TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Sumber daya air merupakan cabang produksi penting dan menguasai hajat
hidup orang banyak yang dikuasai oleh negara untuk dipergunakan bagi sebesar-
besar kemakmuran ralgratPerencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk
menentukan tindakan yang akan dilakukan secara terkoordinasi dan terarah dalam
rangka mencapai tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air. Rencana Pengelolaan
Sumber Daya Air adalah hasil Perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang
diperlukan untuk menyelenggarakan Pengelolaan Sumber Daya Air (UU RI
No.17/2019).
3. Air Hujan
Air hujan kuantitasnya tidak terbatas, tetapi tidak bisa digunakan sebagai
sumber air baku karena sifatnya yang tidak kontinu/ terus-menerus tersedia,
dan juga dari segi kualitas kandungan mineralnya kurang, sehingga hanya
digunakan untuk sistem individual. Dalam keadaan murni air hujan sangat
bersih, namun karena adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh
kotoran-kotoran industri atau debu, maka untuk menjadikan air hujan
sebagai air minum hendaknya melakukan proses pengendapan terlebih
dahulu. Selain tu air hujan juga memiliki sifat yang korosif.
4. Mata Air
Mata air merupakan suatu tempat di daratan Bumi yang dapat mengeluarkan
pancaran air yang berasal dari dalam bumi atau dari tanah maupun dari
pegunungan. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak
terpengaruh oleh musim dan kualitas maupun kuantitasnya sama dengan
keadaan air dalam.
n ( ∑ Xi Yi )− ( ∑ Xi )
( ∑ Yi )
b= 2
n ( ∑ Xi2 )−( ∑ Xi )
2. Metode Logaritma
Metode ini didasarkan pada pertambahan penduduk rata-rata tahunan.
Persamaan umumnya (Al-layla, 1978):
Y = a.bx
Persamaan di atas dapat dikembalikan kepada model linier dengan
mengambil logaritma napirnya (ln), dimana:
Y = a + b.lnX
a=
∑ Yi−b×(∑ Ln( Xi ))
n
b=
[ n×( ∑ Ln (Xi )×Yi )−( ∑ Ln( Xi ))×( ∑ Yi )
n×( ∑ (Ln Xi)2 )−( ∑ Ln Xi )2 ]
Dimana: Y = Nilai variabel Y berdasarkan garis regresi, populasi ke – n;
X = Bilangan independen, bilangan yang dihitung dari tahun
awal;
A = Konstanta;
B = Koefesien arah garis (gradien) regresi linier;
n = Banyak data
3. Metode Eksponensial
Metode ini juga mengacu pada tingkat pertumbuhan penduduk tiap
tahunnya. Persamaannya adalah (Al-layla, 1978):
Y = c dx
∑ lny−b (∑ x )
2
Ln a=
n
n ( ∑ x ln y ) − ( ∑ x ∑ ln y )
b= 2
n ( ∑ x2 ) − ( ∑ x )
Y = a.Xb
ln Y = ln a + b.ln X
Ln a=
∑ Ln Yi−b( ∑ Ln (Xi ))
n
√
n( ∑ xi )−( ∑ xi )
2 2
S=
n( n−1)
r =±
√ 1−
∑ ( y i − y ' )2
∑ ( y i− ȳ )2
Dimana:
xI = P – P’
yI =P = Jumlah penduduk awal
ȳ = Pr = Jumlah penduduk rata-rata
a. Nilai Korelasi ( r )
Pertimbangan untuk pemilihan proyeksi penduduk berdasarkan nilai
koefisien korelasi diambil dari pernyataan seberapa dekat hubungan antar
variabel X dan Y, dalam pengambilan pernyataan nilai korelasi ini digunakan
pernyataan yang menyatakan r = 1 atau mendekati 1, karena angka-angka
tersebut diperkirakan mempunyai hubungan yang sempurna antara X dan Y.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini :
Koefisien korelasi
R=
[ n×( ∑ XY ) ]− [ ( ∑ X )×( ∑ Y ) ]
√ [ n( ∑ X 2
)−( ∑ X )
2
] ×[ n ( ∑ Y 2 2
)−( ∑ Y ) ]
SD=
√ ∑ ( y 1 −Y n ) 2
n−2
Dimana :
SD = Standar deviasi
Yi = Penduduk awal tahun
Yn = Jumlah penduduk pada waktu n tahun mendatang
Dengan adanya nilai r dan SD dari ketiga metode di atas, maka harus
dipilih salah satu dari metode tersebut untuk digunakan pada perhitungan
selanjutnya yaitu untuk menghitung proyeksi penduduk daerah pelayanan
sampai tahun perencanaan.
Pemilihan metode tersebut dengan pertimbangan pada :
1. Koefisien (r) harus bernilai 1 atau -1 dan atau mendekati keduanya.
2. Standar deviasi (SD) harus yang paling kecil. Karena nilai standar deviasi
yang kecil menunjukan bahwa data yang didapat dari proyeksi tidak berbeda
jauh dengan data aslinya.
2. River Intake
River Intake terdiri atas sumur beton berdiameter 3 – 6 m yang dilengkapi
2 atau lebih pipa besar yang disebut penstock. Pipa-pipa tersebut dilengkapi
dengan katup sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala.
Air yang terkumpul dalam sumur kemudian dipompa dan dikirim kedalam
instalasi pengolahan. River Intake terletak pada bagian hulu kota untuk
menghidari pencemaran oleh air buangan.
3. Lake Intake
Lake Intake terdiri atas satu atau lebih pipa bell-mouthed yang dipasang di
dasar danau. Bell-mouthed ditutup dengan saringan (screen). Sebagai
penyangga pipa dibuat jembatan yang menghubungkan pipa dari danau
menuju tempat pengolahan air.
4. Canal Intake
Canal Intake terdiri atas sumur beton yang dilengkapi dengan pipa bell-
mouthed yang terpasang menghadap ke atas. Terdapat saringan halus pada
bagian atas untuk mencegah masuknya ikan-ikan kecil dan benda-benda
terapung. Ruangan juga dilapisi dengan saringan dari kerikil.
A. Komponen Intake
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu:
1. Bangunan sadap
Bangunan ini berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur
pengumpul.
2. Sumur pengumpul (sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area
yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar
sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.
Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat
dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul berfungsi untuk
menyaringpadatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku.
Penyaringan kasar (screening) dimaksudkan untuk menyaring benda-benda
kasar terapungatau melayang di air agar tidak terbawa ke dalam unit
pengolahan. Contoh benda – benda kasar yaitu daun, plastik, kayu, kain, botol
plastik, bangkai binatang, dan sebagainya. Screening biasanya menjadi bagian
dari suatu bangunan penyadap air yang terdiri atas batang-batang besi yang
disusun berjajar/paralel (selanjutnya disebut screen). Screening juga sering
ditempatkan pada saluran terbuka yang menghubungkan sungai (sumber air)
menuju ke bak pengumpul.
Dalam pengoperasiannya, air akan mengalir melalui bukaan (space) di
antara batang besi. Bila air membawa benda kasar, maka benda ini akan
tertahan oleh besi berjajar tersebut. Benda kasar yang tetahan dalam batang –
batang screen akan menurunkan luas bukaan sehingga menghambat laju
aliran air yang berakibat pada terjadinya penyumbatan dan meningkatkan
kehilangan energi aliran atau headloss. Headloss biasanya dihitung pada
kondisi screen bersih dan pada kondisi screen setengah tersumbat.
4. Pompa intake (dengan Bell Mouth Strainer, discharge valve, dan aksesoris
lainnya)
a. Strainer
Untuk menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu
direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan, yaitu:
Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan
dianjurkan untuk berada pada batas rendah untuk mencegah
masuknya padatan dasar badan air.
Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm
Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang
b. Pipa suction dan discharge
Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt
c. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam
pengontrolan aliran, penggantian dan perawatannya.
B. Kriteria Desain Intake
1. Bell Mouth Strainer
Kecepatan melalui lubang strainer 0,15 – 0,3 m/dtk
Letak strainer 0,6 – 1 m dibawah tinggi muka air minimum
2. Sumuran pengumpul
Dasar sumuran diambil 1 m dibawah strainer
Konstruksi harus kuat dan penempatan pipa dan perlengkapannya
dapat mudah dioperasikan dan dipelihara
Waktu detensi tidak lebih dari 20 menit
2. Pipa penyalur air baku dengan pengaliran grafitasi
Kecepatan aliran 0,6 – 1,5 m/dtk untuk mencegah iritasi dan
sedimentasi pada pipa
Ukuran diameter pipa ditetapkan dengan menjaga aliran 0,6 m/dtk
pada saat level air terendah, dan tidak lebih dari kecepatan aliran
1,5 m/dtk pada saat level air tertinggi.
3. Pipa penyalur air baku dengan pengaliran menggunakan pompa
Kecepatan aliran berkisar antara 1 – 1,5 m/dtk dengan pengaturan
diameter sama seperti kriteria pipa penyalur secara gravitasi
Pusat pompa ditempatkan tidak kurang dari 3,7 m di bawah level
air
terendah dan tidak lebih dari 4 m diatas level air terendah
5. Screen
Jarakantar kisi adalah 25,4 – 76,2 mm
Lebar kisi 0,25 – 5 inch
Kemiringan kisi 30o – 45o dari horizontal
Kehilangan tekanan pada kisi 0,01 – 0,8 m
2. Keuntungannya:
a. Kapasitas bebas
b. Ukuran bervariasi
3. Kerugiannya:
a. Harus mengikuti kontur
b. Kemungkinan kehilangan air sangat besar
c. Kemungkinan terjadi gangguan
d. Kecepatan dipengaruhi oleh kemiringan saluran
b. Saluran Tertutup
Biasanya saluran tertutup digunakan untuk mengalirkan air dari intake ke
bangunan pengolahan dan bekerja pada tekanan atmosfir. Berdasarkan
letaknya, ada dua tipe saluran tertutup yaitu pada permukaan tanah dan di
atas permukaan tanah.Debit yang masuk ke saluran tertutup maupun terbuka
dapat dihitung dengan persamaan menurut Schaum(1986), dapat dilihat
sebagai berikut:
Q =A× v
Dimana:
Q = Debit (m3/dtk)
A = Luas penampang saluran (m2)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
Kecepatan air dihitung dengan rumus Manning:
1 2/ 3 1/ 2
v= r s
n
Dimana:
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
n = Koefisien Manning
r = Jari-jari hidrolis
s = Kemiringan saluran
2
L. v
hL = f
D.2g
Dimana:
hL = Kehilangan tekanan (m)
f = Faktor gesekan
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/dtk)
g = Percepatan grafitasi (m/dtk2)
2. Unit Penguras
Unit penguras berfungsi untuk mengeluarkan endapan pada saluran.
Endapan (sludge) ini terjadi mungkin karena sistemnya lama tidak digunakan
atau karena kecil kecepatan airnya. Penempatannya pada tempat terendah pada
jaringan pipa dan jalur mendatar (tanpa cabang) yang berjarak (1-1,25) km.Alat
ini biasa dipasang untuk transmisi air baku tetapi bisa juga dipasang di pipa
transmisi air bersih untuk membuang air, endapan atau kotoran pada saat ada
perbaikan pipa. Di sistem distribusi juga perlu dipasang alat ini di tempat-
tempat yang tepat.
5. Crossing
Digunakan pada penyeberangan jalan dan jalur kereta api.
8. Fitting (Sambungan)
Jenis-jenis sambungan beserta fungsinya:
a. Joint
Berfungsi untuk menyambungkan pipa dengan diameter sama.
b. Reducer
Berfungsi untuk menyambungkan pipa dengan diameter berbeda.
c. Elbow/Bend/Knee dan Tee/Cross
Elbow, bend, knee berfungsi merubah arah aliran. Tee/cross berfungsi
untuk membagi aliran.
d. Caps, Plug atau Blind Hange
Berfungsi untuk menutup dan menghentikan aliran pada ujung saluran
pipa.
10. Pompa
Pompa ini dikelompokkan atas 3 jenis:
a. Jenis putar, seperti: pompa sentrifugal, mixed flow axial, dan regeneratif.
b. Jenis langkah positif, seperti: pompa torak, pompa sudut, dan
pompatangan.
c. Jenis khusus, seperti: pompa vortex, gelembung uap, dan pompa jet.
Jenis pompa yang paling banyak digunakan adalah pompa jenis putar,
karena:
a. Ukurannya kecil dan ringan
b. Dapat memompa terus menerus
c. Bekerja tanpa gejolak
d. Konstruksi sederhana dan mudah dioperasikan
2) Pompa submersibel
Motor listrik pompa jenis ini terpasang langsung pada rumah pompa
dan merupakan konstruksi yang terpadu. Penyambungan ke atas hanya
dengan pipa keluar dan kabel penghantar daya listrik.
Kelebihan dan ciri pompa submersibel:
a. Tidak memerlukan bangunan pelindung untuk pompa
b. Tidak menimbulkan kebisingan
c. Konstruksi sederhana, karena tidak ada poros penyambung dan
bantalan perantara
d. Pompa dapat bekerja pada putaran tinggi
e. Mudah dipasang
f. Harga relatif murah
Ht
ρ×g×Q×H
Pw=
η
Dimana:
Q = Debit maksimal satu hari (watt)
H = Total head
η
= Efisiensi pompa
2.4.2.1 Energy Grade Line (EGL) dan Hydraulic Grade Line (HGL)
1. Energy Grade Line (EGL)
Garis gradien energi (Energy Grade Line) adalah garis yang
menghubungkan sederatan titik-titik yang menandakan energi tersedia
dalan meter-newton per newton untuk titik sepanjang pipa sebagai ordinat,
yang digambarkan terhadap jarak sepanjang pipa sebagai absis. Jika
disetiap titik sepanjang suatu sistem pipa, suku p/γ ditentukan serta
digambar sebagai jarak vertikal diatas sumbu pipa, maka tempat
kedudukan titik-titik adalah garis gradien hidrolik.
2
v P
+ +Z
2g γ
Dimana:
2
v
= Minor Losses/ kerugian kecil
2g
γ = ρ.g
ρ = Massa jenis cairan (kg/m3)
g = Kecepatan grafitasi (m/det2)
P = Tekanan (Newton)
a) Prasedimentasi
Prasedimentasi merupakan bak pengendap material pasir dan lain-lain yang
tidak tersaring pada screen. Pada umumnya bentuk dari bak prasedimentasi adalah
segi empat dan melingkar. Pada unit ini tidak ada penambahan bahan kima, dan
pengendapan digunakan pengendapan secara gravitasi.
Bak prasedimentasi ini direkomendasikan dalam pengolahan air baku
dengan tingkat kekeruhan lebih dari 10000 NTU dengan penghilangan yang
dicapai dari 65 – 80% yang dilengkapi dengan sarana pegendalian dan
pengukuran debit air yang akan diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA).
Efesiensi pemisahan kekeruhan dapat mencapai 40 – 60%. Illutrasi umum unit
prasedimentasi dapat dilihat pada gambar Gambar 2.3.
Gambar 2.1 Denah dan Potongan Unit Prasedimentasi
Sumber: Joko, 2010
Kriteria desain unit prasedimentasi ditunjukan pada Tabel 2.7 berikut.
Tabel 2.5 Kriteria Desain Unit Prasedimentasi
Parameter Nilai Satuan
Jumlah basin minimum 2 -
Kedalaman basin 3,5 – 5 m
Rasio Panjang : kedalaman
6:1 -
minimum
Rasio Panjang : lebar 4:1–8:1 -
Surface loading 200 – 400 m3/m2.hari
Kecepatan horizontal 0,05 – 0,07 m/s
Waktu detensi 6 – 15 Menit
Sumber: Crittenden dkk, 2012
b. Unit Koagulasi
Koagulasi adalah proses stabilisasi partikel-partikel koloid. Partikel-partikel
tersebut harus dilapisi dengan suatu lapisan pengikat kimia yang menjadikannya
berflokulasi (aglomerasi) dan diam dalam waktu tertentu. Pengadukan cepat
merupakan bagian dari koagulasi, yang bertujuan untuk mempercepat dan
meratakan zat-zat kimia yang digunakan untuk pengolahan air. Proses koagulasi
dapat terjadi dengan dua cara yaitu:
1. Destabilisasi/eliminasi stabilitas partikel dalam suspensi dengan menetralisir
muatan dengan suatu elektrolit dengan garam atau kedua cara diatas;
2. Penambahan absorban, serentak pada permukaan sebagai usaha untuk
meningkatkan daya atraksi inter-molekuler guna mendapatkan aglomerasi
yang kuat.
Koagulan yang biasa digunakan adalah alum (aluminium sulfat) dan garam-
garam besi, dengan alum sebagai agen yang paling banyak digunakan. Selain itu
juga digunakan polimer-polimer kation, anion dan non ionik sintetis yang
merupakan koagulan-koagulan yang efektif tetapi biasanya lebih mahal dari
senyawa-senyawa alami.
Menurut Kawamura (2000) pengadukan cepat pada proses ini terdiri dari
beberapa tipe yaitu:
1. Pengadukan mekanis
Pengadukan menggunakan alat pengaduk berupa impeller yang digerakan
dengan motor bertenaga listrik. Pengadukan mekanis tidak dianjurkan untuk
sistem pengoalahan yang kontiniu dikarenakan ada kemungkinan short-circuit
pada aliran. Selain itu terdapat kesukaran dalam menganalisis berbagai gaya yang
ada pada pengaduk. Hal ini yang menyebabkan kegagalan di instalasi sehingga
biaya untuk pemeliharaan yang tinggi.
2. Pengadukan Pneumatis
Pengadukan Pneumatis adalah tipe yang menggunakan peralatan aerasi
sebagai pengadukan. Beda berat jenis antara gelembung udara hasil aerasi dengan
air mengakibatkan gelembung naik ke permukaan dan mendorong air yang
dilewatinya. Variasi gradien kecepatan dapat diperoleh dengan memvariasikan
debit aliran udara. (Sincero dan Sincero, 2003)
3. Pengadukan Hidrolis
Pengadukan yang memanfaatkan gerakan air sebagai tenaga pengadukan.
Sistem pengadukan ini menggunakan energi hidrolik yang dihasilkan dari suatu
aliran. Energi hidrolik dapat berupa energi gesek, energi potensial (jatuhan) atau
lompatan hidrolik.
c. Unit Flokulasi
Flokulasi merupakan suatu proses penggabungan flok-flok hasil
koagulasi dengan pengadukan lambat sehingga dapat menghasilkan flok-
flok besar untuk diendapkan. Proses ini akan menghasilkan endapan
lumpur, untuk itu harus disediakan ruang lumpur pada tiap-tiap
kompartemennya. Ada berbagai cara yang digunakan untuk melakukan
pengadukan lambat (flokulasi) misalnya tangki dengan paddle yang
digerakkan secara mekanis, flokulator pneumatic. Peralatan hidrolis yang
digunakan adalah pipa, buffled, channel, flokulator dan tangki aliran spiral.
Perhitungan head loss dibuat dari prinsip-prinsip fluida. Banyak studi
menunjukkan bahwa efisiensi flokulasi berhubungan dengan nilai gradien
kecepatan (G).
Secara umum, tipe flokulasi yang sering digunakan yaitu flokulasi
mekanis dan flokulasi hidrolis dengan saluran penyekat (baffle channel).
Flokulasi mekanis dapat dibedakan menjadi :
1. Flokulasi dengan sumbu pengaduk vertikal berbentuk turbin;
2. Flokulasi dengan sumbu pengaduk horizontal berbentuk paddle;
3. Unit-unit lain yang telah dipatenkan seperti walking bean, floksilator
dan NU-treat.
Unit flokulasi hidrolis dengan saluran bersekat dapat dibedakan
atas :
1. Unit saluran flokulasi berpenyekat dengan arah aliran horizontal;
2. Unit saluran flokulasi berpenyekat dengan arah aliran vertical.
2. Pengadukan Hidrolis
Pengadukan Hidrolis adalah pengadukan lambat dengan mengandalkan
energi hidrolis suatu aliran. Jenis pengadukan hidrolis yang sering digunakan
adalah Baffled Channels. Energi pengadukan Baffled channels berasal dari friksi
pada dinding saluran pada saluran lurus dan turbulensi pada belokan. Keunggulan
pengadukan dengan cara ini adalah pengendalian terhadap pengadukan mudah dan
kapasitas dapat ditingkatkan dengan mudah.
Ilustrasi ketiga tipe flokulator yang umum digunakan ini dapat dilihat pada
Gambar 2.5 berikut.
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.2 Desain dan Alur Jenis – Jenis Flocculator (a)
Vertical Shaft Flocculator (b) Horizontal Shaft Flocculator (c)
Baffled Channels Floccuator
(Sumber: Crittenden dkk, 2012)
d. Unit Sedimentasi
Sedimentasi merupakan tempat terjadinya proses pengendapan
setelah penambahan zat kimia pada proses koagulasi dan flokulasi.
Partikelnya bersifat flokulan pada suspensi encer. Untuk meningkatkan
kapasitas bak dan efisiensi dipasang tube settler. Proses pengendapan
menghasilkan lumpur biologis. Lumpur ini ditampung pada zone settling
yang terletak dibagian bawah bak sedimentasi. Untuk proses pengolahan
lumpur dapat dilakukan dengan cara thickening dan digester.
Tujuan Sedimentasi:
1. Mendapatkan effluent yang lebih jernih;
2. Memisahkan pasir;
3. Memisahkan partikel material pada bak pengendapan;
4. Memisahkan bioflok proses biologi;
5. Memisahkan chemical flok proses koagulasi dan flokulasi kimia;
6. Mendapatkan concentrated sludge pada proses sludge thickeness.
Dalam unit sedimentasi terdapat 4 (empat) zona, yaitu: zona inlet,
zona pengendapan atau settling zone, ruang lumpur, zona outlet.
Sedangkan jenis-jenis bak sedimentasi yang bisa digunakan antara lain
adalah: rectangular/persegi panjang dan circular/lingkaran. Jenis aliran air
ada yang berupa aliran horizontal, vertikal, dan radial.
Terdapat dua tipe dari unit sedimentasi, yaitu:
1. Klarifikasi golongan I
Merupakan suatu unit tempat terjadinya pengendapan partikel
diskrit secara gravitasi, yaitu pengendapan dengan berat sendiri tanpa
adanya penambahan zat kimia. Dimanfaatkan pada proses prasedimentasi.
Tujuan pengendapannya adalah untuk menurunkan tingkat kekeruhan agar
lebih mudah diolah dan mengurangi pemakaian zat kimia pada proses
selanjutnya. Kecepatan mengendap partikel dipengaruhi oleh berat jenis
dan diameter partikel dalam air baku.
2. Klarifikasi golongan II
Merupakan tempat terjadinya pemisahan partikel flokulan dari
suspensi setelah terlebih dahulu mengalami proses koagulasi dan flokulasi.
Kecepatan pengendapan tergantung dari pembentukan flok. Untuk
meningkatkan kapasitas bak dan efisiensi dipasang tube settler. Tube
settler ini bentuknya dapat beraneka ragam, diantaranya berbentuk segi
enam (hexagon), sarang tawon, dan segi empat. Sedangkan bahan tube
settler ini umumnya terbuat dari bahan fiber glass karena tahan air dan
ringan. Dengan dipasangnya tube settler ini kecepatan mengendap lebih
besar sehingga efisiensi meningkat pula. Proses pengendapan ini sendiri
akan menghasilkan lumpur biologis yang nantinya akan diolah lagi dengan
thickening dan digester.
e. Unit Filtrasi
Didefinisikan sebagai proses pemisahan antara solid-liquid dengan
melewatkan cairan melalui suatu media berpori atau material porus lainnya
untuk menghilangkan sebanyak mungkin zat padat terlarut. Terdapat
beberapa jenis filtrasi, yaitu:
1. Saringan pasir cepat (rapid sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya digunakan untuk mengolah air minum
dan industri, mudah terjadi clogging, sehingga diperlukan pencucian
dengan menggunakan aliran yang berlawanan dengan arah penyaringan.
2. Saringan pasir lambat (slow sand filter)
Filtrasi jenis ini umumnya digunakan untuk mengolah air dengan
tingkat kekeruhan kecil atau sama dengan 50 ppm, pencucian dapat
dilakukan setelah beberapa minggu atau bulan, zat tersuspensi dan koloidal
akan tertahan pada lapisan atas filter, clogging dapat diatasi dengan
melakukan pengikisan pada bagian atas.
3. Filter Bertekanan
Klasifikasi filter berdasarkan media yang digunakan:
Media tunggal, mempunyai satu tipe media, biasanya pasir atau
antrasit;
Media ganda, terdiri dari dua media yaitu pasir dan antrasit;
Multi media, terdiri atas beberapa media yaitu pasir, kerikil dan
antrasit.
f. Unit Desinfeksi
Desinfeksi merupakan suatu proses yang menggunakan zat kimia
yang berfungsi untuk membunuh mikroorganisme patogen. Pada unit ini
digunakan klorin karena selain efektif untuk membunuh mikroorganisme
patogen juga murah dan banyak tersedia dipasaran selain itu juga
menghasilkan residu yang penting agar selama diperjalanan ke konsumen
air tersebut terbebas dari mikroorganisme yang tidak diinginkan, sehingga
air hasil pengolahan tetap aman sebagai sumber air minum. Reaksi
desinfeksi ini dipengaruhi oleh: temperatur, aliran air , kualitas air dan
waktu kontak.
Metoda pembubuhan klorin:
1. Prachlorinasi, yaitu klorin ditambahkan langsung pada air baku,
bertujuan untuk mengurangi bakteri yang akan melewati filter sehingga
beban filter dapat dikurangi;
2. Dastchlorinasi, yaitu klorin ditambahkan pada air hasil filtrasi,
dibubuhkan saat outlet;
3. Break point, yaitu penambahan klorin ketika terjadi titik break point
dari residu klorin kombinasi menjadi klorin bebas.
Tipe reservoir :
a. Ground reservoir
Digunakan jika muka air lebih rendah dari daerah pelayanan, sehingga
dibutuhkan pompa untuk menaikan tekanan
b. Elevated reservoir
Digunakan jika muka air lebih tinggi dari daerah pelayanan.
Jenis-jenis reservoir :
a) Berdasarkan posisi reservoir terhadap jaringan perpipaan:
1. Reservoir langsung
a. Terletak antara sungai atau transmisi yang panjang dengan daerah
pelayanan
b. Air langsung dialirkan ke reservoir
c. Pengoperasian jelas, pengukuran volume masuk dan keluar, dan
sumber air dapat berbeda-beda
Keuntungan:
a. Fluktuasi di daerah pelayanan kecil
b. Persediaan air dialirkan dan dinaikkan ke reservoir
c. Aliran air ke daerah pelayanan hanya satu arah
2. Reservoir oposisi atau berhadapan
a. Letaknya terlihat dari daerah aliran yaitu di belakang daerah
pelayanan
b. Jika air tidak digunakan di daerah pelayanan, dipompakan ke
reservoir
c. Saat pemakaian tinggi, air dipompakan ke daerah pelayanan dan
dialirkan dari resevoir
d. Kondisi hidrolis dan pengukuran teknis sulit dan tidak jelas;
e. Tidak diperkenankan sumber air yang berbeda-beda
Keuntungan:
a. Sebagian air tidak digunakan di daerah pelayanan masuk ke reservoir
b. Garis tekanan hidrolis saat kebutuhan puncak lebih datar, kehilangan
tekanan lebih kecil karena daerah pelayanan dilayani oleh sumber
dan Q lebih kecil
c. Keamanan operasional teradap pipa dan gangguan lebih besar
Kerugian:
a. Fluktuasi tekanan di daerah pelayanan lebih besar, saat pengisian
reservoir tinggi tekanan di daerah pelayanan di atas muka air
reservoir
b. Pergantian air dalam reservoir harus diperhatikan
3. Reservoir kontrol
a. Reservoir terletak di tengah daerah pelayanan
b. Reservoir kontrol yang terbaik bila dapat berfungsi sebagai reservoir
langsung dan atau reservoir berhadapan
Keuntungan:
a. Lebih ekonomis dan jaringan lebih pendek
b. Tekanan merata dengan kehilangan tekan minimal
Kerugian:
a. Sulit karena tergantung bentuk tanah
b. Elevasi pembebasan tanah dan elevasi
b) Berdasarkan tekanan:
a. Reservoir tinggi ( High Pressure Resevoar)
a. Pengaliran dilakukan secara gravitasi
b. Reservoir terletak pada elevasi tinggi
c. Dapat berupa ground reservoar atau menara air tergantung kondisi
tanah
A %=
∑ surplus +∑ defisit
2
3. Perpipaan distribusi
Sistem perpipaan distribusi adalah sistem untuk mendistribusikan air pada
setiap konsumen melalui Sambungan Rumah (SL) ataupun melalui Hidran
Umum (HU).
Sistem Perpipaan Distribusi :
1. Pola loop (AL-Layla,1978)
a. Terdiri dari pipa induk dan pipa cabang yang saling berhubungan satu
sama lain sehingga membentuk loop, tanpa memiliki ujung mati
b. Perhitungan pipa biasa dilakukan dengan rumus Hardy Croos
c. Biasanya digunakan pada daerah yang bentuk dan penyebarannya merata
ke segala arah.
Keterangan:
R = Reservoar
A = Daerah Pelayanan
Keuntungannya:
a. Bila ada kerusakan pada bagian pipa, maka daerah lain masih bisa
mendapatkan air karena aliran bukan satu arah saja
b. Tekanan air dapat dikatakan merata, sehingga distribusi air minum
dapat merata pula.
Kerugiannya:
a. Gradasi ukuran pipa tidak jelas
b. Diperlukan banyak katup
c. Perhitungan Sulit.
Dimana :
R = Reservoar
A = Daerah pelayanan
Keuntungannya:
a. Banyaknya daerah mati diujung pipa
b. Banyak sekali dibutuhkan glow off katup penguras dan pengurasan
dilakukan pada waktu-waktu tertentu
c. Bila terjadi kerusakan pipa, maka daerah ini di bawahnya tidak
mendapatkan air bila dilakukan perbaikan pipa.
Dimana :
R = Reservoir
A = Daerah pelayanan
2. Reservoir
Reservoir berfungsi sebagai tempat ekualisasi aliran dan tekanan bagi
pelayanan kebutuhan air minum penduduk. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
merancang reservoir adalah :
1. Volume reservoir
Volume ditentukan berdasarkan tingkat pelayanan dengan memperhatikan
fluktuasi pemakaian dalam satu hari di satu kota yang akan dilayani.
2. Tinggi elevasi energi
Elevasi energi reservoir harus bias melayani seluruh jaringan distribusi.
Elevasi energi akan menentukan sistem pengaliran dari reservoir menuju
jaringan distribusi. Bila elevasi energy pada reservoir lebih tinggi dari
sistem distribusi maka pengaliran dapat dilakukan secara gravitasi. Untuk
kondisi sebaliknya, bila elevasi energy lebih rendah dari jaringan distribusi
maka pengaliran dapat dilakukan dengan menggunakan pompa.
3. Letak reservoir
Reservoir diusahakan terletaak di dekat dengan daerah distribusi. Bila
topografi daerah distribusi rata maka reservoir dapat diletakkn di tengah-
tengah daerah distribusi. Bila topografi naik turun maka reservoir
diusahakan diletakkan pada daerah tinggi sehingga dapat mengurangi
pemakaian pompa dan menghemat biaya.
4. Pemakaian pompa
Jumlah pompa dan waktu pemakaian pompa harus bisa mencukupi
kebutuhan pengaliran air.
5. Konstruksi reservoir
A. Ambang bebas dan dasar bak
a. Ambang bebas minimum 30 cm diatas muka air tertinggi
b. Dasar bak minimum 15 cm dari muka air terendah
B. Inlet dan outlet
a. Posisi dan jumlah pipa inlet ditentukan berdasarkan pertimbangan bentuk
dan struktur tanki sehingga tidak ada daerah aliran yang mati
b. Pipa outlet dilengkapi dengan saringan dan diletakkan minimum 10 cm
diatas lantai atau pada muka air terendah
c. Perlu memperhatikan penempatan pipa yang melaui dinding reservoir
harus dapat dipastikan dinding kedap air dan diberi flexible-joint
d. Pipa inlet dan outlet dilengkapi dengan gate valve
e. Pipa peluap dan penguras memiliki diameter yang mampu mengalirkan
debit air maksimum secara gravitasi dan saluran outlet harus terjaga dari
kontaminasi luar.
C. Ventilasi dan manhole
a. Reservoir dilengkapi dengan ventilasi, manhole, dan alat ukur tinggi
muka air
b. Tinggi ventilasi ±50 cm dari atap bagian dalam
Ukuran manhole harus cukup untuk dimasuki petugas dan kedap air.
Kriteria perencanaan reservoir menurut (kawamura, 2000; Schulz-Okun,
1984 dan Al-Layla, 1978) adalah :
a. Pipa intake diletakan minimal 10 cm diatas lantai bak atau permukaan air
minimum dan dilengkapi dengan strainer
b. Kemiringan dasar bak menuju outlet 1/500 – 1/1000;
c. Terdapat pipa peluap dan pipa penguras yang mampu mengalirkan debit
maksimum secara gravitasi serta dilengkapi dengan gate valve;
d. Reservoir harus dilengkapi dengan ventilasi untuk memberikan sirkulasi
e. Reservoir dilengkapi dengan manhole untuk memudahkan pemeliharaan
unit