Anda di halaman 1dari 2

Berikut ini akan diuraikan dimensi kepribadian dalam teori Eysenck, yaitu:1

1. Introvert

Individu yang memiliki tipe introvert mempunyai ciri tenang, pemalu, lebih
suka menyendiri, introspektif, lebih menyukai buku daripada berbicara dengan orang
lain. Bersikap hati-hati dan menjaga jarak kecuali dengan teman dekatnya. Dia
cenderung mempunyai rencana ke depan, penuh pertimbangan, tidak membiarkan
dorongannya keluar begitu saja. Selain itu, dimensi ini juga mempunyai kehidupan
yang teratur, perasaannya dijaga ketat, jarang bertingkah laku agresif serta tidak
mudah kehilangan kendali. Ia juga seorang yang dapat dipercaya, agak pesimis dan
menempatkan standar etika pada tempat yang tinggi.

2. Extravert

Ciri khas orang extravert adalah pandai bersosialisasi, memiliki banyak teman,
membutuhkan orang untuk diajak berbicara, tidak menyukai membaca dan belajar
sendiri. Mencari-cari kegembiraan, menyukai perubahan, mudah berubah, tindakan-
tindakannya tidak dipikirkan terlebih dahulu dan biasanya impulsive. Menyenangi
lelucon ringan, periang, optimis, suka tertawa dan bersenang-senang. Ia juga seorang
yang aktif dan banyak melakukan kegiatan, cenderung agresif, mudah kehilangan
kendali, perasaannya tidak dijaga secara ketat, serta ia bukanlah orang yang selalu bisa
dipercaya.

3. Emotionality (Stable-Unstable)

Dalam dimensi ini, pada satu sisi dimensinya sangat labil, mudah terangsang,
mengikuti suasana hati, sensitif, anxious (cemas) dan sebagainya. Pada sisi ekstrim
lainnya, emosinya stabil, tidak mudah terangsang, tenang, meskipun marah tetap riang
dan dapat dipercaya. Orang normal secara tipikal memiliki tipe yang stabil.

Dimensi kepribadian Eysenck menjelaskan posisi kecenderungan individu


sehubungan dengan reaksi atau tingkah lakunya. Di dalam tipe kepribadian Introvert-
Extravert, telah terkandung didalamnya dimensi Stable-Unstable, karena Eysenck telah
mengkombinasikan kedua dimensi tersebut kedalam satu tipe kepribadian Introvert-
1
(Eysenck, dalam Agus Sujanto, 1993:111)
Extravert. Eysenck telah membagi Stable-Unstable maupun Introvert-Extravert sebagai
dua kutub yang membentuk skala kontinum, artinya individu dapat berada pada posisi
tertentu pada garis kontinum yang menunjukkan kecenderungan Stable-Unstable atau
Introvert-Extravert. Eysenck menyatakan bahwa dalam memahami seseorang tidak
berarti sekedar menilai Introvert-Extravert, tetapi harus dipahami dalam suatu kontinum
Introvert-Extravert dan Stable-Unstable. Sehingga kekuatan seseorang dalam bertingkah
laku sesuai dengan posisi yang ditempati individu dalam skala kontinum tersebut.

Eysenck juga mengatakan bahwa seseorang tidak pernah murni berada dalam
satu tipe, tidak ada yang murni introvert atau extravert. Hanya saja yang lebih dominan
pada diri seseorang itu apakah itu sifat introvert atau extravert sehingga orang tersebut
dapat digolongkan ke dalam tipe introvert atau tipe extravert. Seperti juga orang neurotic
tidak akan menjadi neurotic sepanjang waktu, kepribadian ini dapat bergerak dari normal
sampai dengan neurotic, begitu juga sebaliknya.

Kemudian ia menambahkan satu dimensi lagi, yaitu Psychotism. Dimensi ini


jarang ditemui pada populasi normal, karena telaah Eysenck tentang dimensi ini memang
lebih didasarkan pada kepribadian abnormal.2

2
(Eysenck & Eysenck, 1991:2, Skripsi Sintauli Damayanti, 2003).

Anda mungkin juga menyukai