Anda di halaman 1dari 48

MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH

MAKALAH KELOMPOK
Disusun sebagai syarat untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah “Studi Islam II”
Dosen : Drs. Makhful, M.Ag

Disusun oleh :
Kelas 4F
Kelompok
1. Tulus Satriadi (1201100264)
2. Raswan (1201100274)
3. Febrianto Syahbani (1201100282)
4. Wahyu Widodo (1201100295)

PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2014
i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami selaku tim penyusun diberi kekuatan dan
kemampuan dalam menyelesaikan makalah yang bertema
“Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi
Islam II. Ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terutama
kepada :
1. Drs. Makhful, M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah Studi Islam II.
2. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
3. Teman-teman yang telah memberikan banyak dukungan.
Semoga amal baik yang telah diberikan oleh semua pihak mendapatkan
imbalan pahala dari Allah SWT. Kami berharap semoga apa yang ditulis dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
Makalah ini masih sangatlah jauh dari sempurna, oleh karena itu
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian agar makalah
ini lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Purwokerto, Mei 2014


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan ............................................................................................ 2
C. Permasalahan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perumusan mukadimah AD Muhammadiyah ................... 6
B. Hakekat dan fungsi Mukadimah AD Muhammadiyah .................. 15
C. Matan mukadimah AD Muhammadiyah ........................................ 15
D. Kontekstual Mukadimah AD Muhammadiyah .............................. 19
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 46
A. Simpulan ........................................................................................ 46
B. Saran ............................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Muhammadiyah adalah Persyarikatan Islam yang didirikan oleh
KHA.Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H, bertepatan dengan tanggal 18
Nopember 1912 M. Dan pada persyarikatan ini mendapatkan statusnya sebagai
organisasi yang berbadan hukum (Recht Person) lewat surat ketetapan
Gouverment Besluit nomor 22 Agustus 1914 M. Sebagai suatu organisasi
sudah semestinya sewaktu akan mencatatkan dirinya menjadi sebuah Badan
Hukum terlebih dahulu harus memenuhi berbagai persyaratan, antara lain mesti
harus ada statuten atau Anggaran Dasar Muhammadiyah. Syarat adanya
anggaran dasar ini teleh terpenuhi juga oleh Persyarikatan Muhammadiyah,
sekalipun dalam realitasnya anggaran dasar Muhammadiyah ketika itu sifatnya
masih sangat sederhana.
Anggaran Dasar pada umumnya terdiri dari dua komponen pokok, yaitu
pertama disebut dengan pembukaan, mukadimah, kedua disebut dengan batang
tubuh. Anggaran dasar Muhammadiyah pada saat itu hanya memuat batang
tubuhnya saja, sedangkan mukadimah atau pembukaannya belum ada sama
sekali. Ditinjau dari ilmu hukum, Mukadimah Anggaran Dasar menempati
kedudukan yang lebih tinggi derajatnya serta terpisah dari Batang Tubuhnya.
Meskipun demikian Mukadimah Anggaran Dasar tersebut tetap terjalin dengan
Batang Tubuhnya dalam hubungan kausal organis.
Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada hakikatnya
merupakan ideologi Muhammadiyah yang merupakan pandangan
Muhammadiyah mengenai kehidupan manusia dimuka bumi ini, cita-cita yang
ingin diwujudkan dengan cara-cara yang dipergunakan untuk mewujudkan cita-
cita tersebut sebagai ideologi, Mukaddimah Anggaran Dasar menjiwai segala
gerak dan usaha Muhammadiyah dan proses penyusunan system kerjasama yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan.

4
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Muqaddimah Anggaran DasarMuhammadiyah?
2. Apakah Hakekat dan fungsi Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah?
3. Bagaimana isi Matan dalam Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah?
4. Bagaimana kontekstualisasi dalam Muqoddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah yang ada didapatkan manfaat sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian Muqoddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui Hakekat danfungsi Muqoddimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui isi Matan dalam Muqoddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah.
4. Mahasiswa mengetahui kontekstualisasi dalam Muqoddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah.

5
BAB II
ISI

A. SEJARAH MQODDIMAH ANGARAN DASAR MUHAMMADIYAH


1. Sejarah Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada Masa
Pimpinan Muhammadiyah
a. Periode KHA.Dahlan (1912-1923)
KHA Dahlan adalah seorang ulama dan sekaligus cendekiawan. Beliau
seorang tokoh yang dikenal memiliki kemauan yang keras, bersungguh-
sungguh, tidak mengenal lelah dalam mengusahakan terwujudnya cita-cita,
bersikap terbuka, pemberani dan supel dalam pergaulan. Pendidikan yang
dilaluinya adalah pondok pesantren baik di dalam maupun luar negeri dan
sama sekali tidak mengenal pendidikan formal model Barat. Namun semua itu
tidak mengurangi bobot beliau sebagai seorang yang ‘alim. Beliau dikenal
secara luas sebagai seorang ulama sekaligus sebagai cendekiawan yang
memiliki wawasan berpikir mendalam lagi luas, menjangkau jauh ke masa
depan. Kedua predikat yang disandang KHA.Dahlan ini dibuktikan secara
konkret dalam bentuk dibangunnya sebuah Persyarikatan yang bercirikan
sebagai gerakan pembaharuan dengan dua sasaran utama, yaitu gerakan
pembaharuan dalam bidang pemikiran dengan titik tumpu pemurnian
pemahaman keagamaan, serta pembaharuan dalam bidang sosial pendidikan.
Sebagai seorang pelopor pembaharuan beliau tidak lepas dari berbagai
gagasan dan cita-cita. Gagasan-gagasan yang muncul dari kedua
pembaharuannya terus mengalir tak henti-hentinya. Akan tetapi cara-cara
pengungkapannya berbeda dengan cara-cara pengungkapan yang dilakukan
oleh tokoh-tokoh pembaharu pendahulu lainnya, semacam Jamaluddin al-
Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Ahmad Khan, Ameer Ali dan
sebagainya juga berbeda dengan apa yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
pergerakan pembaharuan Islam dari Indonesia. Kalau tokoh-tokoh tersebut
mengungkapkan ide dan gagasannya lebih banyak disalurkan lewat tulisan
semacam buku, majalah, surat kabar dan lain sebagainya, sementara

6
KHA.Dahlan langsung mempraktekkan ide dan gagasannya dalam tindakan
nyata dan konkret.
Dari latar belakang pribadi KHA.Dahlan seperti di atas akhirnya dapat
dimaklumi mengapa pada periodenya belum terumuskan Mukadimah
Anggaran Dasar Muhammadiyah. Menurut pemahaman beliau hal-hal yang
bersifat konseptual belum dianggap mendesak bagi sebuah Persyarikatan yang
sedang tumbuh. Sementara itu disisi lain beliau memahami agama Islam
sebagai agama yang sangat menekankan segi amaliyah, atau agama Islam
adalah agama yang menuntut pengalaman konkret. Dan justru karena itu sejak
awal berdirinya di kalangan Muhammdiyah telah populer semboyan yang
bersiratkan etos kerja “sedikit bicara banyak bekerja”.
b. Periode KHA.Ibrahim (1923-1934)
KH.Ibrahim adalah adik Nyai Walidah atau lebih dikenal dengan sebutan
Nyai Haji Ahmad Dahlan, yang berarti adik ipar KHA.Dahlan. KH.Ibrahim
adalah seorang ulama hasil tempaan dari pondok pesantren, dan sama halnya
dengan KHA.Dahlan ia tidak pernah mengenyam pendidikan model Barat. Ia
seorang tokoh Muhammadiyah yang ‘alim, sederhana dalam hidupnya dan
bertanggungjawab terhadap amanah yang diserahkan kepada dirinya.
Di bawah kepemimpinannya terbentuklah Majlis Tarjih, organisasi
otonom Nasyiatul ‘Aisyiah dan Pemuda Muhammadiyah, tiga lembaga baru
yang besar artinya bagi pengembangan dan pertumbuhan Muhammadiyah di
masa-masa mendatang. Dan seperti halnya dengan periode KHA.Dahlan, pada
periode kepemimpinan KHA.Ibrahim ini juga rumusan yang bersifat
konsepsional yang menggambarkan hal ihwal persyarikatan yang bersifat
fundamental belum mendapatkan penggarapan yang memadai.
c. Periode KH.Hisyam (1934-1936)
KH.Hisyam adalah seorang kader KHA.Dahlan yang menyertai
KHA.Dahlan dalam menumbuhkan dan mengembangkan Muhammadiyah
sejak awal berdirinya. Di bawah kepemimpinannya yang relatif sangat singkat
dapat dimaklumi kalau hal-hal yang bersifat konsepsional dan fundamental
belum juga dapat tergarap. Namun demikian dapat dicatat bahwa di bawah

7
kepemimpinannya dunia pendidikan medapatkan perhatian yang cukup
intensif. Demikian juga masalah-masalah administrasi organisasi dalam
Persyarikatan Muhammadiyah mendapatkan perhatian tersendiri.
c. Periode KH. Mas Mansur(1936-1942)
KH. Mas mansur berasal dari kota Surabaya dan dikenal sebagai ulama
besar sekaligus sebagai cedikiawan yang cukup berwibawa ditengah pergaulan
yang sangat luas dan beraneka ragam. Beliau termasuk tokoh Muhammadiyah
yang berasal dari luar Yogyakarta yang pertama kali menduduki jabatan
tertinggi di dalam persyarikatan Muhammadiyah.dengan latar belakang
pendidikan yang memadahi, baik yang didapat dari pengalamannya diberbagai
pondok pesantren di Jawa Timur dan hasil pendidikan akademiknya di Mesir
akhirnya tumbuh menjadi seorang yang alim, yang mendalam pengetahuannya
tentang Islam, berpikiran maju dan berpandangan jauh kedepan, serta tinngi
cita-citanya. KH. Mas Mansur tercatat mulai aktif dalam persyarikatan
Muhammadiyah sejak tahun 1921. Belia pernah mewakii Muhammadiyah
bersama dengan HOS. Cokroaminoto yang mewakili Syarikat Islam untuk
memenuhi undangan Raja Ibnu Su’ud menghadiri Muktamar Islam se-Dunia
yang berlangsung dikota Makkah pada tahun 1926.
Sebagai Konsul(wakil) Muhammadiyah Daerah Surabaya beliau
berkesempatan mengikuti kongres(Muktamar)Muhammadiyah ke 16 yang
berlangsung pada tahun 1927 di kota Pekalongan. Didalam kongres inilah KH.
Mas Mansur mengusulkan kepada sidang agar didalam Persyarikatan
Muhammadiyah perlu segera diadakan sebuah lembaga atau majlis ulama yang
tugas utamanya khusus membahas berbagai masalah agama(bathsu masail lid-
diniyah). Di samping itu dengan terbentuk nya lembaga ini sekaligus untuk
menjaga dan memelihara kemurnian agama Islam dari berbagai macam
penyimpangan. Usulan KH. Mas Mansyur ini didukung dengan beberapa
argumentasi, antara lain:
1) Di khawatirkan akan timbulnya perpecahan dikalangan warga
Muhammadiyah, terutama aakan timbulnya lantaran disebabkan adanya
perbedaan faham dan pendapat dalam masalah hukum agama. Akibat lebih

8
jauh dari sebab tersebut akan timbul perpecahan dalam tubuh organisasi
Muhammadiyah.
2) Dikhawatirkan akan timbul berbagai macam penyelewengan di kalangan
warga Muhammadiyah dari batas-batas hukum agama karena sekedar
didorong untuk mengejar kebesaran oranisasi secara lahiriyah dengan
melupakan inti pokok dan jiwa ajaran Islam.
Usul Mas Mansyur ternyata mendapat tanggapan yang sangat positif sekali
dkalangan Muktamirin, dan akhirnya lembaga yang nantinya dinamakan Majlis
Tarjih diterima sebagi salah satu keputusan Muktamar. Pribadi mas mansur
ternyata tidak sekedar dimanfaatkan oleh persyarikatan muhammadiyah
semata-mata. Umat dan bangsa terbata mengharapkan akan kehadiran
pribadinya juga. Hal ini terlihat dalam keterlibatan beliau didalam melahirkan
organisasi yang bersifat federasi antar berbagai organisasi Islam A’la
indonesia, yang lahir pada tahun 1937. Dikal kepemimpinan Muhammadiyah,
Mas Mansyur dikenal sebagai salah satu tokoh yan berperan serta dalam
membentuk dan mengisi jiwa gerakan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
sehingga lebih beragama serta penegasan faham agama dalam Muhammadiyah.
Sebagai wujud konkret dari upaya pengokohan kembali hidup beragama, pada
periode ini lah Mjlis Tarjih diaktifkan kegiatannya, sehingga pada akhirnya
lahirlah sebuah rumusan Majlis tTArjih yang dikenal dengan “Masalah Lima”
atau “Masail al-khamsah”. Adapun kelima masalah tersebut menegaskan
mengenai hakikat “Dunia, agama, qiyas, Sabilillah dan ibadah”.
KH. Mas Mansyur termasuk tokoh yang juga mengisi pengajian malam
selasa yang merupakan kegiatan pengajian rutin yang diselanggarakan oleh
Pimpinan pusat muhammadiyah yang bertempat di gedung Aisyiyah kauman,
dan pengajian ini terkenal dikalangan warga Muhammadiyah. Dan hasil dari
sekian puluh pengajian yang disampaikan akhirnya dijadikan pegangan bagi
para pemimpin Muhammadiyah dalam menggerakkan Persyarikatan
Muhammadiyah yang dikenal dengan nama “Langkah Muhammadiyah tahun
1938-1940, yang berisi dua belas pasal, atau lebih dikenal dengan sebutan
“Langkah Dua Belas KH. Mas Mansyur”. Melihat berbagai kegiatan yang

9
dilakukan oleh KH. Mas Mansyurbaik didalampersyarikatan ataupun kegiatan
diluar.berbagi hal yang ditangani pada periode ini misalnya Anggaran Dasar
Muhammadiyah yang sampai saat itu ternyata belum sempurna, karena
didalam mukadimah atau Preambule yang semestinya materi tersebut harus
dirumuskan terlebih dahulu, dan baru kemudian batang tubuhnya(the body of
constitutution).
d. Periode Ki Bagus Hadikusuma (1942-1953)
Ki Bagus Hadikusuma yang masa mudanya bernama Raden Hidayat
menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun
1942 hingga tahun 1953.Ki Bagus adalah putra dari Raden Hasyim yang
tinggal di kampung Kauman, suatu kampung yang sejak lama di kenal sebagai
kampung pesantren. Keluarga Raden Hidayat termasuk keluarga yang taat
beragama, serta termasuk keluarga yang berhasil mendidik putra-putrinya
menjadi seorang yang shaleh, yang berguna bagi dirinya sendiri dan bagi orang
lain serta membangkitkan seluruh hidupnya untuk kepentingan agama. Kelima
bersaudara dari keluarga secara luas dikalangan keluarga besar
Muhammadiyah yang cukup di kenal secara luas di kalangan keluarga besar
Muhammadiyah.
Di lihat dari tingkatan pendidikan yang pernah di lewati oleh Ki Bagus
Hadikusuma- sebagaimana anak-anak lainnya pada masa itu – hanyalah sampai
Sekolah Rakyat lima tahun saja (Sekolah Dasar). Selebihnya di lakukan dengan
mengaji (belajar) kepada para ulama yang ada di kampung kauman dan
sekitarnya. Namun demikian di tunjang oleh ketekunannya untuk terus belajar,
dan adanya bakat dan kecerdasan yang menonjol yang dimiliki, akhirnya Ki
Bagus Hadikusuma tumbuh dan berkembang menjadi seorang cendikiawan
yang ‘alim, tawadlu’, serta berkepribadian ramah dan santun kepada siapapun
yang di temuinnya tanpa pandang bulu.
Kondisi sosial politik indonesia pada masa Ki Bagus Hadikusuma
menjabat sebagai ketua umum muhammadiyah benar-benar dalam kondisi
masa transisi dan pancaroba. Di mulai dari masa pendudukan pemerintah
fasisime jepang, kemudian memasuki perebutan kekuasaan yang di tandai

10
dengan proklamasi kemerdekaan indonesia, hingga adanya usaha dari pihak
belandayang berusaha menjajah indonesia,.
Di masa pendudukan jepang, Ki Bagus Hadikusuma di samping
mempimpin persyarikatan Muhammadiyyah yang saat itu medan geraknya
sangat di batasi oleh pihak jepang secara ketat, sebagaimana waktunya juga di
pergunakan untuk memikirkan nasib bangsa. Ia bersama-sama dengan tokoh
kaum pergerakan lain menerjunkan diri dalam kancah perjuangan politik. Hal
seperti ini di akui secara jujur oleh pihak pemerintahan penduduk jepang. Tiga
tokoh tersebut tidak lain adalah Ir. Soekarno, Mohammad Hatta dan ketua
Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma (Benda,H.J, Bulan sabit dan matahari
terbit). Ki Bagus tercatat sebagai seorang pejuang muslim yang dengan
gigihnya memperjuangkan islam untuk dapat di jadikan sebagai dasar negara
Republik Indonesia yang tengah sama-sama mereka rancang dalam badan
penyelidik. Tegasnya Ki Bagus Hadikusuma pengalaman yang didapatkan
sealama mengikuti berbagai persidangan pada kedua kepanitiaan tersebut
teramat besar sekali dan sangat berpengaruh. Setelah tugas-tugas kenegaraan
terselesaikan, Ki Bagus Hadikusuma kembali menekunidan mencermati
berbagai hal yang ada di dalam nya persyarikatan muhammadiyah. Ternyata
ada hal yang sangat fundamental dalam persyarikatan yang belum terjamah
sama sekali. Dan hal itu tidak lain adalah rumusan Mukadimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah, yang telah di uraikan di muka bahwa sampai dengan
kepemimpinan Ki Bagus Hadikusuma Anggaran Dasar Muhammadiyah
hanyalah berupa “Batang Tubuh” atau “The Body of Constitution”. Ki Bagus
Hasikusuma melihat bahwa arti pentingnya Mukamadimah bagi-bagi sebuah
anggran dasar sama nilainya dengan “pembukaan” atau “preambule” bagi
sebuah undang-undang dasar.
Adapun isi ranvangan Mukadimah tersebut bukanya di susun atas dasar
konsep dan ide yang murni dari fikiran Ki Bagus Hadikusuma. Mukadimah
anggaran dasar muhammadiyah yang di susun oleh Ki Bagus Hadikusuma
sesungguhnya tidak lain sebagai hasil refleksi, hasil dari penyorotan dan
pengungkapan kembali terhadap pokok-pokok pikiran, ide dan gagasan KH.

11
Ahmad Dahlan dalam upaya menegakan dan menjujung tinggi agama islam
yang selalu di ulang-ulang untuk di sampaikan di hadapan teman-temannya dan
murid-muridnya dalam setiap kali pertemuan.
Di samping Ki Hadi Kusuma telah berhasil dengan cemerlang
merumuskan Mukadimah anggaran dasar muhammadiyah, juga pada
periodenya pula formasi maksud dan tujuan Muhammadiyah mengalami
perubahan yang cukup fundamental.sebagaimana diketahui bahwa beberapa
rumusan tujuan muhammadiyah sebelum terkesan sasarannya sangat terbatas
dan sederhana, seperti “Muhammadiyah bertujuan untuk menyebarkan
pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada penduduk bumi putra di
dalam residensi Yogyakarta, serta memajukan hal agama islam kepada
anggota-anggotanya”. Dengan demikian formulasi maksud dan tujuan
Muhammadiyah ke 31 tahun 1950 adalah “Menegakan dan menjujung tinggi
agama islam sehingga dapat mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-
benarnya”.
2. Sejarah Perumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah di susun secara formal
setelah gerakan Muhammadiyah melancarkan aktifitas dan usahanya selama
tiga puluh delapan tahun. Tetapi denga belum di milikinya rumusan
Mukadimah bukan berarti sebelum di formalisasikannya Mukadimah
Muhammadiyah, persyarikatan Muhammadiyah belum memiliki jiwa,
semangat dan nafas perjuangan secara pasti. K.H. Ahmad Dahlan dalam
membangun persyarikatan Muhammadiyah di landasi dengan ide yang jelas
dan pasti, yang seluruhnya di dasarkan pada ajaran Al-Qur’an.
Namun keadaan yang demikian itu kiranya pada suatu ketika tidak dapat
diperlukan. Adanya perubahan jaman serta penggantian figur pimpinan satu
pihak, serta pengaruh-pengaruh luar yang sangat bersinggungan dengan gerak
dan perkembangan masyarakat, termasuk juga di dalamnya Muhammadiyah
mengakibatkan adanya ketidak pastian dan kekaburan terhadap cita-cita
perjuangan Muhammadiyah.Hasil rumusan Ki Bagus Hadikusuma pertama kali
di kenalkan dalam muktamar darurat tahun 1946 di Yogyakarta. Selanjutnya

12
dalam Muktamar ke 31 di Yogyakarta pada tahun 1950 konsep Mukadimah
Anggran Dasar Muhammadiyah tersebut di ajukan kembali untuk di bahas dan
di shkan secara resmi. Akan tetapi pada waktu itu muncul pula konsep lain
yang disusun oleh Prof. Dr. HAMKA dan kawan-kawannya, yang isinya lebih
menitikberatkan pada peranan dan sumbangsih. Muhammadiyah dalam
mengisi kemerdekaan dan pembangunan negara dan bangsa. Hal ini
menyebabkan Muktamar belum dapat mengambil keputusan secara pasti
konsep manakah yang harus diterima.
Dengan uraian singkat dapat dinyatakan bahwa susunan Mukadimah Anggaran
Dasar Muhammadiyah di latar belakangi oleh beberapa faktor, antara lain
sebagai berikut:
a. Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita perjuangan
Muhammadiyah
K.H. Ahmad Dahlan membangun persyarikatan Muhammadiyah di
dasarkan pada suatu teori yang terlebih dahulu di rumuskan secara rinci,
sistematik dan ilmiah. Apa yang oleh K.H.Ahmad Dahlan di temukan
dalam Al-Qur’an segera beliau wujudkan dalam amalan yang konkrit. K.H.
Ahmad Dahlan selalu berprinsip bahwa “agama islam adalah agama amal”.
(surat Maryam 76, ar-Rum: 15).
Pada awal perjuangan Muhammadiyah sikap seperti ini tidak
mengaburkan penghayatan seseorang terhadap hakekat Muhammadiyah.
Tetapi serenta Muhammadiyah semakin berkembang luas serta
anggotanyab semakin bertambah banyak, semua itu mengakibatkan
semakin jauh mereka dari sumber gagasan dan ide yang menjadi landasan
berpijak organisasi Muhammadiyah. Karena itu wajar bila khirnya terjadi
kekaburan penghayatan terhadap dasar-dasar pokok yang menjadi daya
dorong K.H.Ahmad Dahlan dalam menggerakan Persyarikatan
Muhammadiyyah.

13
b. Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah menampakan gejala
menurun, akibat terlalu berat mengajar kehidupan duniawai.
Perkembangan masyarakat terus maju, imu pengetahuan dan teknologi
terus tumbuh dengan pesatnya, yang tidak henti-hentinya menyajikan hasil-
hasil yang terus mengagetkan dan mencengangkan. Hasil-hasil industri
terus membanjiri pasar konsumen, hasil-hasil teknologi membuat dunia
menjadi sempit dan telanjang. Budaya luar, baik yang positif maupun yang
negatif mrmbanjiri tanpa dapat dibendung oleh kekuatan lahirlah apa pun
juga, termasuk negara indonesia.
Perkembangan dunia dan perubahan zaman seperti diatas dapat
dinyatakan hampir seluruhnya mengarah kepada kehidupan duniawi, dan
sedikit sekali yang mengarah kepada peningkatan kebahagian rohani.
Gejala semacam ini semakin hari semakin meningkat kadar kualitasnya.
Bertitik tolak dari perkembangan semacam inilah tata nilai yang dianut oleh
masyarakat sedikit demi sedikit mengalami pergeseran dan perubahan. Dan
sebagian dari masyarakat benar-benar mengalami pergeseran tata nilai, dari
semula sangat menjujung nilai-nilai rohani bergesar kepada semakin
menonjolnya nilai-nilai keduniawian dan nilai-nilai material yang di
proritaskan. Tanda-tanda seperti diatas mulai terlihat pula dalam tata
kehidupan keluarga Muhammadiyah.
c. Makin kuatnya berbagai pengaruh alam fikiran dari luar, yang
langsung atau tidak langsung berhadapan dengan faham dan
keyakinan hidup Muhammadiyah
Bersama dengan perkembangan zaman yang membawa berbagai
perubahan dalam masyarakat, maka tidak ketinggalan pula pengaruh cara
berfikir, sikap hidup, falsafah yang masuk ke tengah-tengah masyarakat
bangsa insonesia. Berbagai pola berfikir,sikap hidup, ataupun alam fikiran
yang datang dari luar, disamping memiliki nilai-nilai positif, tetapi
terdapat juga nilai-nilai negatif yang menyertainya. Disinilah arti penting
merumuskan resmi yang dapat di jadikan pegangan bagi keluarga besar

14
Muhammadiyah dalam rangka mengantisipasi berbgai pengaruh negatif
dari sekian banyak alam fikiran yang masuk ke indonesia.
d. Dorongan disusunnya Pembukaan Undang-Undang RI tahun 1945
Keterlibatan Ki Bagus Hadikusuma dalam diskusi yang sangat intens,
serius dan cukup menegangkan namun penuh dengan toleransi waktu
menyusun Pembukaan UUD 1945, dirasakan sebagai pengalaman tersendiri
yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Bahkan ia tercatat sebagai salah
seorang tokoh yang sangat vokal dan gigih memperjuangkan islam untuk
dijadikan dasar negara republik indonesia. Padahal sesungguhnya
Pembukaan dan Mukadimah inilah yang menjadi fondasi atau ruhnya
sebagai bangunanorganisasi. Apa yang tergambar dari pasal demi pasal
ternyata tidak lebih dari pada cerminan yang lebih konkrit dari apa yang
dipaparkan dalam Mukadimah.

B. HAKEKAT DAN FUNGSI MUQODDIMAH ANGGARAN DASAR


MUHAMMADIYAH
1. Hakekat Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah anggaran dasar muhammadiyah pada hakekatnya merupakan
suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-Qur’an dan as-sunnah tentang
pengabdian manusia kepada Allah SWT, amal dan perjuangan bagi setiap
muslim yang sadar akan kedudukannya selaku hamba dan khalifah di muka
bumi.
2. Fungsi Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Mukadimah anggaran dasar muhammadiyah merupakan jiwa, nafas dan
semangat pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan segala gerak
organisasinya, yang harus dijadikan asas dan pusat tujuan perjuangan
Muhammadiyah.

C. MATAN:“MUQODDIMAH ANGGARAN DASAR MUHAMMADIYAH”


“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah dan Penyayang. Segala puji
bagi Allah yang mengasuh semua alam; Yang Maha Pemurah dan Maha

15
Penyayang, Yang memegang pengadilan pada hari Kemudian. Hanya kepada
engkau, hamba menyembah dan hanya kepada engkau, hamba mohon
pertolongan. Berilah petunjuk kepada hamba akan jalan yang lurus, jalan
orang-orang yang telah engkau beri kenikmatan; yang tidak di murkai dan
tidak tersesat”. (Q.S.Al-fatihah)
“saya ridla:ber-tuhan kepada Allah, beragama kepada ISLAM dan
bernabikan kepada MUHAMMAD RASULULLAH Shallallahu ‘alaihi
wasallam”.
AMMA BA’DU, bahwa sesungguhnya keetuhanan itu adalah hak Allah
semata-mata. Bertuhan dan beribadah serta tunduk dan taat kepada Allah
satu-satunya ketentuan yang wajib atas tiap-tiap makhluk, terutama manusia.
Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini
Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanya
dapat diwujudkan diatas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong
royong, bertolong-tolong dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dari pada pengaruh syaitan dan hawa nafsu.
Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang
bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam
masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
Menjunjung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum yang mana pun juga,
adalah kewajiban mutlk bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada
Allah.
Agama islam adalah agama Allah yang dibawa oleh sekalian Nabi sejak
Nabi Adam sampai Nabi Muhammad saw. Dan diajarkan kepada umatnya
masing-masing untuk mendapatkan hidup bahagia Dunia dan Akhirat.
Syahdan, untuk menciptakan masyarakat yang bahagia dan sejahtera
sebagai yang tersebut di atas itu, tiap-tiap orang, terutama orang islam, umat
yang percaya akan Allah dan hari kemusian, wajiblah mengikuti jejak-jejak
sekalian nabi yang suci, beribadah kepada allah dan berusaha segiay-giatnya
mengumpulkan segala kekuatan dan menggunakannya untuk menjelmakan

16
masyarakat itu di dunia ini, dengan niat yang murni-tulus dan ikhlas serta
mempunyai rasa tanggung jawab di hadirat Allah atas segala perbuatannya;
lagi pula harus sabar dan tawwakaal bertabah hati menghadapi segala
kesukaran atau kesulitan yang menimpa dirinya, atau rintangan yang
menghalangi pekerjaanya, dengan penuh pengharapan perlindungan dan
pertolongan allah yang maha kuasa.
Untuk melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka
dengan berkat dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Qur’an.
“ adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada
keislaman, menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan.
Mereka itulah golongan yang berbahagia”. 9Q.S. Ali Imran:104)
Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 hijriyah atau 18 nopember 1912
miladiyah, oleh almarhum KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai
‘gerakan islam” dengan nama “MUHAMMADIYAH” yang di susun dengan
majilis-majilis (bahagia-bahagiannya) mengikuti peredaran zaman serta
berdasarkan “syura” yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaraan atau muktamar.
“suatu negara yang indah, bersih, suci dan akmur dibawah perlindungan
tuhan yang maha pengampun’.
Maka dengan muhammadiyyah ini, mudah-mudahan umat islam dapatlah
diantarakan ke pintu gerbang syurga “jannatun na’im’ dengan keridlaan allah
yang rahman dan rahim.
Sistematika Rumusan Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyyah
1. Rumusan mukadimah anggaran dasar muhammadiyah terdiri dari :
a. Surat al-fatihah
b. Pernyataan diri atau ikrar: radli tu billahi rahim
c. Diktum matan/ materi ‘ mukadimah anggaran dasar muhammadiyyah”
2. Diktum matan/teks mukadimah anggaran dasar muhammadiyah terdiri dari
tujuh paragraf, yang setiap paragraf berisi satu pokok pikiran sebagaimana
berikut dibawah ini.

17
PERTAMA: hidup manusia harus berdasarkan “TAUHID”, yaitu mengesakan
Allah: bertuhan, beribadah serta patuh hanya kepada allah
semata.
KEDUA : Hidup manusia bermasyarakat.
KETIGA : Hanya ajaran islam satu-satunya ajaran yang dapat dijadikan
pembentuk pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup
bersama (bermasyarakat) menuju hidup bahagia yang hakiki
dunia dan akherat.
KEEMPAT: Berjuang menegakan dan menjunjung tinggi agama islam untuk
mewujudkan masyarakat utama, adil dan makmur yang di
ridhai allahu wa ta alla adalah wajib, sebagai ibadah kepada
allah dan berbuat islah dan ihsan kepada sesama manusia.
KELIMA : perjuangan menegakan da menjunjung tinggi agama islam
hanyalah akan berhasil bila dengan mengikuti jejak perjuangan
para nabi, terutama perjuangan nabi muhammad saw
KEENAM : perjuangan mewujudkan pokok-pokok pikiran seperti diatas
hanya dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan akan
berhasil bila dengan cara berorganisasi
KETUJUH : Seluruh perjuangan diarahkan kepada tercapainya tujuan
muhammadiyah yaitu terwujudnyanmasyarakat utama adil dan
makmur yang di ridai allah subhanahu wataala.
Secara logika, ketujuh pokok pikiran yang tersimpul dalam mukadimah
anggaran dasar uhammadiyah benar-benar merupakan suatu pemikiran yang
sangat kritis dan terssusun secara sistematik. Ketujuh pikiran tersebut masing-
masing menegaskan, bahwa:
Pertama : manusia adalah makhluk tuhan (homo divinan)
Kedua : manusia adalah makhluk sosial (homo socius)
Ketiga : “pilihan alternatif”; bahwa hanya islam sajalah satu-satunya
alternatif yang dipilih, karena ia satu-satumyanajaran islam hidup
yang hak benar lagi sempurna.

18
Keempat : “konsenkuensi terhadap pilihan alternatif”; wajib
memperjuangkan tegaknya ajaran islam sebagai alternatif yang
telah dipilihnya.
Kelima : etika, dan metode yang dipergunakan untuk memperjuangkan
pilihan alternatif. Perjuangan menegakan agama islam harus
dengan mengikuti akhlak/etika kepemimpinan dan metode
perjuangan rasullah saw.
Keenam : “ alat perjuangan yang digunakan untuk menegakan pilihan
alternatif”. Perjuangan menegakan agama islam hanya akan
berhasil bila menggunakan alat perjuangan berupa organisasi.
Ketujuh : “tujuan perjuangan menegakkan pilihan alternatif”. Perjuangan
menegakan agama islam bertujuan untuk mewujudkan masyarakt
utama, adil dan makmur yang diridai allah subhanahu wata alla.
Ketujuh pokok pikiran yang tersimpul dalam mukadiah anggaran dasar
muhammadiyah sebagaimana diatas pada hakekatnya menggambarkan suatu
ideologi yang dianut oleh muhammadiyah secara signifikan. Sebaimana
ideologi pada umumnya, di dalam setiap ideologi pasti terdapat tiga unsur yang
paling utama, yaitu :
a. Adanya suatu realitas yang diyakini dalam hidupnya atau keyakinan hidup.
Keyakinan muhammadiyah ini tergambar secara jlas pada pola pikiran I, II,
III dan IV.
b. Keyakinan tersebut dijadikan landasan untuk merumuskan tujuan hidup
yang di cita-citakan (tujuan hidup). Tergambar pada pokok pikiran VII.
c. Cara atau ajaran yang digunakan untuk merealisasikan tujuan yang dicita-
citakan. Tergambar dalam pokok pikiran V dan VI.
D. KONTEKSTUALITAS MUQODDIMAH ANGGARAN DASAR
MUHAMMADIYAH
1. Pokok Pikiraan I
Hidup Manusia Harus Berdasarkan Tauhid : Yaitu Bertuhan, Beribadah
Serta Tunduk Dan Taat Hanya Kepada Allah Semata

19
a. Fitrah Bertuhan
Manusia sejak masih berada di dalam ruh (arwah)telah ditanamkan benih
iman, kepercayaan dan penyaksian (syahadah) terhadap keberadaan Allah
SWT. Dalam Q. Al-A’raf 7:172 Allah menegaskan:
“dan ingatlah ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari Sulbi mereka dan tuhan mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya tuhan berfirman) bukankah AKU ini Tuhanmu? Meraka menjawa:
benar (Engkau Tuhan Kami), kami telah menjadi saksi”
Fitrah bertuhan inilah yang oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dinamakan
“God Spot” atau titik Tuhan (Danah Zohar&Ian Marshall, SQ: Spiritual
Intellegence The Ultimete Intellegensi, 2000: 79). Fitrah ini gejalanya secara
unifersal dapt diamati cukup signifikan di sepanjang sejarah perjalanan hidup
manusia. Dan fitrah bertuhan ini akan semakin bertambah jelas bila dikaji dan
difahami lewat kajian filsafat, suatu kajian yang didasarkan pada pemikiran
yang kritis, radikal, koheren, spekulatif rasional lagi komprehensif untuk
mendapatkan apa yang disebut “Hakekat”. Kalimat “ketahuilah” mengandung
arti bahwa Allah sendiri telah memerintahkan kepada manusi agar supaya
mendayagunakan seluruh potensi jiwanya semaksimal mungkin, khususnya
mendayagunakan akal fikiran guna untuk merenungkan dan menguak beragam
misteri yang ada dan dijagat raya beserta segala isinya.
Mendasarkan pada penegasan di atas maka sebenarnya tiap-tiap filsafat
pada prinsipnya bersumber pada suatu “belief, suatu kepercayaan. Kepercayaan
adalah suatu keputusan manusiaseluruhnya yang menghantarkan seluruh
hidupnya”. Akan tetapi jangan disimpulkan bahwa dengan demikian
kepercayaan itu justru melebihi akal dan mendahului akal; apalagi kepercayaan
atau keyakinan itu mempengaruhi akal. (D.C Mulder, Pembimbing ke dalam
Ilmu Filsafat. 23). Dalam menggambarkan betapa naifnya akal pikiran ketika
memasuki dan menatap masalah yang paling puncak, yaitu memikirkan
keberadaan “Realitas yang Mutlak” Leopold Weiss menuturkan behwa
“Mahkluk manusia dengan segala mekanisme jiwanya yang rumit, dengan
segala hasrat dan ketakutan-ketakutannya, perasaan dan ketidakpastian

20
spekulatifnya, melihat dirinya dihadapan pada satu alam dimana kemurahan
dan kekejaman, bahaya dan ketentraman, tercampur aduk dalam suatu cara
yang dahsyat yang tak teruraikan, dan tampaknya bekerja pada garis-garis yang
berbeda dari metoda-metoda dan struktur pikiran manusia”.
Tegasnya bahwa dalam dunia filsafat ada satu sudut tertentu yang khas,
yang menyimpang dari tradisi yang dimilkinya, yang disebut dengan “belief”
atau kepercayaan. Belief atau kepercayaan terhadap adanya “Ada Mutlak” ini
keberadaanya tidak dapat diganggu gugat. Fitrah bertuhan dalam arti
berkeiinginan untuk mengetahui dan mengenal Allah, yang kemudian
didukung oleh akal fikiran yang kritis dan radikal akan melahirkan kegairahan
yang luar biasa untuk mantap dan menguk ayat-ayat Allah yang tergelar dalam
jagad raya. Para filosuf mengemukakan adanya empat argumentasi pembuktian
terhadap eksistensi Allah, yaitu:
1) Pembuktian kosmologis, yaitu suatu bukti yang berhubungan dengan ide
tentang kausalitas atau sebab (causlity).Plato dalam bukunya “Timaeus”
mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi pasti dikarenakan dan
didahului oleh suatu sebab. Kalo ada dua pohon yang berdampingan, dan
salah satunya ada yang mati, orang akan beranggapan bahwa tentu ada
sebab-sebab yang mengakibatkan adanya kejadian yang berlainan. Jadi
dalam benda-benda yang terbatas (finite) rangkaian sebab-musabah akan
berjalan terus menerus. Akan tetapi dalam logika rangaian yang terus
menerus seperti itu mustahil. Jadi dibelakang sebab-sebab yang merupakan
rangkaian yang sangat kompleks tentu ada sebab yang pertama, yang tidak
disebabkan oleh sebab yang lain.
2) Pembuktian ontologis; yaitu pembuktian adanya Tuhan berdasarkan refleksi
atas kenyataan objektif dengan berpedoman pada konsep mengenai ada
yang sempurna. Anselmus menyatakan bahwa Tuhan adalah ada yang
sempurna atau “katagori a priori” yang dapat difikirkan sebagai ada yang
universal, yang melebihi dari yang partikular. Rene Descartes menjelaskan
tentang adanya tuhan lewat pembuktian ontologis. “saya tidak dapat
mempunyai pikiran tentang sebuah substansi yang tidak terbatas (TUHAN)”

21
jika pikiran itu tidak dimasukan dalam diri saya oleh suatu substansi yang
dirinya sendiri benar-benar yang tak terbatas (TUHAN)”.
3) Pembuktian Teleologis:yaitu pembuktian tentang adanya Tuhan dengan
berpedoman pada konsep keterpolaan (desain) di dalam alam semesta yang
membutuhkan “desainer”. William Paley menyatakan bahwa di dalam dunia
yang kongkrit kita melihat kompleksnya unsur-unsur dunia ini, akan tetapi
terlihat sangat teratur sekali. Alam semesta menunjukan bentuk keteraturan
itu, dimana planet-planet yang bertaburan namun tidak saling berbenturan
satu sama lainnya. Hal itu menunjukan adanya kekuatan Maha Dahsyat
yang menciptakan dan mengendalikannya. Alam semesta merupakan karya
seni terbesar yang menunjukan adanya “A Greater Intellegent Desaigner”
yaitu TUHAN. Tegasnya “langit menceritakan kemulian Allah, dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-nya”.
4) Pembuktian Moral, yaitu pembuktian adanya Tuhan dengan berpegang pada
pengandaian adanya hukum moral umum yang memperlihatkan adanya
“Penjamin Moral” (LAW-GIVER). J.H. Newman menyatakan bahwa
adanya kesadaran manusia untuk melakukan perbuatan yang utama semata-
mata didorong oleh suara hati (kata hati, hati nurani, hati kecil, dan insan
kamil), atau menurut istilah Immanuel Kant disebutkan “kategori
imperaktif”. Tiap-tiap orang pasti mengalami pada dirinya sendiri, bahwa
terdapat perbuatan-perbuatan yang tidak diperbolehkan. Menurut Newman
dalam hati senantiasa terdengar suara Allah secara eksistensial yang tak
masuk akal adanya perintah moral ini, kalu tidak terdapat hakim yang
ttinggi, yang mengesahkan perintah moral tersebut. Perhatikan firman Allah
berikut ini: “maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan
dan ketakwaanya” (Q.S As-Syamsu 91: 8).
Pengertian Tauhid
Istilah tauhid berasal dari “a-ha-da” artinya satu, tunggal. Dilihat dari arti
bahasa tauhid bermakna menunggalkan atau mengesakan. Sementara kalu
dilihat dari segi istilah yang dimaksud dengan tauhid adalah “mengesakan
Allah SWT baik dari segi dzat (substansi), nama dan sifat maupun perbuatanya

22
(af’al)”. Adapun wujud dan bentuk tauhid yang bersifat teoritis berupa ma’rifat
(pengetahuan), i’tiqad (keyakinan), dan istbat (pernyataan). Sedangkan wujud
tauhid yang bersifat praktis berupa al-thalab (permohonan), al-qasdu (tujuan),
dan al-irradah (kehendak). Meyakini terhadap eksistensi Allah haruslah
mengandung pengertian mengakui terhadap apapun yang menjadi kemauan
Allah yang seluruhnya telah dijelaskan lewat firmannya yang terdapat dalam
Al-Quranul Karim.
Para ulama telah sepakat bahwa dengan memahami pengertian tauhid
secara obyektif dan profesional, maka di dalam makna tersebut terkandung tiga
unsur yang mutlak adanya yaitu sebagai berikut:
Tauhid Rububiyah
Istilah Rabb dilihat dari arti pokoknya mengandung arti yang majemuk.
Sedangkan Qardhawi mengartikan bahwa tauhid rububiyah yaitu suatu
keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan Pencipta langit dan bumi, Pencipta
semua makhluk dan Penguasa seluruh alam semesta. Jadi yang dimaksud
dengan tauhid rububiyah adalah kesadaran dan keyakinan bahwa Allahlah satu-
satunya dzat yang menciptakan serta mengatur alam semesta dengan selruh
isinya (Robbul ‘alamin).
Tauhid Mulkiyah
Tauhid mulkiyah dapat juga disebut sebagai tauhid al asma , wa as-syifah
yaitu mengakui Allah sebagai satu-satunya dzat yang menyandang nama dan
sifat-sifat kemulian sebagaimana yang tercermin dalam asmaul husna, yang
salah satu diantaranya adalah Allah bersifat Malik, Raja Diraja Pemilik dan
Penguasa seluruh alam semesta dengan segala isinya. Jadi pada hakekatnya
Tauhid Mulkiyah adalah kesadaran dan keyakinan bahwa Allah-lah
satusatunya dzat yang berdaulat atas seluruh alam semesta (universum), Raja
Diraja yang menguasai manusia (maliku an-na-si), Raja Diraja yang akan
menghakimi manusia si akherat nanti (maliku yaumi ad-di;ni), pemilik dan
penguasa seluruh jagad raya, Illahi mulku as- samawati wal ardli wama fi
hinna (al Madinah;120) Allah satu-satunya Dzat yang memiliki kekuasaan dan

23
kedaulatan secara mutlak dan hakiki, yang memberikan kepemilikan dan
kekuasaan kepada siapa pun yang dikehendakinya.
Tauhid Uluhiyah
Mentauhidkan Allah tidak cukup sekedar mengakui dan menyakini bahwa
Allah satu-satunya Dzat yang menciptakan, memelihara serta pemilik tungal
terhadap alam semesta dengan segala isinya. Mengakui terhadap Allah sama
sekai harus berbeda dengan pengakuan terhadap berbagai fakta yang ada di
sekitarnya, seperti mengakui dan meyakini adanya gunung Mount Everest, atau
jeram niagara, dan sebagainya. Buya Malik Ahmad mengartikan Tauhid
Uluhiyah sebagai “tumbuhnya kepercayaan terhadap Allah dalam hati, dimana
rasa kebesaran Ilahi menguasai jiwanya, dengn diiringi rasa mematuhi dan
menundukan diri kepadanya dengan penuh kesadaran dan ketekunan, tidak
tergoncang oleh kemewahan dan tidak goyah karena kesulitan hidup”. Tauhid
uluhiyah nilah yang harus terlintas dalam benak setiap mukmin ketika
mengungkapkan kata-kata “La:ila:ha:illa:Allah”.
 Karena tauhid uluhiyah, Allah mengutus para Rasul-Nya dan menurunkan
kitab-kitabnya
 Karena tauhid uluhiyah, Allah memperlihatkan kepada manusia akan tanda-
tanda keberdaan dan kekuasaan-Nya dalam alam dan diri manusia itu
sendiri.
 Karena tauhid uluhiya, maka ada hari kiamat, hari pembagian catatan dan
pertimbangan amal perbuatan manusia serta disediakan surga dan neraka
 Karena tauhid uluhiyah, manusia berbagi ke dalam dua golongan; yang
bahagia dan yang sengsara.
Oleh sebab itu seorangmuslim yang sungguh-sungguh beriman kepada
Allah membikin setiap aspek dari kehidupan mengabdi kepada kehendak Allah
semata.
1.) LA: HUBBAN ILLA LILLA:HI
Manusia mencintai berbagai macam kecintaan seperti yang digambarkan
dalam surat Ali ‘Imran-3:14, at Taubah-9:24, al-Baqarah-2:165 dan
sebagainya. Kecintaan terhadap berbagai hal yang ada di sekitar dirinya dalam

24
konsep Islam termasuk dalam kategori “mata:’ul haya:tid dunya”,berbagai
hiasan hidup keduniaan, dan oleh Al-Qur’an berbagai hiasan keduniaan itu
dikategorikan sebagai mata:ul ghuru:r, kesenangan yang menipu, suatu
kesenangan yang tidak akan dapat mendatangkan kepuasan hakiki dan lestari.
Dalam surat al-Hadid-57:20 Allah menyatakan secara tegas:
“Ketauhilah, bahwasanya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan
sesuatu yang melalaikan”.
Kesenangan yang bersifat duniawi suatu ketika pasti akan berpisah dan
meninggalkan siapa pun yang mencintai atau yang dicintainya. Dalam hal ini
perlu disimak hadis Rasulullah saw sebagai berikut:
Datanglah malaikat Jibril kepada Nabi saw seraya berkata:”Wahai
Muhammad, hiduplah sesuka hatimu, tetapi (ingatlah) engkau pasti akan mati.
Berbuatlah sekehendakmu, tetapi (ingatlah) engkau pasti akan dibalas sesuai
dengan amal perbuatanmu. Cintailah apa dan siapa pun yang engkau cintai,
tetapi (ingatlah) engkau pasti akan berpisah dengannya”. (Hadits dari Sahal
bin Said, r.a).
Ajaran Islam membenarkan seseorang untuk mencintai berbagai hal yang
bersifat keduniaan, yang dalam terminologi Al-Qur’an disebut dengan istilah
“al ma:lu wal banu:n”. Namun sebagaimana diisyaratkan dalam al-Qashash-
28:88, kecintaan seseorang muslim terhadap hal-hal seperti di atas haruslah
diletakkan jauh di bawah kecintaannya terhadap Allah (dan Rasul-Nya).
Sebalikya Allah mengancam kepada setiap muslim yang menempatkan sesuatu
melebihi kecintaannya terhadap Allah (dan Rasul-Nya) dengan ancaman yang
sangat menakutkan, seperti yang dinyatakan dalam surat at-Taubah-9:24:
“Katakanlah, jika ayah kalian, anak-anak, saudara-saudara, istri, kaum
kerabat, harta yang kalian usahakan,harta perniagaan yang kalian
khawatirkan akan merugi, serta rumah-rumah kalian yang kalian cintai adalah
lebih kalian cintai dari pada (mencintai) Allah dan Rasul-Nya, serta
(daripada)berjuang di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan
keputusan-Nya”.

25
Konsisten dengan hasil penghayatan kritisnya bahwa Allah-lah satu-satunya
Dzat yang mencipta seluruh alam semesta, mengasuh, memelihara, menjaga
dan mendidiknya dengan penuh kasih sayang, yang menganugerahkan seluruh
alam semesta untuk kepentingan dan kemanfaatan manusia semata-mata (al-
Baqarah-2:29), maka tidak ada sikap lain bagi setiap muslim kecuali
mencurahkan seluruh hidupnya untuk mencintai Allah di atas segala-galanya.
“Adapun orang-orang yang beriman teramat cintanya kepada Allah”(al-
Baqarah-2:31).

2.) LA:KHASY-YATAN ILLA LILLA:HI


Konsekuensi yang kedua terhadap ikrar ‘Lailaha illa Allahu’ adalah
menetapkan bahwa tidak ada ‘tuhan’ yang pantas dan wajib ditakuti kecuali
hanya takut kepada Allah semata-mata. Dalam surat at-Taubah-19:13 Allah
menyatakan:
“Mengapakah kalian takut kepada mereka, padahal(hanya) Allah-lah yang
berhak kalian takuti jikalau kalian benar-benar orang-orang yang beriman”.
“Maka oleh karena itu janganlah kalian takut kepada manusia (akan
tetapi) takutlah kepada-Ku”. (QS. Al-Maidah-5:44)
Makna tahut kepada Allah adalah takut terhadap murka-Nya, takut
terhadap azab-Nya yang meluluhlantakkan seluruh dirinya, takut terhadap api
neraka-Nya yang sangat dahsyat dan teramat mengerikan.
Seorang muslim sudah seharusnya senantiasa berpedoman takut dan harap
dalam setiap langkah dan perbuatannya dalam arti apakah pekerjaan yang akan
dilakukannya akan mengakibatkan terkena murka dan laknat Allah atau justru
akan mendapatkan ridla dan rahmat-Nya. Apakah sesuatu yang akan
dilangkahkan dirinya akan berakibat diseret dan digelandang ke dalam neraka-
Nya yang teramat dahsyat, pedih dan mengerikan atau justru akan
mendapatkan surga-Nya. Sikap seorang muslim yang selalu mengacu pada dua
pertimbangan seperti akan membuat dirinya menjadi manusia yang bijaksana
di hadapan Allah SWT.

26
3.) LA THA:’ATAN ILLA LILLAH:HI
Pernyataan La:ila:ha ila Allahu mengandung pengertian yang ketiga, yaitu
menafikan atau meniadakan ketaatan yang hakiki kepada siapa pun dan apa
pun. Sikap yang ketiga ini merupakan konsekuensi logis akibat pernyataan
yang kedua: La: khasyatan illa lilla:hi. Dengan mengikrarkan La:kila:ha illa
Allahu seorang mukmin akan berusaha bersikap loyal serta mentaati selurh
kemauan Allah sebagaimana yang tergelar secara jelas dalam Al-Qur’anul
Karim:
“sesungguhnya jawaban orang-orang yang beriman, apabila mereka
dipanggil Allah dan Rasul-Nya supaya ia (Rasul) menghukum/mengadili di
antara mereka, mereka pun berucap:”Kami telah mendengar (keputusanmu)
dan kami memetuhinya”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
(am-Nur-24:51)
4.) LA ‘IBA:DATAN ILLA LILLA:HI
Sesungguhnya sikap yang keempat ini adalah perwujudandari berpadunya
antara sikap cinta, takut, gentar serta siakp ketaatan dan kepatuhan yang tak
terhingga kepada Allah hingga tidak ada sikap lain kecuali akan menyerahkan
seluruh hidupnya untuk menjadi ‘abid (hamba) yang setia.
Penghambaan diri secara total kepada Allah semata-mata adalah
konsekuensi logis bagi seorang mukmin yang konsisten dan istiqomah terhadap
ikrar La:ila:ha illa Allahu. Inilah sikap hidup seorang mukmin yang benar,
yang dalam falsafah hidupnya diletakkan di atas dasar firman Allah yang
tergambar dalam surat al-An’am-6:162.

c. Ibadah
Secara terminologis ibadah berasal dari kata ‘ubudah, ‘bu:diyah, dan
‘abdiyah, yang artinya tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya menyerah
dan tunduknya seseorang terhadap orang lain secara patuh tanpa perlawanan,
penyelewengan dan pendurhakaan, hingga dilayaninya orang itu menurut
keinginan dan kemauannya.

27
Majlis Tarjih Muhammadiyah merumuskan pengertian ibadah sebagai
berikut: “Bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, dengan mentaati segala
perintah-Nya, dan mengamalkan semua yang diizinkan Allah SWT”.
Majlis Tarjih Muhammadiyah membedakan ibadah menjadi dua, yaitu:
1) Ibadah Khusus atau ibadah mahdlah (mahdliyah), yakni ibadah yang telah
ditetapkan secara pasti oleh Sya:ri’ (pembuat hukum; yaitu Allah dan
Rasul), baik rincian, tingkah laku maupun tata caranya. Contohnya seperti
thaharah, shalat, umrahn dan haji.
2) Ibadah ‘Am, ibadah umum atau dapat dinamakan dengan istilah muamalat
duniawiyah, yaitu segala amalan keduniaan yang diizinkan Allah. Ibadah
umum ini dalam istilah umum meliputi bidang politik, ekonomi, sosial,
kebudayaan, pendidikan, pertahanan dan keamanan.
Pada hakikatnya maksud dan tujuan dari ibadah umum ini ialah untuk
mengemban amanat Allah, berupa melaksanakan misi khalifah Allah di muka
bumi, yang tugas utamanya adalah:
1) Membangun kemakmuran dan kesejahteraan hidup umat manusia.
2) Menciptakan perdamaian dan ketertiban antar umat manusia.
Amanah Allah dengan dua tugas yang diemban pada diri khalifah sebagaimana di
atas didasarkan pada firman Allah seperti berikut ini:
a) Manusia yang diberi amanah Allah selaku khalifah-Nya tercermin dalam QS-
33:72:
“sesungguhnya KAMI telah menawarkan satu amanat(selaku khalifah)
kepada para penghuni langit, juga kepada bumi, serta kepada gunung-gunung,
maka mereka enggan dan merasa takut untuk memikul amanat tersebut. Dan
manusia (sendirilah) yang bersedia menerima (amanat). Sungguh manusia itu
sanagt aniaya lagi bodoh”.
b) Dua tugas utama melaksanakan amanat Allah selaku khalifah di atas bumi
adalah tercermin dalam surat al-Baqarah-2:30:
“Ingatlah (Muhammad saw) ketika Tuhanmu berfirman kepada para
malaikat: ‘Sesungguhnya AKU akan menjadikan seorang khalifah di muka
bumi’. Mereka berkata: ‘mengapa ENGKAU hendak menjadikan (khalifah) di

28
muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah’, sementara kami senantiasa bertasbih dengan memuji
dan mensucikan ENGKAU? Tuhan berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui
apa saja yang tidak kamu ketahui”.
Kalau malaikat memperkirakan manusia akan melakukan perusakan di
atas bumi, maka tugas khalifah adalah bekerja keras untuk menciptakan bumi
dalam kondisi yang baik (yushliku fiha) sebagaimana yang digambarkan dalam
an-Nur-24:55, al-A’raf-7:55-56. Dan kalau malaikat memperkirakan manusia
akan melakukan pertumpahan darah, maka tugas manusia adalah membuat
kondisi kehidupan masyarakat yang damai dan tenteram, ditegakkannya hak-
hak asasi manusia yang sangat luhur, jauh dari permusuhan dan pertumpahan
darah, seperti yang tercermin dalam surat al-Isra’17:70 dan al-Maidah-5:32.
Lahan untuk malaksanakan ibadah ‘am, yang bersifat umum adalah
mengolah bumi dan segala isinya (al-Baqarah-2:29) dalam posisi selaku
khalifah atau wakil Tuhan karena berdasarkan kekuasaan yang didelegasikan
kepadanya oleh Tuhan, ia diharapkan akan melaksanakan kekuasaan Tuhan di
bumi ini dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh Tuhan.
Menurut faham Muhammadiyah, ibadah yang wajib dilaksanakan oleh
setiap muslim tidaklah semata-mata hanya yang bersifat hubungan langsung
(hablun minallah) antara manusia dengan Allah, melainkan juga berjuang dan
membangun kesejahteraan hidup dan menciptakan perdamaian antar umat
manusia di atas prinsip-prinsip syariat Islam. Bagi Muhammadiyah, amal
ibadah yang sifatnya umum atau muamalat duniawiyat adalah kelengkapan dan
kesempurnaan amal ibadah langsung kepada Allah. Seseorang yang telah
menyatakan dirinya sebagai seorang muslim belum dianggap lengkap dan
sempurna agamanya kalau hanya sekedar dan sebatas menjalankan pokok-
pokok ajaran Islam yang tersimpul dalam rukun Islam yang lima. Ia masih
dituntut kesempurnaannya lewat penunaian misi yang dipangkunya selaku
khalifah Allah di muka bumi yang seluruhnya dalam rangka membangun ide
atau tata hidup baru yang damai dan sejahtera, material dan spiritual, duniawi
dan ukhrawi di bawah limpahan dan naungan ridla serta ampunan Allah SWT.

29
Dengan sikap hidup seperti inilah yang dapat dinyatakan telah menempatkan
diri di atas firman Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam QS. Adz-
Dzariyat-51:56 dan QS. Al-An’am-6:162.
“dan tidaklah Aku ciptakan jn dan manusia kecuali untuk breibadah atau
mengabdikan diri kepada-Ku semata”.
Katakanlah “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku
hanyalah untuk Allah semata, Tuhan Penguasa semesta alam”.

d. Beribadah yang ikhlas


Tumbuhnya kesadaran dan keyakinan bahwa hanya Allah-lah satu-satunya
Dzat Yang Mencipta dan Yang Berkuasa, Yang Berdaulat terhadap seluruh
alam semesta akan melahirkan pengabdian dan penghambaan yang absolut
dalam seluruh hidup dan penghidupannya. Pengabdian yang mutlak semata-
mata hanya untuk mencari ridla dan ma’unah Allah akan ditunaikannya dengan
hati dan niat yang suci dan bersih dari berbagai macam motivasi atau pamrih.
Kehidupan yang semacam ini yang dituntut Allah untuk ditunaikan oleh
hamba-Nya sebagaimana yang ditegaskan dalam surat al-Bayinah-98:5.
“padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya mengabdikan diri
kepada Allha dengan memurnikan, mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya alam
(menjalankan) agama dengan lurus”.
“sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur’an) dengan
(membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya”. (az-Zumar (39):2).
Katakanlah “Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah
dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dengan (menjalankan) agama”. (az-
Zumar (39): 11).
2. Pokok Pikiran II
Hidup manusia adalah bermasyarakat

Hidup manusia bermasyarakat bagi manusia dalam pandangan Islam


merupakan sunnatullah, merupakan suatu fitrah, atau dalam istilah umum

30
disebut sebagai keniscayaan, sebagaimana yan gditegaskan dalam QS. Al-
Hujarat-49:13:
“Hai manusia, sesungguhnya KAMI telah menciptakan kalian dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling
taqwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal”.
Islam berpendirian bahwa bersatunya manusia dalam masyarakat adalah
suatu keharusan. Watak manusia tidak memungkinkan hidup terpencil.
Tersusunnya masyarakat sebagai akibat ketidakmampuan ini, keperluan
manusia untuk berkelompok itu sesungguhnya bernilai ganda. Di satu pihak,
keinginan untuk dominasi dan agresi yang merupakan watak bawaan dalam
manusia dapat mendorongnya kepada tindakan tanpa pikiran dan merusak.
Otoritas dan kekuasaan yang memaksa adalah satu-satunya sarana yang dapat
mengatasi rasa dengki, kesombongan, kecurigaan dan keangkuhan pribadi. Di
lain pihak, manusia tidak mempunyai kemampuan untuk memuaskan segala
kebutuhan pribadinya. Kerjasama dan tolong-menolong menjadi keharusan
bagi manusia jika ia tidak mau musnah. (Boissard dalam musthafa, 2003:215).
Islam mengakui manusia sebagai makhluk yang paling mulia (QA. Al-
Isra’(17):70) yang mandiri dan berpribadi dan menyandang berbagai ragam
hak asasi yang tidak boleh disentuh oleh siapapun juga. Sekalipun demikian
selaku makhluk sosial ia tidak boleh melepaskan diri dari tanggung jawabnya
dalam kehidupan bersama. Islam sangat menekankan arti pentingnya
menghormati dan mencintai kepada sesama, sebagaimana sabdanya:
“Tidaklah beriman seorang di antara kalian hingga ia (dapat) mencintai
kepada saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (al-hadits)

31
3. Pokok Pikiran III
Islam satu-satunya Agama yang Benar(hak), dan Satu-satunya Agama
yang Sempurna.

Pokok pikiran ketiga ini dapat dikatakan sebagai pilihan alternatif dari sekian
banyak alternatif yang paling sesuai dengan dua prinsip dasar sebagaimana
yang di tegaskan dalam pokok pikiran kedua. Agama islam yang dibawa oleh
Rasulullah saw adalah satu-satunya agama yang hak, yang benar, lagi
paripurna (kamil) dan momot atau meratai 9syamil).

Ada dua kelebihan ajaran islam yang dibawakan oleh Rasulullah Muhammad
saw, yaitu :

a. Agama islam adalah agamayang mutlak kebenarannya


Pernyataan seperti ini secara doktirial didasarkan pada firman Allah
sebagai berikut ;
“ kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, oleh karena itu janganlah sekali-
kali kamu termasuk orang-orang yang menyangsikannya”. (Q.Al-Baqarah-
2:147)
“sesungguhnya agama (di:n) yang ada di sisi Allah hanyalah agama islam
“. (Q.Ali’imran-3:19)
“dan siapapun yang mencari agama selain islam tidaklah akan diterima
dan di akhirat dia termasuk golongan orang-orang yang
merugi”.(Q.Ali’Imran-3: 85)
“DIA-lah yang mengutus Rasul-Nya (Muhammad saw) dengan membawa
petunjuk hidup serta agama (di:n) yang haq/benar agar DIA memenangkan
terhadap semua agama, sekalipun orang-orang yang musrik membencinya”.
(Q. Ash-Sha:f-61:9)
“DIA-lah yang mengutus Rasul-Nya (Muhammad saw.)dengan membawa
petunjuk hidup dan agama (di:n) yang bena/haq agar dimenagkan-Nya
terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi” (Q.Al-Fath-48:
28)

32
Doktrin yang mengajarkan bahwa satu-satunya agama yang benar/ hak di sisi
Allah hanyalah agama Islam seperti ini sebenarnya merupakan ciri khas dari
semua agama ‘samawi’, yaitu agama yang mendasarkan diri pada revelasi atau
wahyu Tuhan, yang terdiri dari agama yhudi, nasrani, dan islam. Dari segi
historis menunjukan bhawa asal mula agama ‘samawi’ yang dibawa oleh
nabiyullah dari sejak nabi Adam as sampai nabi terakhir MUHAMMAD SAW
termasuk agama yang dibawa oleh nabi musa as.

Al-qur’an memberikan informasi atas klaim sepertiitu, baik dari agama


Yahudi maupun Nasrani, dimana masing-masing mengaku bahwa kebenaran
itu hanya ada pada dirinya saja (truth claim) seperti berikut :

Dan mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata “sekali-kali tidak


akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani.
Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah
:”tunjukanlah bukti kebenran kalian, manakala kalian adalah orang benar”.
(Q.Al-Baqara-2: 111)

“orang-orang yahudi berkata “orang-orang nasrani tidaklah berdiri diatas


kebenaran”, dan orang-orang nasranipun berkata “orang-orang yahudi
tidaklah berdiri sendiri diatas kebenran”, sedang keduanya membaca kitab
yang sama” Q. Al-Baqarah-2; 113.

Al-Qur’an adalah wahyu swt yang disampaikan kepada Rasulullah saw.


Disamping ia sebagai ‘Petunjuk hidup bagi umat manusia’, sebagai’Hudan li
an na-si’ bagi Raulullah saw, Al-Qur’an berperan juga sebagai mu’jizat.

Kemu’jizatan Al-Qur’an secara jelas dapat di saksikan oleh siapapun hingga


akhir zaman, antara lain :

1) Gaya bahasa Al-Qur’an yang sangat mengagumkan, yang tidak dapat di


tandingi oleh siapapun. Susunan Al-Qur’an merupakan yang terpuncak dan
terindah dalam bentuk sastra.

33
2) Kepada bangsa arab yang terkenal dengan kepiwianianya membuat syair,
atau kepada siapapun yang masih meragukannya, Allah meanntangnya
secara terbuka agar mereka membuat kalimat tandingannya yang sepadan
keiindahannya seperti Al-Qur’an (Q.Al-Isra’17:88,Q.hud-11:13 dan Q.Al-
Baqarah-2:23). Tantangan diatas sampai saat ini tidak ada satu orangpun
yang menjawabnya.
3) Terpeliharanya otentistas/keshahihan Al-Qur’an sampai akhir zaman dari
tangan-tangan manusia yang tak bertanggung jawab. Allah menjamin
terhadap terpeliharanya otentitas Al-Qur’an ini sebagaimana yang di
firmankan dalam Q.Al-Hijr-15: 9)
4) Rasulullah saw sebagai penerima wahyu alquran adalah seorang rusul yang
‘umi’ 9bta aksara) yang sama sekali tidak dapat baca tulis. Be;iau juga
bukan juga orang yang dikenal luas, pergaulannya dengan orang-orang
cerdik atau pandai hingga dengan pegalaman seperti itu menjadikan
pengetahuan beliau menjadi luas pula. Namun sekian banyak ayat-ayat
alquran mengungkapkan pengetahuan yang sangat tinggi yang pada saat
alquran diturunkan umat sama sekali belum dapat memahami.
5) Dalam alquran ada sesuatu yang sulit diterima akal sehat kalau alquran
dituduhkan sebagai ciptaan nabi muhammad saw sebagai buat ciptaan.
Alquran yang diturunkan sedikit demi sedikit dimakan waktu selama 22
tahun, 2bulan dan 22 hari didalamnya ada beberapa kata-kata yang cukup
mencengangkan. Abdulrazaq naufal dalam Al-jaza; li al-quran kariem
membeberkan kemujizatan alquran, antara lain :
a) Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya antara lain :
- Al Hayah (hidup) dan al –maut (mati), masing-masing sebanyak 145 kali
- Al-nafu (manfaat) dan al-madlaraah (mudarat) masing-masing sebanyak 50
kali.
- Al-har (panas) dan al-bard (dingin) masing-masing 4 kali
- Al-thama’ninah (kelapangan/ketenangan) dan al-dhiq (kesempitan) masing-
masing 13 kali
- Al-rahbah (cemas/takut) dan al-raghbah (harap/ingin) masing-masing 8 kali

34
- Al-shalihat (kebajikan) dan al-sayyi’at (keburukan) masing-masing 167 kali
- Al-kufr (kekufuran) dan al-iman dalam bentuk difinitif masing-masing 17 kali
- Al-shayf (musim panas) al-syita’ (musim dingin) masing-masing satu kali.
b) Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonim/ makna yang
dikandungnya.
- Al-harts dan al-zira’ah (membajak/bertani)masing-masing 14 kali
- Al-ushb dan al-dhurur (membanggakan diri/angkuh) masing-masing 27 kali
- Al-dhallun dan al-mauta (orang sesat/mati jiwaya) masing-masing 17 kali
- Al-jahr dan al-‘alaniyah (nyata) masing-masing 16 kali
c) Di samping keseimbangan seperti diatas ada juga kesimbangan yang khusus,
yaitu :
- Kata al-yaumu atau hari didalam AL-Qur’an diulang sebanyak 365 kali, yang
menunjukan jumlah hari selama stu tahun
- Kata al-ayyamu (bentuk jamak dari al-yaumu) diulang sebanyak 30 kali, yang
menunjukan jumlah hari selama satu bulan.
- Kata as-syahru atau bulan diulag sebanyak 12 kali, yang menunjukan jumlah
bulan selama setahun
- Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada “tujuh”. Penjelasan ini diulang-ulang
sebanyak tujuh kali.

J.W.Goethe (Jerman 1749-1982)

‘Bagaimanapun juga saya membaca al-quran, tidak habis-habisnya saya


bertemu dengan ajaran-ajaran yang menggerakan saya untuk memperdalam
pengetahuan agama. Susunan kalimatnya sangat indah, isi dan tujuan dapat
menjadi pedoman untuk jalan kebahagiaan, kemuliaan yang tinggi, da beberapa
pelajaran yang menakutkan untuk pekerja jahat. Demikian pendapat saya .

Masalah ‘Pluralisme Agama’

Akhir-akhir ini sekelompok kecil intelektual muslim indonesia


melontorkan seuah wacana yang terkenal dengan sebutan ‘pluranismeagama’.
Pada intinya mereka meyakini bahwa kebenaran (truth) dan keselamatan

35
(salvation) itu bukan hanya menjadi milik salah satu agama. Mereka
berpendapat bahwa kebenran dan keselamatan ada di semua agama, baik
yahudi, kristen maupun islam itu sendiri.

Semua agama besar itu bagaimana pun juga merupakan ekspresi dari
kebenaran yang sama, walaupun di permukaan ada perbedaan-perbedaan.
M.Legenhausen, dalam bukunya yang berjudul ‘satu agama atau banyak
tuhan’ menjelaskan bahwa dalam masalah pluralisme religius Hick
menemukan ada 4 macam, yaitu :

1) Pluralisme religius normatif, yaitu suatu doktrin yang mengajarkan ahwa


secara moral, umat kristiani wajib untuk menghargai pemeluk agama lain
2) Pluralisme religius epistoologis yaitu suatu doktrin yang mengajarkan bahwa
umat non-kristen juga bisa memperoleh keselamatan kristiani
3) Pluranisme religius epistemologis bahwa para pengikut agama-agama besar di
dunia memiliki kedudukan yang sama enurut justifikasi religius mereka
4) Pluralisme religius alestis yaitu bahwa kebenran religius dapat ditemukan juga
dalam agam-agama selain kristen dengan derajat yang sama, sebagaimana yang
ditemukan dalam agama kristen.

Dengan singkatan Muhammad Legenhausen menjelaskan ahwa para


penganut pluralisme dalam beragama menegaskan bahwa semua agama
umumnya menawarkan jalan keselamatan bagi umat manusia, dan semuanya
mengandung kebenran religius.

Pemaknaan agama seperti diatas jelas erupakan suatu langkah yang telah jauh
dari sekedar mengakui bahwa didalam setiap agama ada kebenran dan ada
keselamatan. Mereka meyakini bahwa hakekatnya semua agama sama
(penyamaan agama). Mereka menyatakan semua agama sebagai jalan yang
valid menuju kebenran, sekalipun jalan yang di tempuhnya berbeda-beda.
Fikiran mereka ini mirip dengan ungkapan yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat/budaya jawa bahwa ada sekian banyak sungai yang namanya
berbeda-beda, namun semuanya pasti akan bermuara juga kelaut yang sama.

36
Pendapat kelompok faham pluralisme yang sangat berani melawan arus besar
sebagaimana yang dikemabangkan oleh Fazlur Rahman dkk. Diatas mendasar
pada alquran.

“ sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang yahudi, orang-orang


nasrani dan orang orang shabin siapapun diantara mereka yang benar-benar
beriman kepada Allah dan hari akhir, serta beramal saleh, maka mereka itu
akan menerima pahala dari tuhan mereka bagi mereka tidak ada kekhawatiran
serta tidak pula mereka bersedih hati” (Q.Al-Baqarah (2):62)

“ sesungguhnya orang-orang mukmin, prang-orang yahudi, shabiin dan


orang-orang nasrani siapa saja (diantara mereka yang benarbenar beriman
kepada Allah, hari akhir beramal shaleh, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati” (Q.al-Maidah (5): 69)

Al-Thabri, ahli tafsir kenamaan abad X berpendapat bahwa jaminan Allah


tersebut bersyaratkan tiga hal : beriman kepada ALLAH dan hari kemudian,
serta berbuat baik. Syarat beriman itu bermaksud, beriman kepada Allah dan
Muhammad saw. Atau dengan kata lain, yang dimaksud dalam ayat ini ialah
mereka yang masuk islam.

Namun demikian, hal itu tidak berati bahwa pada setiap zaman bisa terdapat
banyak agaama yang dilihat dari sudut kbenarannya adalah sama, lantas
manusia memilih diantara agama-agama tersebut. Agama apapun yang anda
pilihtidak lagi menanggung jawabnya. Tidak, tidak deikian. Yang dimaksud
adalah bahwa manusia beriman kepada seluruh nabi, dimana para nabi yang
terdahulu memberikan kedatangan nabi yang akan datang, terutama nabi yang
paling mulia dan penutup mereka, dan bahwasanya nabi yang kemudian pasti
membenarkan risalah para nabi sebelumnya.

Dari sekian banyakpendapat dari para ulama dan musafir besar seperti diatas
dapat disimpulakan bahwa “ KEBENARAN” dan “KESELAMATAN” hanya
bisa didapatkan lewat ajaran yang ibawa oleh nabi Muhammad saw.

37
Alwi Shihab menyarankan agar dalam mengembangkan konsep pluralise
agama, maka harus bersyaratkan satu hal, yaitu komitmen yang kokoh terhadap
agamanya masing-masing. Seorang pluralis dalam berinteraksi dengan aneka
ragam agama, tidak saja hanya ditutut untuk membuka diri, belajar dan
menghormati mitra dialognya. Tetapi ia yang terpenting ia harus comimtted
terhadap agamanya. Hanya dengan sikap demikian akan dapat di hindari
relativisme agama yang tidak sejalan dengan semangat pluralisme (Bhinneka
tunggal ika)

“ bagi kalian agama kalian, dan bagiku agamaku”

Pengembangan konsep “pluralisme” dengan sasaran akhir harus diakuinya


‘kebenran’ dan ‘keselamatan’ diluar agama islam adalah sangat menyesatkan,
dan akan melahirkan akibat yang sangat jauh dan cukup mengerikan. Sebab
dengan pemahaman seperti ini akirnya islam sebagai suatu keyakinan hidup
tidak lagi memerankan diri sebagai kekuatan utama yang menjadi pendorong,
penggerak dan pemberi motivasi terhadap seluruh aspek kehidupan umatnya.

Pengakuan islam terhadap adanya pluralitas agama bukan berarti diikuti


dengan mengubah prinsip-prinsip dasar dalam islam. Sikap dari pengusung ide
pluralisme agama ini jelas sekali terkena pengaruh keputusan konsili Vatikan II
yang berlangsung pada tahun 1965. Sebagaimana telah diketahui secara luas
bahwa gereja katholik melalui konsili vatikan II pada tahun 1965 mulai
mengakui adanya pluralitas “KESELAMATAN” diluar gereja katholik
(j.Riberu (peny), Tonggak sejarah pedoman arah: Dokumen Konsilli Vatikan
II, khususnya bagisn “Sikap Terhadap Agama Lain” Dokumen MAWI,1983:
287).

Agama islam adalah agama yang sempurna (kamil) dan momot (syamil).

Kesempurnaan agama islam ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

38
“ pada hari ini telah AKU sempurnakan agama untuk kalian, dan telah
AKU cukupkan pula nikmat-Ku kepada kalian, serta AKU rela islam sebagai
agama kalian” (Q.Al-Maidah-5:3)

“hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kedalam islam secara


menyeluruh, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagi kalian” ( Q. Al-Baqarah-
2: 208)

Dengan memahami kedua ayat diatas ditambah dengan pemahaman secara


umum sebagaimana yang terkandung dalam alquran dan al-hadits,
Muhammadiyah memiliki keyakinan yang teguh bahwa islam bukan sekedar
mengajarkan bagaimana seharusnya seseorang menghubungkan dirinya kepada
al-Khaliq semata-mata, akan tetapi mengajarkan bagaimana setiap muslim
menghadapi kehidupan di dunia ini.

Realitas menunjukan bahwa mulai dari pertengahan akhir abad kedua puluh
dunia islam mulai bangkit dan menggeliat dari tidurnya yang sangat panjang.
Fenomena seperti ini menjadikan dunia Barat sangat ketakutan. Kekuatan
seperti ini ditandai dengan munculnya pemikiran P. Huntington yang
menyatakan musuh terbesar dunia kapatilisme (dunia Barat) setelah perang
dingin adalah islam. Untuk mengatisipasi kembali kebangkitan kembali dunia
islam seperti ini mulailah dunia barat menyebarkan dunia isu dmokrasi dalam
wujud islam liberal. Mereka menyebarkan berbagai isu meletakan dunia islam
dalam aneka perangkap yang mereka pasang. Dengan kepenuhan kesengajaan
pula Barat menciptakan sejumlah doktumi, seperti islam tradisional- islam
modern, islam modert- fundamentalis, islam legalistik/formalistik dan
sebagainya.

Sesungguhnya, islam yang di sampaikan oleh Nabi Muhamad saw,


mengandung ajaran yang sempurna (kamil), memiliki berbagai aspek (syamil)
yang berhubungan langsung dengan Allah (hablun min Allah) serta berbagai
aspek yag berhubungan dengan sesama manusia (hablun min anna’s)

39
Tidak ada satu kawasan pun dalam kehidupan dunia yang tidak
mendapakan perhatian islam. Ajaran islam memuat seluruh aspek kehidupan
dunia. Islam memandang sangat pentingnya kehidupan dunia relatif teramat
singkat dibandingkan dengan kehidupan di akhirat. Justru oleh karena itu
didalam analisisnya para mussafir menemukan satu kenyataan bahwa isi al-
qur’an yang menyeluruh dan menyangkup, 85% daripadanya diarahkan untuk
mengatur dan membimbing manusia di dunia sekarang ini.

K.H. Mas Mansyur, seorang ‘alim Muhammadiyah yang pernah memimpin


persyarikatan muhammadiyah menegaskan bahwa “memang politik dan islam
tidak dapat di pisahkan, sebagaimana halnya gula rasa manis yang tak mungkin
di pisahkan. Begitu pula antara agama dan politik. Hanya semenjak jatuhnya
kerajaan islam di andalusia, semenjak itu pula tangan islam merasa tidak laras
(cocok) lagi untuk memegang politik itu. Lama kellamaan umat islam tidak
mengerti sama sekali apa arti politik itu. Mereka benar, masih mengakui
Muhammad SAW sebagai jujungannya, al-quran sebagai kitabnya, dan
kiblatnyapun tidak berubah. Tetapi hanya itu saja yang mereka jalani. Padahal
perintah Tuhan, umat islam harus cakap mengurus segala kebutuhan hidup di
dunia sampai akhir hayat nanti”. (soebagijo I.N, KH mansur, Pembaharu Islam
di Indonesia: 36).

Kesempunaan islam benar-benar obyektif dan riil nyata, dan sama sekali
bukan sekedar pengakuan dari orang-orang yang terlibat didalamnya, yang
biasanya cenderung untuk bersikap subyektif. Kesempurnaan dan momotnya
(syamil) ajaran islam tidak dapat dipungkiri oleh siapapun manakala jujur
dalam mengkaji dan mempelajarinya secara proposional. Beberapa pengakuan
dari pihak luar (non islam) yang secara terus terang mengakui akan
kesempurnaan ajaran islam antara lain adalah :

1) Profesor H.A.R Gibb seorang orientalis yang ahli dalam bahasa-bahasa


semit menulis dalam bukunya yang berjudul “ The Wither of Islam’ dengan
ungkapan “Islam is indeed much more than a system of thelogy. Islam

40
complete civilication”, sungguh islam itu lebih banyak daripada sebuah
sistem theologi. Islam adalah sebuah peradaban yang sempurna.
2) V.N Dean, seorang orientalis menulis buku : “ The Nature of the Non
Western World”, menyatakan “Islam is complete integration of religion,
political system, way of and interpretation of history”, islam merupakan
perpaduan yang sempurna antara agama, sistem politik, pandangan hidup
dan penafsiran agama.
3) Sir T.Morison dalam buku yang berjudul “ England and Islam”, ‘Nineteeth
Century and After” menyatakan bahwa “ sesungguhnya islam adalah lebih
dari suatu kepercayaan saja,. Ia adalah sisitem sosial yang lengkap; ia adalah
peradaban dengan filsafat, kebudayaan dan keseniannya sendiri. Dalam
perjuangannya yang lama menentang peradaban saingan Nasrani, ia telah
menjadi suatu kesatuan organik yang akan sadar diri sendiri”. ( Stoddard,
Dunia Baru Islam: 72)
4) Marcel A. Boisard menyatakan bahwa “... wahyu Al-Qur’an itu bersifat
rasional serta sempurna, dan ajaran bahwa Nabi mengandung kemungkinan-
kemungkinan yang tak terhingga. Ketika kaum mukminin hidup menurut
ajaran agama yang mendorong untuk bersifikr dan memiliki akal yang kritis,
islam tampak sebagai obor kemajuan”. ( Marcel A. Bosaird, 1980: 316).
4. Pokok pikiran IV
Berjuang menegakkan agama islam adalah wajib, sebagai ibadah kepada
Allah, dan berbuat ihsan dan islah kepada manusia.
Pokok pikiran keempat ini merupakan konskuensi logis dari adanya pokok
pikiran ketiga. Kalau pokok pikiran ketiga menggambarkan pandangan
hidup/keyakinan hidup bahwa: Islam sebagai satu-satuna alternatif yang telah
dipilih dan ditetapkan sebagai keyakinan hidupnya, maka sebagai
konsekuensinya apa yang telah dipilihnya kemudian harus diperjuangkan
dengan semaksimal mungkin. Bagi setiap muslim harus mempunyai kesadaran
akan wajibnya memperjuangkan tegaknya ajaran Islam dimana dan kapan pun
juga seebagai tanda bukti akan kebenaran iman dan keislamannya. Iman dalam
dalam pengertian Islam bukan hanya konsep metafisikal belaka, ia adalah

41
corak suatu perjanjian yang dengannya manusia berbarter atau menukar
hidupnya dan segala yang dimilikinya dengan Allah sebagai ganti bagi janji
surga diakhirat keak. Allah membeli hidup dan kekayaan seorang mukmin dan
sebagai gantinya Dia menjanjikan hadiah surga didalam kehidupannya nanti
sesudah mati. Konsep jual beli ini mempunyai implikasi penting, karena itu
haruslah dipahami dengan sebaik-baiknya watak dan maknanya.
Pada hakikatnya penjualan ini tidak berarti bahwa Tuhan membeli sesuatu
yang dimiliki manusia. Watak yang sebenarnya ialah bhawa setiap makhluk
adalah mutlak milik Tuan. Akan tetapi Dia telah mengakaruniakan barang-
barang tertentu kepada manusia untuk diperjuangkan sebagai amanat dari
Tuhan. Dan manusia telah diberi kebebasan untuk secara jujur menepati
amanat itu, atau menghianati dan menyalahgunakannya.
Dan katakanlah:”kebenaran itu datangnya dari Tuhan kalian, maka
siapapun yang menghendaki(beriman) silahkan beriman, dan siapa punyang
mau kafir, maka silahkan untuk berkufur.”.
Dengan demikian manusia telah bersedia dengan sukarela membelajnjkan
jiwa dan harta bendanya dijalan Allah hakikatnya ia telah menjual
“otonomi”nya kepada Allah tentang kebahagiaan abadi dihari akhir nanti
berupa surga yang teramat nikmat. Manusia melakukkan inilah yang
dikatagorikan sebagai seorang Mukmin yaitu yang telah bersedia dengan ikhlas
menyerahkan secrara mutlak kehendak dan pilihan kepada
kehendak(iradah)Allah. Seorang yang dengan kesadaran dan kemauannya
sendiri telah memilih untuk mengikuti jalan Allah, maka konsekuensinya ia
akan wujuskan dalam hidunya. Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam
QS.6: 162 “sesungguhnya sholatku, ibadah dan pengorbananku, hidup dan
matiku hanya untuk Allah, Tuhan pencipta seluruh alam semesta”. Dengan
demikian baginya seluruh pikran, perasaan, kehendaknya dan perilakunya, baik
dalam kehidupan politik, ekonomi, budaya, seni, pendidikan dan ilmu
pengetahuan dan sebgainya senantiasa dilandasi oleh sau motif saja, yaitu untk
pengadbian diri kepada Allah, demi semata-mata untuk mendapatkan ridla-
Nya.

42
5. Pokok Pikiran V
Perjuangan menegakkan agama islam akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan nabi Muhammad SAW.
Persoalan tentang metoda, kepemimpinan maupun etika perjuangan seperti
diatas dalam Islam telah diberikan acuannya secara jelas. Dlam Al-qur’an
Allah menegaskan bahwa figur para Nabiyullah’alaihimussalam, khususnya
figur Rasulullah Muhammad SAW adalah satu-satunya model dan panutan
bagi setiap muslim dalam seluruh aspek kehidupannya. Pada Rasulullah SAW
tergambar rentangan contoh teladan sosok manusia yang paripurna, yang
seluruh hidupnya diabadikan demi kebenaran dan keagungan asma Allah.
Athaiyah al-Abrasyi dalam “Uzmatu al-Rasul”: 99 menggambarkan
paripurnanya sosok pribadi Rasulullah SAW dengan ucapan “ciri khas
menonjol dalam sifat utama yang ada pada Rasul-Rasul sebelum itu semua
terdapat dalam dirinya. Dalam diri Nabi Muhammad SAW terdapat sifat
keberanian Nabi Musa as, sifat kepemurahan Nabi Harun as, sifat kesabaran
Nabi Ayyub as, sifat kebesaran Nabi Sulaiman as, sifat kegembiraan Nabi
Yahya as, dan sifat pengasih Nabi Isa as.
Sifat-sifat perjuangan Rasulullah yang wajib diteladani antara lain
sikapnya yang konsisten terhadap prinsip yang diyakininya, ikhlas, sabar,
tanggung jawab, demokratis dan tidak suka dikultuskan, tegas, sabar,
sederhana, rendah hati ramah tamah, pemaaf, terpecaya, jujur, tawakal kepada
Allah. Dan beralasan dengan sikap ittiba’ pada perjuangan Rasulullah ini pula
Persyarikatan yang didirikan oleh KHA. Dahlan dinamakan Muhammadiyah,
dengan maksud bertafa’ul atau berpengharapan baik semoga Perjuangan dan
meneladani diri pribadi Rasulullah SAW, penutup segala Rasul.
6. Pokok Pikiran VI
Perjuangan mewujudkan pokop-pokok pikiran seperti di atas hanya
dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil dengan cara berorganisasi.
Pokok pikiran keenam ini membahas tentang alat(tool) perjuangan sebagai
rangkaian yang logis terhadap pokok-pokok pikiran sebelmnya.

43
Manakala perjuangan Islam akan diselesaikan makaka akan segera muncul
serangkaian pertanyaan, metoda dan akhlak perjuangan manakah yang
dibenarkan oleh Islam, serta dengan alat manakah agar perjuangan tersebut
dapat berdaya dan berhasil guna(efektif dan efisien). Dalam upaya menjawab
pertanyaan dengan cara atau alat manakah agar supaya perjuangan dapat
berhasil dengan baik, maka jawaban yang terbaiik adalah dengan mengikuti
perjuangan Allah sebgai berikut:
“Sesungguhnya Allah senang terhadap orang-orang yang berjuang dijalan-
Nya(agama Islam) dalam keadaan tersusun rapi ibarat suatu bangunan yang
kokoh kuat”.
Memperjuangkan ajaran Islam dalam arti seluas-luasnya bagi setiap
muslim adalah wajib. Dan demi efektif dan efisiennya ppelaksanaan, serta
demi sempurna dan keberhasilannya perjuangan menegakkan ajaran islam
dalam wujud yang rill, konkret, dan nyata maka syarat yang tidak boleh tidak
harus ada(condition sine qua non) adalah organisasi sebagai alat perjuangan.
Tanpa alat perjuangan, menegakkan ajaran Islam tidak akan sempurna. Dengan
menunjukkan pada beberapa ayat dan qaidah ushul fikih seperti diatas dapat
disimpulkan bahwa karena memperjuangkan Islam adalah wajib, sementara
perjuangan menegakkan ajaran islam tidak dapat menjadi lebih sempurna tanpa
adanya organisasi, maka hakikatnya berorganisasi dalam rangka
memperjuangkan tegak teguhnya ajaran Islam adalah wajib juga hubungannya.
Adapun media yang akan mempengaruhi bentuk dan sifat kehidupan
masyarakat ada dua, yaitu:
1. Bidang politik kenegaraan(supra struktur)
2. Bidang masyarakat(infra struktur)
Muhammadiyah menegaskan bahwa dua kekuatan tersebut masing-masing
dengan alatnya sendiri-sendiri berjalan sendiri-sendiri dan dengan caranya
sendiri –sendiri namun tetap dalam rangka saling pengertian dan dalamtujuan
yang sama. Muhammadiyah secara organisasi, dari jejak berdirinya hingga
kapanpun juga telah meletakkkan stategi dasarnya, yaitu memilih dan
meletakkan dirinya berjuang dalam bidang masyarakat.

44
Muhammadiyah secara konsisten akan berjuang untuk menggarap dan
mengelola secara langsung kehidupan masyarakat dengan cara memberikan
pengertian dan membentuk kesadaran masyarakat., agar masyarakat mau
menerima dan melaksanakan strategi dasarnya, yaitu memilih danmeletakkan
dirinya berjuang dalam bidang masyarakat.
7. Pokok pikiran VII
Seluruh perjuangan diarahkan untuk tercapainya tujuan hidup, yakni
terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT
Pokok pikiran ketujuh membicrakan tentang tujuan perjuangan.
Muhammadiyah selaku persyarikatan telah menegaskan bahwa seluruh yang
dikerjakan Muhammadiyahdengan segala amal usahanya harus bermuara pada
tujuan akhir yaitu terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang
diridhoi Allah SWT. Masyarakat utama, adil dan makmur diridhoi Allah SWT
atau teminologi Al-Qur’an dirumuskan dengan kalimat Baldatun Tayyibatun
wa Rabbun Ghafur(As-Saba’,34:15). Selain merupakan kebahagiaan dan
kesejahteeraan dunia bagi seluruh umat manusia, ia juga akan menjadi jenjang
bagi umat Islam untuk memasuki pintu surga”jannatun na’iem”. adapun ciri-
ciri wujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah
sebagaimana digambarkan dalam Al-qur’an dalam QS. An-Nahl,16:112 dan
QS. Al-A’raf,7:96.
Dari kedua ayat tersebut dan penjelasan diatas dapat disimpulkan dalam
pemahaman Al-Qur’an serta hadis pada umumnya maka wujud masyarakat
utama, adil dan makmur sejahtera, aman, damai dan bahagia yang ditegakkan
diatas dasar keadilan, kejujuran, persaudaraan, persamaan, tolong-menolong
dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh
setan dan hawa nafsu.

45
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah pada Masa
Pimpinan Muhammadiyah yaitu sebagai berikut:
a. Periode K. H. Ahmad Dahlan (1912-1923)
b. Periode K. H Ahmad Ibrahim (1923-1934)
c. Periode K. H Hisyam (1934-1936)
d. Periode K. H. Mas Mansur (1936-1942)
e. Periode Ki Bagus Hadikusuma (1942-1953)

Sejarah perumusan muqoddimah anggaran dasar muhammadiyah yaitu


sebagai berikut: Belum adanya rumusan formal tentang dasar dan cita-cita
perjuangan Muhammadiyah, Kehidupan rohani keluarga Muhammadiyah
menampakan gejala menurun akibat terlalu berat mengejar duniawi, Makin
kuatnya berbagai pengaruh alam pikiran dari luar, yang langsunga atau tidak
langsung berhadapan dengan faham dan keyakinan hidup Muhammadiyah,
Dorongan disusunnya pembukaan Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945.

Hakekat Dan Fungsi Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yaitu


sebagai berikut:

a. Hakekat Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Merupakan suatu kesimpulan dari perintah dan ajaran Al-quran dan


As-Sunnah tentang pengabdian manusia kepada allah s.w.t, amal dan
perjuangan bagi setiap muslim yang sadar akan kedudukannya selaku
hamba dan khalifah dimuka bumi.

46
b. Fungsi Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Merupakan jiwa, nafas dan semangat pengabdian dan perjuangan


kedalam tubuh dan segala gerak organisasinya, yang harus dijadikan asas
dan pusat tujuan perjuangan Muhammadiyah.

“Matan Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


Bedasarkan atas”

1. Surat al-fatihah

2. Pernyataan diri atau ikrar: radli tu billahi rahim

3. Diktum matan/ materi ‘ mukadimah anggaran dasar muhammadiyyah”

Sedangkan kontekstualisasi dalam Muqoddimah Anggaran Dasar


Muhammadiyah ada 7 pokok pikiran.

B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, terima kasih atas partisipasi saudara
serta teman-teman, adapun kritik dan saran dari saudara serta teman-teman
sekalian saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga dengan makalah ini
mampu memberi pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada pembaca
terkait tentang Muqoddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.

47
DAFTAR PUSTAKA

Hambali. Hamdan, Drs. H.2010.Ideologi dan Strategi Muhammadiyah.


Yogyakarta: PT.Surya Sarana Utama

Pasha. Musthafa Kemal, Drs.H dan Darban. Ahmad Adaby, Drs.H. 2003.
Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

48

Anda mungkin juga menyukai