Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Dasar Pemikiran...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................2
D. Sistematika Penulisan...................................................................................2
BAB II TEORI KEPRIBADIAN PANDANGAN KONSTITUSIONAL DAN
GENETIK: WILLIAM HERBERT SHELDON..............................................3
A. Riwayat Hidup William Herbert Sheldon....................................................3
B. Pokok-pokok Teori William H. Sheldon.....................................................4
C. Analisis Tingkah Laku Fisik Pada Dimensi Tempramen Sheldon............11
D. Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-ganguan Kejiwaan...................15
E. Faktor-faktor yang Menjadi Perantara dalam Hubungan antara Jasmani dan
Tingkah Laku.............................................................................................15
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................18
A. Persamaan dan Perbedaan Para Ahli dalam Membahas Teori
Konstitusional William H. Sheldon...........................................................18
B. Kekurangan dan Kelebihan Para Ahli dalam Membahas Teori
Konstitusional William H. Sheldon...........................................................30
BAB IV PENUTUP...............................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................34
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Dimensi-Dimensi Tempramen.............................................................12


Tabel 3. 1. Dimensi – Dimensi Tempramen (Viscerotonia)..................................22
Tabel 3. 2. Dimensi – Dimensi Tempramen (Somatotonia)..................................24
Tabel 3. 3. Dimensi – Dimensi Tempramen (Cerebrotonia)..................................26
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1. Tipe – Tipe Somatotype...................................................................20


Gambar 3. 2. Distribusi Somatotype Laki-Laki.....................................................20
Gambar 3. 3. Distribusi Somatotype Perempuan...................................................21
Gambar 3. 4. Tempat Kedudukan Somatotype Atas Dasar Komponen Jasmani
Primer..............................................................................................................21
Gambar 3. 5. Distribusi Somatotype Remaja Laki-Laki yang Nakal.....................29
Gambar 3. 6. Distribusi Somatotype Remaja Laki-Laki yang Nakal.....................30
BAB I
PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran
Perkembangan selalu melekat pada diri setiap manusia. Pada prosesnya,
manusia mengalami beberapa hambatan dan kesulitan. Hal ini merupakan suatu
hal yang alamiah, karena tidak ada satupun individu yang mampu berkembang
tanpa suatu masalah yang mungkin masalah-masalah tersebut berawal atau
bermula dari kepribadian.
Salah satu aspek dalam perkembangan adalah fisik. Manusia diciptakan
dengan keunikannya masing-masing, tidak terkecuali bentuk fisik yang menjadi
ciri khas masing-masing individu (Yusuf, 2000). Senada dengan pendapat di atas,
dalam Al-quran jelas dijabarkan bahwa setiap manusia memiliki karakteristik
masing-masing “Sesungguhnya telah kami ciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya” (Q.S. At-Tiin:4).
Fisik adalah bentuk pribadi yang paling terlihan oleh orang lain, maka tidak
heran jika terkadang seseorang menilai manusia hanya dari segi fisiknya saja
tanpa melihat isi dari fisik tersebut. Hal tersebut masuk ke dalam sifat-sifat
jasmaniah merupakan aspek-aspek pokok dari pada kepribadian. Salah satu tokoh
teori kepribadian yang membicarakan perihal fisik atau jasmaniah serta
hubungannya antara jasmani dengan tingkah laku sebagai faktor-faktor penting
untuk menjelaskan tingkah laku manusia adalah William H. Sheldon.
Dari uraian di atas, teori konstutisional dan genetik merupakan bekal yang
harus diperoleh oleh guru bimbingan dan konseling, mengingat pada
pelaksanaannya di sekolah setiap siswa memiliki beragam keunikannya secara
fisik. Dengan memahami karakteristik serta penggolongan kepribadian
berdasarkan fisik, guru bimbingan dan konseling dapat mengetahui kepribadian
siswa lebih dalam sehingga mengetahui tindakan seperti apa yang tepat diberikan
kepada siswa.

B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Seperti apa kerangka teori konstutisional dan genetik?
2. Apa yang menjadi pokok dalam teori kepribadian Sheldon?
3. Apa saja faktor yang menjadi perantara dalam hubungan jasmani dan tingkah
laku menurut Sheldon?

C. Tujuan Penelitian
1. Menjabarkan kerangka teori konstutisional dan genetik.
2. Menguraikan konsep pokok teori kepribadian Sheldon.
3. Menjelaskan faktor yang menjadi perantara dalam hubungan jasmani dan
tingkah laku menurut Sheldon.

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari empat Bab. Bab I adalah
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sistematika
penulisan makalah. Bab II berisi tentang teori konstutisional dan genetik. Bab III
adalah pembahasan yang berisi pendapat para ahli tentang teori konstutisional
dan genetik. Bab IV berisi kesimpulan dan implikasi.
BAB II
TEORI KEPRIBADIAN PANDANGAN KONSTITUSIONAL DAN
GENETIK: WILLIAM HERBERT SHELDON

A. Riwayat Hidup William Herbert Sheldon


William Herbert Sheldon lahir pada tahun 1899 di Warwick, Rhode Island,
dan dibesarkan di sana pula dalam suasana pertanian di pedesaan dan memiliki
hubungan yang erat dengan ayahnya. Ayahnya adalah seorang naturalis dan
peternak, besar pengaruhnya terhadap pandangan mengenai manusia. William H.
Sheldon memperoleh gelar BA pada tahun 1919 setelah menyelesaikan
pendidikannya di Brown University, dan memperoleh gelar MA dari Universitas
Colorado dan memperoleh gelar Ph.D dalam psikologi dari Universitas Chicago
pada tahun 1926. Beliau diangkat menjadi guru besar di Universitas Wisconsin
setelah menyelesaikan studi dalam bidang Kedokteran, hingga akhirnya mendapat
beasiswa untuk melanjutkan studinya di bidang psikiatri (Calvin S. Hall &
Gardner Lindzey, 1993).
Selama masa belajarnya, Sheldon dibimbing oleh C.G. Kung dan Kretschmer
yang pada akhirnya banyak mempengaruhi cara pandang Sheldon terhadap
psikologi. Selain kedua tokoh tersebut, tokoh lain yang mempengaruhi gaya
berpikir Sheldon adalah Viola, Freud, Jung dan William James. Sepulangnya dari
pendidikan pskiatri, Sheldon diangkat menjadi guru besar di Universitas Chigago
pada tahun 1936. Pada tahun 1938 Sheldon pindah ke Universitas Harvard (Calvin
S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).
Beliau bertahan di Harvard hingga terjadi perang dunia 2. Pada tahun 1947
Sheldon diangkat menjadi direktur di Lab. Konsitusi di College of Physician and
Surgeon, Univetsitas Colombia. Sheldon menjadi direktur menggantikan George
Draper yang notabene merupakan perintis berdirinya Constituional Medicine.
Dalam teori Sheldon dikemukakan bahwa struktur jasmani merupakan yang
hal utama yang berpengaruh terhadap tingkah laku manusia. Sheldon
berkeyakinan bahwa kajian psikologi memerlukan “pemahaman mengenai
antropologi fisik dalam hal komponen atau pengaruh struktur fisik dan perilaku–
antropologis dan psikologis–dari stuktur–rangkaian kesatuan perilaku yang
merupakan kepribadian manusia”.

Menurut Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey (1993) istilah konstitusional


dalam konteks kajian psikologis merupakan istilah yang digunakan untuk faktor-
faktor yang dibawa sejak lahir atau dikenal dengan faktor genetik, dan
pengaruhnya terhadap kondisi saat ini dalam kaitan dengan lingkungan. Istilah
konstitusional yang digunakan Sheldon lebih memfokuskan pada fungsi dari
faktor-faktor genetik tersebut yang dapat dilihat dan ukur dalam perkembangan
individu. Konstitusi merupakan aspek yang secara relatif tidak berubah dalam diri
individu. Seperti halnya morfologi tubuh (bentuk dan struktur tubuh), fungsi
kelenjar endoktrin. Sheldon menunjukan bahwa fungsi-fungsi tubuh manusia akan
berdampak pada perilaku manusia.
Selanjutnya cara mengukur struktur jasmani dengan foto-foto yang telah
dibuat standarnya merupakan hal yang penting dipandang dari segi metodologi.
Adapun yang menjadikan landasan sikapnya yang mementingkan jasmani beserta
pengukuran-pengukurannya itu ialah keyakinan yang kuat, bahwa faktor-faktor
keturunan biologis adalah sangat penting dalam menentukan tingkah laku.

E. Pokok-pokok Teori William H. Sheldon


1. Struktur Tubuh (Jasmani)
Psikologi konstitusi menurut Sheldon (dalam Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 1993). merupakan sebuah kajian mengenai aspek-aspek psikologis
dari perilaku manusia yang terkait dengan morfologi dan fisiologis tubuh
manusia. Konstitusi merupakan aspek yang secara relatif tidak berubah dalam
diri individu. Seperti halnya morfologi tubuh (bentuk dan struktur tubuh), fungsi
kelenjar endoktrin. Sheldon menunjukan bahwa fungsi-fungsi tubuh manusia
akan berdampak pada perilaku manusia. Studi yang dilakukan oleh Sheldon
mengenai ukuran dan bentuk tubuh manusia memberikan satu pemahaman bahwa
ketika kita memahami keberadaan manusia (dalam hal ini ketika manusia
terbentuk ), maka kita akan bisa memahami dinamika manusia, bagaimana
manusia merasa, berpikir dan berperilaku.
Dibalik struktur fisik yang teramati, menurut Sheldon ada struktur biologis
yang dinamakan morphogenotype. Morphogenotype berasal dari kata morfologi
dan genotip. Itu adalah struktur, konstruk dan susunan tubuh manusia yang
ditentukan keturunan. Genotip sejak dalam kandungan terus menerus berinteraksi
dengan lingkungan, membentuk struktur, konstruk dan susunan tubuh seperti
yang dapat diamati, inilah yang dinamakan fenotip. Genotip tidak dapat dikenali
secara langsung, dia hanya dapat dikenali melalui pengamatan fenotip. Menurut
Sheldon, morfogenotip sangat penting, bukan hanya sebagai penentu
perkembangan fisik, melainkan juga menjadi penentu dalam membentuk
tingkahlaku. Karena morfogenotipe tidak dapat diukur secara langsung, Sheldon
menyusun somatotype, suatu pengukuran terhadap tubuh, fenotipe untuk
memahami morfogenotip, dengan meyimpulkan nilai-nilai umum dari berbagai
sifat fisik hasil pengukuran fenotip (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).
Sheldon (dalam Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).mengawali
penelitian fisiknya dengan mengukur tubuh responden secara langsung. Namun
dia mengalami kesulitan karena pengukuran tersebut hasilnya tidak konsisten
meskipun dipakai spesifikasi yang cermat dan teknik yang canggih. Ditambah
lagi, tidak mungkiin dapat mengamati variabel yang mempengaruhi fisik tanpa
melihat keseluruhan fisik itu sekali pandang, dan kemudian mengulang-ulang
pengamatan itu. Karena itulah dia kemudian memakai teknik fotografi standar
terhadap semua responden. Subjek difoto dari depan, samping dan belakang.
Prosedur ini dinamakan somatotype performance test, dan foto itu menjadi data
kasar yang dapat dikaji ulang kapan saja dibutuhkan. Sheldon memperoleh tiga
komponen fisik melalui pengamatan terhadap 4000 foto orang mahasiswa laki-
laki. Tiga variabel itu dipilih memakai tiga kriteria pengamatan berikut :
a. Variabel itu dapat dipakai untuk menilai rangking semua subjek
b. Penilai yang berbeda dan bekerja sendiri-sendiri memakai variable itu,
memberi penilaian yang relative seragam terhadap subjek
c. Variabel itu khas, tidak dapat diukur dari kombinasi berbagai variabel
lainnya

Masing-masing variabel diberi nilai 0 sampai 7, sesuai dengan derajat


tampilan variabel pada postur tubuhnya. Foto itu juga diukur dengan cermat
berbagai unsurnya, akhirnya ditemukan 17 ukuran fisik ditambah dengan ukuran
tinggi, berat badan, dapat disimpulkan derajat somatotype seseorang yang
hasilnya sama (berkorelasi tinggi) dengan penilaian somatotype melalui penilaian
somatotype oleh beberapa orang pengamat. Dari temuan ini, Sheldon dan kawan-
kawannya kemudian membuat “mesin somatotip“ yang sangat membantu proses
penelitian. Melalui penelitian bertahun-tahun, dengan subjek yang jumlahnya
puluhan ribu orang, Sheldon terus menerus mengembangkan somatotypenya.
Menurutnya, cara yang paling efisien untuk memperoleh somatotype adalah
dengan memakai tiga macam pengukuran.
a. Ponderal indeks ( tinggi badan dibagi akar pangkat tiga berat badan )
b. Tinggi badan maksimum ( pada saat kematangan dicapai )
c. Trunk indeks (lingkar dada dibagi lingkar perut)

Sheldon (dalam Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).menentukan dan


memberikan ukuran-ukuran daripada komponen-komponen jasmaniah manusia.
Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori untuk mengklasifikasikan dan
mendeskripsikan tubuh manusia saja, tetapi tujuannya lebih jauh lagi, yaitu untuk
mendapatkan apa yang disebutkan “biological identification tag”.
Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis dan biologis memainkan
peranan yang menentukan dalam perkembangan individu. Dia percaya juga,
bahwa orang mungkin mendapatkan representasi dari faktor-faktor tersebut
dengan melalui sejumlah pengukuran yang didasarkan jasmani. Dalam
pandangan Sheldon ada suatu struktur biologis hipotesis, yaitu morphogenotipe
yang menjadi dasar jasmani yang nampak (fenotipe), dan yang memainkan
peranan penting dalam menetukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam
pembentukan tingkah laku.
Somatotype merupakan suatu kompromi antara morfogenotipe dan fenotipe.
Somatotype lebih dari sekedar jasmani seseorang sekarang, tetapi jelas kurang
dari struktur tubuh yang ditentukan secara biologi terlepas dari pengaruh-
pengaruh lingkungan.

2. Dimensi – Dimensi Jasmaniah


Walaupun Sheldon tahu bahwa telah ada orang-orang lain terdahulu yang
melakukan pengukuran terhadap jasmani, namun dia memulai usahanya secara
induktif. Soal pertama ialah mendapatkan sejumlah besar tubuh/jasmani yang
dapat diselidiki kembali. Untuk membuat cara ini supaya praktis, dia membuat
foto-foto tubuh (dari depan dan dari samping), dengan cara yang distandarisasi.
Cara ini disebutnya: Somatotype Performance Test (Calvin S. Hall dan Gardner
Lindzey, 1993).

1) Komponen-komponen jasmani primer


Setelah lama menyelidiki dan menilai dengan teliti foto-foto tersebut
Sheldon dengan pembantu-pembantunya mengambil kesimpulan, bahwa ada tiga
komponen atau dimensi jasmaniah itu. Ketiga dimensi itu merupakan inti dari
teknik pengukuran struktur tubuh, komponen-kompoen itu adalah Endomorfi,
Mesomorfi dan Ektomorfi.
Penggunaan istilah itu dihubungkan dengan tiga lapisan pada terbentuknya
foetus manusia (endoderm, mesoderm, dan ectodrm). Dominasi alat-alat yang
berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi daripada komponen tertentu.
Dengan demikian, maka menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani
manusia, yaitu: Istilah somatotype berasal dari kata Yunani kuno yaitu somato
yang berarti tubuh. Istilah ini diadopsi oleh Sheldon untuk hasil penelitiannya
mengenai bentuk tubuh manusia.
Istilah somatotype terkait dengan istilah morphogenotype atau struktur
biologis manusia. Terdapat dua konsep utama dalam morphogenotype yaitu
genotype yaitu konstitusi genetik, dan phenotype merupakan apa yang dapat
terlihat dari raga manusia, dalam arti struktur tubuh terluar yang dapat dilihat dan
diamati.
Sheldon berpendapat bahwa terdapat struktur biologis hipotetis
(morfogenetipe) yang mendasari jasmani luar yang teramati (fenotipe) yang
memainkan peran penting tidak hanya dalam perkembangan jasmani, tetapi
dalam membentuk tingkah laku.
Somatotype merupakan cara untuk mengukur morfogenotipe, meskipun
untuk mendapatkan hasilnya harus didapatkan dengan mengamati fenotipe.
Somatotype merupakan pernyataan yang menunjukan kondisi seseorang terkait
dengan komponen primer jasmani yaitu endomorfi, mesomorfi, dan ektomorfi.
Somatotype berupa tiga angka deret, angka pertama merupakan ukuran derajat
endomorphy, angka kedua merupakan ukuran derajat mesomorphy dan angka
ketiga merupakan ukuran derajat ectomorphy. Jadi, somatotype 7-1-1
menggambarkan orang yang ekstrim tinggi derajat endomorph-ynya, dan ekstrim
rendah mesomorphy dan ectomorph-ynya. Secara singkat endomorphy,
mesomorphy dan ectomorphy diberi nama komponen fisik primer (primay
components of physique) dideskripsikan sebagai berikut :
a) Tipe Endomorfi
Individu yang komponen endomorfinya tinggi sedangkan kedua
komponen lainnya rendah, ditandai oleh alat-alat atau organ-organ internal
dan seluruh sistem digestif yang berasal dari endoderm menegang peranan
penting. Secara fisik tampak : lembut dan gemuk.
b) Tipe Mesomorfi
Individu yang bertipe mesomorph komponen mesomorfinya tinggi
sedang-kan kedua komponen lainnya rendah, maka komponen mesomorphy
dominan dibandingkan komponen lain. Bagian tubuh yang berasal dari
mesoderm lebih berkembang (otot, pembuluh darah, dan Jantung ). Secara
fisik tampak : kokoh, keras, otot menonjol, tahan sakit, banyak ditemukan
olahragawan, pengelana, dan tentara termasuk tipe ini.
c) Tipe Ectomorfi
Individu yang bertipe Ectomorfi, maka komponen ectomorfinya
dominan. Organ-organ ectoderm lebih berkembang seperti kulit dan sistem
syaraf. Secara fisik terlihat : jangkung, dada kecil dan pipih, lemah, otot tidak
terlihat.

Somatotip ini adalah alat untuk memperkirakan komponen biologis dari


tingkah laku dasar dan tidak berubah (morphogenotipe) dengan jalan mengukur
keadaan tubuh yanag nampak luar (phenotipe). Pengukuran itu mengenai: kepala,
leher, dada, lengan, panggul, perut, dan kaki. Jadi Somatotype merupakan
kompormis antara morphogenotipe dan phenotip.
Sheldon mengemukakan bahwa apabila kita sungguh-sungguh ingin
memperoleh perkiraan yang sebaik-baiknya tentang morfogenotipe, maka secara
ideal kita tidak hanya perlu memiliki sejarah lengkap individu yang
bersangkutan, tetapi juga catatan tentang nenek moyang dan keturunannya.
Selanjutnya, foto-foto Somatotype harus di ambil secraa teratur pada waktu
berlainan sepanjang hidup individu di smaping pengenaan tes biologi sebanyak
yang diperlukan (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993).
Definisi Sheldon tentang Somatotype adalah prediksi tentang kesuksesan
fenotipe-fenotipe di masa mendatang yang akan ditampilkan oleh seseorang
yang hidup, apabila makanan tetap merupakan faktor konstan, atau kalaupun
berubah masih dalam batas-batas normal (Sholden dalam Calvin & Lindzey,
1993 hlm.95)
Tentu saja apa yang pernah dicapai bukanlah Somatotype yang ideal itu.
Kecuali ketiga tipe yang telah dikemukakan di atas, maka ada enam tipe
campuran. Adapun tipe-tipe campuran tersebut adalah:
a) Endomorph yang mesomorphis
b) Endomorph yang ectomorphis
c) Mesomorph yang endomorphis
d) Mesomorph yang ectomorphis
e) Ectomorph yang endomorphis
f) Ectomorph yang mesomorphis

2) Komponen-komponen jasmani sekunder


Disamping komponen-komponen jasmani primer, Sheldon juga
mengemukakan adanya tiga komponen jasmani sekunder, yaitu:
a) Displasia
Dengan meminjam istilah dari Kretchmer istilah itu dipakai oleh Sheldon
untuk menunjukkan setiap ketidaktepatan dan ketidaklengkapan campuran
ketiga komponen primer itu pada berbagai daerah dari pada tubuh. Dalam
penyelidikan-penyelidikan yang mula-mula Sheldon menemukan, bahwa
banyak desplisia berhubungan dengan ectomorphy, dan lebih banyak pada
wanita daripada laki-laki. Penyelidikan yang lebih kemudian membuktikan,
lebih banyak displesia pada para penderita psikosis daripada pada mahasiswa.

b) Gynandromorphy
Gyinandromorphy adalah komponen jasmani sekunder yang kedua.
Komponen ini menunjukkan sejauhmana jasmani memiliki sifat-sifat yang
biasanya terdapat pada jenis kelamin lawannya. Komponen ini oleh Sheldon
dinyatakan dengan huruf “g” jadi orang laki-laki yang memiliki komponen
“g” tinggi akan memiliki tubuh yang lembut, panggul besar, dan sifat-sifat
wanita yang lain. Secara teoritis rentangan variabel ini berkisar anatar 1, yang
menunjukan tidak adanya sifat-sifat lawan jenis, sampai 7,
hermaphroditismus (Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993).

c) Textural aspect (tampang)


Komponen jasmani sekunder yang ketiga, dan barangkali yang terpenting,
adalah (texture) yang ditandai oleh Sheldon dengan huruf “f” (dari texture).
Adapun yang dimaksud dengan tampang (texture) oleh Sheldon adalah:

Setiap Somatotype terdapat gradasi yang cukup jelas dari tekstur tubuh yang
sangat kasar sampai dengan tampang tubuh yang halus, terdapat korelasi yang
tinggi antara indeks-t dengan lembutnya rambut di kepala.... tekstur yang kasar
mungkin berkolerasi dengan besarnya masing-masing sel pada berbagai tubuh
( Sholden, 1940 dalam Calvin S. Hall & Gardner Lindzey, 1993).

3) Konstansi Somatotype
Perubahan umur dan variasi makanan kiranya memaksa orang pada umumnya
untuk mengakui sifat berubah-berubah Somatotype itu. Namun Sheldon yakin,
bahwa tidak ada perbahan makanan yang dapat merubah ukuran-ukuran orang
dari Somatotype yang satu ke Somatotype yang lain. Memang mumkin faktor-
faktor makanan menim-bulkan perubahan pada ukuran-ukuran individu, akan
tetapi itu tidak akan mengubah Somatotype yang sebenarnya.
Hipotesis tentang konstansi Somatotype ini dibuktikan oleh adanya kemiripan
dalam distribusi bermacam-macam tipe itu pada umur yang berbeada-beda.
Misalnya Sheldon (1940) mengemukakan hasil penyelidikannya bahwa orang-
orang yang ber-umur 40 tahun menunjukkan variasi berbagi Somatotype yang
kira-kira sama dengan mahasiswa-mahasiswa (masih muda). Apabila umur
membawa perubahan pokok dalam Somatotype, semestinya umur yang berbedaan
itu akan menunjukkan variasi Somatotype yang tidak sama.
Tetapi pada pendapatnya yang lebih kemudaian Sheldon mengubah
pendiriannya itu; kondisi Somatotype itu membutuhkan ada konstansi dalam
makanan dan tak adanya hal-hal yang patologis.
Karena masing-masing somatotype primer bernilai 1-7, maka semestinya
akan ada 73 atau 343 pola somatotype. Ternyata Sheldon mula-mula hanya
menemukan 76 pola somatotype. Sesudah prosedurnya disempurnakan dan
sampelnya diperluas jumlahnya, cakupan usianya dan populasi, ditemukan 267
pola somatotype mudah difahami kalau laki-laki cenderung memiliki pola
somatotype mesomorfis, sedang peempuan lebih mesomorfis.
Pada mulanya Sheldon (dalam Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).
mengatakan bahwa somatotype orang itu bersifat konstan, tidak dapat berubah.
Makanan mungkin bisa mengubah ukuran kepala, struktur tulang-tulang wajah,
leher, pergelangan tangan, pergelangan kaki, dan bagian-bagian yang tidak
menimbun lemak, sehingga tidak mengubah somatotype. Perubahan akibat
makanan hanya menunjukkan perubahan penyimpangan dari somatotype dasar.
Namun kemudian Sheldon mengakui bahwa somatotype konsisten lintas waktu,
kecuali ada perubahan substansial akibat makanan dan kesehatan fisik. Jadi
somatotype adalah jalur di mana organisme menjalani hidup pada kondisi
makanan yang standar dan kondisi tanpa penyakit yang mengganggu.
Somatotype yang ideal dapat diperolah kalau dilengkapi dengan sejarah masa lalu
orang itu dan ayah/ibu, nenk moyangnya, dan foto-foto somatotype yang diambil
secara regular. Pengukuran somatotype yang terbaik dilakukan sesudah
kematangan perkembangam fisik tercapai, sekitar 30 tahun. Utnuk menilai
somatotype dibawah usia 30 tahun diperlukan keterampilan yang lebih, karena
pada usia muda otot-otot belum berkembang optimal. Namun, menurut Sheldon
pengukuran pada usia 6 tahun hasilnya dapat akurat, bahkan sesungguhnya
sangat mungkin memprediksi somatotype sejak bayi dilahirkan.

F. Analisis Tingkah Laku Fisik Pada Dimensi Tempramen Sheldon


Walaupun telah mempunyai alat yang tetap untuk menilai aspek jasmaniah
manusia, namun ahli-ahli psikologi konstitusional harus membuat atau
meminjam metode lain untuk menilai tingkah laku apabila dia akan benar-benar
menyelidiki hubungan antara jasmani dan tingkah laku atau kepribadian. Dalam
hal ini Sheldon menyelidiki hubungan jasmani pada dimensi tempramen atau
variabel dalam tingkah laku, tetapi pada dasarnya hanya ada sejumlah kecil
komponen-komponen dasar yang diharapkan akan menjadi dasar tingkah laku
yang nampak kompleks itu. Jika dipandang dari segi tipologi Sheldon
membedakan adanya tiga tipe pokok temperamen, yaitu Visceretonia,
Somatotonia dan Cerebrotonia (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993)..
Sheldon mengemukakan asumsinya bahwa ada sejumlah kecil factor yang
melatar belakangi variabelitas dan kompleksitas tingkahlaku manusia. Dari
literature kepriadian, khusunya yang membahas traits, Sheldon menemukan 650
jumlah traits. Sebgaian besar berhubungan dengan ekstraversi dan introversi,
konsep popular yang dikenalkan oleh Jung. Sesudah trai-trait yang berhubungan
digabungkan, dan yang tidak penting dibuang, dari 650 traits itu tersisa 50 trait.
Sheldon kemudian meneliti 33 laki-laki, mahasiswa, dosen dan yang lainnya,
selama satu tahun, hasilnya ditemukan 3 kelompok sifat, yang diberi nama
viscerotonia, somatotonia, dan cerebrotonia. Masing-masing kelompok mewakili
20 deskripsi sifat yang berbeda-beda antara kelompok satu dengan kelompok
lain. Deskripsi singkat dari kelompok sifat itu, kemudian dibei nama komponen
tempramen primer (komponen tempramen sekunder tidak mendapat elaborasi
yang lengkap dari Sheldon ), adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 1. Dimensi-Dimensi Tempramen


Viscerotonia Somatotonia Cerebrotonia
Santai dalam postur dan Tegas dalam postur dan Tertekan, kaku dalam
gerak gerak postur dan gerak
Senang kenyamanan Senang petualangan fisik Senang responsif secara
fisik fisik
Reaksinya lamban Gerak bertenaga Reaksi sangat cepat
Senang makan Senang latihan fisik Senang ber-rahasia
pribadi
Senang kencan sebagai Senang menguasai, Mental sangat intensif,
pengalaman sosial nafsu memiliki perhatian berlebihan
kekuasaaan
Senang pesta Senang mengambil Tertekan secara
resiko, mengejar peluang emosional
Senang ritual sosial dan Senang bicara langsung Tatapan mata yang
upacara penuh aturan ke permasalahan tajam, waspada
Senang bergaul Senang berkelahi secara Takut terlibat dalam
Viscerotonia Somatotonia Cerebrotonia
fisik kegiatan sosial
Ramah, tidak membeda- Berkompetisi secara Tidak tenang, tidak
bedakan dengan orang agresif percaya diri
lain
Haus kasih sayang dan Tidak peka dengan Bertahan dengan
penerimaan kebutuhan/kemauan kebiasaan dan rutinitas
orang lain
Berorientasi kepada Benci berada di ruangan Benci tempat yang bebas
orang tertutup (claustrophobia) (agoraphobia)
Emosinya seimbang Kejam, tidak pilih-pilih Sikap dan tingkah laku
yang tidak dapat diduga
Toleran Tidak menahan suaranya Suaranya tertahan
Puas dengan dirinya Tahan terhadap rasa Peka dengan rasa sakit
sendiri sakit
Tidur nyenyak Senang bersuara keras, Sukar tidur, kelelahan
ribut kronis
Tidak bertujuan, tidak Tampil lebih tua dari Tampil lebih muda dari
mudah tersinggung usia sebenarnya usianya
Ektroversi; tidak Ekstroversi, terpisah dari Introversi dalam
hambatan dalam ketidaksadaran, perasaan dan perbuatan,
mengungkapkan perhatian dan aksi orientasi ke kesadaran
perasaannya kepada berorientasi pada dunia diri, kurang peduli
masyarakat luar dengan lingkungan
penyesuaian diri
Sosialitas dan hangat Agresif dan keinginan Tertekan, lelah, dan
bertambah ketika mabuk berkuasa bertambah kuat depresi bertambah kuat
alkohol ketika mabuk alkohol ketika mabuk alkohol
Membutuhkan orang lain Membutuhkan aktivitas Membutuhkan
kalau menghadapi ketika menghadapi mengasingkan diriketika
masalah masalah menghadapi masalah
Berorientasi pada Berorientasi kepada Berorientasi kepada
hubungan masa kecil tujuan dan aktivitas periode terakhir
dan keluarga remaja hidupnya

Komponen-komponen primer pada temperamen


a. Tipe Viscerotonis/Viscretonia
Komponen temperamen yang pertama adalah viskerotenia. Individu yang
tinggi dalam komponen ini memiliki ciri-ciri cinta atau suka akan kenyamanan,
pergaulan, makanan, orang-orang dan kasih sayang.Individu yang tinggi dalam
komponen ini memiliki ciri-ciri, cinta atau suka pada kenyamanan, pergaulan,
makanan, orang-orang dan kasih sayang. Sikap tubuhnya santai, bereaksi pelan,
berwatak tenang, bersikap terbuka dalam pergaulan dengan orang lain dan
umumnya seorang yang mudah diajak bergaul.Sheldon mengemukakan bahwa
kepribadian jenis ini berpusat di sekitar viskera atau organ-organ dalam rongga
perut. Sistem pencernaan makanan adalah rajanya, dan kemaslahatan sistem itu
tampaknya merupakan tujuan hidup utama.

b. Tipe Somatotonia
Komponen kedua dinamakan somatotonia. Skor yang tinggi dalam komponen
ini biasanya disertai dengan sifat-sifat seperti, suka petualangan fisik, suka
mengambil resiko, sangat membutuhkan kegiatan otot dan fisik yang berat.
Orang ini bersifat agresif, tidak peka terhadap perasaan orang lain,
berpenampilan lebih matang dari sebenarnya, suka ribut, pembeani dan mudah
takut bila berada dalam ruangan semit atau tertutup (klaustrofobia). Tindakan,
kekuatan dan kekuasaan sangat penting bagi orang semacam ini.

c. Tipe Celebrotonis
Komponen ketiga dinamakan sarebrotonia. Skor yang tinggi pada komponen
ini menunjukkan sifat pengendalian diri, menahan diri, suka menyembunyikan
diri. Orang ini bersifat tertutup, pemalu, terlihat muda, takut pada orang lain, dan
paling suka berada di tempat sempit dan tertutup. Ia bereaksi luar biasa cepat,
sukar tidur, dan senang menyendiri, khususnya kalau menghadapi suatu masalah.
Orang yang demikian selalu berusahan untuk tidak menarik perhatian.

G. Hubungan antara Jasmani dan Gangguan-ganguan Kejiwaan


Penyelidikan-penyelidikan Sheldon tidak hanya terbatas pada orang-orang
yang normal saja, tetapi juga masalah-masalah ketidaknormalan. Hasil
penyelidikannya bersama With Katz yang diterbitkan pada tahun 1948, Sheldon
mengemukakan perihal gangguan kejiwaan yang terdiri dari 3 dimensi primer.
Ketiga dimensi itu secara garis besarnya berhubungan dengan kategori-kategori
yang biasa digunakan dalam diagnosis psikiatris. Adapun komponen-komponen
psikiatris itu ialah (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 1993).:
a. Afektif, bentuknya yang ekstrem terdapat pada psikosis jenis manis-
depresif (antara ekstrem gembira dan ekstrem sedih, depresif).
b. Paranoid, bentuknya yang ekstrem terdapat pada para penderita psikosis
jenis paranoid (banyak angan-angan, pikiran yang sangat jauh dari
kenyataan: merasa diancam, merasa diri terlalu besar, dan sebagainya).
c. Heboid, bentuknya yang ekstrem terdapat pada para penderita
hebephrenia, suatu bentuk dari schizophrenia (sosial, anti sosial).

Sheldon sendiri menyatakan, bahwa penyelidikannya dalam lapangan ini


masih harus diuji tetapi cara yang dipakainya memberi harapan yang baik dimasa
depan. Korelasi antara komponen-komponen psikiatris (affaective, paranoid, dan
heboid) dengan komponen-komponen somatipe semua positif, walaupun tidak
terlalu tinggi.
Hal ini memberi kesimpulan bahwa antara komponen-komponen somatipe
dan komponen-komponen psikiatris itu terang ada hubungan, walaupun
hubungan itu tidak sederhana yang terdapat pada komponen-komponen
Somatotype dan komponen-komponen temperament.

H. Faktor-faktor yang Menjadi Perantara dalam Hubungan antara Jasmani


dan Tingkah Laku
Hubungan antara komponen-komponen jasmani dan tingkah laku dapat
dijelaskan dengan beberapa cara (Prawira, 2013):
a. Penguatan (Reinforcement)
Individu yang mempunyai morfologi tertentu dapat dengan mudah
menentukan tingkah laku yang efektif bagi dirinya untuk mencari penguatan.
Alasanya adalah tingkah laku, traits dan kebiasaan tersebut dilakukan karena
mudah dikembangkan berkat kemudahan morfologisnya untuk memperoleh harga
diri yang tinggi. Karena sukses yang menyertai suatu cara bertingkah laku tidak
hanya dipengaruhi oleh lingkungan saja, tetapi juga tipe jasmaninya. Contohnya
orang tipe mesomorph akan lebih menyukai kegiatan olahraga berat.

b. Stereotip
Kemungkinan lain adalah bahwa hubungan antara jasmani dan temperamen di
hubungkan oleh anggapan yang stereotipis dalam kebudayaan (tuntutan peran
social) mengenai macam-macam tingkah laku yang seharusnya dilakukan oleh
orang yang berbeda-beda tipe jasmaninya itu. Asumsi ini berawal dari anggapan
masyarakat umum, bahwa orang yang memiliki morfologi tertentu hendaknya
memiliki tingkah laku tertentu pula. Sehingga menginternalisasikan steorotip, dan
orang yang mempunyai morfologi sama cenderung memiliki tingkah laku yang
mirip. Jadi individu yang memilki tipe jasmani tertentu itu menduduki peranan
sosial tetentu pada keadaan biasa diharapkan bertingkah laku sesuai dengan
peranan sosialnya itu. Harapan yang demikian itu akan berakibat, bahwa orang-
orang yang tipe jasmaninya berbeda akan bertingkah laku secara berbeda. Dan ini
cenderung untuk ditiru oleh orang lain yang punya tipe jasmani serupa.

c. Pengasuhan
Kemungkinan lain adalah pengalaman berdasarkan pola asuh atau pengaruh
lingkungan menghasilkan tipe tubuh tertentu. Perkembangan individu dapat
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan pengasuhan pada waktu masa kecil.
Hal ini selanjutnya menimbulkan kecenderungan tingkah laku tertentu.

d. Genetik
Kemungkinan terakhir adalah hubungan antara bentuk fisik dan perilaku
manusia dipengaruhi oleh faktor genetis. Faktor genetik sangat mempengaruhi
pembentukan sifat fisik dan tingkah laku seseorang secara tunggal maupun
gabungan, sehingga menimbulkan multiple effect. Menurut Sheldon faktor yang
paling mempengaruhi adalah yang pertama dan kedua (pengalaman selektif dan
determinasi budaya walaupun dia mengakui pentingnya determinasi genetis).
BAB III
PEMBAHASAN

A. Persamaan dan Perbedaan Para Ahli dalam Membahas Teori


Konstitusional William H. Sheldon
1. Hakikat Manusia
Teori konstitusional Sheldon memandang bahwa perilaku berkaitan dengan
kombinasi atau ciri-ciri fisik. Sifat-sifat jasmaniah merupakan pokok-pokok dari
kepribadian individu. Banyak yang berpandangan bahwa orang yang gemuk
bersifat periang, ramah, lamban. Orang yang kurus identik dengan gugup dan
pemalu, orang yang hitam setia (Suryabrata (2013; Hall & Lindzey, 1985).
Kenneth (2013) mengemukakan bahwa individu sadar akan tindakannya. Individu
merupakan manusia yang rasional. Sheldon tidak percaya bahwa individu
dikontrol oleh id, ego, dan superego seperti halnya pada psikoanalisis, namun
Sheldon tidak menyangkal sepenuhnya bahwa peran perilaku tidak sadar. Sheldon
menyamakan ketidaksadaran sebagai faktor “biologis”.

2. Struktur Tubuh (Jasmani)


Membahas mengenai struktur tubuh, faktor-faktor genetis dan bentuk tubuh
memainkan peranan yang menentukan perkembangan individu. Terdapat struktur
biologis hipotesis dalam teori Sheldon, yaitu morphogenotipe yang menjadi dasar
jasmani yang tampak (phenotipe), dan yang memainkan pernanan penting tidak
saja dalam menentukan perkembangan jasmani, tetapi juga dalam pembentukan
tingkah laku. Somatipe merupakan suatu usaha untuk mengukur morphogenotipe,
walaupun harus bekerja dengan cara tidak langsung dan terutama bersandar
kepada pengukuran jasmaniah (phenotipe) [ CITATION Sum13 \l 1057 ].
Istilah struktur tubuh disebut kepribadian statis (static of personality). Hall &
Lindzey (1985) menyebutkan bahwa kepribadian statis merupakan studi tentang
ukuran dan bentuk tubuh individu, sifat keseimbangan antara komponen bentuk
dan struktur individu atau morphology. Ketika memahami bagaimana manusia
terbentuk, dapat dilakukan penyelidikan dinamika manusia, bagaimana emosi,
perasaan, pikiran, dan perilaku individu. Berdasarkan sturktur atau tubuh yang
dapat dilihat pada manusia, Sheldon membuat hipotesis tentang struktur biologis
yang disebut morphogenotype. Seperti halnya genotype ialah ketetapan genetik
pada individu yang berbeda dari phenotype yang memiliki arti properti yang
terlihat pada organisme yang dihasilkan dari interaksi genotype dan lingkungan,
jadi morphogenotype berbeda dari struktur tubuh yang terlihat. Phenotype
merupakan apa yang terlihat, namun menurut teori Sheldon hal yang krusial tidak
halnya berkaitan dengan perkembangan fisik namun dalam hal pembentukan
perilaku. Morphogenotype dapat diukur dengan adanya somatotype [ CITATION
Hal85 \l 1057 ].

3. Komponen Jasmani/Somatotype
Sheldon melakukan penelitian beserta dengan asisten-asistennya dan
menyimpulkan bahwa terdapat tiga komponen jasmaniah, yaitu: (1) endomorphy;
(2) mesomorphy; dan (3) ectomorphy. Penggunaan istilah endomorphy,
mesomorphy, dan ectomorphy berkaitan dengan tiga lapisan pada terbentuknya
foetus manusia (endoderm, mesoderm, dan ectoderm). Dominasi alat-alat yang
berasal dari lapisan tertentu menentukan dominasi terhadap komponen tertentu.
Oleh karena itu, menurut Sheldon ada tiga tipe pokok daripada jasmani manusia,
yaitu: (1) endomorph; (2) mesomorph; dan (3) ectomorph [ CITATION Sum13 \l
1057 ].
Penjelasan teori Sheldon tentang komponen jasmani disebut somatotype.
Somatotype merupakan pernyataan kuantitatif tentang derajat atau tingkatan ada
pada endomorphy, mesomorphy, dan ectomorphy. Somatotype merupakan serial
tiga nomor; nomor pertama selalu mengarah pada derajat ectomorphy, kedua
merupakan derajat pada mesomorphy, dan yang terakhir ialah derajat
ectomorphy. Nomor 7–1–1 pada somatotype mendesripsikan seseorang yang
sangat tinggi pada endomorphy dan sangat rendah pada komponen mesomorphy,
dan ectomorphy (masing-masing komponen diurutkan berdasarkan skala 1
sampai dengan 7). Somatotype yang menunjukkan angka 4–6–1 mendeskripsikan
seseorang dengan endomorphy rata-rata, mesomorphy yang tinggi, dan
ectomorphy yang sangat rendah [ CITATION Hal85 \l 1057 ]. Lasker (1947) dan
Newman (1952) yang menemukan bahwa Somatotype berubah secara signifikan
di bawah tekanan lingkungan dan bahkan terus bertambahnya usia. Gambaran
individu-individu atas dasar komponen jasmaniah atau somatotype dapat dilihat
pada gambar 3. 1 berikut ini:
Gambar 3. 1. Tipe – Tipe Somatotype

Penelitian Sheldon mengungkap tentang distribusi kedudukan 4000


mahasiswa yang dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3. 2. Distribusi Somatotype Laki-Laki
Selain penelitian terhadap mahasiswa, Sheldon pun meneliti kepada 4000
mahasiswi dengan distribusi sebagai berikut:
Gambar 3. 3. Distribusi Somatotype Perempuan

Gambar 3. 2 dan 3. 3 menunjukkan titik-titik yang merepresentasikan 20


kasus [ CITATION Hal85 \l 1057 ]. Sedangkan Suryabrata (2013) menjelaskan
distribusi individu pada somatotype secara lebih sederhana sebagai berikut:

Gambar 3. 4. Tempat Kedudukan Somatotype Atas Dasar Komponen


Jasmani Primer
4. Dimensi-Dimensi Tempramen
Sheldon menjelaskan dimensi-dimensi berdasarkan item-item pada skala
temparamen yang mengobservasi subjek setidaknya satu tahun dalam berbagai
situasi [ CITATION Hal85 \l 1057 ]. Berikut ini dimensi-dimensi tempramen menurut
para ahli:
Tabel 3. 1. Dimensi – Dimensi Tempramen (Viscerotonia)
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
Sikapnya tidak Santai dalam Santai dalam Santai dalam
tegang (relaxed) postur dan gerak postur dan gerak postur dan gerak
Suka hiburan Senang akan Senang Senang
kenyamanan kenyamanan fisik kenyamanan fisik
secara fisik (general love and
comfort)
Reaksi yang Reaksinya lamban
lamban
Gemar makan- Senang makan- Senang makan Sosiabilitas dan
makan makan senang makan
(Sociability and
glutting for food)
Menyukai Senang kencan
berkencan dan sebagai
menjadikannya pengalaman sosial
sebagai
pengalaman sosial
pleasure in Senang pesta
digestion
Senang akan ritual Senang ritual Senang dengan
sosial dan tata sosial dan upacara upacara penuh
tertib (love of penuh aturan aturan (love of
social ritual and polite ceremony)
polite ceremony)
Besar Senang bersama Senang bergaul
kebutuhannya dengan orang lain
akan resonansi
dari orang lain
Ramah yang tidak Ramah, tidak
diskriminatif, dan membeda-
berkehendak baik bedakan dengan
(indiscriminate orang lain
amiability and
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
goodwill)
Tamak akan kasih Haus kasih Orang-orang dan
sayang dan sayang dan kasih kasih
penerimaan penerimaan sayang (People
(greed for and affection)
affection and
approval)
Berorientasi Berorientasi
kepada orang- kepada orang
orang
Emosi yang stabil Emosinya Emosi yang stabil
(evenness of seimbang (evenness of
emotional flow) emotional flow)
Toleransi terhadap Toleran Toleran
orang-orang
Puas terhadap diri Puas dengan Puas dengan
sendiri; rasa puas dirinya sendiri dirinya sendiri
diri (complacency)
(complacency;
smugness)
Tidurnya Tidur yang lelap, Tidur nyenyak
nyenyak tidak mudah
terganggu (deep,
undisturbed sleep)
Kurang akan Tidak bertujuan,
tujuan, intensitas, tidak mudah
“semangat” (lack tersinggung
of purpose,
intensity, “fire”)
Kurang menahan Ektroversi; tidak
diri; mengungkap hambatan dalam
perasaan paling mengungkapkan
mendalam secara perasaannya
terbuka kepada kepada
publik. Ekstoversi masyarakat
perasaan (lack of
inhibition;
exposure of
innermost feeling
to “public gaze”.
Extroversion
feeling)
Semakin Sosialitas dan
meningkat dalam hangat bertambah
sosialitas dan ketika mabuk
emosional oleh alkohol
alkohol
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
(sociability and
emotional warmth
exaggerated by
alcohol)
Bila menghadapi Membutuhkan Membutuhkan
kesukaran orang lain ketika orang lain kalau
membutuhkan menghadapi menghadapi
orang lain masalah masalah
Berorientasi pada Berorientasi pada Berorientasi pada
hubungan masa hubungan masa hubungan masa
kanak-kanak dan kecil dan keluarga kecil dan keluarga
keluarga (orientation
(orientation toward childhood
toward childhood and family
and family relationship)
relationship)

Tabel 3. 2. Dimensi – Dimensi Tempramen (Somatotonia)


Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
Sikapnya gagah Postur dan gerakan Tegas dalam Postur dan
yang asertif postur dan gerak gerakan yang
(assertive posture asertif (assertive
and movement) posture and
movement)
Senang akan Senang Senang akan
petualangan fisik petualangan fisik petualangan
(love of physical fisik (love of
adventure) physical
adventure)
Perkasa Kualitas penuh Gerak bertenaga
(energetic) semangat (energetic
quality)
Kebutuhan Senang berolahraga Senang latihan Butuh dan
bergerak besar (love of exercise) fisik menyukai
berolahraga
(Need and
enjoyment of
exercise)
Senang Senang menguasai,
mendominasi; nafsu memiliki
bernafsu terhadap kekuasaaan
kekuasaan (love of
dominating; lust for
power)
Menyenangi resiko, Senang mengambil
kesempatan (love of resiko, mengejar
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
risk, chance) peluang
Suka berterus Bersikap terus terang Senang bicara
terang yang nampak jelas langsung ke
(bold directness of permasalahan
manner)
Keberanian fisik Senang berkelahi Senang
untuk bertarung secara fisik berkelahi (lust
(physical courage for combat)
for combat)
Kompetitif agresif Berkompetisi Kompetitif
(competitive secara agresif agresif
aggressiveness) (competitive
aggressiveness)
Tidak sensitif Tidak peka dengan Tidak
terhadap kebutuhan kebutuhan/kemaua berperasaan
dan mengharapkan n orang lain terhadap
orang lain perasaan orang
lain
(callousness
toward feelings
of thers)
Benci berada di Benci berada di Claustrophobia
ruangan/klaustrofobi ruangan tertutup
a (hatred of being (claustrophobia)
shut
in/claustrophobia)
Kejam; sangat Kejam, tidak pilih-
mudah terganggu pilih
dengan hal yang tak
menyenangkan
baginya
(ruthlessness;
freedom from
squeshmishness)
Suara lantang Lepasnya Tidak menahan
pengendalian suaranya
suara/bersuara keras
(absence of vocal
restraint)
Tahan akan rasa Tahan terhadap Tahan akan rasa
sakit (indifference of
rasa sakit sakit
pain) (indifference of
pain)
Berisik di hadapan Senang bersuara Perilaku berisik
umum (general keras, ribut (noisy behavior)
noisiness)
Nampaknya Penampilan terlihat Tampil lebih tua Penampilan
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
lebih dewasa lebih tua dari usia lebih dewasa
dari sebenarnya (appearance of sebenarnya (over maturirty
being older) in appeareance)
Terpisah dari Ekstroversi, Extraversi
kesadaran tingkat terpisah dari
mendalam; perhatian ketidaksadaran,
dan tindakan perhatian dan aksi
berorientasi pada berorientasi pada
“kancah luar”. dunia luar
Ekstroversi tindakan.
(separation from
deeper levels of
awareness; attention
and actions oriented
to “outward scene”.
Extroversion of
action)
Semakin agresif dan Agresif dan
berkuasa oleh keinginan berkuasa
alkohol bertambah kuat
(aggresiveness and ketika mabuk
need for power alkohol
exaggerated by
alcohol)
Bila Butuh tindakan Membutuhkan
menghadapi ketika menghadapi aktivitas ketika
kesukaran masalah (need of menghadapi
butuh action when masalah
melakukan troubled)
gerakan-
gerakan
Berorientasi pada Berorientasi Berorientasi
tujuan dan aktivitas kepada tujuan dan pada tujuan dan
masa muda aktivitas remaja aktivitas masa
(orientation toward muda
goals and activities (orientation
of youth) toward goals
and activities of
youth)

Tabel 3. 3. Dimensi – Dimensi Tempramen (Cerebrotonia)


Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
Sikapnya Gerakan yang Tertekan, kaku
kurang gagah, terkendali, postur dalam postur dan
ragu-ragu tegang (restrained, gerak
tense posture and
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
movement)
Respon berlebihan Senang responsif Self-conscious
terhadap fisiologis secara fisik
(physiological
overresponsiveness)
Reaksinya cepat Reaksi cepat secara Reaksi sangat
berlebihan (overly cepat
fast reactions)
Kurang berani Senang akan urusan Senang ber- Suka berahasia
bergaul dengan pribadi (love of rahasia pribadi (secretive)
orang banyak privacy)
Intensitas mental Mental sangat Vertical mental
berlebihan, perhatian intensif, cleavage
berlebihan (mental perhatian
overintesity; berlebihan
hyperattentiveness)
Emosi terkendali Tertekan secara
(emotional restraint) emosional
Pemerhati, waspada Tatapan mata Perhatian
(intentness gaze; yang tajam, berlebih (hyper-
alertness) waspada attentionability)
Kurang berani Takut akan Takut terlibat Takut terhadap
berbicara di keterlibatan sosial dalam kegiatan orang-orang
depan orang (fear of social sosial
banyak involvement)
Kurang tenang dan Tidak tenang,
kepastian diri (lack tidak percaya diri
of poise and self-
assurance)
Kebiasaan- Tahan terhadap Bertahan dengan
kebiasaannya pembentukan kebiasaan dan
tetap, hidup kebiasaan dan rutinitas
teratur rutinitas (resistance
to forming habits
and routines)
Benci tempat yang Benci tempat Sangat senang
tidak yang bebas berada pada area
terlindungi/agorafobi (agoraphobia) tertutup
a (hatred of (happiest
unprotected inenclosed area)
places/agoraphobia)
Sikap dan perilaku Sikap dan Sikap dan
yang tidak terduga tingkah laku tingkah laku
(unpredictability of yang tidak dapat yang tidak dapat
attitude and diduga diduga
behavior) (unpredictability
of attitude)
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
Menahan suara dan Suaranya Suaranya
bising di hadapan tertahan tertahan
umum (restraint of
voice and noise in
general)
Sensitivitas tinggi Peka dengan rasa
terhadap rasa sakit sakit
(hypersensitivity to
pain)
Kurang tidur; Sukar tidur, Kebiasaan
kelelahan kronis kelelahan kronis kurang tidur
(poor sleep; chronic (poor sleep
fatigue) habits)
Kelelahan yang
kacau (chaotic
fatigue)
Penampilan terlihat Tampil lebih Penampilan
lebih muda muda dari muda (youthful
(appearance ofbeing usianya appearance)
younger)
Berorientasi pada Introversi dalam Introversi
kesadaran dalam diri perasaan dan
sendiri; kurang perbuatan,
beradaptasi di orientasi ke
lingkungan. kesadaran diri,
Introversi perasaan kurang peduli
dan tindakan dengan
(orientation toward lingkungan
own inner penyesuaian diri
awareness; less
concern with
adaptation to
environment.
Introversion of both
feeling and action)
Tegang, lelah, Tertekan, lelah, Tahan terhadap
depresi meningkat dan depresi alkohol dan obat-
oleh alkohol dan bertambah kuat obat depresan
penyebab depresi ketika mabuk
lainnya (strain, alkohol
fatigue, depression
increased by alcohol
and other
depressant)
Butuh kesunyian Membutuhkan
ketika menghadapi mengasingkan
masalah (need of diriketika
Suryabrata Hall & Lindzey Alwisol Kenneth
solitude when menghadapi
troubled) masalah
Berorientasi terhadap Berorientasi Berorientasi
periode selanjutnya kepada periode terhadap periode
dalam hidup terakhir selanjutnya
(orientation toward hidupnya dalam hidup
the later periods of (orientation
life) toward the later
periods of life)

5. Hubungan Antara Jasmani dan Kenakalan


Sheldon melakukan studi selama delapan tahun terhadap 400 remaja yang
kemudian ditindaklanjuti menjadi 200 remaja yang termasuk ke dalam kelompok
nakal yang tinggal di tempat rehabilitasi di Boston terkait berbagai aspek seperti
somatotype, komponen-komponen tempramen, komponen-komponen psikiatri,
dan sejararah hidup (keadaan kecerdasan, pendidikan, latar belakang keluarga,
riwayat pengobatan yang dialami, kenakalan-kenakalan, dan tingkah laku yang
khas). Berdasarkan studi, diketahui bahwa remaja yang nakal termasuk pada
golongan mesomorph dan endomorphis (Suryabrata, 2013; Hall & Lindzey,
1985). Gambaran dari distribusi somatotype remaja yang nakal dapat dilihat pada
gambar 3. 5 berikut ini:
Gambar 3. 5. Distribusi Somatotype Remaja Laki-Laki yang Nakal
Sumber: Hall & Lindzey, 1985
Gambar 3. 6. Tempat Kedudukan Somatotype
Remaja Laki-Laki yang Nakal

Sumber: Suryabrata, 2013

B. Kekurangan dan Kelebihan Para Ahli dalam Membahas Teori


Konstitusional William H. Sheldon
1. Calvin & Lindzey (1985)
- Keunggulan:
Tokoh ini membahas mengenai teori psikologi konstitusional William
Sheldon secara lengkap berdasarkan pokok-pokok teori William H.
Sheldon, menjelaskan penelitian yang dilakukan oleh William Sheldon
beserta tabel item dari scale of temprament, menjelaskan karakteristik
penelitian, serta terdapat evaluasi atau penilaian terhadap teori William H.
Sheldon. Selain itu, pada beberapa materi seperti Somatotype terdapat
gambar yang mendukung sehingga membantu untuk memudahkan pembaca
dalam memahami materi.
- Kelemahan:
Banyak menggunakan bahasa psikologi, sehingga susah untuk dipahami.
2. Suryabrata (2010)
- Keunggulan:
Tokoh ini menjelaskan mengenai beberapa perumusan teoritis yang
terdiri dari faktor-faktor yang menjadi perantara dalam hubungan antara
jasmani dan temperamen, orientasi biologistis dan genetis, tekanan terhadap
faktor organisasi dan medan, perkembangan individu, serta proses tak sadar.
Bahasa yang digunakan dalam buku ini juga lebih mudah untuk dipahami.
- Kelemahan:
Tokoh ini hanya menyebutkan mengenai scale of temprament terdiri dari
skla 1 sampai 7 tanpa disertai adanya tabel item dari skala secara rinci.
Tokoh ini juga tidak menjelaskan mengenai karakteristik penelitian dari
teori psikologi konstitusional William H. Sheldon.

3. Alwisol (2004)
- Keunggulan:
Tokoh ini menjelaskan mengenai latar belakang dari psikologi
konstitusi. Pada buku ini, terdapat aplikasi dari teori William H. Sheldon
pada pendidikan anak. Buku ini juga menjelaskan mengenai teori psikologi
konstitusi secara singkat dan jelas.
- Kekurangan:
Penjelasan pada bagian distribusi dan konstansi somatotype dijadikan
satu serta tidak terdapat keterangan bagian mana yang menjelaskan
distribusi ataupun konstansi somatotip.

4. Kenneth (2013)
- Keunggulan:
Tokoh ini menjelaskan hakikat manusia menurut Sheldon secara jelas,
berbeda dengan sumber lainnya.
- Kekurangan:
Penjelasan kurang lengkap, hanya membahas hakikat manusia, struktur
tubuh, dimensi tempramen, dan penelitian Sheldon.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Struktur tubuh seseorang merupakan faktor utama yang menentukan perilaku
manusia. Sheldon berkeyakinan bahwa kajian psikologi memerlukan pemahaman
mengenai antropologi fisik dalam hal komponen atau pengaruh struktur fisik dan
perilaku antropologis dan psikologis dari stuktur rangkaian kesatuan perilaku
yang merupakan kepribadian manusia.
Sheldon menentukan dan memberikan ukuran-ukuran daripada komponen-
komponen jasmaniah manusia. Sheldon tidak hanya ingin mendapatkan kategori
untuk mengklasifikasikan dan mendeskripsikan tubuh manusia saja, tetapi
tujuannya lebih jauh lagi, yaitu untuk mendapatkan apa yang disebutkan
“biological identification tag”. Sheldon berpendapat bahwa faktor-faktor genetis
dan biologis memainkan peranan yang menentukan dalam perkembangan
individu.
Dilihat dari aspeknya, Sheldon membagi aspek jasmani menjadi dua
komponen, yaitu: komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Di
samping itu dalam penelitiannya disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen
primer dari temperamen, yaitu: viscerotonia, somatotonia, dan cerebrotonia. Pada
gangguan kejiwaan, Sheldon mengemukakan tiga dimensi primer yang
berhubungan pula dengan diagnosis psikiatris berupa komponen-komponen
affektive, paranoid, dan heboid. Sedangkan dimensi jasmaniah terbagi dua yaitu
komponen jasmani primer dan komponen jasmani sekunder. Komponen jasmani
primer adalah endomorfi, mesomorfi, dan ectomorfi. Sedangkan komponen
jasmani sekunder adalah displasia, gynandromorphy, dan texture (tampang).
Dipandang dari segi tipologi tempramen, Sheldon juga membedakan adanya tiga
tipe pokok temperamen yaitu; visceretonia, somatotonia, dan cerebrotonia.
Sheldon mengemukakan perihal gangguan kejiwaan terdiri dari tiga dimensi
primer.
B. Implikasi

Uraian teori kepribadian Shledon berimplikasi terhadap bimbingan dan


konseling sebagai berikut:
1. Setiap manusia memiliki keunikan tersendiri dari segi fisik, tidak
terkecuali siswa di sekolah. Konselor harus mampu menganalisis
karakteristik atau kepribadian siswa berdasarkan struktur tubuh (fisik)
sehingga konselor memiliki gambaran tentang kepribadian siswa.
2. Pembagian konseling dan atau bimbingan kelompok dilakukan secara
heterogen. Dengan kata lain konselor tidak membedakan siswa
berdasarkan fisik ataupun jenis kelamin.
3. Konselor menanamkan kepercayaan diri yang tinggi dalam hal positif
kepada siswa ketika menemukan siswa dengan struktur fisik ektomorfi
dengan ciri kurus, lemah dan tinggi berkepribadian kurang percaya diri
(pemalu), mengasingkan diri ketika menghadapi masalah, senang
merahasiakan pribadinya (tertutup).
4. Konselor dapat membimbing siswa agar lebih menghargai orang lain,
dalam menghadapi masalah tidak dengan emosi semata ketika
menemukan siswa dengan struktur fisik mesomorfi dengan ciri postur
tegak, senang berkelahi, tidak peka terhadap kebutuhan atau kemauan
orang lain, benci berada di rauangan tertutup, membutuhkan aktivitas
ketika menghadapi masalah).
5. Konselor dapat menanamkan motivasi kepada siswa dengan struktur
fisik endomorfi (lamban, senang makan, suka tidur, kurang mandiri),
dan mengarahkan bahwa tidak selamanya berfisik besar itu lamban.
DAFTAR PUSTAKA

Alqur’an Surat At-Tiin ayat 4.


Alwisol, (2004), Psikologi Kepribadian, Malang: UMM Press.
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1985). Introduction to theories of personality. New
York: John Wiley & Sons.
Hall, C. & Lindzey, G. (1993). Psikologi kepribadian 3 Teori-Teori Sifat dan
Behavioristik.Yogyakarta : Kanisius
Kenneth, I. O. (2013). Investigation of William Sheldon's constitutional theory of
personality: A case study of the University of Gambia. Mediteranian
Journal of Science, 4 (7), hlm. 85-92.
Lasker, G. (1947). The effects of partial Starvation on Somatotype: an analysis of
material from the Minnesota Starvation Experiment. American Journal of
Phys. Anthropology, Vol. 5, hlm. 323-341.
Newman, R.W. (1952) Age Changes in body build. American Journal of Phys.
Anthropology, Vol. 10, hlm. 79-90.
Suryabrata, S. (2013). Psikologi kepribadian. Jakarta: Rajawali Press.
Prawira, Purwa Atmaja. (2013). Psikologi Kepribadian: Dengan Perspektif Baru.
Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Yusuf, S. 2000. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai