyak
200 ml/botol.
Tabel 7. Perbandingan Sample Percobaan
Persentase
Persentase
Sample Massa (gr)
Kulit Singkong
Kapur Tohor (CaO)
(Manihot utilissima)
1
5
100 %
2
10
100 %
3
15
100 %
4
5
100 %
5
10
100 %
6
15
100 %
7
5
50 %
50 %
8
10
50 %
50 %
9
15
50 %
50 %
Gambar 4
Air asam (200 ml)
Percobaan
Tujuan percobaan
:1
: Mengetahui besar kenaikkan pH dengan menggunakan
100% Kapur Tohor (CaO)
Langkah percobaan :
1. Sample air asam disiapkan sebanyak 200 ml/botol sebanyak 3 botol, dengan
pH awal 3,2.
2. Kapur tohor (CaO) 100% dimasukkan kedalam 3 sample dengan jumlah
masing-masing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
Gambar 5
Pemberian kapur tohor (CaO) kedalam sample air asam 160 ml
3. Tunggu hingga 1-2 hari hingga kapur tohor benar-benar tercampur dalam air
asam.
4. Mencelupkan pH-meter kedalam sample.
5. Pengamatan dilakukan dengan menghitung pH dalam sample air asam dan
kapur tohor (CaO) dengan menggunakan pH-meter.
6. Pengamatan dilakukan dalam 3 sample dengan langkah yang sama untuk
jumlah kapur tohor (CaO) adalah 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
Percobaan
Tujuan Percobaan
:2
: Mengetahui besar kenaikkan pH dengan menggunakan
100% Kulit Singkong (Manihot esculenta).
Langkah percobaan :
1. Sample air asam disiapkan sebanyak 200 ml/botol sebanyak 3 botol, dengan
pH awal 3,2.
2. Kulit singkong (Manihot esculenta) 100% dimasukkan kedalam 3 sample
dengan jumlah masing-masing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
3. Tunggu hingga 1-2 hari hingga kulit singkong benar-benar tercampur dalam air
asam.
Gambar 5
Pemberian kulit singkong (Manihot esculenta) kedalam sample air asam 160 ml
4. Mencelupkan pH-meter kedalam sample satu persatu.
5. Pengamatan dilakukan dengan menghitung pH dalam sample air asam dan
Kulit singkong (Manihot esculenta) dengan menggunakan pH-meter.
6. Pengamatan dilakukan dalam 3 sample dengan langkah yang sama untuk
jumlah Kulit singkong (Manihot esculenta) adalah 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
Percobaan
Tujuan percobaan
:3
: Mengamati kemampuan perbandingan kapur tohor (CaO)
dengan kulit singkong (Manihot esculenta) dalam beberapa
perbandingan.
Langkah percobaan :
1. Sample air asam disiapkan sebanyak 200 ml/botol sebanyak 3 botol, dengan
pH awal 3,2.
2. Campuran 50 % kapur tohor (CaO) dan 50 % kulit singkong (Manihot
esculenta) dimasukkan kedalam 3 sample dengan jumlah masing-masing 5 gr,
10 gr, dan 15 gr.
3. Tunggu hingga 1-2 hari hingga kedua campuran benar-benar tercampur dalam
air asam.
Gambar 6
Campuran kapur tohor dan kulit singkong
4. Mencelupkan pH-meter kedalam sample satu persatu.
5. Pengamatan dilakukan dengan menghitung pH dalam sample air asam dan
campuran kapur dan kulit singkong dengan menggunakan pH-meter.
6. Pengamatan dilakukan dalam 3 sample dengan langkah yang sama untuk
perbandingan campuran 1:1 kapur tohor (CaO) dan kulit singkong (Manihot
esculenta) adalah 5 gr, 10 gr, dan 15 gr.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan 1
Proses pencampuran 100 % kapur tohor (CaO) masing-masing 5 gr, 10 gr,
dan 15 gr kedalam media air asam 200 ml/botol, dilakukan selama 1 hari pada
media yang air yang tidak mengalir, agar terjadi proses pengendapan yang lebih
optimal. Setelah dilakukan proses pengendapan, maka sample air asam diamati
dengan menggunakan pH-meter per sample nya. Maka didapatkan hasil
pengukuran seperti pada gambar 7 seperti berikut,
pH
10,0
pH
10,1
pH
10,2
Gambar 7
Pengukuran sample pada percobaan 1
Dari hasil percobaan diatas maka dibuat suatu tabel hasil pengamatan
seperti berikut,
Sample
Air Asam
1
2
3
Dari hasil pengamatan seperti yang terdapat pada tabel 8 diatas, maka
dapat dibuat suatu grafik dan persamaan regresi pada hari ke 2 mengingat
kecepatan aliran air pada kolam pengendapan rata-rata 0,0903 m3/s,
12
pH
10
y = 0,404x + 5,12
R = 0,6241
8
6
Hari ke-1
Hari ke-2
0
0
10
15
20
Grafik 1
Peningkatan pH dengan menggunakan kapur tohor 100 % serta regresi linear
y = 4,4907e0,0698x
R = 0,6137
12
pH
10
y = 4,4495e0,068x
R = 0,6145
Hari ke-1
Hari ke-2
0
0
10
15
20
Grafik 2
Peningkatan pH dengan menggunakan kapur tohor 100 % serta regresi
eksponensial
Dari grafik dan hasil hasil regresi dari peningkatan pH, maka regresi yang
lebih mendekati dalam peramalan grafik serta yang mempunyai faktor korelasi
lebih mendekati 1 adalah regresi linear dengan persamaan:
Y = 0,404X + 5,12
(pada hari ke-1, karena mendekati ke pH netral)
Sehingga berdasarkan percobaan 1, didapatkan suatu persamaan regresi
linear antara peningkatan penggunaan massa kapur tohor (CaO) dengan kenaikan
pH dari air asam tersebut yaitu dengan persamaan Y = 0,404X + 5,12. Dengan
demikian air asam tersebut akan netral pada:
pH = 5,12 0,404 Massa Kapur Tohor (CaO)
7 = 5,12 0,404 Massa Kapur Tohor (CaO)
Massa Kapur Tohor (CaO) = 7 5,12 = 4,65 gr
0,404
Maka dalam penggunaan 100 % kapur tohor (CaO) dalam menaikkan dan
menetralkan air asam maka dapat digunakan sebanyak 4,65 gr per 200 ml air asam
dalam 1 hari.
Percobaan 2
Proses pencampuran 100 % kulit singkong (Manihot esculenta) masingmasing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr kedalam media air asam 200 ml/botol, dilakukan
selama 1 hari pada media yang air yang tidak mengalir, agar terjadi proses
pengendapan yang lebih optimal. Setelah dilakukan proses pengendapan, maka
sample air asam diamati dengan menggunakan pH-meter per sample nya. Maka
didapatkan hasil pengukuran seperti pada gambar 8 seperti berikut,
pH
4,2
pH
4,3
pH
5,7
Gambar 8
Pengukuran sample pada percobaan 2
Dari hasil percobaan diatas maka dibuat suatu tabel hasil pengamatan
seperti berikut,
Sample
Air Asam
4
5
6
Dari hasil pengamatan seperti yang terdapat pada tabel 9 diatas, maka
dapat dibuat suatu grafik dan suatu persamaan regresi seperti berikut,
y = 0,152x + 3,51
R = 0,8778
pH
Hari ke-1
y = 0,074x + 3,47
R = 0,738
Hari ke-2
0
0
10
15
20
Grafik 3
Peningkatan pH dengan menggunakan kulit singkong 100 % serta regresi linear
y = 3,499e0,0351x
R = 0,8391
pH
Hari ke-1
y = 3,448e0,0196x
R = 0,7207
Hari ke-2
0
0
10
15
20
Grafik 4
Peningkatan pH dengan menggunakan kulit singkong 100 % serta regresi
eksponensial
Dari grafik dan hasil hasil regresi dari peningkatan pH, maka regresi yang
lebih mendekati dalam peramalan grafik serta yang mempunyai faktor korelasi
lebih mendekati 1 adalah regresi linear dengan persamaan:
Y = 0,152X + 3,51
(pada hari ke-2, karena mendekati ke pH netral)
Sehingga berdasarkan percobaan 2, didapatkan suatu persamaan regresi
linear antara peningkatan penggunaan massa kulit singkong (Manihot esculenta)
dengan kenaikan pH dari air asam tersebut yaitu dengan persamaan Y = 0,152X +
3,51. Dengan demikian air asam tersebut akan netral pada:
pH = 3,51 0,152 Massa Kulit Singkong (Manihot esculenta)
7 = 3,51 0,152 Massa Kulit Singkong (Manihot esculenta)
Massa Kulit Singkong (Manihot esculenta) = 7 3,51 = 22,96 gr
0,152
Maka dalam penggunaan 100 % kulit singkong (Manihot esculenta) dalam
menaikkan dan menetralkan air asam maka dapat digunakan sebanyak 22,96 gr
per 200 ml air asam dalam 2 hari.
Percobaan 3
Proses pencampuran 50 % kapur tohor (CaO) dan 50 % kulit singkong
(Manihot esculenta), masing-masing 5 gr, 10 gr, dan 15 gr kedalam media air
asam 200 ml/botol, dilakukan selama 1 hari pada media yang air yang tidak
mengalir, agar terjadi proses pengendapan yang lebih optimal. Setelah dilakukan
proses pengendapan, maka sample air asam diamati dengan menggunakan pHmeter per sample nya. Maka didapatkan hasil pengukuran seperti pada gambar 9
seperti berikut,
pH
6,8
pH
6,9
Gambar 9
Pengukuran sample pada percobaan 3
Dari hasil percobaan diatas maka dibuat suatu tabel hasil pengamatan
seperti berikut,
Sample
Air Asam
7
8
9
Dari hasil pengamatan seperti yang terdapat pada tabel 10 diatas, maka
dapat dibuat suatu grafik dan suatu persamaan regresi seperti berikut,
pH
y = 0,28x + 4,45
R = 0,6529
y = 0,236x + 4,23
R = 0,663
Hari ke-1
Hari ke-2
10
15
20
Grafik 5
Peningkatan pH dengan menggunakan campuran kapur tohor dan kulit singkong
(1:1) serta regresi linear
pH
y = 4,1102e0,054x
R = 0,6356
y = 3,9833e0,0481x
R = 0,6441
Hari ke-1
Hari ke-2
10
15
20
Grafik 6
Peningkatan pH dengan menggunakan campuran kapur tohor dan kulit singkong
(1:1) serta regresi eksponensial
Dari grafik dan hasil hasil regresi dari peningkatan pH, maka regresi yang
lebih mendekati dalam peramalan grafik serta yang mempunyai faktor korelasi
lebih mendekati 1 adalah regresi linear dengan persamaan:
Y = 0,236X + 4,23
(pada hari ke-1, karena mendekati ke pH netral)
Sehingga berdasarkan percobaan 3, didapatkan suatu persamaan regresi
linear antara peningkatan penggunaan massa kapur tohor (CaO) dan kulit
singkong (Manihot esculenta) dengan kenaikan pH dari air asam tersebut yaitu
dengan persamaan Y = 0,236X + 4,23. Dengan demikian air asam tersebut akan
netral pada:
pH = 4,23 0,236 Massa Kapur Tohor dan Kulit Singkong
7 = 4,23 0,236 Massa Kapur Tohor dan Kulit Singkong
Massa Kapur Tohor dan Kulit Singkong = 7 4,23 = 11,737 gr
0,236
Maka dalam penggunaan 1:1 kapur tohor (CaO) dan kulit singkong
(Manihot esculenta) dalam menaikkan dan menetralkan air asam maka dapat
digunakan sebanyak 11,737 gr per 200 ml air asam dalam 1 hari dan .
Dari percobaan diatas maka dapat kita hitung efisiensi penggunaan kapur
tohor dan kulit singkong dengan asumsi harga terkini dimasyarakat.
Tabel 11. Perbandingan biaya operasional penggunaan kapur tohor
dan kulit singkong
Skala Laboratorium
50 % Kapur,
100 % Kapur
100 % Kulit
50 % Kulit
Perbandingan
Tohor
Singkong
Singkong
(netral dalam
(netral dalam
(netral dalam
1 hari)
2 hari)
1 hari)
Dosis per 200 ml
4,65 gr
22,96 gr
11,737 gr
Kebutuhan per jam jika
1161,421 kg/jam 2867,336 kg/jam 2931,527 kg/jam
Dilapangan debit air KPL (digunakan dalam
(digunakan
(digunakan
(Q air = 249.768 L/jam)
1 hari)
dalam 2 hari)
dalam 2 hari)
Rp. 952.746,Rp. 1.161.421, Rp. 860.200,Harga per bahan
(harga mengikuti
(@300/kg)
(@1000/kg)
bahan)
Dari perbandingan diatas dapat dilihat bahwa penggunaan akan campuran
50% kapur tohor (CaO) dan 50% Kulit Singkong (Manihot esculenta) akan
mereduksi biaya opersional sebanyak Rp. 1.161.421,- Rp. 952.746,- = Rp.
208.675,- /jam. Serta dalam hal keefektifan penyerapan dan penaikkan pH
menjadi netral juga lebih efektif menggunakan campuran kapur tohor dan kulit
singkong. Selain itu secara tidak langsung pemanfaatan kulit singkong ini
menciptakan suatu usaha baru bagi masyarakat sekitar, sehingga akan berdampak
adanya sinergi yang baik antara perusahaan dengan masyarakat.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
Pemanfaatan kulit singkong (Manihot esculenta) dapat digunakan
sebagai bahan campuran dari kapur tohor (CaO) karena memiliki waktu
dan kenaikan yang lebih efektif.
Penggunaan kulit singkong (Manihot esculenta) sebagai campuran
kapur tohor (CaO) dengan perbandingan 1:1 sebagai absorben, mampu
mereduksi biaya operasional bila dibandingkan dengan pemakaian
kapur tohor murni.
Pemanfaatan dan penggunaan kulit singkong di perusahaan mampu
memberikan dampak yang baik kepada masyarakat, sehingga
terciptanya suatu usaha mandiri dari masyarakat dalam pemanfaatan
kulit singkong sebagai absorben.
Penggunaan campuran kapur tohor (CaO) dan kulit singkong (Manihot
esculenta), dapat diterapkan secara langsung dilapangan dengan
perhitungan skala lapangan berdasarkan skala laboratorium.
SARAN
Dalam proses aplikasinya dilapangan, perlu diperhitungkan jenis sample
serta kondisi iklim, geografis, geokimia, geologi, kecepatan pengadukan dan
aliran kolam pengendapan lumpur, sehingga didapatkan variabel dan parameter
yang lengkap dalam melakukan penetralan pH.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam melakukan penelitian dan penulisan makalah ini, penulis juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada Ir. A. Rahman, MS., Ir. Hj. Hartini
Iskandar, M.Si., Ir. Maulana Yusuf, MSc, MT., dan Ir. A. Taufik Arief, MS., yang
telah banyak membantu dalam hal diskusi, pendapat, serta saran-saran dalam
pelaksanaan penelitian dan pembuatan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Cereda, M.P. and Mattos, M.C.Y. 1996. Linamarin - The Toxic Compound of
Cassava. Journal of Venomous Animals and Toxins (online) 2 (1), 6-12; ISSN
0104-7930
FAO. June 2003. cassava market assessment.
Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara. Penerbit ITB,
Bandung.
Nurisman, Enggal, et al. Juli 2012. Studi Terhadap Dosis Penggunaan Kapur
Tohor (CaO) Pada Proses Pengolahan Air Asam Tambang Pada Kolam
Pengendap Lumpur Tambang Air Laya PT. Bukit Asam (Persero), Tbk.
Universitas Sriwijaya, Palembang.