NIM : 20011211
REVIEW JURNAL
Oleh :
I Wayan Redana
TK Tunas Kartini 1 Culik
e-mail: wayanredana38@gmail.com
Abstrak
Abstract
This study aims to determine the increase in social skills with the application of
modeling techniques in group A one Semester children in kindergarten Tunas Kartini 1 Culik
in the academic year 2017/2018. This research is a classroom action research conducted in
two cycles. Each cycle consists of a phase of action planning, action, observation/evaluation
and reflection. The subjects were 14 children in group A Tunas Kartini 1 Culik in the academic
year 2017/2018. Data on the social skills of children collected using observational methods.
The results showed that the application of modeling techniques can enhance social skills in
kindergarten children in group A Tunas Kartini 1 Culik in the academic year 2017/2018. It
can be seen from a child's social skills gains score of 0.82 which are in the high criteria. The
high scores obtained prove that the application of modeling techniques can improve the social
skills of children.
90 I Wayan Redana
PENDAHULUAN perkembangan anak supaya tumbuh dan
Anak usia dini merupakan individu berkembang secara optimal.
yang sedang mengalami pertumbuhan dan Salah satu aspek yang berkembang
perkembangan. Usia dini adalah usia yang pada usia dini adalah perkembangan sosial
paling berharga bagi perkembangan anak anak. Hurlock (1978) mendefinisikan
dibandingkan dengan usia selanjutnya karena perkembangan sosial adalah perolehan
pada masa ini perkembangan anak sangat kemampuan orang dalam berperilaku
pesat dan perkembangan kecerdasan yang disesuai dengan tuntutan sosial tempat dirinya
sangat luar biasa (Mulyasa, 2014). Usia dini berada. Seorang anak yang tinggal
merupakan fase pertumbuhan dan dilingkungan sosial harus mampu bertingkah
perkembangan berbagai aspek-aspek yang laku sesuai dengan peraturan yang berlaku di
dimiliki oleh anak. tempat tersebut.
Anak tumbuh dan berkembang Menurut Hartinah (2008) menyatakan
mengikuti alur dan tahapannya masing- bahwa perkembangan sosial adalah proses
masing. Pertumbuhan dan perkembangan ini pencapaian suatu kemampuan oleh seseorang
akan menentukan kehidupan di masa yang untuk berperilaku sesuai dengan harapan
akan mendatang. Pada tahap perkembangan sosial yang berlaku. Nurihsan dan Mubira
ini anak memiliki tugas-tugas perkembangan (2011) mengartikan bahwa perkembangan
tertentu yang harus diketahui oleh seorang sosial merupakan proses belajar yang
pendidik PAUD. Sejak lahir hingga usia enam dilakukan orang untuk menyesuaikan diri
tahun anak memiliki banyak tugas-tugas terhadap norma-norma kelompok, moral dan
perkembangan. Semakin bertambah usia anak tradisional yang telah disepakati, melebur diri
tugas perkembangannya semakin sulit. Hal ini menjadi satu kesatuan dan saling
tidak berati perkembangan anak harus berkomunikasi, berinteraksi, dan
berhenti sampai disitu saja. Sejak usia anak bekerjasama.
baru lahir hingga usia enam tahun sudah ada Berdasarkan pemaparan di atas maka
pendidikan yang menopang pertumbuhan dan dapat ditarik pengertian bahwa
perkembangan anak yang disebut dengan perkembangan sosial adalah proses
pendidikan anak usia dini. kematangan hubungan sosial yang
Pendidikan anak usia dini merupakan disesuaikan dengan tututan sosial, norma-
pendidikan yang diselenggarakan untuk anak norma yang ada di lingkungan masyarakat
usia nol sampai enam tahun. Penyelengaraan dan mampu bekerja sama. Perkembangan
pendidikan ini didasarkan atas rentangan usia sosial berhubungan dengan perilaku yang
anak, usia 0-2 bulan pada tahap ini pendidikan ditampilkan anak. Ketika anak berhubungan
anak masih berada pada lingkungan keluarga, dengan orang lain banyak pengalaman dan
usia 2 bulan sampai 5 tahun anak dapat pelajaran yang didapatkanya. Anak telah
memasuki taman pengasuhan anak, usia 3-4 belajar cara berperilaku sesuai dengan norma-
tahun anak berada pada jalur kelompok norma yang berlaku di lingkungannya. Anak
bermain, dan usia 4-6 tahun anak memasuki juga mampu memerankan dirinya sebagai
jalur taman kanak-kanak (Mulyasa, 2014). individu yang merupakan bagian dari
Anak memiliki tingkatan pendidikan yang lingkungan tersebut sehingga mampu bergaul
berbeda-beda mulai dari pengasuhan di dan berbaur dengan mudah.
keluarga, beranjak ke taman penitipan anak, Anak adalah sesosok individu yang
kelompok bermain dan taman kanak-kanak. hidup dalam lingkungan masyarakat sehingga
Setiap rentangan usia anak memiliki jalur perlu untuk mempelajari dan menyesuaikan
pendidikan tersendiri. Pengelompokan ini diri terhadap harapan sosial yang ada. Anak
juga disesuaikan dengan tarap perkembangan yang memiliki keterampilan sosial yang baik
anak. Pendidikan anak usia dini akan mampu menyesuaikan diri dengan
diselenggarakan untuk memfasilitasi dan lingkungan sosialnya.
merangsang semua aspek pertumbuhan dan Perkembangan sosial berhubungan
91 I Wayan Redana
dengan keterampilan sosial. Anak perlu mencuci tangan. Beberapa diantaranya tidak
memiliki keterampilan sosial untuk bergaul, memiliki kesabaran untuk mengantri dan ada
membantu orang lain, bekerjasama, pula yang bermain air sehingga air berceceran
menghargai orang lain agar mampu di lantai. Setelah anak mencuci tangan dan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. duduk di bangkunya masing-masing guru
Keterampilan sosial anak pertama kali mengintruksikan untuk berdoa sebelum
dipelajari dalam lingkungan keluarga. menyantap makanannya. Ada anak yang tidak
Keluarga adalah sebagai peletak dasar mau mendengarkan perkataan guru dirinya
pembentukan sikap dan penanaman nilai langsung makan, namun guru menegurnya
sosial anak. Penanaman nilai-nilai sosial beberapa kali dan anak itu mau berdoa.
sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua Anak-anak istirahat bermain di luar
yang dapat dilihat melalui hubungan anak kelas. Beberapa anak berlarian kesana-kemari
dengan orang tua, hubungan anak dengan tanpa mengenal lelah. Ketika melakukan
saudara, hubungan anak dengan teman sebaya permainan ada anak yang saling menarik
dan hubungan anak dengan lingkungan temannya sehingga temannya merasa
sekitar. kesakitan, selain itu ada juga yang saling
Taman kanak-kanak merupakan mendorong satu sama lain. Beberapa anak
tempat kedua bagi anak untuk mempelajari tidak mau berbaur dan bermain bersama
keterampilan sosial. Di sinilah proses sosial teman barunya. Anak bermain hanya dengan
anak dengan teman sebayanya terjadi secara teman-teman yang sudah biasa diajak
positif maupun negatif. Selain keluarga, bermain. Ada juga anak yang sama sekali
sekolah juga memberikan sumbangan yang tidak mau bermain dengan temannya, namun
besar bagi keterampilan sosial anak. Di terlihat asyik bermain sendiri. Anak ini juga
sekolah guru perlu menstimulasi sering diam jika diberikan rangsangan oleh
keterampilan sosial anak agar dapat guru baru berbicara.
berkembang secara optimal. Pada saat memasuki kelas setelah
Anak yang kurang mendapatkan istirahat ada anak yang tidak masuk ke
stimulasi terhadap keterampilan sosialnya kelasnya sendiri, dirinya masuk ke kelas yang
akan memiliki keterampilan sosial yang lain karena teman-teman yang dulu sering
kurang. Hal tersebut terjadi salah satunya di diajak bermain berada di kelas tersebut. Hal
TK Tunas Kartini 1 Culik. Observasi yang ini menunjukkan bahwa keterampilan anak
dilakukan di TK Tunas Kartini 1 Culik pada untuk bergaul masih rendah karena dirinya
tanggal 18 Agustus, ditemukan anak kurang belum bisa menjalin persahabatan dengan
sabar, kurang berbaur dengan teman, banyak teman barunya dan masih terikat dengan
bicara dan pendiam. Permasalahan tersebut sahabat lamanya.
memperlihatkan bahwa anak memiliki Menurut Susanto (2011) keterampilan
keterampilan sosial yang rendah dalam sosial adalah kecakapan dalam penyesuaian
dirinya. Anak belum mampu mengatur yang memungkinkan anak dapat bergaul
dirinya terlihat dari perbuatan yang dengan teman-temannya. Gunarsa (2007)
ditunjukkan seperti tidak sabar dalam mengartikan bahwa keterampilan sosial
melakukan berbagai kegiatan. Pada saat guru adalah kemampuan seseorang untuk
meminta anak untuk mengerjakan kegiatan menyesuakan diri melalui bergaul dengan
beberapa anak mengerjakan dengan buru- orang lain. Anak yang memiliki hubungan
buru sehingga hasilnya kurang maksimal, ada baik dengan orang lain mencirikan bahwa
juga sebagian anak yang mengganggu dirinya bisa menjalin pergaulan secara
temannya, terus memancing anak lain untuk menyenangkan. Adistyasari (2013)
berbicara kepadanya sehingga membuat menyatakan bahwa keterampilan sosial
keributan di dalam kelas. merupakan cara anak dalam berinteraksi
Ketika istirahat makan, guru dengan orang lain baik dilihat dari bentuk
mengintruksikan kepada anak didik untuk perilaku maupun dalam bentuk komunikasi
93 I Wayan Redana
Selain itu Susanto (2011) Seorang anak belajar untuk bertingkah laku
mengungkapakan bahwa faktor yang karena ada proses yang dilalui yaitu
mempengaruhi keterampilan sosial anak yaitu mengamati model. Pengamatan tersebut
faktor internal dan eksternal. Faktor internal memberikan pengaruh bagi anak untuk
adalah faktor yang sudah ada dalam diri anak memunculkan perilaku baru dimana model
seperti bawaan dan pengalaman yang telah bertindak sebagai stimulus pembentukan
diperolehnya. Faktor eksternal adalah faktor perilakunya.
yang berasal dari lingkungan anak seperti Berdasarkan pendapat di atas maka
keluarga dan teman sebaya yang ada di dapat disimpulkan bahwa teknik modeling
sekolah. adalah proses pembentukan perilaku anak
Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
keterampilan sosial anak yaitu faktor internal terdapat seorang model. Berdasarkan hasil
adalah faktor yang berasal dari dalam diri pengamatan tersebut kemudian anak
anak, seperti gen dan faktor yang berasal dari memproses di dalam otaknya terhadap
luar seperti keluarga, teman dan lingkungan. perilaku yang dilihat. Setelah melalui
Penangan yang dapat diberikan beberapa proses baru anak akan memuncul
kepada anak kelompok A di TK Tunas Kartini perilaku yang merupakan rasangan dari
1 Culik yakni melakukan modifikasi perilaku model.
dengan penerapan teknik modeling. Teknik Corey (dalam Gunarsa, 2004)
modeling adalah proses belajar melalui membagi modeling menjadi tiga jenis yakni
pengamatan dan perubahan yang terjadi sebagai berikut.
merupakan hasil meniru perilaku model. 1. Modeling nyata. Modeling nyata adalah
Bandura (dalam Gunarsa, 2006) menyatakan model yang dapat dilihat dan ditemukan
bahwa dalam situasi sosial seseorang lebih secara langsung dalam kehidupan anak.
cepat belajar untuk bertingkah laku dengan Misalnya orang tua atau orang dewasa
cara mengamati atau melihat perilaku orang lainnya, guru.
lain. Perubahan tingkah laku seseorang tidak 2. Modeling simbolik. Modeling simbolik
lain didapatkan melaui kegitan mengamati adalah model yang tidak dapat ditemui
dan meniru apa yang dilihat. secara langsung oleh anak. Modeling ini
Gunarsa (2004) mendefinisikan dapat berupa tokoh-tokoh yang dilihat
bahwa teknik modeling adalah proses belajar dalam acara TV, Video, cerita dan lain-
yang dilakukan oleh seseorang melalui lain.
pengamatan dari orang lain dan perubahan 3. Modeling ganda. Modeling ganda adalah
yang terjadi pada dirinya merupakan hasil modeling yang terjadi dalam suatu
peniruan model. Pembelajaran dengan teknik kelompok dimana perubahan perilaku
modeling yaitu memberi kesempatan kepada merupaka hasil peniruan perilaku anggota
seseorang untuk belajar bertingkah laku kelompok.
melalui kegiatan observasi terhadap perilaku Bandura (1971) menyatakan bahwa
model. Sikap yang ditunjukkan pengamat fase-fase modeling ada empat, diantaranya
adalah hasil dari peniruan perilaku model. sebagai berikut.
Komalasari, dkk., (2011) 1. Attention process. Pemilihan model harus
mendefinisikan bahwa teknik modeling benar-benar diperhatikan. Sebelum
merupakan kegiatan belajar yang dilakukan meminta anak untuk meniru, model yang
melalui observasi dengan menambahkan atau dijadikan panutan harus memiliki daya
mengurangi tingkah laku yang teramati, tarik. Orang memiliki keinginan untuk
menggeneralisir berbagi pengamatan meniru karena model mempunyai kualitas
sekaligus, dimana dalam pembelajaran ini yang hebat, berhasil, dan perilakunya
melibatkan proses kognitif. Seorang anak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
belajar untuk bertingkah laku karena adanya 2. Retention process. Pada tahap ini anak
proses yang dilalui yakni pengamatan. diberikan kesempatan untuk merespon
95 I Wayan Redana
dari dirinya sendiri, (2) bagi guru hasil sosial pada anak kelompok A menggunakan
penelitian ini diharapkan dapat digunakan metode observasi. Pada penelitian ini, metode
sebagai salah satu acuan dalam memilih observasi digunakan untuk mengumpulkan
teknik pembelajaran yang inovatif untuk data tentang keterampilan sosial anak. Setiap
menciptakan suasana belajar yang menarik kegiatan yang diobservasikan dikategorikan
sehingga mampu menarik perhatian anak ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak
dengan demikian pesan apa yang ingin belum berkembang dengan tanda bintang satu
disampaikan akan dipahami oleh anak (3) (*), anak mulai berkembang dengan tanda
bagi kepala TK Penelitian ini diharapkan bintang dua (**), anak berkembang sesuai
dapat memberikan informasi untuk harapan dengan tanda bintang tiga (***), dan
melakukan tindakan yang tepat dalam anak berkembang sangat baik dengan tanda
pemilihan teknik pembelajaran untuk bintang empat (****). Data dalam penelitian
meningkatkan aspek perkembangan anak. ini dianalisis menggunakan teknik statistik
deskriptif. Teknik analisis statistik deskriftif
METODE PENELITIAN yaitu cara pengolahan data dengan
Penelitian dilakukan di TK Tunas menerapkan rumus-rumus statistik seperti
Kartini 1 Culik. Penelitian ini dilaksanakan distribusi frekuensi, grafik, modus, median,
pada semester I tahun pelajaran 2017/2018. mean. Adapun rumus yang digunakan yaitu
Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A menghitung modus, median dan mean. Modus
TK Tunas Kartini 1 Culik pada tahun adalah nilai yang sering muncul, median
pelajaran 2017/2018 yang berjumlah 14 orang adalah nilai tengan, dan mean adalah nilai
dengan 5 orang anak laki-laki dan 9 orang rata-rata.
anak perempuan. Objek yang ditangani dalam
penelitian ini adalah meningkatkan HASIL DAN PEMBAHASAN
keterampilan sosial dalam perilaku berbagi, Hasil
kerjasama, sabar menunggu giliran dan mau Berdasarkan pengamatan yang
bergabung bermain bersama teman pada anak dilakukan selama tindakan siklus I pada anak
kelompok A di TK Tunas Kartini 1 Culik kelompok A skor yang diperoleh
semester I tahun pelajaran 2017/2018. dikonversikan pada kriteria peningkatan
Penelitian ini dirancang dengan keterampilan sosial menunjukkan angka
menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (0,61) yang berada pada kriteria sedang. Hal
(PTK). Penelitian ini disebut penelitian ini terjadi karena terdapat beberapa kendala
tindakan kelas karena penelitian ini dilakukan dan dijadikan refleksi untuk Ditingkatakan
untuk memecahkan masalah pembelajaran pada siklus II. Data keterampilan sosial yang
yang ditemukan. Penelitian ini juga termasuk diperoleh dari hasil observasi disajikan ke
penelitian deskriptif, sebab menggambarkan dalam grafik folygo yaitu sebagai berikut.
penerapan suatu pembelajaran untuk 4
Frekuensi
Frekuensi
Data tersebut menunjukkan bahwa penerapan 6
teknik modeling belum dapat meningkatkan 4
keterampilan sosial anak. 2
Kendala-kendala yang ditemukan
0
pada siklus I yaitu: Pertama anak kurang 25 27 28 29 30 31
fokus memperhatikan pada saat guru
menerapkan teknik modeling. Hal ini terlihat
Skor
dari ada dua anak tidak mau berbaur bermain
dengan temannya. Salah satu anak hanya M=28,71 Mo=30
duduk di depan kelas. Terkadang anak hanya
memegang alat permainan saja. Sedangkan Md=30
seorang anak hanya memegang alat
permaianan seperti ayunan dan mangkuk Gambar 02 grafik keterampilan sosial
putar. Pada aspek sabar menunggu giliran ada siklus II
enam orang anak menerobos barisaan pada
saat mencuci tangan. Selain itu anak tersebut Gamabar 4.1perhitungan
gambar grafik
juga kurang sabaran dalam mendengarkan Berdasarkan Mo, Md, M
keterampilan sosial pra-siklus
dan grafik folygon di atas terlihat M<Md≤Mo
guru menjelaskan pelajaran.
Kedua anak kurang aktif dalam (28,71<30≤30), mean lebih kecil dari median,
menjawab pertanyaan guru, anak sibuk median lebih kecil atau sama dengan modus.
dengan kegiatannya masing-masing, seperti Berdasarkan perhitungan nilai modus lebih
memainkan kaos kaki, mengobrol dengan besar dari mean dan median, menunjukkan
temannya, dan ketiga guru tidak sungguh- bahwa sebagian besar skor yang diperoleh
sungguh dalam menerapkan langkah-langkah anak kelompok A di TK Tunas Kartini 1 Culik
modelin secara utuh/tepat. tinggi. Data tersebut menunjukkan bahwa
Adapun solusi yang dapat dilakukan penerapan teknik modeling dapat
untuk mengatasi kendala-kendala tersebut meningkatkan keterampilan sosial anak
yaitu (1) Sebelum menerapakan teknik Setelah diterapkannya teknik
modeling terlebih dahulu guru menciptakan modeling gains skor keterampulan sosial
suasana kelas yang nyaman sehingga anak anak berada pada kriteria tinggi. Melalui
memfokuskan perhatiannya hanya ada di perbaikan penerapan teknik modeling pada
kelas. (2) Guru diminta menayangkan video siklus II telah tampak adanya peningkatan
secara bertahap. Apabila perilaku model keterampilan sosial yang diperlihatkan
tentang keterampilan sosial sudah terlihat di melalui peningkatan skor yang diperoleh
video, guru menghentikan sesaat dan bertanya anak yaitu sebesar 0,82 yang berada pada
kepada anak tentang perilaku yang kriteria tinggi. Adapun temuan-temuan yang
ditunjukkan oleh model. (3) Pada saat anak diperoleh selama tindakan pelaksanaan
memunculkan perilaku keterampilan sosial siklus II yaitu anak mampu fokus
guru memberikan motivasi dan penghargaan memperhatikan video yang ditayangkan dan
kepada anak seperti pujian, meminta anak lain anak mampu menceritakan perilaku model,
untuk memberikan tepuk tangan, anak menunjukkan perilaku yang
mengancungkan kedua jempol kepada anak. mencermikan keterampilan sosial.
Berdasarkan hasil pengamatan
selama tindakan pada siklus II keterampilan Pembahasan
sosial anak kelompok A. Data keterampilan Penelitian tindakan kelas ini
97 I Wayan Redana
dilaksanakan pada anak kelompok A di TK sosial anak maka diadakan perbaikan
Tunas Kartini 1 Culik pada Semester I tahun tindakan pada siklus II. Salah satu penangan
pelajaran 2017/2018. Setelah diberikan yang dapat digunakan untuk memfokuskan
tindakan pada siklus I dan siklus II anak pada saat menonton video. Perubahan
keterampilan sosial anak meningkat. posisi tempat duduk memiliki pengaruh
Keterampilan sosial yang diteliti meliputi terhadap peningkatan keterampilan sosial
berbagi, bekerjasama, sabar menunggu anak. Anak yang awalnya tidak mau fokus
giliran dan bergabung bermain dengan menonton video setelah dirubah posisi
teman. tempat duduknya anak tersebut mau
Berdasarkan analisis data gains skor memfokuskan perhatiannya pada video.
keterampilan sosial anak pada siklus I Selain itu, untuk menstimulasi daya
mencapai 0,61 yang berada pada kriteria ingat anak terhadap perilaku model yang
sedang. Penerapan modeling perlu dilihat pada saat menayangkan video ketika
dilanjutkan ke siklus II karena gains skor model mencerminkan perilaku keterampilan
keterampilan sosial anak belum mencapai sosial, guru menghentikan sesaat memutar
kriteria ketuntasan yaitu kriteria tingggi atau video. Tersimpannya suatu ingatan tentang
minimal 0,7. Gains skor keterampilan sosial keterampilan sosial di dalam otak
anak pada siklus II sebesar 0,82 yang berada mempermudah anak untuk menampilkan
pada kriteria tinggi, maka tidak dilanjutkan tingkah laku tersebut. Hal ini terlihat dari
kesiklus berikutnya. anak-anak kelompok B telah mamapu meniru
Peningkatan keterampilan sosial yang perilaku yang ditampilkan oleh model.
terjadi merupakan hasil peniruan terhadap Perubahan perilaku yang ditampilkan
perilaku model. Penerapan modeling dengan anak salah satunya di motivasi oleh guru.
berbantuan media video mampu Guru memberikan penghargaan terhadap
meningkatkan keterampilan sosial anak. anak yang mau meniru perilaku model.
Keterampilan sosial anak meningkat secara Penghargaan yang diberikan berupa pujian,
bertahap mulai dari anak yang tidak mau sentuhan dan gerakan (mengancungkan
sabar menunggu giliran, tidak mau berbagi, kedua jempolnya).
tidak mau bergabung bermain bersama teman Pada pelaksanaan siklus II terjadi
dan tidak mau bekerjasama berubah menjadi peningkatan keterampilan sosial anak. Anak
mau berbagi, sabar menunggu giliran, mau mampu fokus untuk memperhatikan
bermain dengan teman dan bekerjasama. tayangan video tentang perilaku keterampilan
Peningkatan yang terjadi pada anak sosial. Anak juga telah mengingat perilaku
membuktikan bahwa teknik modeling efektif model hal ini terlihat dari anak mampu
digunakan untuk meningkatkan keterampilan menceritakan tingkah laku model yang ada
sosial. Hal ini terlihat dari perubahan perilaku dalam video. Selain itu anak juga meniru
anak yang ditampilkan dalam kesehariannya. tingkah laku model. Hal ini terlihat dari
Penelitian tindakan yang dilakukan perilaku-perilaku yang di perlihatkan di
pada siklus I ada beberapa permasalahan lapangan seperti mau bekerjasama, berbagi,
yang menyebabkan tingkat ketercapaian bergabung bermain bersama teman, dan sabar
keterampilan sosial anak belum meningkat menunggu giliran.
secara optimal. Permasalah tersebut Perilaku anak yang belum mampu
diantaranya yakni anak kurang fokus saat mengimitasi tingkah laku model pada aspek
menonton video, anak tidak mampu sabar menunggu giliran saat pelaksanaan
menyebutkan perilaku model dan kurangnya siklus I namun setelah diberikan tindakan
ada motivasi oleh guru terhadap anak yang perbaikan pada siklus II menunjukkan bahwa
menampilkan perilaku berbagi, kerjasama, anak mampu meniru perilaku model. Enam
sabar menunggu giliran dan mau bergabung orang anak yang belum mampu sabar
bermain bersama teman. menunggu giliran setelah diberikan
Untuk meningkatkan keterampilan perbaikan tindakan pada siklus II anak mau
99 I Wayan Redana
_qbw63MAhWXjo4KHf8QCYYQFg Mulia.
gcMAA&url=http%3A%2F%2Flib.u Hartinah, S. 2008. Pengembangan Peserta
nnes.ac.id%2F18768%2F1%2F16019 Didik. Bandung: Refika Aditama.
10003.pdf&usg=AFQjCNFuMW- Hurlock, E. 1978 Perkembangan anak. Edisi
ySWufzog9jpaZkoxIAH3JIQ&bvm= ke enam jilid 1. Erlangga.
bv.120551593,d.c2E. html (diakses Komalasari, G., dkk. 2011. Teori dan Teknik
tanggal 18 April 2016). Konseling. Jakarta: Indeks.
Agung, A. A. G. 2014. Buku Ajar metodologi Meggitt, C. 2013. Memahami Perkembangan
penelitian Pendidika. Malang: Aditya Anak. Jakarta: Indeks.
Media. Mulyasa. 2014. Manajemen Paud. Bandung:
Bandura, A. 1971. Social Learning Theory. Remaja Rosdakarya.
New York: General Learning Press. Purwanta, E. 2005. Modifikasi Perilaku
Gunarsa, S. D. 2004. Konseling dan Alternatif Penanganan Anak Luar
Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Biasa. Jakarta: Departemen Pendidikan
Mulia. Nasional Direktorat jenderal Pendidikan
Gunarsa, S. D. 2006. Dasar dan Teori Tinggi Direktorat Pembinaan
Perkembangan Anak. Jakarta. BPK Pendidikan Tenaga Kependidikan dan
Gunung Mulia. Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Gunarsa, S. D. 2007. Konseling dan Susanto, A. 2012. Perkembangan Anak Usia
Psikoterapi. Jakarta: BPK Gunung Dini. Jakarta: Prenanda Media.