Oleh:
SURAKARTA
2013
Bagian I: Pendahuluan
Afghanistan merupakan daerah yang terkurung oleh daratan yang terletak di jantung
Asia Tengah. Afghanistan beribukota di Kota Kabul. Kota tersebut sekaligus menjadi kota
terbesar di negara tersebut. Afghanistan berbatasan langsung dengan negara negara
tetangganya, yakni: Timur dan Selatan berbatasan dengan Pakistan, di sebelah barat
berbatasan dengan Iran, dan sebelah utara berbatasan dengan negara negara Asia Tengah
seperti Turkmenistan, Uzbekistan dan Tajikistan. Terkait sumber daya alam, di Afghanistan
terkandung mineral dan gas alam yang mampu menunjang perekonomian negara tersebut.
Posisi Afghanistan sangatlah strategis yakni menghubungan Asia tengah dengan Asia selatan.
Untuk itu banyak negara tertarik untuk sekedar menanamkan pipa distribusi minyak dan gas
di negara tersebut. Pipa inilah yang membawa minyak dan gas alam dari Asia tengah ke Asia
selatan.
Sejarah Afghanistan
Batas batas Negara Afghanistan modern didirikan pada akhir abad-19 yang pada
waktu itu di laksanakan oleh Kerajaan Inggris dan juga Kekaisaran Rusia yang sedang
berkonflik yang oleh Rudyard Kliping disebut great game. Afghanistan seperti menjadi
barang gadaian atas konflik ideologi maupun pengaruh ekonomi antara kedua negara
tersebut. Pada kuartal terakhir abad ke-20, Afghanistan mengalami kondisi buruk karena
terjadi perang sipil di negara tersebut. Kondisi tersebut diperparah oleh invansi militer dan
pendudukan yang dilakukan oleh Uni Soviet (1979-1989).
Sampai pertengahan abad ke-20, Afghanistan dipimpin oleh seorang Raja yang
berkuasa mutlak. Pada tahun 1973 terjadi sebuah kudeta militer yang menumbangkan sistem
monarki. Kudeta tersebut juga berhasil mendirikan Republik Afghanistan. Majelis Tinggi
Afghanistan (Loya Jirga) mulai mengadopsi konstitusi baru pada Februari 1977. Konstitusi
tersebut tidak bertahan lama setelah terjadi kudeta lagi pada tahun 1978. Kudeta ini kemudian
mendirikan Negara Demokratik Republik Afghanistan. Negara ini kemudian dipimpin oleh
Dewan Revolusioner Afghanistan. Kekacauan politik di negara tersebut terus berlanjut ketika
terjadi kudeta ketiga pada September 1979. Invasi Uni Soviet juga turut memperburuk
stabilitas politik Afghanistan pada waktu itu. Uni Soviet kemudian mulai menancapkan
pengaruhnya dengan mendirikan pemerintahan yang berhaluan komunis. Pada tahun 1990
Afghanistan kembali memakai nama Republik Afghanistan dengan konstitusi baru yang telah
disempurnakan. Kekuasaan komunis di Afghanistan akhirnya tumbang pada tahun 1992.
Kelompok Mujahidin kemudian mengambil alih pemerintahan. Kelompok ini mendapatkan
dukungan dari PBB. Kelompok ini juga mengganti nama negara menjadi Negara Islam
Afghanistan. Kudeta kembali terjadi yang dipelopori oleh Kelompok Taliban. Taliban
mengubah kembali nama negara menjadi Emirat Islam Afghanistan. Pada tahun 2001 Taliban
akhirnya ditumbangkan oleh partai internal yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat.
Negara ini pada akhirnya menggunakan Hukum Islam sebagai landasan konstitusinya.
Meskipun sering terjadi instabilitas politik di negara ini, namun Afghanistan masih
mampu untuk menyelenggarakan pemerintahannya sampai ketingkat pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah Afghanistan mengatur masalah perekonomian di tingkat regional. Dalam
menjalankan pemerintahannya, pemerintah daerah ini menggunakan hukum suku dan adat
istiadat setempat. Pemerintahan daerah di Afghanistan terdiri dari provinsi, kabupaten dan
kecamatan. Masing masing pemerintah daerah dipilih untuk masa jabatan empat tahun.
Lembaga Informal dan Sistem Peradilan di Afghanistan
Pada tingkat pusat, Afghanistan dipimpin oleh seorang Presiden yang menjabat
sebagai kepala pemerintahan maupun kepala negara. Wewenang wewenang yang dikuasai
oleh pusat antara lain: mengawasi penerapan konstitusi serta menentukan kebijakan strategis
dan fundamental. Jabatan Presiden Afghanistan dipilih dengan masa jabatan lima tahun
dengan menggunakan sistem pemilu dua putaran. Pemerintahan pusat Afghanistan lebih
lemah kedudukannya jika dibandingkan dengan pemerintah daerahnya. Hal ini dikarenakan
masyarakat Afghanistan sangat menghormati tokoh masyarakat lokal yang duduk di kursi
pemerintah daerah.
Sistem parlemen Afghanistan menganut sistem tiga kamar yang terdiri dari Wolesi
Jirga (House of Representatives), Mesrhano Jirga (House of Elders), dan Loya Jirga (Dewan
Agung). Wolesi Jirga merupakan majelis rendah yang bertugas untuk menyusun undang
undang. Majelis ini terdiri dari 249 orang yang dipilih melalui sistem pemilu untuk masa
jabatan lima tahun. Dalam majelis ini setidak tidaknya harus ada 68 wakil perempuan yang
diambil dari masing masing provinsi. Berbeda dengan Wolesi Jirga, anggota Mesrhano
Jirga tidak dipilih melainkan diangkat. Anggota Mesrhano Jirga merupakan perwakilan dari
dewan provinsi dan distrik, masing masing provinsi dan distrik mengirimkan satu
delegasinya untuk duduk pada Mesrhano Jirga ini. Selain itu terdapat juga orang orang
pilihan presiden, perwakilan warga difabel dan juga perwakilan warga nomaden
Afghanisthan yang duduk pada kursi Mesrhano Jirga ini. Loya Jirga merupakan lembaga
perwakilan khas Afghanistan. Lembaga perwakilan ini merupakan lembaga perwakilan
tertinggi di Afghanistan. Lembaga ini terdiri dari para tetua adat dari masing masing suku
yang ada di Afghanistan. Tugas dari lembaga ini adalah mendiskusikan masalah penyelesaian
sengketa, mendiskusikan masalah sosial hingga perumusan konstitusi baru.
Nilai dan tujuan politik luar negeri Afghanistan tertuang dalam artikel 7 dan 8
konstitusi Afghanistan. Dalam konstitusi tersebut menyebutkan bahwa diplomasi yang
dilakukan Afghanistan harus berlandaskan atas Piagam PBB dan Deklarasi HAM PBB.
Selain itu terdapat juga ayat yang menyebutkan bahwa Afghanistan dalam menjalankan
diplomasinya harus memperhatikan integritas negara lain, tidak ikut campur urusan negara
lain. Selain itu Afghanistan juga ingin membangun hubungan yang baik di tingkat regional
dengan menggunakan asas saling menghormati. Pasca runtuhnya Taliban, diplomasi
Afghanistan berubah dari yang semula tertutup menjadi lebih terbuka. Afghanistan kini lebih
mau terlibat dalam kerjasama kerjasama internasional. Mengingat letaknya yang stategis,
yakni antara Asia Tengah dan Asia Selatan, Afghanistan juga ingin berperan aktif dalam
menjembatani kepentingan kedua kawasan tersebut, khususnya dalam hal pemenuhan sumber
daya energi.
Interaksi Regional
Sadar akan posisinya yang strategis, yakni menghubungkan Asia Selatan dengan Asia
tengah, membuat Afghanistan harus mampu merangkul negara negara dari kedua kawasan
tersebut. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah Afghanistan bersedia menjadi tempat
distribusi minyak dari kawasan Asia Tengah ke Asia Selatan. Penyaluran ini dilakukan
menggunakan pipa bawah tanah yang ditanam di wilayah Afghanistan. Selain itu Afghanistan
juga bergabung dengan South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) pada
tanggal 1 April 2007.
Selain sebagai kawan, Afghanistan bagi kawasan juga dianggap sebagai ancaman. Hal
ini dilatarbelakangi oleh kondisi instabilitas politik dan keamanan Afghanistan. Negara
negara tetangga ini khawatir akan adanya arus perpindahan kaum ekstrimis dari Afghanistan
ke negara negara Asia Selatan maupun Asia Tengah. Arus perpindahan kaum ekstrimis ini
juga tidak terlepas dari campur tangan Pakistan. Saat ini kelompok Taliban mendapatkan
bantuan tempat pengungsian di daerah Baluchistan. Lokasi tersebut juga menjadi tempat
perekrutan anggota Taliban dari Pakistan ke Afghanistan.
Baru baru ini Presiden Barack Obama ingin menarik pasukannya dari Afghanistan
secara bertahap. Namun sepertinya ini masih jauh dari kenyataanya, mengingat janji tersebut
sudah di gembor gemborkan pada saat Obama terpilih sebagai Presiden AS pada periode
pertamanya namun sampai sekarang pasukan AS masih betah bertahan di Afghanistan.
Bahkan Komandan Pasukan Internasional yang baru telah ditunjuk yakni Jenderal Joseph
Dunford. Joseph mengatakan pasukannya siap untuk mengawal Pemilu Afghanistan pada
tahun 2014 mendatang. Dari sikap ini jelas terlihat bahwa AS dan sekutunya belum mau
terburu buru untuk meninggalkan Afghanistan.
Taliban Al Qaeda
Saat terjadinya peristiwa 9/11, Amerika Serikat menuduh Al-Qaeda sebagai pihak
yang bertanggung jawab dibalik aksi teror tersebut. Hubungan antara Taliban dengan Al-
Qaeda pun mulai terganggu. Taliban tidak mau dituduh bekerjasama dengan Al-Qaeda dalam
aksi teror tersebut. Langkah Taliban ini dapat dimaklumi, karena Taliban yang saat itu
menguasai pemerintahan tidak mau mendapatkan cap sebagai teroris. Bahkan Taliban
mengeluarkan pernyataan yang dikutip dalam sebuah situs berita yang menyatakan bahwa
pihak Taliban menyatakan menyesal telah bekerja sama dengan Al Qaeda. Kini Taliban
terus berusaha untuk kembali menduduki Pemerintahan Afghanistan yang sejak 2001 telah
digulingkan berkat intervensi dari Amerika Serikat.
Sumber daya energi yang banyak dan posisinya yang strategis seakan menjadi magnet
bagi pihak asing untuk ikut mengamankan aksesnya di Afghanistan. Salah satu negara yang
tertarik adalah Amerika Serikat. AS berdalih untuk mencari teroris yang telah
menghancurkan menara WTC. Namun pasca tewasnya Osama bin Laden semakin
menguatkan alasan bahwa AS ada di Afghanistan untuk ikut menikmati sumber daya alam
negara tersebut.
Dalam tingkat regional, Afghanistan berusaha untuk ikut membangun kawasan yang
terintegrasi dengan baik. Afghanistan masuk menjadi anggota South Asian Association for
Regional Cooperation (SAARC). Afghanistan juga menyediakan wilayahnya untuk dilewati
pipa pipa distribusi minyak dan gas alam yang menghubungkan Asia Tengah dengan Asia
Selatan. Afghanistan memetik buah dari perbuatan baiknya tersebut, banyak negara di
kawasan yang ikut bersimpati dengan memberikan bantuan ke Afghanistan, salah satunya
adalah India. Dengan bantuan ekonominya, India berharap rakyat Afghanistan dapat sejahtera
sehingga berimplikasi pada menurunya aksi aksi terorisme di negara tersebut.
Daftar Pustaka
www.vivanews.com/ 350182-taliban-siap--bercerai--dengan-al-qaeda.htm
www.supremecourt.gov.af