Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia tentu tidak lepas dari proses sosialisasi. Akan tetapi, setiap manusia

terlahir dengan kepribadian yang berbeda-beda. Karena kepribadian antarmanusia

tidaklah sama, cara dan proses sosialisasi antara satu manusia dengan manusia yang

lain pun tidaklah sama. Masing-masing kepribadian memiliki karakteristik ketika

bersosialisasi.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan adanya pengaruh tipe kepribadian terhadap cara seseorang

bersosialisasi.

2. Untuk membandingkan cara bersosialisasi antara introver dan ekstrover.

3. Untuk mengenali karakteristik kepribadian introver dan ekstrover.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana karakteristik kepribadian introver dan ekstrover?

2. Bagaimana cara introver dan ekstrover bersosialisasi?

1.4 Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri atas tiga bab. Bab I berupa pendahuluan yang berisi latar

belakang masalah, tujuan penelitian, rumusan masalah, hipotesis, dan sistematika

penulisan.

Bab II merupakan isi atau pemaparan terkait topik yang akan dibahas. Bab ini

terdiri atas empat subbab. Subbab pertama berisi pengertian introversi dan

ekstraversi. Subbab kedua berisi karakteristik dan cara bersosialisasi introver.

1
Subbab ketiga berisi karakteristik dan cara bersosialisasi ekstrover. Subbab keempat

berisi perbandingan cara bersosialisasi antarkepribadian.

2
BAB II

ANALISIS KOMPARATIF CARA BERSOSIALISASI BERDASARKAN

TIPE KEPRIBADIAN

2.1 Pengertian Introversi dan Ekstraversi

Kepribadian manusia dapat dibagi berdasarkan aspek-aspek tertentu.

Salah satunya adalah sikap jiwa. Yang dimaksud dengan sikap jiwa ialah arah

dari energi psikis umum atau libido yang menjelma dalam bentuk orientasi

manusia terhadap dunianya. Arah aktivitas energi psikis itu dapat ke luar

ataupun ke dalam, dan demikian pula arah orientasi manusia terhadap dunianya,

dapat ke luar ataupun ke dalam (Suryabrata, 2012: 161). Eysenck menyebutkan

bahwa variasi individu dalam introver-ekstrover mencerminkan perbedaan

individual dalam pemfungsian neurofisiologis pada korteks otak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekstraversi adalah sikap atau

kepribadian seseorang yang minatnya lebih mengarah ke alam luar dan

fenomena sosial daripada terhadap dirinya dan pengalamannya sendiri. Orang

yang memiliki kepribadian tersebut biasa disebut ekstrover. Ekstrover adalah

orang yang minatnya ditujukan seluruhnya kepada yang ada di luar dirinya dan

tidak ditujukan kepada yang ada dalam pikiran dan perasaannya sendiri.

Ekstrover biasa disebut sebagai orang yang bersikap terbuka.

Lebih lanjut lagi, Suryabrata menjelaskan bahwa apabila orientasi

terhadap segala sesuatu itu sedemikian rupa sehingga putusan-putusan dan

tindakan-tindakannya kebanyakan dan terutama tidak dikuasai oleh pendapat-

pendapat subjektifnya, individu yang demikian itu dikatakan mempunyai

orientasi ekstrover. Apabila orientasi ini menjadi kebiasaan, individu yang

3
bersangkutan mempunyai tipe ekstrover. Ekstraversi mungkin merupakan sifat

yang paling luas dipelajari dibandingkan dengan yang lain karena perilaku yang

relevan dengan hal ini relatif mudah untuk diamati.1

Adapun introversi adalah kebalikan dari ekstraversi, yaitu sikap atau

kepribadian seseorang yang minatnya lebih mengarah kepada dirinya dan

pengalamannya sendiri daripada ke alam luar dan fenomena sosial. Orang yang

memiliki kepribadian tersebut adalah introver. KBBI mendefinisikan introver

sebagai sifat suka memendam rasa dan pikiran sendiri serta tidak

mengutarakannya kepada orang lain. Orang yang demikian ini biasa kita sebut

sebagai orang yang bersifat tertutup.

Di samping adanya introver dan ekstrover, dikenal pula istilah ambiver,

yaitu orang yang memiliki gabungan kepribadian introver dan ekstrover.

Namun, kepribadian ini jarang dibahas oleh psikolog.

2.2 Karakteristik dan Cara Bersosialisasi Introver

2.2.1 Karakteristik Introver

Orang yang introver dipengaruhi oleh dunia subjektif, yaitu dunia di

dalam dirinya sendiri. Orientasinya terutama tertuju ke dalam: pikiran,

perasaan, serta tindakan-tindakannya terutama ditentukan oleh faktor-faktor

subjektif. Bahaya tipe introver ini ialah jarak dengan dunia objektif yang

terlalu jauh dapat menyebabkan orang introver lepas dari dunia objektifnya.2

Terdapat beberapa hal yang ditemukan mengenai orang introver. Para

introver sensitif terhadap rasa sakit dan mudah lelah. Para introver

1
Gosling, et al., 1998
2
Suryabrata, 2012. Hlm. 162

4
berprestasi di sekolah khususnya dalam bidang studi yang lebih sukar.

Adapun introver yang berhenti dari sekolah cenderung karena alasan

psikiatri. Orang-orang introver walaupun lebih senang sendiri dapat saja

mempunyai kemampuan kerja sama yang baik. Namun demikian, bagi orang

introver, jika terlalu lama berada di antara orang banyak, hal itu membuat

energinya terkuras dan mereka cepat merasa lelah. Untuk mengisi ulang

energinya, mereka perlu meluangkan cukup waktu untuk aktivitas sendirian,

seperti mendengarkan musik sendirian, membaca buku sendirian, ataupun

bermain-main dengan gagasannya sendiri.3 Orang introver juga memiliki

kebutuhan yang kurang untuk menemukan sesuatu yang baru.

Apabila dihubungkan dengan dimensi kepribadian yang diperoleh dari

analisis faktor terhadap empat tipe temperamen atau kepribadian dasar yang

dicetuskan oleh Hippocrates (seorang dokter Yunani), orang introver

cenderung memiliki temperamen melankolis atau flegmatis. Melankolis

yaitu memiliki sifat-sifat: moody, pencemas, kaku, serius, pesimis, tertutup,

antisosial, dan pendiam. Flegmatis yaitu memiliki sifat-sifat: pasif atau

lamban, berhati-hati, pemikir, damai, terkontrol, dapat diandalkan, tidak

mudah berubah, dan kalem. Orang introver yang bertemperamen melankolis

cenderung tidak stabil, sedangkan orang introver yang bertemperamen

flegmatis cenderung stabil.

2.2.2 Cara Sosialisasi Introver

Introver dikenal sebagai orang-orang yang berkepribadian tertutup,

bahkan tak jarang disebut sebagai antisosial dan asosial4. Apakah itu berarti

3
Buku Ajar MPKT A Universitas Indonesia
4

5
seorang introver tidak dapat bersosialisasi? Bagaimanapun, seorang introver

tidak lepas dari proses sosialisasi. Akan tetapi proses, cara, dan durasi

sosialisasi seorang introver tidaklah sama dengan orang ekstrover. Karena

jumlah introver yang lebih sedikit daripada ekstrover, introver tak jarang

dianggap sebagai sesuatu yang buruk dan harus diubah.

Para introver merupakan orang-orang yang lebih mudah tergugah.

Mereka mengalami ketergugahan kotrikal yang lebih tinggi dari kejadian-

kejadian yang ada di dunia. Sebagai suatu hasil, rangsang sosial yang sangat

intens (misalnya, suatu pesta yang bising) membuat mereka terlalu tergugah–

suatu kondisi aversif yang mereka hindari. Perilaku introver lebih terbatas

karena besarnya ketergugahan yang mereka alami.5

Orientasi orang introver tertuju ke dalam. Pikiran, perasaan, serta

tindakan-tindakannya ditentukan oleh faktor-faktor subjektif.

Penyesuaiannya dengan dunia luar kurang baik. Jiwanya tertutup, sukar

bergaul, sukar berhubungan dengan orang lain, dan kurang dapat menarik

hati orang lain. Akan tetapi, penyesuaian dengan batinnya sendiri baik.6

Para introver kerap menemui kesulitan ketika bersosialisasi dengan para

ekstrover. Mereka kerap kali merasa tidak cocok dengan orang-orang

ekstrover. Misalnya, para ekstrover menikmati humor seksual dan agresif

eksplisit, sedangkan para introver tidak menyukai yang demikian. Mereka

lebih menyukai bentuk humor yang intelek.7

Kesulitan lainnya yang juga kerap mereka temui pada saat bersosialisasi

adalah penerimaan mereka terhadap masukan dari orang lain. Orang introver
5
Cervone, 2012. Hlm. 320
6
Suryabrata, 2011. Hlm. 162
7
Op. cit. hlm. 321

6
cenderung lebih sulit diberikan masukan karena kesensitifan mereka. Oleh

karena itu, pemberian masukan kepada orang introver hendaknya dilakukan

dengan cara sehalus mungkin agar tidak menyinggung perasaan mereka.

Orang-orang yang hendak memberikan masukan kepada introver hendaknya

meminimalisasi penggunaan kata-kata yang agresif, melainkan

menggunakan kata-kata yang bersifat asertif dan persuasif.

Introver juga identik dengan sifat pemalu. Namun, hal tersebut tidak

sepenuhnya benar. Orang yang introver bukan berarti tidak bisa

berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Mereka hanya merasa

bahwa komunikasi itu dilakukan jika mereka memang perlu untuk

melakukannya. Selain itu, orang introver tidak suka berkomunikasi dengan

banyak orang, mereka hanya ingin berkomunikasi dengan satu, dua, atau tiga

orang saja. Orang yang introver bukan berarti pula tidak bisa menjalin

pertemanan ataupun hubungan persahabatan. Orang introver dapat membuka

diri kepada siapa saja yang dianggap “istimewa” bagi mereka.

2.3 Karakteristik dan Cara Bersosialisasi Ekstrover

2.3.1 Karakteristik Ekstrover

Menurut Suryabrata, orang-orang ekstrover dipengaruhi oleh dunia

objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasinya tertuju ke luar. Pikiran,

perasaan, serta tindakannya terutama ditentukan oleh lingkungannya, baik

lingkungan sosial maupun lingkungan nonsosial. Bahaya bagi tipe ekstrover

ini ini ialah ikatan kepada dunia luar yang terlampau kuat dapat

7
menyebabkan ia tenggelam di dalam dunia objektif, kehilangan dirinya atau

asing terhadap dunia subjektifnya sendiri.

Terdapat beberapa hal yang ditemukan mengenai orang ekstrover.

Apabila orang introver yang berhenti sekolah cenderung disebabkan oleh

alasan psikiatri, orang ekstrover yang berhenti sekolah cenderung

disebabkan oleh alasan akademis. Para ekstrover lebih sering memilih untuk

belajar di perpustakaan. Para ekstrover beristirahat lebih banyak di sela-sela

proses belajar. Para ekstrover melaporkan suatu kesenangan dengan tingkat

suara yang lebih tinggi dan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk

bersosialisasi ketika belajar.8

Orang ekstrover lebih menyukai pekerjaan yang melibatkan interaksi

dengan orang lain. Mereka mancari perluasan dari pekerjaan rutin.

Apabila dihubungkan dengan dimensi kepribadian yang diperoleh dari

analisis faktor terhadap empat tipe temperamen atau kepribadian dasar yang

dicetuskan oleh Hippocrates, orang ekstrover cenderung memiliki

temperamen sanguinis atau koleris. Sanguinis yaitu memiliki sifat-sifat:

mudah tersentuh, tidak kenal lelah, agresif, mudah berubah, optimistis, dan

aktif. Koleris yaitu memiliki sifat-sifat: sosial, senang bergaul, senang

berbicara, responsif, santai, bersemangat, bebas, dan suka memimpin. Orang

ekstrover yang memiliki temperamen koleris cenderung tidak stabil,

sedangkan orang ekstrover yang memiliki temperamen sanguinis cenderung

stabil.

2.3.2 Cara Sosialisasi Ekstrover


8
Ibid. Hlm. 321–322

8
Orang ekstrover bersikap positif terhadap masyarakatnya. Hatinya

terbuka, mudah bergaul, dan hubungannya dengan orang lain lancar. Para

ekstrover memiliki ketergugahan kotrikal lebih sedikit dibandingkan para

introver sebagai akibat dari suatu stimulus. Oleh karena itu, mereka mencari

lebih banyak pengalaman sosial yang intens.

2.4 Perbandingan Karakteristik dan Cara Bersosialisasi Antarkepribadian

2.4.1 Perbandingan Karakteristik Antarkepribadian

Berikut ini adalah tabel perbandingan karakteristik antarkepribadian

introver dan ekstrover.

Introver Ekstrover
Berpikir, baru bertindak Bertindak, lalu (atau sambil) berpikir
Berpikir dalam “kepala” Cenderung berpikir dengan bersuara
Lebih pribadi, lebih suka membagi Mudah “dibaca” dan mudah ditebak;
informasi membagi informasi pribadi dengan bebas
pribadi kepada orang tertentu saja
Lebih banyak mendengarkan daripada Lebih banyak bicara daripada mendengarkan
berbicara
Antusias disimpan hanya bagi dirinya Berkomunikasi dengan antusias
sendiri
Memberi respons setelah berpikir panjang; Memberi respons dengan cepat; menyukai
lebih suka pacu pembicaraan yang lambat pacu pembicaraan yang cepat
Lebih menyukai pembicaraan yang Lebih menyukai pembicaraan yang luas
mendalam daripada mendalam
daripada yang meluas

Tabel 1 Perbandingan Karakteristik Antarkepribadian

9
2.4.2 Perbandingan Cara Bersosialisasi Antarkepribadian

Berikut ini adalah tabel perbandingan cara sosialisasi antarkepribadian

introver dan ekstrover.

Introver Ekstrover
Semangat dengan menghabiskan Semangat dengan kehadiran orang lain
waktu sendiri
Menghindar dari pusat perhatian Senang menjadi pusat perhatian
Dipengaruhi oleh dunia subjektif Dipengaruhi oleh dunia objektif
Lebih sensitif terhadap rasa sakit dan Kurang sensitif terhadap rasa sakit
mudah lelah dan tidak mudah lelah
Berhenti dari sekolah karena alasan Berhenti dari sekolah karena alas an
psikiatri akademik
Cenderung berprestasi dalam bidang Cenderung kurang berprestasi dalam
studi yang sukar bidang studi yang sukar
Memiliki temperamen melankolis Memiliki temperamen sanguinis atau
atau flegmatis koleris

Tabel 2 Perbandingan Cara Sosialisasi Antarkepribadian

10
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Simpulan

Setiap kepribadian memiliki karakteristiknya masing-masing dan cara

bersosialisasi yang berbeda. Orang introver, meskipun cenderung tertutup, dapat

tidak akan lepas dari proses sosialisasi dan melakukan sosialisasi dengan cara

yang berbeda. Orang ekstrover bersosialisasi dengan baik karena memiliki sikap

terbuka terhadap orang lain.

3.2 Rekomendasi

Sebaiknya setiap orang dapat saling memahami dan menghargai kepribadian

yang berbeda ketika bersosialisasi. Introversi bukanlah sesuatu yang harus

dihilangkan karena setiap orang telah dilahirkan dan Tuhan takdirkan memiliki

kepribadian yang tidak sama.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cervone, Daniel, Lawrence A. Pervin. 2011. Kepribadian: Teori dan Penelitian. Edisi

ke-10. Jakarta: Salemba Humanika.

Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat

(Cetakan Pertama). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers.

Tim Revisi. 2017. Buku Ajar MPKT A. Depok: Universitas Indonesia.

12
RIWAYAT PENULIS

Data Pribadi
Nama : Mario Excel Elfando
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 16 Mei 1999
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat surel : mario_elfando@windowslive.com

Data Pendidikan
Formal
 2005–2011 SD Paskalis 1, Kota Jakarta Pusat
 2011–2014 SMP Paskalis 1, Kota Jakarta Pusat
 2014–2017 SMA Negeri 31, Kota Jakarta Timur
Program Peminatan: Ilmu Bahasa dan Budaya
 2017–sekarang Universitas Indonesia
Jenjang : S-1
Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya
Program Studi : Sastra Arab
Nonformal
 2009–2013 Madrasah DTA Darul Ma‘arif, Kota Jakarta Pusat

Data Pekerjaan

 2014–2015 Bekerja di Madrasah DTA Darul Ma‘arif sebagai pengajar


bahasa Arab

Data Organisasi
 ROHIS SMA NEGERI 31 JAKARTA
JABATAN : SEKRETARIS DIVISI AKADEMIK
PERIODE : 2015–2016
 PASKIBRA SMA NEGERI 31 JAKARTA
JABATAN : SEKRETARIS
PERIODE : 2015–2016
 MADING DAN JURNALISTIK SMA NEGERI 31 JAKARTA
JABATAN : WAKIL KETUA
PERIODE : 2015–2016
 PRAMUKA SMA NEGERI 31 JAKARTA
JABATAN : SEKRETARIS
PERIODE : 2015–2016
 PEMUDA DAN REMAJA MASJID AL-JIHAD
JABATAN : ANGGOTA BIASA
PERIODE : 2015
 KOMUNITAS FAKTABAHASA DEPOK
JABATAN : TUTOR
PERIODE : 2017

13
Data Penghargaan

 Peringkat 1 Ujian Nasional SMA Program Bahasa (Peringkat 8 tingkat


provinsi)
 Peringkat 2 US dan USBN SMA Program Bahasa tingkat sekolah
 Salah satu dari 100 pemenang Gelar Cipta Puisi Qurani 2016 Tingkat Nasional
 Juara 2 Lomba Pidato Bulan Bahasa tingkat sekolah
 Juara 2 Lomba Senandung Islami 2016 tingkat sekolah

Buku yang Pernah Diterbitkan


 Judul : Puisi-Puisi Kecil
Penerbit : CV Arashi Group
Tahun Terbit : 2017

Sertifikat
 Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia
Skor: 600 Predikat: Unggul
 Fit in Deutsch A1
Skor: 53 Predikat: sehr gut (sangat baik)
 TOEFL Prediction Test
Skor: 460 Predikat: –

14

Anda mungkin juga menyukai