Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi ke-hidupan manusia di bumi ini.
Sesuai dengan kegunaannya, air dipakai sebagai air minum, man-di, mencuci,
transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia. Pengadaan air bersih di Indonesia
khususnya untuk skala yang besar masih terpusat didaerah perkotaan, dan
dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM) kota yang bersangku-tan. Namun
demikian secara nasional jumlahnya masih relatif kecil dan dapat dikatakan
belum mencukupi (Faried, 2007).
Ditinjau dari tempat tersimpannya, sumber air dapat di klasifikasikan
kedalam beberapa jenis sumber air yaitu air hujan, air permukaan, air tanah,
dan air laut. Masing-masing sumber air tersebut secara alamiah memiliki
karakteristik kualitas air tersendiri, hal ini terjadi karena kualitas air sangat
dipengaruhi oleh keadaan alam tempat air tersebut berada dan kondisi tempat-
tempat yang dilaluinya. Didaerah perkotaan penduduk yang tidak memperoleh
pelayanan air ledeng , sebagian besar menggunakan sumber air tanah baik
berupa sumur gali maupun sumur pompa sebagai sumber air bersihnya.
Sumber air tanah dipilih karena relatif lebih baik dari air sungai ditinjau dari
segi kualitasnya terutama faktor kekeruhannya. Air tanah sebagai sumber air
bersih pada umumnya dapat langsung digunakan untuk kehidupan sehari-hari.
Namun tanpa disadari bahwa air tanah mengandung banyak unsur logam yang
terlarut dalam air seperti calsium, magnesium, sodium, kalium, bikarbinat,
sulfat, kholride, nitrat, derajat keasaman (pH) besi (Fe) dan mangan (Mn),
yang mengganggu kesehatan tubuh jika terus dikonsumsi dalam jumlah yang
tinggi (Santropie, 1984)
Adanya kandungan Mangan (Mn) dalam air menyebabkan warna air
tersebut berubah menjadi kuning-coklat setelah beberapa saat kontak dengan
udara. Di samping menimbulkan gangguan kesehatan jugadan menyababkan
warna kuning pada dinding bak kamar mandi serta bercak-bercak kuning pada
pakaian. Oleh karena itu, menurut Permenkes RI No.
492/MENKES/PER/IV/2010, kadar Mangan (Mn) dalam air minum yang
diperbolehkan adalah 0,1 mg/Lt.
Ada beberapa metoda penghilangan zat mangan yang sering digunakan
dalam industri pengolahan air minum yakni proses aerasi-filtrasi, proses
khlorinasi-filtrasi, dan proses oksidasi kalium permanganat-filtrasi dengan
mangan zeolite (manganese greensand). Proses lainnya seperti pertukaran ion,
proses filtrasi penambahan chlorine dioxide, proses pengaturan ph, proses
filtrasi dengan katalis dengan media yang sesuai serta proses oksidasi dengan
ozon. Pemilihan proses tersebut dipilih berdasarkan besarnya konsentrasi zat
mangan serta kondisi air baku yang digunakan (Said, 2005)
Salah satu cara pengolahan yang sering dan yang umum di lakukan adalah
proses aerasi dan filtrasi. Filtrasi merupakan proses penyaringan untuk
menghilangkan zat padat tersuspensi serta menurunkan kadar besi melalui
bahan (media) yang berpori. Aerasi adalah suatu proses penambahan
udara/oksigen dalam air dengan membawa air dan udara ke dalam kontak
yang dekat, dengan cara menyemprotkan air ke udara (air ke dalam udara)
atau dengan mem-berikan gelembung-gelembung halus udara dan
membiarkannya naik melalui air (udara ke dalam air).
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui kemampuan metode
aerasi dan filtrasi dalam menurunkan kadar Mangan pada air sumur bor di
kelurahan maccini Sombala, kecamatan Tamalate , Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas , maka dirumuskan masalah pada
penelitian ini yaitu bagaimankah kemampuan metode aerasi dan filtrasi dalam
menurunkan kadar Mangan pada air sumur bor di kelurahan maccini Sombala,
kecamatan Tamalate , Kota Makassar?.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kemampuan metode aerasi dan filtrasi dalam
menurunkan kadar Mangan pada air sumur bor di kelurahan maccini
Sombala, kecamatan Tamalate , Kota Makassar
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menganalisis kemampuan metode aerasi dan filtrasi dalam
menurunkan kadar Mangan pada air sumur bor di kelurahan maccini
Sombala, kecamatan Tamalate , Kota Makassar
b. Untuk menganalisi pengaruh kualitas air yang dihasilkan
menggunakan metode aerasi dan filtrasi dalam menurunkan kadar
Mangan pada air sumur bor di kelurahan maccini Sombala, kecamatan
Tamalate , Kota Makassar

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Sumur Bor
1. Definisi Sumur Bor
Sumur bor adalah salah satu jenis sumur buatan yang dibuat
dengan bantuan alat bor untuk mencapai kedalaman sumur yang cukup
sehingga akan bertemu dengan sumber air tanah yang melimpah. Suplai
air pada dasarnya sangat melimpah karena sebagian besar bumi ini
memiliki wilayah perairan yang lebih luas daripada daratan. Lautan, teluk,
sungai, danau, dan bahkan sungai bawah tanah yang kita tidak bisa lihat
secara kasat mata adalah pembagian-pembagian wilayah perairan di bumi
ini. Besarnya wilayah perairan di bumi seharusnya dapat dimanfaatkan
sebagai sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup yang tinggal di
bumi termasuk manusia. Namun sayangnya, karena keserakahan manusia
bumi menjadi rusak dan salah satu dampak dari kerusakan bumi adalah
berkurangnya suplai air di bumi akibat berkurangnya daerah resapan air,
pembalakan liar, penggundulan hutan, dan masih banyak kerusakan
lainnya yang disebabkan oleh manusia. Suplai air yang berkurang
kemudian membuat manusia mengalami kesulitan untuk mendapatkan
suplai air
Sumber air yang baik yang bisa didapatkan oleh manusia adalah
sumber air dalam di mana kita harus menggunakan teknologi canggih dan
modern untuk mencapai sumber air yang dalam tersebut. Alat bor adalah
salah satu jenis alat berat yang biasa digunakan untuk menggali sumber air
pada sumur bor yang mempunyai kedalaman yang cukup besar.Pada
umumnya alat bor digunakan untuk menggali sumber minyak bumi yang
kemudian akan diolah menjadi berbagai macam produk olahan minyak
bumi seperti solar, pertamax, aftur, dan masih banyak produk lainnya.
Namun ternyata alat bor juga bisa digunakan untuk memggali lokasi yang
diidentifikasi sebagai sumber air. Air adalah sumber kehidupan bagi semua
magkhluk hidup di muka bumi ini. Namun banyak orang yang tidak
menyadarai nilai manfaat yang sangat besar dari air yang biasa mereka
gunakan setiap hari. Tak sedikit air yang terbuang sia-sia hanya karena kita
lupa mematikan keran air. Sementara di belahan bumi lain, jutaan suadara
kita meregang nyawan karena tidak adanya sumber air akibat kekeringan
yang melanda wilayah tempat tinggal mereka.
Untuk menghindari kasus yang sama dengan saudara-saudara kita yang
mengalami kekeringan, kini kita bisa memanfaat teknologi yang canggih
dan modern untuk menggali sumber air yang sulit didapatkan di wilayah
tempat tinggal kita, Cara apa saja yang bisa dilakukukan untuk
mendapatkan air yang melimpah? Berikut adalah jawabannya. Cara yang
pertama adalah dengan cara mendapatkan suplai air bersih dari pemerintah
sebagai bagian dari fasilitas dari pemerintah. Biasanya, air akan dialirkan
melalui pipa-pipa yang saling menyambung dan panjang membentang
antar satu rumah ke rumah lainnya. Cara yang kedua untuk mendapatkan
suplai air adalah air dapat dialirkan dari sumur bor. Cara yang ketiga
merupakan cara yang paling sederhana karena kita hanya mengandalkan
pada air hujan saja dengan cara menampung air hujan. Dan cara yang
terakhir adalah dengan mengambil air dengan cara memompa air sungai
atau danau ke tempat penampungan air yang sangat besar.
Akan tetapi sebagian besar orang lebih menyukai air yang didapatkan
dari sumur bor karena air sumur memiliki kualitas air yang bagus baik dari
segi tingkat pencemarannya yang rendah, air yang jernih , tidak berasa,
dan berbau serta cara memperolehnya yang sagat mudah. Untuk membuat
sumur yang dalam dan dapat menjangkau sumber air terbaik, sumur
bor adalah solusi terbaiknya karena alat bor untuk sumur bor ini sudah
dirancang khusus untuk menggali objek dengan hasil yang optimal dan
cepat.
2. Metode Pembuatan Sumur Bor
Sumur bor adalah sebuah sumur yang metode pembuatan nya
menggunakan alat, alat tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu

a. manual ( Pantek )
b. semi automatic
c. full automatic
ketiga kategori di atas mempunyai definisi yang berbeda, munkin saya
akan sedikit jelaskan definisi di atas berdasarkan pengalaman saya di
bidang pengeboran.
a. Manual ( pantek ) adalah suatu metode pengeboran yang dilakukan
oleh 4 orang atau lebih dengan menggunakan tenaga dan alat yang di
gerakan secara manual. biasanya sumur manual hanya mampu sampai
kedalaman 0 - 40 mtr , dengan diameter lubang 2". metode ini hanya
mengambil air resapan dan bukan akuifer. tapi metode ini lebih
murah dan banyak di gunakan pada daerah yang sempit.
b. semi automatic adalah suatu metode pengeboran dengan
menggunakan mesin yang digerakan oleh mesin dan manual, karena
metode ini bekerja menggunakan gearbox , tenaga diesel dan untuk
turun naik menggunakan tekel. metode ini juga banyak digunakan
oleh masyarakat pada umumnya. karena metode ini mampu mencapai
kedalaman 0-80 mtr, dengan diameter 0-6", dengan metode
pengambilan akuifer lebih terjangkau . harganya pun relatif ,
tergantung dari lokasi.
c. full automatic adalah suatu metode pengeboran dengan menggunakan
sytem automatic, dari mulai mesin dan cara pangeboran nya pun
berbeda. biasanya pengeboran ini hanya untuk artesis atau kedalaman
0 - 200mtr atau lebih, dengan diameter 0-12". harganya pun begitu
mahal. biasanya digunakan oleh perusahaan2. atau apartemen2 atau
yang memerlukan debit air yang sangat banyak.

B. Mangan
1. Definisi Mangan
Mangan (Mn) adalah logam berwarna abu – abu keperakan yang
merupakan unsur pertama logam golongan VIIB, dengan berat atom 54.94
g.mol-1, nomor atom 25, berat jenis 7.43g.cm-3, dan mempunyai valensi 2,
4, dan 7 (selain 1, 3, 5, dan 6). Mangan digunakan dalam campuran baja,
industri pigmen, las, pupuk, pestisida, keramik, elektronik,
dan alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon),
industri baterai, cat, dan zat tambahan pada makanan. Di alam jarang
sekali berada dalam keadaan unsur. Umumnya berada dalam keadaan
senyawa dengan berbagai macam valensi. Di dalam hubungannya dengan
kualitas air yang sering dijumpai adalah senyawa mangan dengan valensi
2, valensi 4, valensi 6. Di dalam sistem air alami dan juga di dalam sistem
pengolahan air, senyawa mangan dan besi berubah-ubah tergantung derajat
keasaman (pH) air. Perubahan senyawa besi dan mangan di alam
berdasarkan kondisi pH secara garis besar dapat ditunjukan sesuai gambar
1 yang memperlihatkan bahwa di dalam sistem air alami pada kondisi
reduksi, mangan dan juga besi pada umumnya mempunyai valensi dua
yang larut dalam air. Oleh karena itu di dalam sistem pengolahan air,
senyawa mangan dan besi valensi dua tersebut dengan berbagai cara
dioksidasi menjadi senyawa yang memiliki valensi yang lebih tinggi yang
tidak larut dalam air sehingga dapat dengan mudah dipisahkan secara fisik.
Mangan di dalam senyawa MnCO3, Mn(OH)2 mempunyai valensi dua, zat
tersebut relatif sulit larut dalam air, tetapi untuk senyawa Mn seperti garam
MnCl2, MnSO4, Mn(NO3)2 mempunyai kelarutan yang besar di dalam
air. (Eaton Et.al, 2005; Janelle, 2004 dan Said, 2003).
2. Sumber Keberadaan Mangan dalam air
Kandungan Mn di bumi sekitar 1060 ppm, di tanah sekitar 61 –
1010 ppm, di sungai sekitar 7 mg/l, di laut sekitar 10 ppm, di air tanah
sekitar <0.1 mg/l. Mangan terdapat dalam bentuk kompleks dengan
bikarbonat, mineral dan organik. Unsur mangan pada air permukaan
berupa ion bervalensi empat dalam bentuk organik kompleks. Mangan
banyak terdapat dalam pyrolusite (MnO2) , braunite, (Mn2+Mn3+6) (SiO12),
psilomelane (Ba,H2O)2Mn5O10 dan rhodochrosite (MnCO3). (Eaton Et.al,
2005, Said, 2003; Perpamsi, 2002; dan (http://en.wikipedia.or).
3. Standar, Pengaruh dan Toksisitas.
Konsentrasi mangan di dalam sistem air alami umumnya kurang
dari 0.1 mg/l, jika konsentrasi melebihi 1 mg/l maka dengan cara
pengolahan biasa sangat sulit untuk menurunkan konsentrasi sampai
derajat yang diijinkan sebagai air minum. Oleh karena itu perlu cara
pengolahan yang khusus. Pada tahun 1961 WHO menetapkan konsentrasi
mangan dalam air minum di Eropa maksimum sebesar 0.1 mg/l, tetapi
selanjutnya diperbaharui menjadi 0.05 mg/L. Di Amerika Serikat (U.S.
EPA) sejak awal menetapkan konsentrasi mangan di dalam air minum
maksimum 0.05 mg/l. Jepang menetapkan total konsentrasi besi dan
mangan di dalam air minum maksimum 0.3 mg/l. Indonesia berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 menetapkan kadar zat
besi di dalam air minum maksimum 0.3 dan Mangan maksimum sebesar
0.1 mg/l. (Eaton Et.al, 2005 dan Said, 2003).

Unsur Mn mempunyai sifat – sifat yang sangat mirip dengan besi


sehingga pengaruhnya juga hampir sama sesuai uraian II.1.3. Mangan
termasuk logam esensial yang dibutuhkan oleh tubuh sebagaimana zat
besi. Tubuh manusia mengandung Mn sekitar 10 mg dan banyak
ditemukan di liver, tulang, dan ginjal. Mn dapat membantu kinerja liver
dalam memproduksi urea, superoxide dismutase, karboksilase piruvat, dan
enzim glikoneogenesis serta membantu kinerja otak bersama enzim
glutamine sintetase. Kelebihan Mn dapat menimbulkan racun yang lebih
kuat dibanding besi. Toksisitas Mn hampir sama dengan nikel dan
tembaga. Mangan bervalensi 2 terutama dalam bentuk permanganat
merupakan oksidator kuat yang dapat mengganggu membran mucous,
menyebabkan gangguan kerongkongan, timbulnya
penyakit “manganism” yaitu sejenis penyakit parkinson, gangguan tulang,
osteoporosis, penyakit Perthe’s, gangguan kardiovaskuler, hati, reproduksi
dan perkembangan mental, hipertensi, hepatitis, posthepatic cirrhosis,
perubahan warna rambut, kegemukan, masalah kulit,
kolesterol, neurological symptoms dan menyebabkan epilepsi. (Janelle,
2004; www.digitalnaturopath.com; www.lenntech.com ; http://lpi.oregonst
ate.edu dan http://en.wikipedia.org)

C. Aerasi

1. Definisi Aerasi
Perpindahan masa zat dari proses gas ke fase cair atau sebaliknya,
terjadi bila ada kontak antara permukaan cairan dengan udara. Di dalam
praktek pengolahan air umumnya udara dan proses perpindahan gas
umumnya diberi istilah “Aerasi”. Gas – gas yang menjadi perhatian
dibidang pengolahan air adalah O2, CO2 CH H2S4, NH3 dan CI2. Gaya
penggerak perpindahan massa dari udara ke dalam air atau sebaliknya,
dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat di dalam air atau sebaliknya
dikendalikan oleh perbedaan konsentrasi zat di dalam larutan dan
kelarutan gas pada konsentrasi tertentu (Sutrisno, 2010).
2. Tujuan Aerasi
Tujuan aerasi adalah menghilangkan rasa dan bau (yang
disebabkan hidrogen sulfida dan komponen organik) dengan
oksida/velatilisasi, mengoksidasi Fe, transfer O2 ke dalam air dan
membebaskan volitali gas dari dalam air. Oksidasi Fe dapat berjalan
dengan baik pada pH 7,5 – 8 dalam waktu 15 menit. Endapan besi yang
terbentuk dapat dihilangkan dengan koagulan dan filtrasi. Aerasi mampu
mengendapkan besi jika tidak ada zat organik jenis humik dan fulvik acid
(jika ada zat tersebut akan membentuk senyawa kompleks dengan besi
yang tidak dapat mengendap secara sempurna setelah aerasi, dan biasanya
ikatan kompleks ini berwarna, selain itu memperlambat proses oksidasi).
3. Prinsip Pengolahan Air secara Aerasi
Menurut Tjokrokusumo dalam Sutrisno, 2010, aerasi adalah
pengolahan air dengan cara mengontakkannya dengan udara. Aerasi secara
luas telah digunakan untuk mengolah air yang mempunyai kandungan
kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) terlalu tinggi (mengurangi kandungan
konsentrasi zat padat terlarut). Zat – zat tersebut memberikan rasa pahit
pada air, menghitamkan pemasakan beras dan memberikan noda hitam
kecoklat – coklatan pada pakaian yang dicuci.
4. Proses Aerasi
Proses aerasi adalah oksigen yang ada di udara, akan bereaksi
dengan senyawa ferus dan manganous terlarur merubah mereka menjadi
ferric (Fe) dan manganic oxide hydrates yang tidak bisa larut. Setelah itu
dilanjutkan dengan pengendapan (sedimentasi) atau penyaringan (filtrasi).
Perlu dicatat bahwa oksidasi terhadap senyawa besi di dalam air tidak
selalu terjadi dalam waktu yang cepat.
Apabila air mengandung zat organik, pembentukan endapan besi
melalui proses aerasi terlihat sangat tidak efektif. Untuk pengolahan iar
minum, kebanyakan dilakukan dengan menyebarkan air agar kontak
dengan udara melalui tetesan – tetesan air yang kecil (Waterfall aerator /
aerator air terjun), atau dengan mencampur air dengan gelembung –
gelembung udara (bubble aerator). Dengan kedua cara tersebut jumlah
oksigen bisa dinaikkan sampai 60 – 80% (dari jumlah oksigen yang
tertinggal, yaitu air yang mengandung oksigen sampai jenuh). Pada aerator
terjun (waterfall aerator) cukup besar bisa menghilangkan gas – gas yang
terdapat dalam air (Sutrisno, 2010).
Penurunan karbon dioksida (CO2) oleh waterfall aerator cukup
berarti, tetapi tidak memadai apabila air yang diolah sangat korosif.
Pengolahan selanjutnya seperti pembubuhan kapur atau dengan saringan
marmer atau delomite yang dibakar masih dibutuhkan (Pujiati, dkk, 2007).
5. Macam-macam Metoda Aerasi
a. Waterfall aerator ( aerator air terjun).
Pengolahan air aerasi dengan metoda Waterfall/Multiple aerator
seperti pada gambar, susunannya sangat sederhana dan tidak mahal
serta memerlukan ruang yang kecil.
Multiple Tray Aerator
Jenis aerator terdiri atas 4-8 tray dengan dasarnya penuh lobang-
lobang pada jarak 30-50 cm.Melalui pipa berlobang air dibagi rata
melalui atas tray, dari sini percikan-percikan kecil turun kebawah
dengan kecepatan kira-kira 0,02 m /detik per m2 permukaan tray.
Tetesan yang kecil menyebar dan dikumpulkan kembali pada setiap
tray berikutnya. Tray-tray ini bisa dibuat dengan bahan yang cocok
seperti lempengan-lempengan absetos cement berlobang-lobang, pipa
plastik yang berdiamter kecil atau lempengan yang terbuat dari kayu
secara paralel.
b. Cascade Aerator
Pada dasarnya aerator ini terdiri atas 4-6 step/tangga, setiap step
kira-kira ketingian 30 cm dengan kapasitas kira-kira ketebalan 0,01 m3
/det permeter2. Untuk menghilangkan gerak putaran (turbulence) guna
menaikan effesien aerasi, hambatan sering ditepi peralatan pada setiap
step. Dibanding dengan tray aerators, ruang ( tempat ) yang diperlukan
bagi casade aerators agak lebih besar tetapi total kehilangan tekanan
lebuh rendah. Keuntungan lain adalah tidak diperlukan pemiliharaan.

Cascade Aerator

Keterangan
A = Air baku
B = Air sudah diaerasi
C = Inlet
D = Lubang pembersih
E = Out let.
Cascade Aerator tampak atas

Aerasi tangga aerator seperti pada gambar di bawah ini


peangkapan udaranya terjadi pada saat air terjun dari lempengan-
lempengan trap yang membawanya. Oksigen kemudian
dipindahkan dari gelembung-gelembung udara kedalam air . Total
ketinggian jatuh kira-kira 1,5 m dibagi dalam 3-5 step. Kapisitas
bervariasi antara 0,005 dan 05 m3 /det per meter luas.

c. Sumberged Cascade Aerator

d. Multiple Plat Form Aerator


Memakai prinsip yang sama, lempengan-lempengan untuk
menjatuhkan air guna mendapatkankontak secara penuh udara
terhadap air.
Multiple Plat From Aerator

e. Spray Aerator
Terdiri atas nosel penyemprot yang tidak bergerak (Stationary
nozzles) dihubungkan dengan kisi lempengan yang mana air
disemprotkan ke udara disekeliling pada kecepatan 5-7 m /detik. Spray
aerator sederhana dierlihatkan pada gambar, dengan pengeluaran air
kearah bawah melalui batang-batang pendek dari pipa yang
panjangnya 25 cm dan diameter 15 -20 mm. piringan melingkar
ditempatkan beberapa centimeter di bawahsetiap ujung pipa, sehingga
bisa berbentuk selaput air tipis melingkar yang selanjutnya menyebar
menjadi tetesan-tetesan yang halus.
Nosel untuk spray aerator bentuknya bermacam-macam, ada
juga nosel yang dapat berputar-putar

Spray Aerator
f. Aerator Gelembung Udara ( Bubble aerator)
Jumlah udara yang diperlukan untuk aerasi bublle (aerasi
gelembung udara) tidak banyak, tidak lebih dari 0,3 – 0,5 m3 udara/m3
air dan volume ini dengan mudah bisa dinaikan melalui suatu
penyedotan udara. Udara disemprotkan melalui dasar dari bak air yang
akan diaerasi.

Gambar Bubble Aerator

A = Out Let
B = Gelembung udara
C = Pipa berlubang buat udara
D = Inlet air baku
E = Bak air
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses aerasi.
a. Karakteristik zat yang mudah menguap Zat yang mudah menguap akan
mempercepat proses transfer gas oksigen dalam air, sehingga
kandungan oksigen dalam air akan meningkat.
b. Temperatur air dapat mempengaruhi laju perpindahan oksigen.
Perpindahan oksigen akan meningkat 1,56 % untuk setiap kenaikan
temperatur 1ºC.15 Termperatur yang tinggi akan menyebabkan
menurunnya kadar O₂ dalam air, yang kemudian akan menguraikan
derajat kelarutan mineral, sehingga kelarutan Msakan tinggi.
Temperatur air bersih sebaiknya sama dengan temperatur udara atau
kurang lebih 25ºC, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang
diperbolehkan adalah 25ºC ± 3ºC.14,15
c. Perbandingan luas permukaan kontak dengan volume aerator Luas
permukaan kontak yang tidak sebanding dengan kapasitas volume
aerator, maka gas oksigen yang masuk dalam air pada proses aerasi
tidak berjalan maksimal.
d. Perpindahan gas Perpindahan gas terjadi karena adanya kontak antara
udara atau gas lain dengan air, yang kemudian terjadi perpindahan
suatu senyawa dari fase cair ke fase gas yang akan dilepas ke udara.
Banyaknya jumlah tray dalam aerasi akan mempengaruhi besarnya
perpindahan gas
e. Tekanan air Tekanan air yang dipergunakan harus disesuaikan dengan
metode yang dipergunakan didalam proses aerasi. Tekanan air yang
terlalu tinggi akan mengakibatkan proses transfer gas oksigen dalam
air tidak berjalan maksimal.
f. Waktu kontak. Perpindahan oksigen dari udara ke dalam air
mebutuhkan waktu, semakin panjang waktu kontak semakin banyak
oksigen yang dapat berpindah.
g. Kejenuhan. Konsentrasi dari gas-gas terlarut dalam air pada keadaan
setimbang berarti gas-gas tersebut telah mencapai titik jenuhnya. Nilai
jenuh tergantung pada suhu air, tekanan gas dalam atmosfer. Proses
aerasi yang lebih lama akan menghasilkan nilai jenuh oksigen.
D. Filtrasi
1. Definisi Filtrasi
Pemisahan bahan dalam suatu proses industri pengolahan bahan
merupakan metode yang umum digunakan. Pemisahan bahan ini
dimanfaatkan untuk memperoleh bahan dengan fraksi atau bentuk dan
ukuran yang diinginkan. Adapun metode umum pemisahan bahan yaitu
pemisahan dengan cara mekanis dan pemisahan bahan dengan cara kontak
keseimbangan bahan. Perbedaan keduanya adalah ada atau tidak adanya
perubahan fasa bahan setelah dipisahkan. Pemisahan dengan metode
mekanis merupakan pemisahan bahan dengan tetap mempertahankan fasa
bahan atau tidak mengalami perubahan fasa bahan,sedangkan pemisahan
bahan dengan kontak keseimbangan bahan dapat mengubah fasa bahan
yang dipisahkan dari fasa awalnya.
Pemisahan dengan metode mekanis umumnya digunakan untuk
memisahkan partikel-partikel padat atau tetesan zat cair. Separasi mekanik
ini dipakai untuk campuran heterogen, bukan larutan homogenya. Teknik
yang digunakan berdasarkan perbedaan fisika antara partikel-partikel itu,
antara lain : ukuran, bentuk, atau densitas.
Pemisahan mekanis ini contonya adalah pengendapan, filtrasi,
ekstraksi, dan sentrifugasi. Sedangkan metode pemisahan bahan dengan
kontak keseimbangan bahan meliputi penguapan, distilasi, adsorbsi,
koagulasi, dan kristalisasi.
Filtrasi merupakan salah satu contoh pemisahan mekanis.
Pemisahan filtrasi sama halnya dengan pemisahan mekanis lainnya yaitu
pemisahan yang berdasarkan ukuran partikel yang berbeda. Biasanya
filtrasi akan memisahkan partikel yang berbeda fasa yakni larutan dan
pelarut (padat dan fluida).Filtrasi dilakukan dengan bantua media filter dan
beda tekanan. Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan menerobos
lubang pada media filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih
kasar akan tertahan oleh media filter. Hasil penyaringan disebut filtrate dan
zat yang tertahan disebut residu, seperti proses pembersihan sirup dari
kotoran yang ada pad gula. Pada proses itu digunakan alat filtrasi yakni
filter press.
Pada pengolahan air minum, filtrasi digunakan air minum dengan
kualitas tinggi. Filtrasi dapat mereduksi kandungan zat padat, dapat pula
mereduksi kandungan bakteri, menghilangkan warna,rasa,bau,besi dan
mangan. Perencanaan suatu system filter untuk pengolahan air tergantung
pada tujuan pengolahan dan pre-treatment yang telah dilakukan pada air
baku sebagai influen filter.

Mekanisme pemisahan terutama ditentukan oleh sifat media filter.


Bedasarkan jenis mekanisme pemisahan, terdapat tiga proses filtrasi yang
berbeda (filtrasi ayak,filtrasi unggulan dalam, dan filtrasi kue). Ketiga
proses ini bida digunakan sendiri-senidri atau bersama-sama dalam sebuah
filter

a. Filtrasi ayak (service filtration) :

Filtrasi ayak mempunyai prinsip kerja seperti ayakan. Media filter


menahan smua partikel padat yang ukurannya lebih besar dari pada
lubang-lubang media. Contoh : filter kelongsong (catridge filter)
dengan jaringan kawat.

b. Filtrasi unggu dalam (deep bed filtration) :

Partikel-partikel padat masuk ke dalam pori-pori media filter dan


bertumpuk di sana. Hal ini menyebabkan diameter pori menjadi lebih
kecil. Dengan cara ini partikel-partikel yang amat halus dapat
dipisahkan juga dengan menggunakan media filter yang memiliki pori-
pori yang relative kasar. Namun pada awal filtrasi, pemisahan belum
sempurna sehingga cairan yang keruh (yang dihasilkan mula-mula)
atau juga gas harus disirkulasikan kembali selama beberapa waktu.
Contoh : filter pasir.

c. Filtrasi kue (cake filtration) :

Pemisahan terjadi oleh kue filter berpori yang terbentuk selama proses
filtrasi berlangsung. Cairan yang dihasilkan mula-mula biasanya juga
keruh.Contoh : filter hisap (suction filter), pres filter (filter press).

Filtrasi dapat dilaksanakan berdasarkan tiga pertimbangan berikut;

Pada filtrasi cairan (filtrasi jernih = clear filtration) dihasilkan


cairan jernih. Pada filtrasi bahan padat dihasilkan bahan padat. Tujuan
filtrasi dapat juga untuk memperoleh kedua komponen di atas.

Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per


satuan waktu) tergantung pada sejumlah factor, antara lain :

1) Luas permukaan filter


2) Beda tekanan antara kedua sisi media filter
3) Tahanan media filter
4) Viskositas cairan
a) Luas permukaan filter
Jumlah filtrate persatuan waktu berbanding langsung dengan luas
permukaan media filter. Semakin besar luas media tersebut,
semakin besar pula daya filtrasinya.
b) Beda tekanan antara kedua sisi media filter

Beda tekanan (p1 – p2 ) adalah gaya pendorong setiap proses


filtrasi. Secara teoritik, daya filtrasi juga sebanding dengan beda
tekanan. Gaya pendorong dapat ditimbulkan oleh :

1. Tekanan hidrostatik
Penekanan oleh suspensi pada permukaan filter. Pada umumnya
beda tekanan yang dihasilkan kecil.
2. Tekanan lebih (filtrasi tekanan)
Suatu tekanan p1 yang lebih besar daripada 3-4 bar biasanya
jarang digunakan, karena alat-alat filtrasi tidak dikonstruksi
untuk tekanan-tekanan yang tinggi. Filtrate yang dihasilkan
berada pada tekanan atmosfir.Tekanan lebih dapat dicapai dengan
memperbesar tekanan hidrostatik (misalnya pengaliran dari lantai
yang lebih tinggi), dengan pompa, atau dengan gas bertekanan.
Dengan menggunakan tekanan lebih, cairan yang panas atau
cairan dengan tekanan uap yang tinggi juga dapat difiltrasi.
3. Tekanan rendah (filtrasi vakum)
P1- p2 paling tinggi berharga 1 bar. Tekanan uap filtrate harus
lebih kecil daripada p2. Jika tidak, filtrate akan mendidih.
Karena itu cairan yang panas atau bahan pelarut (tekanan uapnya
tinggi) tidak dapat disaring dengan baik oleh filtrasi vakum.
4. Gaya sentrifugal
Dengan gaya sentrifugal, seperti misalnya pada alat sentrifugasi
keranjang ayak (perforated basket centrifuge), dapat dicapai beda
tekanan (p1 – p2) yang jauh lebih tinggi daripada yang terdapat
pada filtrasi tekanan biasa, tanpa perlu membuat alat tersebut
tahan terhadap tekanan tinggi.
c) Tahanan media filter
Media filter yang berpori memiliki banyak saluran (kapiler, pori-pori).
Tahanan media terhadap aliran yang menembusnya semakin kecil jika
diameter kapiler semakin besar, yang berarti jumlah kapiler per satuan
luas semakin sedikit. Tahanan media juga semakin kecil jika kapiler
semakin pendek. Ini berarti bahwa semakin tipis dan kasar media filter
itu, semakin besar daya filtrasinya.
d) Tahanan kue filter
Khususnya pada filtrasi kue, kue filter memberikan tahanan
terhadap aliran cairan (biasanya juga gas) yang menembusnya.
Bersamaan dengan menebalnya kue selama proses filtrasi, tahanannya
juga semakin besar. Sebagai akibatnya, daya filtrasi menurun.
Penurunan daya ini tergantung pula pada jenis kue filter.
e) Viskositas cairan

Semakin kecil viskosita cairan, semakin besar daya filtrasinya.


Viskositas dapat dikurangi dengan meningkatkan suhu, namun sering
mengakibatkan penggembungan (swelling) media filter, terjadinya
proses korosi yang lebih cepat atau pelarutan kembali Kristal-kristal.

2. Media filter

Media filter adalah suatu lapisan berpori yang terbentuk dari


bahan-bahan lepas atau terpadatkan (misalnya pasir,anyaman, kertas, kerak
= sinter body). Dalam pemilihan media filter ada beberapa factor yang
harus diperhatikan. Factor-faktor tersebut adalah ;

a. Sifat bahan yang difiltrasi


Nilai pH, korosivitas, kemampuan mengembung (swelling
capability), daya larut, kemampuan terabrasi, temperatur dan ukuran
butir bahan padat.
b. Konstruksi media filter
c. Luas permukaan filter, beda tekanan, daya tamping beban,
bentuk.Di samping pasir dan kertas, ada beberapa media filter yang
sering digunakan, sebagai berikut ;Anyaman katun, sutera, bahan
sintetik (misalnya poli propilen, poli tetra fluor etilin, poli amida),
logam, serat gelas.kerak dari keramik, grafit, gelas, logam.
3. Bahan penolong filter
Bahan penolong adalah bahan padat dengan luas permukaan yang besar
sekali sehingga memiliki daya adsorpsi yang besar terhadap partikel-
partikel padat yang sangat halus, di samping itu karena strukturnya, bahan
penolong filter mampu membentuk kue filter yang agak longgar.Bahan
penolong filter dapat berupa kiselgur (kerikikil berasal dari algae silikat
yang membatu, dikenal dengan nama hyflo, celite), batu-batu vulkanik
atau serat-serat asbes. Bahan-bahan tersebut tahna terhadap asaam, tetapi
tidak dapat rusak oleh larutan basa yang panas.
4. Kriteria pemilihan alat filtrasi
Jenis alat filtrasi yang ditawarkan di pasaran sangat banyak, namun suatu
alat filtrasi tidak dapat sekaligus memenuhi persyaratan untuk semua
proses. Faktor-faktor yang berpengaruh adalah :

1) Jenis campuran
Campuran gas-padat memerlukan ruang filtrasi dan luas permukaan
filter yang lebih besar daripada campuran gas-padat. Hal ini
disebabkan volume gas lebih besar daripada cairan. Disamping itu
pada campuran gas-padat hanya mungkin digunakan beda tekanan
yang kecil.
2) Jumlah bahan yang lolos dan yang tertekan
Semakin besar jumlah campuran yang harus difiltrasi, semakin besar
daya filtrasi yang diperlukan dan dengan demikian juga semakin besar
luas permukaan total filter.Filtrasi bahan padat memerlukan volume
kerja kue filter yang jauh lebih besar daripada filtrasi jernih.Ukuran
pemanfaatan yang optimal dapat berupa luas permukaan filter yang
sebesar mungkin dengan ruang filter yang sekecil mungkin.
3) Tekanan filtrasi
Tekanan filtrasi mempengaruhi jenis konstruksi dan ukuran alat filtrasi
4) Jenis operasi
Konstruksi alat pada dasarnya berbeda untuk operasi yang kontinu atau
yang tidak kontinu.
5) Pencucian
Bila kue filter harus dicuci, diperlukan tambahan perlengkapan untuk
mencuci. Tergantung pada jenis cairan pencuci yang digunakan, yaitu
apakah mengandung air, mudah terbakar atau beracun, maka alat
filtrasi harus dikonstruksi dengan cara berbeda- beda ( misalnya
terbuka, tertutup, dengan perangkat penghisap, dengan ruang-ruang
terpisah).
6) Sifat bahan yang difiltrasi
Baik konstruksi maupun jenis bahan yang dipakai untuk membuat alat
filtrasi tergantung pada bahan yang difiltrasi, apakah bersifat asam,
basa, netral, mengandung air,mudah terbakar, tahan api, peka terhadap
oksidasi, steril, panas atau dingin. Konstruksi dapat terbuka, tertutup
atau dalam lingkungan gas inert.
7) Sifat kue filter
Ukuran dan bentuk partikel bahan padat akan mempengaruhi kue filter
yang dapat ditekan atau sebaliknya. Selain itu sifat kue filter juga dapat
mempengaruhi luas permukaan filter, tebal kue, beda tekanan, dan juga
ukuran pori dari media filter.
5. Alat filtrasi

Untuk filtrasi campuran cair-padat :


a. Filter pasir
b. Filter kelongsong (catridge filter)
c. Filter spiral
d. Filter pelat (platen filter)
e. Filter hisap (suction filter)
f. Pres filter (filter press)
g. Filter putar (rotatory filter)
h. Sentrifugasi filtrasiFilter pasir
BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Air Sumur Bor

fisik kimia bakteriologia

Parameter mangan

Analisis laboratorium

Analisis laboratorium bengkel

Penurunan kadar mangan

Pesesuai baku mutu Petidak sesuai baku


permenkes 492 tahun 2010 mutu permenkes 492
tahun 2010
Keterangan :
Air sumur bor merupakan sarana air bersih yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari,sarana air bersih harus memenuhi syarat dari
segifisik, kimia dan bakteriologis. Selanjutnya air bersih yg mengandung
zat mangan (Mn) yang tidak memenuhi syarat kita lakukan metode aerasi
dan filtasi untuk menurunkan kadar / zat mangan pada sumur br tersebut.
Hasilnya apakah ada penurunan zat/ kadar mangan dalam sampel air
tersebut setelah dilakukan metode aerasi dan filtrasi,jika ada penurunan
apakah sesuai dengan baku mutu standar kualitas bersih yang diatur oleh
Permenkes No.492/MENKES/PER/IV/2010 dengan standar kualitas
mangan pada air bersih yaitu 0,4 mg/l
B. Variabel
1. Variabel bebas
Adalah variabel yang berpengaruh terhadap varibel terikat, dalam
penelitian ini yaitu metode aerasi dan filtrasi dalam menurunkan kadar
mangan (Mn) pada sumur Bor
2. Variabel terikat
Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas, dalam hal ini adalah
penurunan kadar Mangan (Mn) pada sumur bor
3. Variabel Pengganggu
Adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat dan bebas, dalam
hal ini pH, suhu, dan waktu.

C. Def inisi Operasional dan Kriteria Objektif


1. Kadar mangan (Mn) adalah logam keras dan getas warna abu abu merah
muda.mangan merupakan elemen penting untuk semua spesies mahluk
hidup , beberapa organisme seperti mangakumulasi mangan .
Kriteria objektif :
Menurut syarat : apabila kadar mangan dalam air sumur bor < 04
mg/l berarti memenuhi syarat tetapi apabila kadar
managan dalam air sumur bor >0,4 mg/l berarti
tidak memenuhi syarat.
2. Aeasi adalah Perpindahan masa zat dari proses gas ke fase cair atau
sebaliknya, terjadi bila ada kontak antara permukaan cairan dengan udara.
Di dalam praktek pengolahan air umumnya udara dan proses perpindahan
gas
Kriteria objektif
Menurut syarat : Efisiensi penggunaan metode aerasi pada
penurunan kadar mangan pada air sumur bor apabila jumlah semburan
aerasi yang digunakan sedikit . tetapi apabila penggunaan semburasn aerasi
dalam jumlah banyak berartti metode aerasi dalam penurunan kadar
mangandikatakan tidak efisien
3. Filtrasi merupakan salah satu contoh pemisahan mekanis. Pemisahan
filtrasi sama halnya dengan pemisahan mekanis lainnya yaitu pemisahan
yang berdasarkan ukuran partikel yang berbeda. Biasanya filtrasi akan
memisahkan partikel yang berbeda fasa yakni larutan dan pelarut (padat
dan fluida).Filtrasi dilakukan dengan bantua media filter dan beda tekanan.
Molekul-molekul cairan atau gas dibiarkan menerobos lubang pada media
filter, sedangkan partikel-partikel padat yang lebih kasar akan tertahan oleh
media filter.
Kriteria Objektif
Memenuhi syarat : laju oksidasi dengan oksigen akan efektif
jika pH > 7. Laju oksidasi Mn2+ lebih lambat dari oksidasi Fe.

Bab IV
A. Metode Penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakuakan di Kelurahan Maccini Sombala ,
Kecamatan Tamalate, Kota Makassar . dan pemeriksaan sampel
dilakukan di laboratorium k jurusan kesehatan lingkungan
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni tahun
2018
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Semua

Anda mungkin juga menyukai