OLEH:
VIKTORIA S. MUDA
1206107042
U N I V E R S I TAS N U SA C E N DANA
F A K U L T A S S A I N S DAN T E K N I K
KUPANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
makhluk hidup yang berada di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Di
dalam sel hidup, baik pada tumbuhan, hewan maupun manusia terkandung
sejumlah air dari 75% sel tumbuh-tumbuhan dan lebih dari 67% kandungan sel
hewan terdiri dari air (Suriawiria; 2005). Air tidak hanya penting untuk
lingkungan hidup. Daur air merupakan daur bahan kimia yang paling penting.
Daur bahan-bahan lain pada umumnya bergantung pada adanya air sebagai
pelarut. Daur air terjadi dalam semua unit ekosfer (hidrosfer, amosfer, dan
jumlah penduduk dunia dan juga sebagai akibat dari peningkatan kebutuhan air
keperluan rumah tangga, pengairan, industri, rekreasi dan lainnya. Oleh karena
itu, air kita perlukan dalam kuantitas dan kualitas yang memadai dan pada waktu
I Ketentuan Umum, Pasal 1 ayat 25 dan ayat 26. Ayat 25 yaitu Analisis Mengenai
nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi. Dalam suatu usaha atau
yaitu dengan memisahkan mangan dari pengotor (mineral ikutan) dengan cara
dicuci yang nantinya limbah pembuangan (air) yang di tampung dalam kolam
begitu saja tanpa penaggulangan lebih lanjut, logam Mn yang terkandung dalam
air hasil pencucian mangan tersebut akan masuk dan mencemari air bawah tanah.
Maka diperlukan suatu media adsorbsi yang nanti digunakan untuk menurunkan
kadar logam Mn agar tidak mencemari air bawah tanah. Salah satunya adalah
minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai
ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1
tahun sejak ditanam, bahkan di kawasan India bagian selatan,setiap tahun dapat
Ion Besi dan Mangan dalam Air bahwa biji kelor efektif untuk menurunkan
kandungan logam Fe & Mn dan kekeruhan pada air, yaitu efektivitas sebesar
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
Kelebihan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding koagulan kimia yang biasa
ion logam terlarut, menurunkan kekeruhan dan kadar logam Fe, Cu, Mn (Arung,
lingkungan sekitar (Anonim,2004). Selain itu tanaman ini juga merupakan salah
yaitu proses penggumpalan substansi terlarut yang ada dalam larutan oleh
permukaan beda penyerap (Reynolds, 1982 dalam Hani Nuryati, 2010). Adsorben
yang biasa digunakan adalah zeolit serta karbon aktif dan lainnya. Adapun
adsorben lain yang biasa digunakan untuk penurunan kadar logam pada air salah
satunya yaitu serbuk kelor. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
sekaligus menetralkan tegangan permukaan dari partikel lumpur dan logam berat
yang terkandung dalam substansi limbah. Hal ini disebabkan tingginya kandungan
cyanate yang terkandung pada biji kelor. Keberadaan zat aktif ini mampu
Nusantara Sejahterah.
No Tahapan BULAN
Penelitian
1 2 3
Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi
1 Literatur
Pengambilan
2 Data
Pengolahan
& Analisis
3 Data
Penyusunan
4
Laporan
5 Seminar dan
Perbaikan
BAB II
DASAR TEORI
serta unsur golongan laktanida dan aktinida, dan mempunyai respon biokimia
yang khas (spesifik) pada organisme hidup (Connell dan Miller, 1995).
maupun tidak langsung, baik sengaja maupun tidak di sengaja, telah mencemari
lingkungan sebagai limbah. Logam-logam berat antara lain merkuri (Hg), timbal
(Pb), arsen (As), kadmium (Cd), kromium (Cr), nikel (Ni), mangan (Mn), dll.
sebagai racun (Kardiaz, 1992). Logam berat dalam limbah biasanya berada dalam
berbagai macam bentuk atau kondisi, seperti tidak terlarut, terlarut, tereduksi,
2.2. Mangan
Mangan adalah kation logam yang memiliki karakteristik kimia serupa
dengan besi. Mangan merupakan salah satu unsur alam yang terdapat dalam air
tanah dan mata air serta air permukaan. Dampak negatif yang ditimbulkan dengan
Mangan ditemukan oleh Johann Gahn pada tahun 1774 di Swedia. Logam
mangan berwarna putih keabu-abuan. Mangan termasuk logam berat dan sangat
rapuh tetapi mudah teroksidasi. Logam dan ion mangan bersifat paramagnetic.
mineral, tetapi terkadang Mangan ditemukan dalam kondisi tercampur oleh besi.
Sebagai unsur bebas, Mangan (Mn) adalah logam yang berperan penting dalam
hal percampuran logam dalam bidang industri, khususnya pada stainless steels.
Sebagai contoh, Mn3(PO4)2 dapat berfungsi untuk mencegah terjadinya karat atau
korosi pada baja. Oksida mangan sering kali digunakan sebagai katoda untuk
baterai alkali dan sel kering. Ion Mn2+ berfungsi sebagai kofaktor dalam enzim
dan menjadi bahan dasar dalam proses detoksifikasi oleh superoksida radikal
bebas. Apabila kita menghirup Mangan pada skala yang besar, jumlah yang
hidrotermal yang dapat dijumpai dalam bentuk (vein), metamorfik dan cebakan
sedimenter dan residual (Asril Riyanto, 1989). Bijih mangan utama adalah
oksida dan terbentuk dalam cebakan sedimenter dan residu. Mangan mempunyai
berkomposisi oksida lainnya namun berperan bukan sebagai mineral utama dalam
mangan sangat luas, baik untuk tujuan metalurgi maupun non-metalurgi. Untuk
dan gelas, glasir dan frit, pertanian, proses produksi uranium, dan lainnya. Di
Indonesia, industri hilir pemakai mangan adalah industri baterai, keramik dan
porselein, industri logam, dan industri korek api. Kegunaan lainnya: untuk rel
kereta api; dibuat dengan baja yang berisi sebanyak 1,2% mangan, untuk
memberikan kaca warna amethyst dan bertanggung jawab untuk warna batu
2.3. Tailing
Limbah sering didefenisikan sebagai sesuatu yang tidak dapat
sebagai limbah oleh seseorang, mungkin merupakan sumber daya bagi orang lain,
apabila limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk sesuatu yang berguna. Konsep
inilah yang pada akhir-akhir ini digunakan sebagai salah satu dasar bagi
batuan tambang (ore) yang mengandung bijih mineral untuk diambil logam
sebagai effluent dari batuan asal sebagai hasil proses pengolahan. Tailing ini terjadi
karena tidak ada proses yang 100% efisien sehingga material yang tidak ter-
recovery atau tidak ekonomis akan terbuang berbentuk slurry. Tailing ini
biasanya terdiri atas logam tidak ekonomis, mineral, bahan kimia, bahan organik
ekstraksi mangan, limbah tersebut disebut Tailing. Bentuk fisik dari limbah
alumunium, besi, merkuri, magnesium, nikel, seng, natrium, dll. Sifat kimia ini
selain tercampur pada proses pencucian dan pemisahan mineral berharga dengan
bahan tambang, tapi juga zat-zat kimia ini berasal dari batuan alami dengan
senyawa kimia dari luar, tentunya hal ini akan meningkatkan konsentrasi senyawa
logam berbahaya. Oleh karena itu perlu dilakukan penurunan kadar logam
termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11
meter. Pohon kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan
cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna
kelabu.
Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun
majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada
daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut.
berwarna hijau. Bunga kelor keluar seanjang tahun dengan aroma bau semerbak.
Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang. Buahnya berbentuk seperti kacang
panjang berwarna hijau dan keras serta memiliki panjang 120 cm. Bunga kelor
berupa malai yang keluar dari ketiak daun, sedangkan buahnya menggantung
sepanjang 20-45 cm dan isinya sederetan biji bulat, tetapi bersayap tiga (Schwarz,
2000).
Budidaya tanaman Moringa atau kelor tidak memerlukan pemeliharaan
rumit dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai
ketinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1
tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari
stek, juga dapat pada lahan yang gersang dan tidak subur. Sehingga baik bila
yang rendah.
Kulit dari biji Moringa oliefera mengandung molekul protein larut air
dengan berat molekul yang rendah. Protein ini akan bermuatan positif jika
dilarutkan dalam air. Fungsi protein ini akan bekerja seperti bahan sintetik yang
bermuatan dalam air. Ketika Moringa oliefera yang sudah diolah (serbuk)
dimasukkan kedalam air kotor, protein yang terdapat dalam Moringa oliefera akan
kekeruhan.
lumpur serta logam yang terkandung dalam limbah suspensi dengan partikel
Kelebihan biji buah kelor sebagai koagulan dibanding koagulan kimia yang biasa
ion logam terlarut, menurunkan kekeruhan dan kadar logam Fe, Cu, Mn (Arung,
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air,
sehingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih yaitu;
kandungan logam besi (Fe) dalam air Sungai Mahakam yang sebelumnya
mencapai 3,23 mg/l, setelah dibersihkan dengan serbuk biji kelor menurun
menjadi 0,13 mg/l, dan telah memenuhi standar baku mutu air minum, yaitu 0,3
mg/l dan standar baku mutu air bersih 1,0 mg/l. Sedangkan tembaga (Cu) yang
semula 1,15 mg/I menjadi 0,12mg/l, telah memenuhi standar baku mutu air
minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan kandungan logam
mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04 mg/l, telah memenuhi standar
2.5. Adsorbsi
Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida (cairan
maupun gas) terikat pada suatu padatan (zat penyerap, adsorben) dan akhirnya
membentuk suatu lapisan tipis atau film (zat terserap: adsorbat) pada
(soluble) yang ada dalam larutan oleh permukaan zat atau benda penyerap dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara substansi dengan penyerapnya (Purba,
disebut dengan fenomena sorption. Materi atau partikel yang diadsorpsi disebut
(Purba, 2013).
Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu adsorpsi fisika yang
disebabkan oleh gaya Van der waals dan secara kimia (terjadi reaksi antara zat
yang diserap dengan adsorben). Apabila daya tarik menarik antara zat terlarut
dengan adsorben besar maka zat yang terlarut akan diadsorpsi pada permukaan
adsorben. Inilah yang disebut dengan gaya Van der waals. Pada proses ini gaya
yang menahan molekul fluida pada permukaan solid relatif lemah, dan besarnya
sama dengan gaya kohesi molekul pada fase cair (gaya Van der waals)
mempunyai derajat yang sama dengan panas kondensasi dari gas menjadi cair.
terlarut yang teradsorpsi. Adsorpsi ini bersifat spesifik dan melibatkan gaya yang
jauh lebih besar daripada adsorpi fisika, karena adanya ikatan kimia maka pada
permukaan film dari liquid sekitar partikel akan menjadi tebal dan difusi film
akan terbatas.
2. Karakteristik adsorben
Ukuran partikel dan luas permukaan merupakan karakteristik terpenting
kapasitas adsorpi tergantung pada total luas permukaan dimana ukuran partikel
penyaringan molekul karena molekul yang lebih besar akan menutup pori
penyerapan ion logam oleh adsorban hanya beberapa menit saja. Jumlah zat
setimbang namun hal ini tidak terlihat secara makroskopis. Pada setiap jenis
interaksi yang terjadi antara adsorban dan adsorbat. Secara umum, waktu
(chemisorptions).
Adsorpsi secara fisika, interaksi antara adsorban dan adsorbat terjadi
permukaan adsorban melalui gaya Van der waals atau juga melalui ikatan
ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan kovalen dengan energi yang dilepaskan
berpengaruh pada mekanisme adsorpi ion logam. Pada pH yang rendah, proses
adsorpsi ion logam juga semakin rendah atau lambat. Hal ini dikarenakan pada
kondisi asam, gugus fungsi yang terdapat pada adsorban terprotonasi sehingga
terjadi pengikatan ion hidrogen (H+) dan ion hidronium. Sementara itu ion-ion
logam akibatnya proses adsorpsi menjadi lambat dan rendah. Sementara itu
pada pH tinggi (>7), maka proses adsorpsi relative tinggi, hal ini karenakan
komplek hidrokso logam (MOH+) yang akan terbenntuk di dalam larutan lebih
pengukurannya berdasarkan radiasi yang dihasilkan atau yang diserap oleh spesi
atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari spektrometri ialah Spektrometri
Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara kuantitatif yang
Anshori, 2005)
Sejak diperkenalkan oleh A. Walsh (1955) metode Spektrometri Serapan
Atom (SSA) telah lama mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sampai
unsur-unsur logam yang terdapat dalam sistem periodik unsur. SSA digunakan
untuk menganalisis logam yang terdapat di dalam sampel dalam bentuk bahan-
atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasannya sinar tampak atau ultraviolet.
Metode SSA berdasarkan pada prinsip adsorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom
akan menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat
unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai cukup energi untuk
mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi elektronik suatu atom
bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan memperoleh
energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan energinya ke
tingkat eksitasi (Rohman, A. 2007 dalam Fakhreni 2011). Jumlah energi yang
sebagai potensi eksitasi untuk tingkat energi tersebut (Clark, D.V 1979 dalam
Wulandary, 2012).
Pada alat SSA terdapat dua bagian utama yaitu suatu sel atom yang
menghasilkan atom-atom gas bebas dalam keadaan dasarnya dan suatu sistem
optik untuk pengukuran sinyal. Suatu skema umum dari alat SSA adalah sebagai
berikut:
Sumber: Haswal, 1991 dalam Ashori, 2005
2012) :
1. Sumber Sinar
Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berongga. Lampu ini
terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan
anoda. Katoda berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam atau
dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia
(neon atau argon) dengan tekanan rendah. Neon biasanya lebih disuakai
menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada berbagai
macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu sampel menjadi
atomisasi.
b. Tanpa nyala (Flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan dianalisa berubah menjadi
atom-atom netral.
3. Monokromator
Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari
sehingga tidak memberikan respon terhadap nilai emisi yang berasal dari
eksitasi termal.
5. Read out
Read Out merupakan suatu alat petunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatat hasil. Sistem read out untuk instrument SSA dilengkapi
BAB III
METODE PENELITIAN
Kupang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung dari bulan Desember sampai Februari 2016.
terhadap kondisi aktual dari lokasi yang akan dilakukan penelitian yaitu
Sejahterah.
3. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari data yang sudah ada dalam
hal ini diperoleh baik dari arsip-arsip perusahaan, maupun data hasil
penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Data tersebut antar lain peta
geologi, peta lokasi kesampaian daerah penelitian, dan data curah hujan.
4. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dalam
penelitian, yaitu data dari hasil analisa Laboratorium. Data tersebut adalah
keadaan awal air hasil pencucian mangan yaitu kadar logam Mn yang
terlarut, massa serbuk biji kelor yang dibutuhkan untuk menurunkan kadar
logam Mn, waktu pengadukan serbuk biji kelor untuk menurunkan kadar
logam Mn.
5. Penyusunan Laporan Penelitian
Hasil yang didapat dari analisis laboratorium kemudian disajikan dalam
berikut:
1. Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan kandungan air dalam bahan
adsorben.
2. Stirer
Digunakan untuk mengaduk secara otomatis sampel yang telah
serbuk kelor.
5. Gelas Kimia (Gelas beaker) 1000 ml
Gelas kimia digunakan sebagai wadah untuk mereaksikan air pada
dilakukan pengujian.
7. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk mengukur waktu yang diperlukan
kelor teraktivasi.
9. Kamera Digital
Kamera digital digunakan untuk mengambil dokumentasi selama
kegiatan penelitian.
b. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sampel air limbah hasil pencucian mangan dikolam pengendapan
dan di oven kembali selama 1 jam dengan suhu 100C. Serbuk biji
Serbuk Kelor
1. Siapkan alat dan bahan.
2. Mengambil sampel air limbah hasil pencucian mangan.
3. Mengukur volume sampel air dengan menggunakan gelas ukur
sebanyak 200 ml.
4. Mengukur kadar Mn awal air limbah pencucian mangan.
5. Penambahan serbuk kelor dimulai dari 1 gram, 5 gram, 10 gram,
15 gram dan 20 gram pada masing-masing gelas sampel.
6. Setelah ditambahkan serbuk kelor dilakukan pengadukan 1 jam,
6 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam.
7. Setelah dilakukan pengadukan, air tersebut disaring untuk
mengukur kadar logam Mn dengan menggunakan AAS.
Mulai
Studi Pustaka
Perumusan Masalah
Pengumpulan Data
Analisis Data
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Teknologi Mineral.
Arung. 2002. Terobosan (Biji Kelor Sebagai Penjernih Air Sungai). Harian
Bahtiar, A.N., Siti, S.M., Nurwachid, B.S. 2014, Penggunaan Serbuk Biji Kelor
Indra Rani Yuliastri. 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa Oliefera)
dan Air Tanah. Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
Gorontalo.
Pandia, S. dan A. Husni, 2005. Pengaruh Massa dan Ukuran Biji Kelor pada
Medan.
Lamk) Dengan Kulit Ari Sebagai Koagulan Zat Warna Reaktif Dalam
Bengkulu.
http://www.gtz.de/gate/gateid.afp
Suriawira, U. 2005. Air Dalam Kehidupan dan Lingkungan Yang Sehat. Bandung:
PT Alumni
Teja, D.S., Morina Adfa, Novrianto Tarigan. 2007. Buah Kelor (Moringa oliefera
Ion Logam Dalam Air. Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Semarang.