Anda di halaman 1dari 12

BAB III

DASAR-DASAR PERENCANAAN
3.1 Sistem Sumber
Air baku adalah sarana dan prasarana pengambilan dan penyediaan air baku,
meliputi bangunan penampungan air, bangunan pengambilan, alat penguur, dan
peralatan pemantauan sistem pemompaan dan bangunan sarana pembawa
serta perlengkapannya. Untuk keperluan perencanaan sistem penyediaan air
minum, terlebih dahulu perlu diketahui pasokan sumber air bakunya. Sistem
sumber air sebagai air baku adalah suatu komponen awal dari suatu sistem
penyediaan air minum yang berfungsi sebagai pensuplai air untuk sistem
pengolahan. (M.Anis Al-layla, 1980).Sumber air merupakan komponen pertama
dalam penyediaan air minum. Ada banyak sumber air baku yang terdapat di
alam diantaranya (M.Anis Al-layla, 1980) :

1. Air tanah

Air tanah merupakan sumber air yang berasal dari air hujan yang masuk ke
dalam tanah melalui pori-pori tanah dengan proses infiltrasi. Air tanah
dangkal merupakan air tanah yang terjadi karena adanya proses perserapan
air pada permukaan tanah dan terkumpul pada bagian di atas lapisan rapat
air dan dimanfaatkan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur
dangkal. Air tanah dangkal ini diperoleh pada kedalaman sekitar 15 meter.
Kapasitas air tanah dangkal sangat berfluktuasi karena terantung oleh
musim, sedangkan kualitas airnya cukup baik oleh karena adanya proses
penyaringan oleh lapisan tanah. Air tanah dalam merupakan sumber air
yang berada di bawah lapisan tanah rapat dan sarana air minum dapat
dilakukan dengan pengeboran air tanah dalam. Permukaan statis air tanah
dalam berkisar pada kedalaman antara 80 m sampai dengan 200 m.
permukaan air akan lebih rendah apabila air mengalir melalui lubang atau
pada saat pemompaan. Sumur di Indonesia umumnya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air rumah tangga skala kecil. Penilaian kualitas dari
sumur-sumur air tanah dangkal dapat diperoleh dari pengamatan terhadap
sumur-sumur yang ada. Pada sistem penyediaan air minum adalah sangat
penting untuk mengetahui apakah lapisan aquifer yang dangkal mempunyai
kandungan air yang cukup sesuai dengan perencanaan dari sumur yang
besarnya tiga kali dari jumlah air sumur dangkal milik penduduk.

16
2. Air angkasa

Air Angkasa berasal dari awan atau angkasa yang jatuh ke bumi secara
gravitasi yang disebabkan beberapa faktor yang antara lain karena
adanya proses penguapan permukaan genangan air yang disebabkan
oleh pemanasan matahari, yang selanjutnya membentuk awan dan
kembali lagi ke permukaan bumi dalam bentuk hujan.

3. Air rawa

Secara umum air rawa terdapat pada daerah dengan lapisan dasar yang
daya dukungnya rendah dan ketebalan air yang tidak terlalu besar.
Penempatan lokasi bangunan pengambilan dapat ditentukan setelah
melihat kondisi fisik rawa, survai topografi atau pengukuran kedalaman
air rawa.

4. Air Sungai
Air sungai mempunyai karakteristik umum yaitu debit aliran
pengeluaran dan fluktuasi kualitas air sepanjang tahun, hari bahkan jam.
Debit aliran minimum biasanya terjadi pada akhir periode musim kering.
Debit aliran yang disertai dengan kualitas air yang buruk biasanya terjadi
sesudah hujan lebat selama periode musim hujan.

5. Air Laut

Melihat definisi laut yaitu cekungan besar yang berisi air dalam jumlah
yang besar dan tidak terbatas, maka dalam memanfaatkan air laut tidak
dibatasi oleh ketersediaan debit. Perbedaan pemanfaatan air laut
dengan sumber-sumber air permukaan lainnya adalah penerapan
teknologi pengolahan airnya. Air laut dengan kadar garam (salinitas)
yang sangat tinggi diperlukan pengolahan khusus, salah satu
diantaranya adalah proses Rivers osmosis (RO). Proses RO diperlukan
biaya yang cukup mahal, sehingga pemanfaatan air laut sampai sejauh
ini masih dimanfaatkan dengan penggunaan terbatas.

3.1.1 Kuantitas dan Kualitas Sumber


Sumber air baku terpilih yang akan digunakan debitnya harus cukup untuk
memenuhi kebutuhan air seluruh masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya
tidak semua sumber air yang dapat digunakan karena ada beberapa syarat yang
harus dipenuhi yakni syarat kuantitas dan secara kualitas. Secara kuantitas
yaitu air minum yang tersedia harus dapat mememenuhi kebutuhan air minum
penduduk secara kontinuitas. Faktor kuantitas bias diketahui dari fluktuasi
pemakaian air. Secara kualitas ini dimaksudkan air minum yang didistribusikan
aman, higienis dan baik, serta dapat diminum tanpa dapat memberikan
dampak terhadap para pemakainya.
17

Tabel 3. 1 Data Kualitas Air Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI


No.492/Menkes/Per/IV/2010
Kadar Maksimum
No Paramete Satua Keteranga
yang
. r n n
Diperbolehkan
A. Parameter yang berhubungan langsung dengan
A. Parameterkesehatan
Mikrobiologi
1 Jumla 0 -
E. Coli
h per
2 Total Jumla
100 ml 0 -
Bakteri h per
Koliform 100b. mlKimia an-organik
1 Arsen mg/L 0.01
2 Fluorida mg/L 1.5
4 Total mg/L 0.05
5 Kadmium mg/L 0.003
6 Nitrit mg/L 3
7 Nitrat mg/L 50
8 Sianida mg/L 0.07
9 Selenium mg/L 0.01
B. Paramater yang tidak berhubungan langsung
A. dengan kesehatan
Parameter Fisik
1 Bau Tidak
2 Warna TCU 15
3 Total zat mg/l 500
4 padat
Kekeruha NTU 5
5 Rasa Tidak
o
6 Suhu C
a. Parameter Kimiawi
1 Alumuniu mg/L 0.2
2 m
Besi mg/L 0.3
3 Kesadaha mg/L 500
4 Khlorida mg/L 250
5 Mangan mg/L 0.4
6 pH 6,5 – 8,5
7 Seng mg/L 3
8 Sulfat mg/L 250
9 Tembaga mg/L 2
10 Amonia mg/L 1,5
Sumber: KepmenkesRINo.492/Menkes/Per/IV/2010
18

3.2 Intake
Intake atau bangunan penyadap adalah suatu unit yang berfungsi untuk
menyadap atau mengambil air baku dari badan air sesuai dengan debit yang
diperlukan untuk pengolahan. Variasi kualitas air permukaan sangat berarti
dalam menentukan titik pengambilan air. Dimana terdapat adanya variasi yang
konstan (tidak berfluktuasi), di tempat seperti inilah merupakan titik
pengambilan yang diharapkan.

3.2.1 Jenis – Jenis Intake


A. Intake Mengapung

Struktur Intake mengapung sangat cocok pada lokasi dengan kondisi


geologi yang buruk dan fluktuasi ketinggian permukaan air terhadap
waktu tidak terlau besar. Konstruksi tidak cocok dibuat pada sungai
yang arusnya deras. Investasi relative murah dalam membangun
bangunan pada sebuah danau atau reservoir yang ada. Kelemahan
system ini terletak pada pipa fleksibel yang sering lepas, bocor, dan
putus akibat fluktuasi ketinggian permukaan yang cepat dan besar.
(Arya Rezagama, 2016).Kelengkapan bangunan pada intake
mengapung antara lain: (Arya Rezagama, 2016)
a. Pelampung atau ponton
b. Ruang ponton
c. Pengaman benturan
d. Penambat
e. Tali Penambat
B. Intake Terpendam

Intake terpendam digunakan untuk mengambil air dari sungai atau danau
yang memiliki sedikit perubahan muka air sepanjang tahun.Kelebihan
system ini adalah pipa yang terletak di dasar sungai/waduk memungkinan
pengambilan air secara optimal pada muka air terendah sekalipun.
Kelemahannya air berkualitas buruk akibat endapan di dasar sungai, sering
menyumbat alat pompa penyedot yang akan menyulitkan pembersihan.
(Arya Rezagama, 2016)

C. Intake Tower

Struktur intake tower biasanya digunakan di sungai atau waduk dengan


tingkat fluktuasi air yang besar. Struktu dapat dibangun cukup dekat pantai
yang dihubungkan oleh jalan jembatan atau cukup jauh yang dicapai hanya
dengan perahu (kapal). Kelebihan pengambilan air dengan intake tower
adalah dapat menarik kualitas air optimal sesuai ketinggian air.
Kekurangannya adalah lebih mahal untuk membangun, terletak di tengah
danau dan mungkin kurang mudah diakses. (Arya Rezagama, 2016)

19

D. Intake Bebas

Struktur intake bebas yang digunakan pada sungai dan danau dengan level
atau ketinggian yang hamper konstan atau danau dan sungai dengan garis
pantai yang dalam. Lokasi penempatan intake dipilih dekat dengan
bendungan sehingga ketinggian muka air terjaga. Namun disisi lain, endapan
lumpur masih memerlukan perawatan secara periodik. (Arya Rezagama,
2016)

E. Intake Dermaga

Struktur intake bdermaga yang digunakan di danau atau sungai di mana


kedalaman air di garis pantai terlalu dangkal untuk struktur tipe shore.Intake
harus dibangun di dalam badan air yang ada untuk memastikan ke dalaman
air yang didapat.Model kosntruksi ini kini sulit mendapatkan izin pemerintah
karena adanya dermaga akan memperlambat aliran air, menimbulan
sedimen. (Arya Rezagama, 2016)

3.2.2 Fungsi Intake


Intake adalah bangunan penangkap air, dalam hal ini akan diuraikan beberapa fungsi lain
dari intake adalah sebagai berikut :

a. Mengumpulkan air dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang di butuhkan
oleh instalasai.
b. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen
c. Mengambil air baku sesuai debit yang  diperlukan instalasi pengolahan yang di
rencanakan demi menjaga kontinuitas penyediaan dan pengambilan air dari
sumbernya.

3.2.3. Bangunan Perlengkapan Intake


Intake juga dilengkapi dengan beberapa peralatan penunjang, antara lain.(Arya
Rezagama, 2016):

Pipa inlet, berfungsi untuk membawa air masuk ke dalam intake. Gate valve, berfungsi
untuk mengatur debit aliran air dengan jalan membuka dan menutup aliran.Screen,
berfungsi untuk menyaring kotoran atau suspended solid yang mungkin terbawa dalam
air.Overflow, berfungsi untuk mengeluarkan kelebihan air sehingga tinggi muka air
dalam bak tetap konstan.Ventilasi, berfungsi menjaga tekanan udara dalam intake agar
selalu sama dengan tekanan udara luar.Pompa, berfungsi untuk menaikan air dari
sumber.Drain, berfungsi untuk menguras.Bak mom, berfungsi untuk membubuhkan
desinfektan.Pipa outlet, berfungsi untuk membawa air keluar dari intake.

20

3.3 Reservoir Transmisi


Sistem transmisi adalah suatu transportasi air baku dan air minum dari sumber
menuju ke reservoir yang seterusnya dilanjutkan ke daerah pelayanan melalui
sistem distribusi. Reservoir mempunyai fungsi sebagai pengendali sistem supply
pelayanan distribusi yang mempunyai fluktuasi selama 24 jam, sebagai
penampung/penyimpan air yang berfungsi untuk mengatasi masalah naik
turunnya kebutuhan air. Letak dari reservoir transmisi diletakan sebelum
Instalasi Pengolahan Air Minum. (Joko Tri, 2010)

3.4 Sistem Transmisi


Sistem Transmisi adalah salah satu komponen sistem penyediaan air bersih yang
berfungsi untuk mengalirkan air dari sumber air ke reservoir air dan instalasi
pengolahan air, serta dari reservoir air ke reservoir air lainnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah
sebagai berikut . (Arya Rezagama, 2016):
a. Tipe Penggalian Pipa Transmisi
Tipe penggalian pipa transmisi yang meliputi sistem perpompaan, sistem
gravitasi, dan sisitem gabungan perpompaan dan gavitasi. Sistem
perpompaan diterapkan pada kondisi ndimana elevasi dari bangunan intake
leboih rendah dari dari bangunan pengolahan. Sebaliknya sistem gravitasi
diterapkan pada kondisi dimana elevasi letak bangunan penangkap air relatif
tinggi atau sama dengan bangunan pengolahan air. Sistem gabungan
diterapkan pada kondisi topografi bangunan intake ke banguna pengolahan
yang naik turun.
b. Menentukan Tempat Bak Pelepasan Tekan
Bak pelepas tekan dibuat untuk menghindari tekanan yang tinggi, sehingga
tidak akan merusak sistem perpipaan yang ada.
Bak ini dibuat ditempat dimana tekanan tertinggi mungkin terjadi atau pada
boaster pump sepanjang jalur pipa transmisi.
c. Menghitung Panjang dan Diamater Pipa
Panjang pipa dihitung berdasarkan jarak dari bangunan penangkap air ke
banguna npengolahan, sedangkan diameter sesuai dengan debit hari
maksimum.
d. Menentukan Jalur Pipa
e. Jalur pipa sebaiknya mengikuti jalan raya dan dipilih jalur yang tidak
memerlukan banyak pelengkapan.
21

3.4.1 Jenis-Jenis Saluran


Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu, aliran
saluran terbuka, aliran saluran tertutup dan pipa. (Arya Rezagama, 2016)

a. Saluran terbuka
Dengan menggunakan saluran terbuka (open channel) air harus diolah
terlebih dahulu (kualitasnya masih buruk) dan memungkinkan terjadinya
pencurian air serta mudah terkontaminasi dari luar. Sistem ini hanya
memperhatikan ketinggian tanah serta konstruksi saluran untuk dapat
mengalirkan air dengan kapasitas besar sehingga biaya pembuatan saluran
serta operasionalnya murah. Saluran yang terbuka sangat sensitif terhadap
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kualitas air yang akan dialirkan.
Keuntungannya:
 Biaya relatif lebih murah sebab hanya memperhitungkan segi
konstruksi saluran dimensi saluran bebas;
 Tidak mengikuti dimensi saluran seperti pada saluran tertutup atau
pipa;
 Dapat mengalirkan air dalam jumlah atau kapasitas yang cukup besar
dibandingkan dengan saluran tertutup atau pipa.
Kerugiannya:
 Harus mengikuti HGL sebab pengalirannya secara gravitasi;
 Kecepatan bergantung pada slope muka tanah;
 Kapasitas yang dibawa sebaiknya harus melebihi dari kebutuhan sebab
terjadinya kehilangan air lebih besar, akibat penguapan, rembesan ke
dalam tanah dan adanya pengotoran serta gangguan dari masyarakat
sepanjang pengaliran.

b. Saluran tertutup
Dengan menggunakan pipa (pipe line) untuk mengalirkan air yang
kualitasnya sudah baik untuk menghindari kontaminasi atau yang dialirkan
dengan tekanan. Pada sistem ini, aliran tidak tergantung pada profil tanah.
Kualitas air tidak mudah dipengaruhi oleh faktor dari luar. Selain itu,
operasi dan pemeliharaannya cukup mudah. Akan tetapi, biaya
pembuatannya lebih mahal jika dibandingkan dengan sistem saluran
terbuka dan saluran tertutup.Keuntungan: Pengaliran tidak tergantung
pada profil muka tanah;Memperkecil kemungkinan adanya atau terjadinya
gangguan;Dimensi saluran relatif lebih besar;Biaya perawatan dan
pemeliharaan relatif lebih murah.Kerugiannya:Harga pipa dan
perlengkapan lainnya relatif mahal.
c. Pipa
Pipa adalah jenis bahan untuk saluran air yang umum digunakan, bahannya
bisa bermacam-macam seperti besi/baja, PVC, dll. Kekuatan terhadap
beban yang berat juga menjadi faktor penting dalam memilih bahan pipa.
Keuntungan dari pipa ini adalah kemudahan dalam pemasangannya.
22

3.4.2 Peralatan dan Perlengkapan


a. Katup penguras berfungsi sebagai penguras endapan (lumpur) di dalam
pipa, maka ditempatkan di posisi rendah sistem transmisi dan sebaiknya
dekat dengan selokan atau sungai.
b. Wash out, berfungsi untuk membersihkan endapan di dalam saluran
c. Pompa

3.5 Sistem Distribusi


Sistem distribusi adalah sistem yang langsung berhubungan dengan konsumen,
yang mempunyai fungsi pokok mendistribusikan air yang telah memenuhi syarat
ke seluruh daerah pelayanan. Sistem distribusi air minum terdiri atas perpipaan,
katup-katup dan pompa yang membawa air yang telah diolah dari instalasi
pengolahan menuju pemukiman, perkantoran dan industri yang mengkonsumsi
air.

3.5.1 Pola Sistem Distribusi


Pola sistem distribusi terbagi menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:

1. Sistem Makro
Sistem ini disebut juga sebagai sistem jaringan pipa pelayanan. Jaringan
penghantar ini tidak dapar langsung melayani konsumen karena dapat
berakibat pada penurunan energi yang cukup besar. Sistem ini terdiri dari
Primary Feeder dan Secondary Feeder.
2. Sistem Mikro
Sistem ini adalah system jaringan pipa pelayanan yang melayani sambungan
air bersih ke konsumen dengan memperoleh air dari pipa sekunder.
Sistem ini terdiri dari Small Distribution Main (pipa pelayanan utama) dan
Service Line dan Service pipe (house connection).

3.5.2 Sistem Pengaliran Distribusi


Sistem pengaliran pada sistem distribusi yang dipergunakan untuk menyediakan
kebutuhan air bersih ke penduduk dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu
(Joko Tri, 2010):
23
1. Sistem GravitasI
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan jauh
berada diatas elevasi daerah pelayanan dan sistem ini dapat memberikan
energi potensial yang cukup tinggi hingga pada daerah pelayanan terjauh.
Sistem ini merupakan yang paling menguntungkan karena pada
pengoperasian dan pemeliharaannya mudah dilakukan.

Gambar 3. 1 Sistem Gravitasi

2. Sistem Pompa
Sistem ini digunakan bila beda elevasi antara sumber air atau instalasi
dengan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup,
sehingga air yang akan didistribusikan dipompa langsung ke jaringan
distribusi. Kelemahan sistem ini yaitu dalam hal biaya yang besar karena
dibutuhkan pompa untuk pengalirannya.’
Gambar 3. 2 Sistem Pompa

24
3. Sistem Kombinasi

Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air baku dari sumber air
atau instalasi pengolahan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan
menggunakan pompa atau reservoir distribusi, baik dioperasikan secara
bergantian ataupun bersama-sama dan disesuaikan dengan keadaan
topografi daerah pelayanan.

Gambar 3. 3 Sistem Gravitasi

3.6 Reservoir Distribusi


Reservoir adalah bangunan penampung air sebelum dilakukan pendistribusian
ke konsumen atau masyarakat. Reservoir ini dapat ditempatkan di permukaan
tanah atau di atas permukaan tanah. Bangunan ini biasanya diletakkan di dekat
jaringan distribusi dengan ketinggian yang cukup untuk dapat mengalirkan air
secara baik dan merata ke seluruh daerah konsumen. Perbedaan kapasitas pada
jaringan transmisi yang menggunakan kebutuhan maksimum per hari dengan
kebutuhan pada jam puncak untuk sistem distribusi, menyebabkan
dibutuhkannya reservoir distribusi. Saat pemakaian air berada di bawah rata-
rata, reservoir akan menampung kelebihan air untuk digunakan saat pemakaian
maksimum.
(Joko Tri, 2010)
25

Fungsi dari Reservoir Distribusi ini adalah menyimpan air untuk mengatasi
fluktuasi pemakaian air yang berubah tiap jam, mendistribusikan air ke daerah
pelayanan, dan menyimpan cadangan air untuk pemadam kebakaran.
Reservoir distribusi dapat ditempatkan di lokasi yang relatif tinggi pada daerah
perencanaan dan sedapat mungkin terletak di pusat atau di lokasi yang terdekat
dengan daerah pelayanan.

Jika sistem distribusi air tidak dapat dilakukan secara gravitasi akibat tidak
adanya lokasi yang tidak cukup memadai, maka reservoir dapat ditempatkan di
dalam tanah (ground reservoir) dengan menara air (elevated reservoir) yang
terletak di atas permukaan tanah. Kapasitas reservoir ditentukan dari grafik
fluktuasi pemakaian air selama sehari penuh (24 jam) dengan mengambil jumlah
persentase dari surplus maksimum dan defisit minimum. Ditambah dengan
sejumlah cadangan untuk keperluan mendadak yang nantinya dapat dipakai
untuk mengatasi bahaya kebakaran. Kapasitas reservoir ini juga harus mampu
mengatasi kebutuhan air di saat puncak. (Arya Rezagama, 2016)
26

Anda mungkin juga menyukai