Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PERUBAHAN KEPRIBADIAN DARI EKSTROVERT MENJADI INTROVERT

Disusun oleh :

DZIKRINA TRESNA SAVITRI

1906363410

MATA KULIAH MPKT A

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

2019
PENDAHULUAN

Istilah “kepribadian” (personality) berasal dari kata latin “persona” yang berarti topeng
atau kedok, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang
maksudnya umtuk menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi seseorang. Bagi bangsa Yunani,
“persona” berarti bagaimana seseorang tampak pada orang lain. Jadi konsep awal dari pengertian
personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditempatkan di lingkungan sosial.
Kesan mengenai diri yang diinginkan agar ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2004.
Hal:8)

Hubungan antar pribadi yang terjalin antar makhluk sosial memiliki beberapa kepribadian
yang seringkali tidak bisa terlepas dari konflik-konflik interpersonal yang timbul dari interaksi-
interaksi yang terjadi dari penyesuaian lingkungan mereka. Konflik tersebut timbul karena
adanya perbedaan karakter, sudut pandang, budaya, serta kepentingan dari masing-masing
individu yang kadang bisa menimbulkan gesekan antar kepribadian. Keadaan yang berbeda-beda
ini seringkali menyebabkan pertentangan pendapat dimana terbenturnya pola pikir manusia
dalam menyikapi masalah yang terjadi. Individu yang memiliki perasaan rendah diri, cemas, dan
mudah terpengaruh dikatakan memiliki konsep diri yang negatif. Individu dengan konsep diri
yang negatif akan memiliki tingkat penyesuain diri yang rendah karena kecemasan yang
dimilikinya dapat menyulitkannya untuk berhubungan dengan orang lain. Sebaliknya, individu
dengan konsep positif memiliki penyesuain diri yang mudah dalam membangun kerja sama dan
hubungan dengan sekitarnya.

Salah satu penemuan ilmiah berkaitan dengan kepribadian adalah tipologi kepribadian
yang diajukan oleh Carl Jung, yaitu membedakan kepribadian seseorang ke dalam dua tipe
kepribadian, ekstrovert dan introvert. Tipe kepribadian ini kemudian oleh Eysenck
dikembangkan lebih lanjut. Eysenck membedakan kepribadian introvert dan ekstrovert untuk
menyatakan adanya perbedaan individu dalam bereaksi terhadap lingkungan dan dalam tingkah
laku.

Kepribadian introvert adalah kepribadian manusia yang lebih berkaitan dengan dunia
dalam pikiran manusia itu sendiri. Jung mengatakan (dalam Hall and Lindzey, 1978;125) bahwa
introvert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya tertuju ke
dalam. Orang-orang introvert adalah mereka yang terampil dalam melakukan perjalanan ke
“dunia dalam”, yaitu diri mereka sendiri. Mereka selalu mencoba memahami diri mereka sendiri
dengan melakukan banyak perenungan dan berkontemplasi (berpikir dengan fokus).

Karakteristik tipe introvert :

1. Perhatiannya tertuju pada dunia dalam dirinya


2. Mendapatkan energi dari dalam dirinya
3. Berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara
4. Mempunyai sifat tertutup
5. Lebih senang bekerja sendiri

Ekstrovert merupakan kebalikan dari introvert. Individu dengan kepribadian ekstrovert lebih
berkaitan dengan dunia di luar manusia tersebut dimana mereka cenderung membuka diri dengan
kehidupan luar. Jung mengatakan (dalam Hall dan Lindzey, 1978;125) bahwa ekstrovert adalah
kepribadian yang dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya tertuju keluar.

Karakteristik tipe ekstrovert :

1. Perhatiannya tertuju pada dunia di luar dirinya


2. Mendapatkan energi melalui orang lain
3. Berbicara terlebih dahulu baru berpikir
4. Terbuka dan suka berteman
5. Suka bekerja sama dengan orang lain

Jika seseorang memiliki kepribadian yang mengarah kepada kedua kepribadian, baik
ekstrovert dan introvert, bisa dikatakan individu tersebut termasuk ke dalam tipe kepribadian
ambivert. Jung mengatakan (Iriaz dalam Jamilah, 2012:22) seseorang yang mempunyai tipe
kepribadian yang sulit digolongkan menjadi introvert atau ekstrovert maka mereka boleh
digolongkan menjadi seorang ambivert.

Karakteristik tipe ambivert :

1. Senang berada di tengah kerumunan

2. Tidak suka jika terlalu lama menyendiri


3. Tidak selalu diam

ISI

Kepribadian terbentuk karena adanya faktor biologis (nature) berupa genetik dan faktor
lingkungan (nurture) berupa pengalaman dan pengajaran. Eysenck (2014:95) mengatakan
kepribadian adalah jumlah total dari aktual maupun potensial dari organisme yang ditentukan
oleh hereditas dan lingkungan yang berawal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari
faktor-faktor utama yang terdiri dari sektor kognitif (Intelligence), konatif (character), afeksi
(temperament), dan somatic (constitution). Charles Darwin, seorang biologist, mendorong orang-
orang untuk berpikir bahwa kepribadian manusia merupakan bawaan lahir (nature). Namun,
menurut psychologist, John B. Watson pembentuk kepribadian individu lebih disebabkan oleh
pengaruh lingkungan (nurture) ketimbang biologis (nature).

Dalam pengaruhnya di kepribadian, seseorang yang awalnya memiliki kepribadian


ekstrovert dapat mengalami perubahan kepribadian menjadi seorang yang introvert lewat suatu
pengalaman, tetapi berbeda dengan introvert yang dalam implementasinya sulit untuk diubah.
Perubahan kepribadian tersebut terjadi karena seseorang mengalami hal-hal yang menekan batin
dan kejiwaannya. Dikutip dari IDNTimes, Adapun penyebab seorang ekstrovert berubah menjadi
introvert.

1. Mengalami trauma di bully saat masih kecil

Saat masa kanak-kanak, bisa jadi dia adalah pribadi yang periang, terbuka, dan senang
berinteraksi dengan teman-teman sebayanya. Namun, saat ia mulai mengalami bully yang kerap
terjadi berulang dari teman-teman di sekitarnya, hal ini memberi dampak buruk pada kondisi
mentalnya dan perlahan mengubah pribadinya. Dari yang semula ceria menjadi lebih sensitif,
suka murung, kurang percaya diri dan menjadi sangat pendiam. Banyaknya luka batin yang dia
dapat semasa kecil bisa mengubah pribadi asalnya hingga terbawa sampai ia dewasa.

2. Adanya tuntutan dan tekanan dari orang sekitar

Kebanyakan tipe ekstrovert memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan senang berbaur
dengan banyak orang. Namun, sifat friendly-nya ini kadang tidak selalu disambut hangat oleh
sebagian orang di sekitarnya. Kadang cibiran, tatapan sinis, dan teguran dari orang-orang yang
tak suka dengan pembawaannya bisa ia dapatkan. Stigma sok akrab dan merasa paling dominan
juga tak jarang didengar. Jika individu tersebut termasuk tipe sensitif dan terlalu memikirkan
kata-kata mereka, hal ini bisa memberi dampak pada dirinya seperti mengubah pribadinya yang
semula ekstrovert menjadi introvert. Hanya karena tak ingin terlihat salah di mata orang lain, ia
rela kebebasannya diatur dan dituntut untuk menjadi seseorang yang bukan dirinya.

3. Pernah berada di kondisi keluarga broken home

Seorang anak yang kerap kali menyaksikan pertengkaran kedua orangtuanya juga dapat
memberi pengaruh pada kondisi psikisnya. Apalagi jika anak tersebut juga turut menjadi korban
pelampiasan emosi kedua orangtuanya. Hal ini bisa membuat seorang anak merasa hilang rasa
berharganya. Dampak lainnya bisa memengaruhi kondisi emosional dan kepribadian sang anak
menjadi lebih sering murung dan menutup diri. Hal ini juga bisa mempengaruhi kehidupannya
saat dewasa.

4. Kerap dimanfaatkan dan dikhianati berulang kali

Sifat ekstrovert yang mudah percaya, antusias, dan selalu menanamkan pikiran positif
pada setiap orang baru yang dikenalnya justru bisa menjadi bomerang bagi dirinya sendiri.
Seperti membuatnya kerap dimanfaatkan dan juga dikhianati berulang kali dari orang-orang
sekitarnya. Kekecewaan mendalam yang ia rasakan karena ketidaktulusan yang sering ia
dapatkan bisa membuatnya jadi hilang kepercayaan pada orang lain dan memilih menutup diri
dari orang-orang sekitarnya. Adanya keragu-raguan yang ia rasakan untuk kembali ingin
menjalin hubungan yang hangat pada orang lain hanya karena tak ingin mendapat kekecewaan
yang sama berulang kali.

5. Mengalami stres berat hinga depresi

Tuntutan dan tekanan hidup yang dialami seseorang bisa membuatnya menjadi rentan
pada stres hingga depresi. Apalagi jika dialami dalam jangka waktu yang lama dan dia tidak bisa
mengontrol dan mengendalikan emosi dalam dirinya, hal ini bisa memperparah kondisi
mentalnya. Dampak lainnya bisa mengubah pribadinya yang semula ekstrovert menjadi introvert.
PENUTUP

Perubahan kepribadian yang dialami seseorang dari ekstrovert menjadi introvert


disebabkan karena peristiwa kurang menyenangkan yang dialami dimana hal itu dilakukan oleh
kelompok terdekat individu (keluarga dan teman sebaya). Suatu kepribadian ceria yang hadir di
awal dapat berubah dalam seketika, namun dibalik itu semua tersimpan makna tersendiri dalam
mengartikan perubahan tersebut. Sejatinya manusia memiliki sudut pandang yang berbeda-beda
dalam memahami suatu kepribadian. Menjadi seorang introvert tampaknya menghasilkan suatu
perspektif mengenai introvert yang sulit untuk diajak bekerja sama. Pola pikir tersebut haruslah
dihilangkan mengingat kepribadian yang kita miliki merupakan bentuk dari rasa nyaman kita
dalam mengungkapkan diri.

Adanya perubahan kepribadian yang dialami seseorang terkadang membuat mereka


berharap agar bisa kembali seperti dulu lagi. Menyikapi hal tersebut, ada cara yang dapat
dilakukan untuk membuat hidup lebih baik, yakni 1). Dengan mencintai diri sendiri karena
dengan mencintai diri sendiri kita lebih mudah menikmati hidup, 2). Yakinkan bahwa sikap
introvert kita tidak akan menghalangi kita mencapai cita-cita, 3). Maafkan kejadian yang terjadi
di masa lalu karena semua orang punya kesalahan, 4). Miliki perasaan positif karena dengan
memiliki perasaan positif, perasaan itu akan membantu melewati kesulitan di kemudian hari..
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2004). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Hall, Calvin S. Dan Lindzey. Gardner. (1978). Theories of Personality. New york: John Wiley
and Sons.

Al Muhammady, Jamilah. (2012).Personalities of Extrovert and Ambivert. Journal: International


Journal of Social.

IDNTimes - Kenapa Orang Ekstrovert Bisa Menjadi Introvert

https://www.idntimes.com/life/inspiration/dewinner93/alasan-orang-ekstrovert-bisa-menjadi-introvert-
c1c2

Anda mungkin juga menyukai