Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH STUDI KAWASAN ASIA SELATAN

ISU TERORSIME DAN SEPARATISME KAWASAN ASIA SELATAN


(STUDI KASUS : REZIM TALIBAN DI AFGHANISTAN)

KELOMPOK AFGHANISTAN

165120400111013 Sarah Apriliana


165120400111026 Fariska Isnaeni
165120400111035 Fiony Zukhrifa
165120407111035 Rifda Arif Maimuuna
165120407111044 Hidayat

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 2

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 2

1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5

1.3. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 6

2.1. Terorisme .................................................................................................................... 6

2.2. Separatisme ................................................................................................................. 8

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................ 10

3.1. Gambaran Umum Rezim Taliban .............................................................................. 10

3.2. Dampak Taliban bagi Dinamika Politik Domestik Afghanistan ............................... 12

3.3. Dampak Taliban bagi Dinamika Politik Kawasan Asia Selatan ................................ 15

BAB IV KESIMPULAN ......................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Afghanistan diakui sebagai salah satu negara Muslim di Asia Selatan.
Afghanistan yang terletak antara Asia Selatan, Utara dan Barat Pakistan memiliki dua Etnis
besar yaitu Pashtun dan Hazara. Keduanya didominasi masyarakat dan pemerintah negara
bagian. Afghanistan dinyatakan merdeka pada tanggal 19 Agustus 1919 dari Inggris.
Setelah itu, Afghanistan mengalami kondisi fluktuasi walaupun Afghanistan yang pernah
hidup dalam kondisi damai ketika rezim Daoud Khan dalam sistem demokrasi. Kemudian,
dua rezim berikutnya memberikan dampak buruk bagi masyarakat Afghanistan. Menurut
Saikal dan Maley menjelaskan bahwa Afghanistan secara sejarah telah ditandai sebagai
negara yang lemah dan memiliki masyarakat yang kuat. Kekuatan masyarakatnya telah
dibuktikan dari karakter warga negara, terdapat yayasan sosial, mengutamakan suku,
mengutamakan kepentingan pemerintah sendri, dan pembagian mereka telah diwakilkan
oleh identitas mereka dalam bagian politik meliputi aspek peningkatan pemerintahan-
organisasi di daerah mereka.1 Berdasarkan Kamus Cambridge, rezim adalah pemerintah
tertentu atau sistem atau metode pemerintah. Setiap rezim di BANGASA memiliki daya
kontrol. Dinamika pemerintahan memberikan dampak berbeda untuk kehidupan
masyarakat. Dalam hal ini norma berpengaruh pada pola negara, tetapi perilaku norma
yang dibentuk oleh pemerintah dengan benar-benar konsisten sehingga terlihat dalam
kepentingan negara.2 Semenjak tahun 1960 sampai tahun 2003, Afghanistan diperintah
oleh empat rezim, yaitu : rezim Daoud Khan, rezim Uni Soviet, rezim mujahidin dan rezim
Taliban. Setiap rezim memiliki karakteristik yang berbeda dalam kepemimpinannya.
Dalam hal ini Rezim membawa ideologi yang berbeda dan tradisi dari
kelompok-kelompok mereka. Hal ini dipengaruhi kondisi sosial Afghanistan dalam setiap
perubahan rezim. Warga negara harus mematuhi kebijakan pemerintah. Perubahan rezim
biasanya mempengaruhi beberapa aspek seperti politik, budaya, norma, agama,
pendidikan, Kesehatan, dan warga negara gaya hidup dalam masyarakat. Afghanistan
merupakan negara pada periode mencari jati diri bangsa. Berbagai etnis membuat negara
memahami tentang budaya. Dari keempat rezim tersebut memiliki karakteristik yaitu :

1
Saikal, Amin & Maley, William. 1991. Regime Change in Aghanistan : Foreign Intervention and the Politics
of Legitimacy.English and Literature (IJEL), Vol. 5 [1] : 57-64
2
Haggard, Stephan & Simmons, Beth A. 1987. Theories of international regime. International Organization 41,
no.3 : 491-517

2
Rezim yang pertama melihat rezim Daoud Khan dengan negara Republik. Rezim Uni
Soviet percaya pada komunisme, kebebasan dan prioritas perempuan. Kemudian negara
pada kala itu sebagai Republik Demokratik Afganistan. Kemudian pada Rezim Mujahidin
dan rezim Taliban menguasai negara berdasarkan hukum Islam.
Permulaan adanya Taliban ialah merupakan sekolah-sekolah madrasah
bentukan Pakistan-Afghanistan yang murid-muridnya merupakan pengungsi Afghanistan
yang berasal dari etnis Pasthun. Kemudian mereka bergabung pada lascar-laskar jihad dan
kegiatan-kegiatan mereka dibiayai oleh Arab Saudi dan Pakistan serta AS juga memiliki
peran dalam pembentukan Taliban. Pembentukan Taliban ini dimaksudkan untuk mengusir
Uni Soviet karena Amerika Serikat memiliki kepentingan terhadap pengaruh komunis agar
tidak menguasai kawasan tersebut. Pada tahun 1992 Uni Soviet dinyatakan kalah perang
dan mundur dari Afghanistan. Kemudian akhir tahun 1994 terdapat 12.000 pasukan
Taliban yang terdiri dari orang Afghanistan dan Pakistan mulai masuk ke Afghanistan. Dan
tahun 1996 Taliban dapat merebut kekuasaan ibu kota Afghanistan yaitu kota Kabul.
Kemudian Taliban memiliki ambisi untuk mendirikan sebuah negara
antidemokrasi yang berbasiskan islam hingga tahun 2001, diperkirakan wilayah
Afghanistan sebesar 90% telah dikuasai Taliban. Taliban mendirikan pemerintahan
berdasarkan hukum islam yangs angat kaku dan kontradiktif dengan budaya lokal serta
terindikasi terdapat diskriminasi kepada masyarakat non-Pasthun3. Sementara itu,
sebagian mantan prajurit mujahidin bergabung dalam organisasi jihad Al-Qaeda yang
dipimpin oleh Osama bin Laden dengan tujuan untuk melanjutkan perang ‘suci’ demi
menggulingkan pemerintahan di berbagai negara yang mereka anggap bekerja sama
dengan Barat. Kemudian Rezim Taliban dalam hal Hak Asasi Manusia tidak menghormati
hak-hak wanita dengan baik serta melakukan tindak represif terhadap wanita. Pada tahun
1998 Dewan Kemananan PBB mengeluarkan pernyataan memkasa Taliban untuk
memberhentikan perlakuan keras terhadap wanita seperti menghalangi dalam memperoleh
layanan kesehatan dan pendidikan yang layak, serta penggunaan burqa.
Milisi Islam yang baru terbentuk, Taliban datang dengan memberikan janji-janji
damai. Kebanyakan warga Afghanistan dilanda kekeringan, kelaparan dan perang,
kemudian menyetujui Taliban untuk menjunjung tinggi nilai-nilai Islam tradisional.
Taliban sebagai teroris terbukti membudidayakan obat terlarang yang mana

3
Shanty, F. (2011). The Nexus: The International Terrorism and Drug Trafficking From Afghanistan. Stanford:
Political Science.

3
memperdagangkannya (opium) juga, menindak kejahatan, dan membatasi pendidikan dan
lapangan pekerjaan bagi perempuan. Hukum Islam ditegakkan melalui eksekusi publik dan
amputasi.
Setelah penaklukkan Mazari Syarif pada tahun 1998 dan Taliban memiliki
benteng-benteng pertahanan di utara, bertahan dalam meredam Aliansi Utara (Front Islam
Bersatu untuk Pembebasan Afganistan) dan mencoba terus mengonsolidasi kekuatan.
Namun yang terpenting, gebrakan-gebrakan Aliansi Utara (Front Islam Bersatu untuk
Pembebasan Afganistan) sejak tahun 1998 telah digantikan oleh intervensi Amerika
Serikat. Di samping itu, selain isu HAM, Amerika Serikat telah memiliki alasan lain untuk
bisa “menggugat Taliban”, dengan cara kekerasan sekalipun. Alasan penggugatan Amerika
Serikat kepada Taliban mengenai “masalah terorisme”. Apa yang disebut Amerika Serikat
dengan terorisme tersebut secara sejarah memiliki keterkaitan dengan riwayat politik
kontemporer Afghanistan, yang akan dibahas dalam makalah ini. Kemudian pada tahun
1999, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan pernyataan mengenai sangsi kepada rezim
Taliban dikarenakan terbukti memberi perlindungan kepada al-qaeda.4 Ditambah lagi
Amerika Serikat menolak untuk mengakui Otoritas Taliban karena Amerika Serikat
menyatakan penumbangan rezim Taliban dikarenakan rezim ini melindungi Osama bin
Laden (pimpinan Al-Qaeda) yang mana merupakan tersangka dari pelaku pengeboman
gedung WTC di AS pada September 2001. Dalam Hal ini pada 1 Oktober, dalam pidato
khusus Majelis Umum tentang terorisme, Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan
berpendapat bahwa diperlukan perjuangan dalam melawan terorisme, sehingga perlu
kepedulian untuk semua korban terorisme, apakah mereka adalah target langsung atau
bukan. Itu sebabnya telah ada peringatan kepada donor tentang perlunya potensial lebih
dalam memberikan bantuan kemanusiaan kepada orang-orang Afghanistan.5 Dengan
pernyataan tersebut terbukti bahwa Taliban merupakan terorisme internasional. Taliban
melalui Mullah Sabir menuturkan bahwa telah menguasai setengah wilayah Afghanistan
namun dibantah oleh pihak pemerintah.6

4
Laub, Z. (2014). “The Taliban in Afghanistan”. [online] Council on Foreign Relations. Dalam:
https://www.cfr.org/backgrounder/taliban-afghanistan [Diakses 28 Maret 2019].
5
https://www.un.org/News/dh/latest/afghan/un-afghan-history.shtml
6
Crews, R.D. dan Tarzi, A. (eds). (2009). The Taliban and The Crisis of Afghanistan. Penerbit: Harvard
University Presss

4
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana Rezim Taliban di Afghanistan mempengaruhi dimensi politik domestic dan
kawasan Asia Selatan?

1.3. Tujuan Penulisan


Sejalan dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mengetahui definisi, dan politik Afghanistan. Selain itu, untuk
mengetahui keterlibatan Rezim Taliban dalam mempengaruhi dimensi politik di
Afghanistan pada Kawasan Asia Selatan

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Terorisme

Negara menghadapi ancaman keamanan bagi negaranya. Baik dari dalam negeri
maupun luar negeri. Ancaman keamanan bisa merupakan mengenai perbatasan negara,
terorisme, hingga separatisme. Setiap negara memiliki isu tersebut sehingga isu atau
permasalahan tersebut menjadi ancaman bagi negara. Terlebih apabila ancaman keamanan
itu dapat mengancam keamanan masyarakat yang berada di dalam negara. Ancaman
keamanan juga dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan negara tersebut. Di dalam makalah
ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai terorisme dan separatisme.

Terorisme merupakan salah satu isu internasional yang juga menjadi salah satu
kajian di dalam Ilmu Hubungan Internasional. Hal tersebut dikarenakan terorisme terjadi
hampir di seluruh bagian negara dan juga merenggut banyak korban jiwa, dimana sebagian
korban jiwanya yaitu warga sipil. Selain itu, dampak dari terorisme juga tidak hanya di
satu negara melainkan ke berbagai negara yang terkenan dampak dari peristiwa terorisme
yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia.

Terorisme memiliki definisi yang menurut konvensi PBB tahun 1989 definisi dari
terorisme merupakan segala bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada
negara dengan maksud menciptakan bentuk teror terhadap orang-orang tertentu atau
kelompok masyarakat ataupun ke masyarakat luas7. Sedangkan menurut kamus Oxford
definisi terorisme adalah “The unlawful use of violence and intimidation, especially
against civilians, in the pursuit of political aims” yang berarti perbuatan yang melanggar
hukum dimana dengan menggunakan kekerasan serta terdapat intimidasi, terlebih ke
masyarakat sipil, yang berupaya untuk mengejar suatu tujuan, terutama tujuan-tujuan
politik.

Sejatinya isu terorisme sudah ada sejak dulu, namun isu terorisme menjadi salah
satu yang dipertimbangkan di Hubungan Internasional ketika adanya isu WTC. Isu
terorisme sendiri menjadi sesuatu isu yang besar setelah terjadinya peristiwa runtuhnya

7
Demartoto, Argyo. 2012. Terorisme : Risiko Nyata Kehidupan Masyarakat Kota. Diakses melalui
https://argyo.staff.uns.ac.id/2012/12/13/terorisme-risiko-nyata-kehidupan-masyarakat-kota/ pada tanggal 28
Maret 2019 Pukul 20.15 WIB

6
gedung WTC pada tanggal 11 September 2001. Peristiwa ini merenggut korban jiwa
sebanyak 3000 jiwa. Peristiwa ini menjadi perhatian dunia baik aktor-aktor negara maupun
non-state actor secara global. Selain itu juga ancaman mengenai terorisme sendiri
mempunyai sifat yang meluas dan mempunyai dampak secara luas dari terjadinya
terorisme itu sendiri. Selain itu, jaringan-jaringan terorisme yang berada di hampir seluruh
negara juga menjadi perhatian dunia. Jaringan-jaringan terorisme ini sudah meluas
dihampir seluruh negara dan juga jaringan-jaringan terorisme ini pun memiliki dampak
secara global dan di ekspetasikan akan semakin berkembang dampaknya ke masyarakat
luas. Seperti terror yang ada di Perancis, Belgia, Jordania, Turki, dan negara lainnya.

Di dalam kajian hubungan internasional sendiri, terorisme merupakan kajian dalam


bidang pertahanan dan keamanan. Dengan adanya peristiwa teror yang terjadi di hampir
sebagian negara di dunia, menyebabkan peningkatan keamanan di bidang pertahanan dan
keamanan. Apabila pertahanan dan keamanan suatu negara lemah dapat terjadi
peningkatan peristiwa terorisme dan dapat mengakibatkan banyaknya korban jiwa atas
peristiwa terorisme itu sendiri. Namun apabila pertahanan dan keamanan suatu negara
kuat, peristiwa terorisme dapat ditangani sebelumnya dan tidak akan banyak korban jiwa
yang berjatuhan akibat terorisme itu sendiri. Selain itu, negara dapat menigkatkan tingkat
pertahanan dan keamanan di tempat-tempat yang bersifat umum seperti Bandar udara,
stasiun, terminal, rumah sakit, dan lain sebagainya guna mencegah terjadinya terorisme itu
sendiri.

Adanya peristiwa terorisme sendiri memiliki pengaruh yang besar bagi sebagian
negara di dunia. Baik dalam hal pertahanan dan keamanan maupun dalam bidang
perekonomian. Di dalam bidang pertahanan dan keamanan, pemerintah negara akan
menambah jumlah personel militer atau kepolisian guna menjaga serta memberi keamanan
bagi masyarakat dari terorisme dengan membuat anti unit terror guna melawan terorisme.
Dan juga pemerintah dapat memperketat penjagaan tempat-tempat umum seperti Bandar
udara, stasiun, terminal, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya untuk mencegah
terjadinya terorisme di tempat-tempat tersebut dimana masyarakat banyak beraktifitas di
tempat-tempat tersebut. Selain dengan membuat unit anti terorisme dan memperketat
penjagaan di tempat-tempat umum, pemerintah dapat melakukan hal lain dengan cara
melakukan kerja sama. Baik melalui PBB ataupun antar negara.

7
Gerakan Terorisme sendiri memiliki ciri-ciri berdasarkan Terrorism Act 2000 UK yaitu8:

1. Adanya Penggunaan kekerasan terhadap seseorang atau kelompok dan menimbulkan


kerugian, baik berupa harta maupun nyawa.
2. Target atau tujuan dari terorisme dimaksudkan untuk dapat mempengaruhi
pemerintah atau organisasi internasional, publik atau mengintimidasi bagian tertentu
dari publik.
3. Adanya terorisme atau ancaman dengan alasan atau tujuan politis, agama, rasial, atau
ideologi

2.2. Separatisme

Selain terorisme, separatisme juga mengancam bagi keamanan negara.


Separatisme merupakan suatu gerakan oleh suatu komunitas atau sekelompok orang yang
berada di dalam satu kesatuan yang besar yang hendak memisahkan diri mereka dari
komunitas atau suatu kesatuan yang besar itu untuk mendirikan sendiri negara atau bangsa
mereka.9 Mereka memisahkan diri untuk berdiri sendiri dibandingkan bergabung dengan
negara lain. Orang yang terlibat dalam gerakan ini sendiri disebut sebagai separatis.10

Gerakan separatis atau gerakan memisahkan diri suatu kelompok dari suatu negara
sendiri dapat mengancam bagi keamanan negara tersebut. Karena gerakan ini dapat
mengakibatkan keadaan domestik negara menjadi tidak stabil dan juga mengakibatkan
terpisahnya suatu wilayah atau teritori negara tersebut. Dan gerakan separatis sendiri
dinilai merupakan pemberontakan terhadap negara karena ingin memisahkan diri mereka
dari negara.

Di Kawasan Asia Selatan sendiri kerap kali terjadi gerakan separatis terlebih
setelah berakhirnya perang dunia II.11 Gerakan separatisme ini sendiri sudah lama ada,
namun banyak negara mengalami separatisme setelah berakhirnya perang dunia II dan juga
berakhirnya perang dingin antara Amerika Serikat dan juga Uni Soviet. Di Kawasan Asia

8
The National Archives. 2000. Terrorism Act 2000. Diakses melalui
https://www.legislation.gov.uk/ukpga/2000/11/contents pada tanggal 28 Mar. 19 Pukul 22.15 WIB
9
Sefriani. 2003. Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional: Studi Kasus Organisasi Papua Merdeka.
Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/89177-ID-separatisme-dalam-perspektif-hukum-
inter.pdf pada tanggal 28 Maret 2019 Pukul 21.12 WIB
10
Ibid
11
Cipto, Bambang. 2003. Gerakan Separatis dan Dampaknya Terhadap Pengembangah Demokrasi. Diakses
melalui https://media.neliti.com/media/publications/89137-ID-gerakan-separatis-dan-dampaknya-terhadap.pdf
pada tanggal 28 Maret 2019 Pukul 21.12 WIB

8
Selatan misalnya di negara India dan Pakistan yang terdapat kelompok separatis di daerah
Kashmir. Hal ini dikarenakan masyarakat Kashmir yang kecewa terhadap pemerintah
India.12

Gerakan separatis biasanya juga di dasari oleh nasionalisme atau kekuatan religius
oleh suatu kelompok. Dan juga separatisme bisa terjadi karena adanya rasa kurangnya
kekuatan politik dan ekonomi dari negara terhadap suatu kelompok. Gerakan separatisme
ini sendiri terkadang juga memiliki keterkaitan dengan gerakan terorisme. Karena teroris
menganggap dan menyatakan bahwa separatisme merupakan satu-satunya cara mereka
untuk dapat meraih tujuan mereka yaitu untuk memerdekakan diri mereka dari suatu
negara dan dapat membentuk negara bagi mereka sendiri.13 Selain itu gerakan separatisme
sendiri memiliki faktor penyebab.14 Faktor penyebabnya yaitu :

1. Faktor ideologis. Faktor ini muncul sejalan dengan hadirnya pemahaman baru tentang
tatanan kehidupan. Kegagalan negara-negara dalam menata kehidupan manusia
mendorong orang untuk mencari ideologi alternatif.
2. Faktor kekecewaan politik. Pemerintahan yang tidak memberi ruang yang cukup bagi
warga negaranya untuk dapat mengekspresikan tuntutan dan kepentingan politiknya.
Rezim politik yang sering menekan aspirasi dan keinginan sekelompok masyarakat,
tetapi kadang juga mengeksploitasi sebagian besar masyarakat. Tekanan politik yang
sedemikian berat itu, pada tingkatan tertentu, akan memicu lahirnya gerakan-gerakan
separatisme.
3. Faktor ekonomi. Kepentingan ekonomi bagi suatu kelompok yang dimana
kepentingan ekonomi mereka tidak dapat terpenuhi oleh negara memicu penyebab
terjadinya separatisme.
4. Adanya intervensi dari pihak asing. Intervensi dari negara lain kepada suatu negara
mengakibatkan kelompok tersebut gerah dan memilih untuk memisahkan diri dari
negara mereka.

12
Perhimpunan Pelajar Indonesia. 2017. Konflik Separatisme India dan Indonesia, Belajar dari Resolusi GAM.
Diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2017/12/04/15585891/konflik-separatisme-india-dan-
indonesia-belajar-dari-resolusi-gam?page=all. Pada tanggal 28 Maret 2019 Pukul 21.30 WIB
13
Firmansyah. 2011. Gerakan Separatisme Terhadap Negara yang Sah dan Aspek Pidananya Menurut
Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif ( Studi Kasus GAM). Diakses melalui
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708-FIRMANSYAH-FSH.PDF pada
tanggal 28 Mar. 19 Pukul 21.45 WIB
14
Hartati, Anna. 2010. Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi Republik Maluku Selatan
(Rms) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia).

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Gambaran Umum Rezim Taliban

Pada awalnya Taliban adalah kelompok militan yang berusaha untuk


menghentikan perang saudara di Afghanistan selepas kepergian Soviet Union dari
Afghanistan pada tahun 1989. Saat berkuasa, Rezim Taliban sendiri mempraktekkan Islam
ultra-konservatif dan menggunakan intrepretasi Islam Sunni sebagai dasar peraturan di
Afghanistan untuk menangani konflik etnis dan perang saudara.15 Kelompok militant
Taliban dibentuk pada awal tahun 90-an tetapi memperoleh kekuatan lebih pada tahun
1994-1995 saat mereka berhasil merebut sebagian dari Afghanistan bagian barat, termasuk
Kandahar dan Herat. Pada saat itu, anggota Taliban sebagian besar berasal dari kamp-
kamp pengungsi. Anggota-anggota Taliban juga merupakan orang Pashtun dari Ghilzai
dan anggota-anggota senior Taliban, dan pemimpinnya, Mullah Mohammed Omar Akhun
adalah orang-orang suku Hotaki dari Ghilzai. Inilah yang menyebabkan konflik di
Afghanistan bukan hanya sekedar berdasarkan agama, tetapi juga ada komponen
perbedaan etnis dan suku.

Perilaku Taliban dipengaruhi oleh moral dan etika Pashtun mengingat anggota-
anggota Taliban sebagian besar orang-orang Pashtun. Moral dan etika tersebut adalah
Pashtunwali.16 Pashtunwali adalah sistem moral, tata kelola, ideologi dan hukum orang
Pashtun dan Pashtunwali ini memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

 Melmastia, yaitu keramahan


 Nanawatai, yaitu selalu bersedia untuk menyediakan perlindungan kepada orang yang
lari dari musuhnya.
 Badal, yaitu membalas dendam kepada ketidakadilan.
 Tureh, yaitu keberanian pada saat terdesak dan harus bersedia untuk membela
kehormatan dirinya, keluarga dan suku.

15
Oxford Islamic Studies. Taliban -Oxford Islamic Studies Online. t.thn. Diakses melalui
http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e2325?_hi=14&_pos=4 pada tanggal 27 Maret 2019
16
Zahid, Farhan. CF2R - Understanding Taliban Through the Prism of Pashtunwali Code. November 30, 2013.
Diakses melalui https://web.archive.org/web/20140810020924/http://www.cf2r.org/fr/tribune-
libre/understanding-taliban-through-the-prism-of-pashtunwali-code.php pada tanggal 29 Maret 2019

10
 Sabat, yaitu kesetiaan kepada teman, keluarga, dan suku.
 Imandari, yaitu kejujuran.
 Isteqamat, yaitu ketabahan dan iman kepada tuhan.
 Ghayrat, yaitu kehormatan serta martabat.
 Namus, yaitu hormat kepada wanita keluarganya dan sukunya.
 Hawad,, yaitu kecintaan kepada suku Pashtun
 Dob-pasbani, yaitu bersedia untuk melindungi budaya Pashtun serta harus siap
membela Pashtun dari pihak asing.
 Jirga, majelis tetua suku-suku Pashtun.
 Loyal Jirga, yaitu majekis besar tetua suku-suku.
 Rogha, yaitu kebiasaan untuk menyelesaikan konflik.
 Independen dan kebebasan, ini wajib dimiliki oleh laki-laki dewasa Pashtun.
 Menepati janji
 Kaum miskin dan lemah harus dilindungi
 Bersedeia untuk membentuk laskar dari suku-suku Pashtun untuk menandingi invasi
dari pihak asing.
 Kebanggaan dan kecintaan kepada budaya Pashtun.

Komponen-komponen Pashtunwali tersebutlah yang berperan besar dalam


perilaku Taliban. Selain Pashtunwali, Taliban juga dipengaruhi oleh interpretasi Wahabi
yang yang sangat konservatif serta kepercayaan Deobandi. Awalnya Taliban diterima oleh
masyarakat Afghanistan tetapi karena Taliban menggunakan Pashtunwali dan Islam yang
ultra-konservatif pada rezimnya, keresahan mulai dirasakan oleh masyarakat Afghanistan.
Rezim Taliban mulai memaksakan syariat Islam ultra-konservatif kepada khalayak
Afghanistan, seperti peraturan melarang wanita bekerja, penetapan hukuman-hukuman
rajam dan amputasi, melarang kegiatan-kegiatan kebudayaan suku-suku selain Pashtun
karena dianggap tidak Islami dan peraturan lainnya. Ini menjadi masalah karena
Afghanistan bukanlah negara dengan etnis homogen, tetapi merupakan percampuran dari
sekian banyak suku bangsa yang memiliki budaya dan tradisi berbeda dari kaum Pashtun.

11
3.2. Dampak Taliban bagi Dinamika Politik Domestik Afghanistan

1. Rezim Taliban 1996 – 2001


Taliban mengambil alih Afghanistan pada 1996 dan mengganti nama negara
tersebut menjadi Taliban’s Islamic Emirate of Afghanistan. Penguasaan Taliban terhadap
wilayah-wilayah Afghanistan terjadi secara berkala dan mencapai sebesar 90% wilayah
Afghanistan pada 1998.17 Pada rezim ini, terdapat dua kelompok Anti-Taliban yang
disebut dengan United Front atau Nothern Alliance yang menduduki wilayah Afghanistan
bagian utara. Kedua kelompok tersebut yaitu kelompok dengan mayoritas orang Tajik
yang dipimpin oleh Massoud dan kelompok dengan mayoritas orang Uzbek yang dipimpin
oleh Dostum. Namun pada tahun 1998, kelompok yang dipimpin Dostum mengalami
kekalahan sehingga hanya tersisa kelompok Massoud. Massoud dan kelompoknya yang
tidak setuju dengan sistem politik Rezim Taliban menjalankan sistem demokrasi dalam
wilayah kekuasaannya. Massoud juga memperhatikan hak-hak perempuan untuk
bersekolah dan pergi bekerja. Massoud juga tidak mengharuskan perempuan untuk
mengenakan burqa, ia juga menolak pernikahan paksa yang selama ini lestari dalam
budaya Afghanistan.18

Perlawan Massoud dianggap membahayakan Rezim Taliban. Berkali-kali ia


ditawari posisi dalam perpolitikan domestik rezim tersebut agar dapat kooperatif terhadap
pemerintah saat itu, namun Massoud selalu menolak. Massoud bersama United Front –nya
membuat proposal for peace dan meminta Taliban untuk bergabung dalam proses politik
yang mengarah ke pemilihan umum secara demokratis. Pada tahun 1999 klan Tajik,
Hazara, dan Uzbeks serta beberapa pemimpin Pashtun bergabung dalam United Front. Hal
tersebut membuat popularitas Rezim Taliban menurun, dengan kata lain kurang begitu
diminati oleh masyarakat. Dinamika politik pada masa ini dipenuhi dengan usaha-usaha
penolakan United Front atas rezim Taliban yang dikenal dengan ekstremis islam. Rezim
Taliban pun terus berusaha melumpuhkan perjuangan United Front dengan menggunakan
kekerasan, bahkan kematian Massoud disebabkan oleh bom bunuh diri yang dilakukan
oleh simpatisan Taliban berdarah Arab. Pasca kematian Massoud, terjadi serangan teroris
pada 11 September 2001 di Amerika Serikat. Tragedi ini memunculkan tuduhan Amerika

17
Stanford University Website. 2016. The Taliban. Diakses melalui : http://web.stanford.edu/group/mapping
militants/cgi-bin/groups/view/367 pada tanggal 28 Maret 2019 pukul 19.49 WIB.
18
Marcela Grad. 2009. Massoud: An Intimate Portrait of the Legendary Afghan Leader. Webster
University Pers.

12
terhadap rezim Taliban dengan Osama Bin Laden yang kemudian membuat AS turut
membantu United Front untuk mengambil alih wilayah kekuasaan Taliban.19

2. Pasca Rezim Taliban 2001 – sekarang

Pasca jatuhnya Rezim Taliban, pemerintahan Afghanistan terbagi atas daerah-


daerah, seperti Kabul dipimpin oleh Hamid Karzai, Herat dipimpin oleh Ismail Khan dan
Amanullah Khan, Helmand dipimpin oleh Sher Mohammed Akhundzada, Kandahar
dipimpin oleh Agha Sherzai, begitupun daerah-daerah lain dengan pemimpinnya masing-
masing. Keadaan tersebut justru membuat mereka saling memerangi satu sama lain. Untuk
menangani konflik domestik tersebut, diselenggarakanlah pertemuan besar selama
sembilan hari yang disebut dengan The Emergency Loya Jirga yang menghasilkan
kesepakatan bahwa Hamid Karzai didaulat sebagai presiden Afghanistan dan memilih
pejabat-pejabat pemerintahan. Hal ini menjadi awal dari sistem politik demokratis
Afghanistan dimana pemimpin dan pejabat dipilih berdasarkan perwakilan masyarakat,
bukan lagi berdasarkan keputusan militer.20

19
Ibid. Hal. 310.
20
Global Security Website. 2012. Afghanistan – Politics Post-Taliban. Diakses melalui :
https://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2003.htm pada tanggal 28 Maret 2019 pukul
22.34 WIB.

13
Meskipun Rezim Taliban berhasil dijatuhkan sejak Amerika Serikat mulai
‘menginvasi’, Taliban tidak pernah menyerah. Mereka terus melakukan perlawanan
dengan serangan-serangan terhadap militer atau bom bunuh diri. Teritori kelompok
Taliban berangsur meluas semakin hari. Hal ini tentu saja diiringi dengan perang antara
simpatisan Taliban dan aliansi pasukan militer dari beberapa negara anggota NATO dan
pemerintah Afghanistan sendiri. Adanya perang selalu memakan korban dan merugikan
penduduk sipil. Berdasarkan laporan PBB, tercatat lebih dari 10.000 penduduk terbunuh
atau terluka pada tahun 2017.

Perseteruan antara Taliban dan pemerintah Afghanistan bukan saja berdampak


pada keamanan masyarakat sehingga muncul masalah-masalah kemanusiaan, tetapi juga
berdampak pada ekonomi negara tersebut. Perang membuat investor tidak ingin
menanamkan modalnya di negara tersebut karena dianggap tidak aman sehingga hal ini
buruk bagi pertumbuhan ekonomi negara. Karena hancurnya perekonomian negara
tersebut, tingkat korupsi Afghanistan juga terus meningkat. Rendahnya gaji pegawai
pemerintahan membuat semakin menjamurnya praktik-praktik korupsi untuk
mempercepat atau melicinkan proses birokrasi yang rumit.21 Selain itu kondisi perang juga
membuat sistem hukum Afghanistan tergolong sangat lemah. Menurut catatan Human
Right Watch, terdapat sangat banyak kasus yang mengkriminalisasi perempuan. Tercatat
sekitar 600 perempuan dipenjara karena ‘kejahatan moral’. Sejak oktober 2011 sampai

21
Dinia Adrianjara. 2017. Perang Berkepanjangan, Korupsi Menjamur di Afghanistan. Diakses melalui
https://www.viva.co.id/berita/dunia/892745-perang-berkepanjangan-korupsi-menjamur-di-afghanistan pada
tanggal 28 Maret 2019 pukul 23.17 WIB

14
akhir 2012 jumlah perempuan yang mendekam di penjara naik sampai hampir 30% dari
jumlah keseluruhan. Afghanistan sendiri sudah memiliki hukum mengenai kekerasan
terhadap perempuan sejak tahun 2008 namun budaya patriarki yang tetap lestari di negara
tersebut membuat perempuan tetap menjadi sasaran ketidakadilan hukum meskipun
menjadi korban dari praktik kawin paksa, kekerasan dalam ranah domestik, dan
pemerkosaan. Sekitar 95 persen anak perempuan dan 50 persen perempuan dewasa yang
dipenjara adalah mereka yang dituduh melakukan ‘kejahatan moral’ karena kabur dari
rumah (dalam hal ini akibat kawin paksa) atau berbuat zina. Pejabat tinggi Afghanistan
tidak menyatakan bahwa kabur adalah tindak pidana, namun tindakan kabur dari rumah
didakwa sebagai percobaan zina.22

Hal ini menunjukkan bahwa kondisi dinamika politik Afghanistan yang masih
dalam keadaan perang antara Taliban dan pemerintah (yang dibantu dengan negara-negara
lain) memberikan dampak bukan hanya dalam isu kemanusiaan, tetapi juga ekonomi dan
lemahnya sistem hukum. Ditambah lagi ternyata Rezim Taliban meninggalkan budaya
patriarki dan misoginis di Afghanistan sampai hari ini.

3.3. Dampak Taliban bagi Dinamika Politik Kawasan Asia Selatan

Afghanistan menghadapi tantangan besar dalam mencapai stabilitas politik,


meningkatkan keamanan dan mengembangkan ekonominya. Taliban adalah kelompok
gerakan separatisme yang bermarkas di Afghanistan. Isu-isu gerakan bersenjata Taliban
tidak hanya membawa dampak bagi ketidaktstabilan Afghanistan namun memunculkan
implikasi pada negara-negara tetangganya di kawasan Asia Selatan. Taliban dan Al-Qaeda
memiliki jaringan yang melintasi batas wilayah negara dengan membawa paham ultra
fundamentalisme islam membawa kemunculan-kemunculan terhadap kelompok-
kelompok terorisme di negara lain.

Bangladesh, terdapat laporan bahwa sekitar 150 pejuang Taliban dan Al Qaeda
melarikan diri ke Bangladesh dari Afghanistan pada Desember 2001 di atas MV Mekah,
yang dilaporkan berlayar dari Karachi, Pakistan ke Chittagong, Bangladesh. Al Qaeda
telah merekrut Muslim Rohingya, yang berasal dari Myanmar dari kamp-kamp pengungsi

22
Human Right Watch. 2013. Afghanistan: Gelombang Pemenjaraan Perempuan karena ‘Kejahatan Moral’.
Diakses melalui : https://www.hrw.org/id/news/2013/05/21/254649 pada 28 Maret 2019 pukul 23.34 WIB.

15
di Bangladesh tenggara untuk berperang di Afghanistan, Kashmir, dan Chechnya.
Organisasi fundamentalisme di Bangladesh adalah Harkat-ul-Jihad-alIslami
(HuJI)/Islamic Jihad Movement or Movement of Islamic Holy War didirikan oleh Laden
Fazlul Rahman. Rahman merupakan rekan yang memiliki relasi dengan Osma bin Laden.
HuJi ini sudah merekrut anggota sebanyak 15000 dari madrasah-madrasah di Bangladesh.
Organisasi ini dilaporkan oleh inteligensi Prancis bahwa tahun 2003, 11 orang Bangladesh
merencanakan membajak Pesawat di Bolivia untuk menyerang AS.23

Kelompok teroris Al-Qaeda yang didukung oleh Taliban ini telah menghawatirkan
stabilitas keamanan kawasan. Negara-negara di kawasan Asia Selatan memberi perhatian
penuh seiring meluasnya upaya kelompok terorisme ini memperluas jaringan nya di
Pakistan, Bangladesh dan India. Kondisi ini turut memicu campur tangan Ameriak Serikat
‘polisi dunia’ yang dikhawatirkan hal ini bisa menimbulkan intervensi berlebihan terhadap
kedaulatan negara-negara di Asia Selatan.

Persoalan kelompok-kelompok terorisme ini memberikan pengaruh yang sangat


signifikan yang menghambat proses integrasi dan kerjasama regional dalam kerangka
organisasi SAARC. Taliban dan Al-Qaeda memicu distabilitas keamanan negara-negara
di Asia Selatan. Serangan – serangan tak terduka yang kapan saja bisa menyerang negara
–negara ini. Konflik Taliban di perbatasan Afghanistan dengan Pakistan memiliki dampak
bagaimana relasi kedua negara tersebut. Kondisi ini membuat rasa saling tidak percaya
dan kecurigaan diantara negara-negara di kawasan ini sehingga hal ini menjadi
penghambat yang besar bagi SAARC untuk mencapai tujuan dari kerjasama regional yang
dibangun.

Konferensi Internasional tentang Bantuan Rekonstruksi untuk Afghanistan di


Tokyo pada tahun 2002, adalah momentum negara-negara tetangga Afghanistan terlibat
dalam berbagai dialog mengenai perdamaian dan stabilitas di Afghanistan. Bentuk upaya
memerangi kejahatan terorisme dalam regional Asia Selatan adalah memasukan isu
terorisme dalam agenda kerjasama SAARC sejak Summit ke-12 tahun 2004.24 Isu
terorisme telah menjadi masalah yang vital untuk di selesaikan dan ditangani bersama oleh
kawasan ini. Isu terorisme ini yang dibawa ke dalam lingkup multilateral mendandakan
bahwa negara-negar anggota SAARC mendefinisikan terorisme sebagai ancaman

23
Kronstadt, K. Alan. 2004. Terrorism in South Asia. CRS Report for Congress. Hal. 35
24
Ministry of External Affairs. 20014. Islamabad Declaration. Diakses melalui https://mea.gov.in/bilateral-
documents.htm?dtl/7398/Islamabad+Declaration. Pada tanggal 28 Maret 2019 pukul 15:37 WIB

16
bersama. Meskipun kerangka kerjasama untuk membendung terorisme ini terbentuk tetapi
kontrol terhadap masalah terorisme di kawasan ini belum berjalan maksimal. Hal ini dipicu
oleh masalah-masalah domestik di masing-masing negara di Asia Selatan seperti isu
perbatasan Indi-Pak di Kashmir yang menjadi sumber ketegangan di kawasan ini.

Intervensi militer untuk menghukum rezim Taliban karena menjadi markas Al-
Qaeda, yang bertanggung jawab atas serangan teroris 9/11, telah meningkat menjadi
konflik regional yang lebih luas. Afgahnistan telah bertransformasi sebagai “a new great
game” oleh perebutan dari Pakistan dan negara lainnya. Pakistan, dengan perbatasan
sepanjang 1.500 mil dengan Afghanistan dan perang meluas ke wilayahnya, telah memiliki
hubungan yang jauh lebih dalam dan tetap menjadi kunci bagi penyelesaian krisis
Afghanistan. Tetapi negara-negara lain seperti India, Cina, dan Iran punya kepentingan
dibalik stabilisasi negara Afghanistan.25

Cina menyebarkan pengaruhnya secara langsung kepada Afghanistan dalam hal


kerjasama dalam bidang ekonomi. Cina memberikan dana sebesar USD 3.5 Juta investasi
dalam pertambangan tembaga, menjadikan Cina sebagai negara investor terbesar di
Afghanistan. Cina pun merencanakan pembangunan infrastruktur mencakup
pembangunan pembangkit listrik dan kereta api barang di negara ini.26

Iran berbatasan 560 mil dengan Afghanistan Barat dan memiliki hubungan bisnis
dan sejarah budaya dengan orang-orang di sana. Stabilitas di Afghanistan akan
memudahkan pasukan negara lain untuk meninggalkan Afghanistan. Kekhawatiran Iran
tentang lalu lintas narkotika dari Afghanistan dan rencananya untuk memperluas
perdagangan ke Asia Tengah merupakan alasan bagi Iran untuk bekerja sama dengan Barat
dalam upaya mengakhiri perang di Afghanistan.27

Persoalan lain dalam mencipatakan stabilitas keamanan di Afghanistan membawa


bentuk pertarungan baru Pakistan dan India untuk memperluas pengaruhnya. Bagi
Pakistan memandang kehadiran India yang terus berkembang di "backyard" -nya sebagai
ancaman serius bagi keamanan negara Pakistan sendiri.28 Sejak tahun 2001, India secara
agresif berhasil memperluas pengaruh politik dan ekonominya di Afghanistan. India

25
Hussain, Zahid. 2011. Sources of Tension in Afghanistan and Pakistan: A Regional Perspective. CIDOB
Policy Research Project. Hal. 2
26
Ibid. 4
27
Ibid. Hal. 4
28
Ibid. Hal. 9

17
memberikan USD 2 Miliar dalam bantuan ekonomi dan militer kepada Pemerintah Karzai
tahun 2011. Perusahaan India terlibat dalam membangun jalan raya yang menuju Iran dan
jalur transmisi ke negara Uzbekistan. Bagi India, Afghanistan merupakan rute penting
untuk mengakses kawasan Asia Tengah untuk memenuhi persediaan energinya.
Kepentingan India membangun Afghanistan ini adalah bentuk melawan ambisi Pakistan
untuk mendapatkan pengaruh di Afghanistan. Pada 2011, Afghanistan menyepakati
perjanjian mitra strategis dengan India yang dimana India pelatihan pasukan keamanan
Afghanistan. Hubungan mitra tersebut memunculkan kekhawatiran Pakistan yang mana
akan mengancam keamanannya.29

Semantara India memperluas pengaruh ke Afghanstan melalu membangun


kerjasama dengan Pemerintahan Karzai. Pakistan secara aktif mendukung perlawanan
Mujahidin Afghanistan terhadap pendudukan Soviet. Kemudian Pakistan mendukung
kelompok Taliban dalam jaringan Haqqani menduduki area strategis di Afghanistan yang
memungkinkan membantu Pakistan bila terjadi perang dengan India. Sehingga kebijakan
Pakistan adalah membantu membentuk rezim Islam Pashtun yang ramah di Afghanistan
yang akan menjauhkan India.30 Pasca operasi militer Amerika Serikat di Afghanistan, para
pengikut Taliban diduga melarikan diri ke wilayah Pakistan dan membangun kekuatan
didaerah Quetta. Taliban diketahui menjalin aliansi yang kuat dengan kelompok bersenjata
Sunni Lashkare-Jangvhi.31 Pakistan mendukung gerakan Taliban dari mulai memberikan
nilai-nilai militan anti-barat, anti-Amerika, anti-hindu, dan bahkan anti-Syiah pada sekolah
madrasah yang ada di Pakistan. Pada tahun 2004, Antara 10.000-20.000 madrasah melatih
hingga 2 Juta anak di Pakistan untuk dipersiapkan menjadi fundamentalis dan menjadi
teroris. Partai-partai politik Islam Pakistan seperti Jamaat-e-Ulema Islam (JUI, terkait erat
dengan Taliban) adalah pihak yang memberikan pendanaan dalam program ini.32

Kedua negara ini sama-sama memiliki pandangan yang berbeda melihat kondisi
Afghanistan. Menguatnya Taliban di Afghanistan memberikan peluang dan tantangan bagi
India dan Pakistan. Sebagai negara yang mendominasi kawasan Asia Selatan, perilakau
India dan Paksitan menyebarkan kepentingan mereka di Afghanistan dapat membawa

29
Ibid. Hal. 10
30
Ibid. Hal. 11
31
Zahid, Farhan. 2017. The Return of Al-Qaeda to Pakistan. Diakses melaui : https://www.mei.edu/
publications/return-al-qaeda-pakistan. Pada tanggal 28 Maret 2019 pukul 17:55 WIB
32
Op.Cit Kronstadt, K. Alan. Hal. 16

18
ketegangan keamanan di kawasan. Ketegangan keamanan ini pun akan turut
mempengaruhi stabilitas di negara-negara lainnya.

19
BAB IV
KESIMPULAN

Taliban adalah sebuah kelompok militan yang tergolong dalam kelompok terorisme.
Aktivitas terorisme Taliban mempunyai sifat yang meluas dan mempunyai dampak secara luas
baik secara memiliki efek pada domestik maupun dalam lingkup kawasan/regional. Secara
domestik, Taliban memiliki dampak bagi kondisi internal negara Afghanistan yaitu
ketidakstabilan politik, mengancam keamanan dan kedaulatan Afghanistan dan ekonomi
negara menjadi terhambat. Kemudian dampak Taliban bagi kawasan Asia Selatan yaitu
jaringan Taliban tersebar di beberapa negara akan memicu kemunculan kelompok-kelompok
teroris baru, kehadiran taliban menghambat integrasi kerjasama regional SAARC, dan memicu
ketegangan akibat perseteruan negara-negara berebut kepentingan dari Afghanistan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cipto, Bambang. 2003. Gerakan Separatis dan Dampaknya Terhadap Pengembangah


Demokrasi. Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/89137-ID-gerakan-
separatis-dan-dampaknya-terhadap.pdf
Demartoto, Argyo. 2012. Terorisme : Risiko Nyata Kehidupan Masyarakat Kota.
Diakses melalui https://argyo.staff.uns.ac.id/2012/12/13/terorisme-risiko-nyata-kehidupan-
masyarakat-kota/
Dinia Adrianjara. 2017. Perang Berkepanjangan, Korupsi Menjamur di Afghanistan.
Diakses melalui https://www.viva.co.id/berita/dunia/892745-perang-berkepanjangan-korupsi-
menjamur-di-afghanistan
Firmansyah. 2011. Gerakan Separatisme Terhadap Negara yang Sah dan Aspek
Pidananya Menurut Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif ( Studi Kasus GAM).
Diakses melalui http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/436/1/102708-
FIRMANSYAH-FSH.PDF
Global Security Website. 2012. Afghanistan – Politics Post-Taliban. Diakses melalui :
https://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2003.htm
Haggard, Stephan & Simmons, Beth A. 1987. Theories of international regime.
International Organization 41, no.3 : 491-517
Hartati, Anna. 2010. Separatisme Dalam Konteks Global (Studi Tentang Eksistensi
Republik Maluku Selatan (Rms) Sebagai Gerakan Separatis Indonesia).
Human Right Watch. 2013. Afghanistan: Gelombang Pemenjaraan Perempuan karena
‘Kejahatan Moral’. Diakses melalui : https://www.hrw.org/id/news/2013/05/21/254649
Hussain, Zahid. 2011. Sources of Tension in Afghanistan and Pakistan: A Regional
Perspective. CIDOB Policy Research Project
Kronstadt, K. Alan. 2004. Terrorism in South Asia. CRS Report for Congress.
Marcela Grad. 2009. Massoud : An Intimate Portrait of the Legendary Afghan Leader.
Webster University Pers.Oxford Islamic Studies. Taliban -Oxford Islamic Studies Online. n.d.
http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t125/e2325?_hi=14&_pos=4
Ministry of External Affairs. 20014. Islamabad Declaration. Diakses melalui
https://mea.gov.in/bilateral-documents.htm?dtl/7398/Islamabad+Declaration.
Saikal, Amin & Maley, William. 1991. Regime Change in Aghanistan : Foreign
Intervention and the Politics of Legitimacy. English and Literature (IJEL), Vol. 5 [1] : 57-64
Sefriani. 2003. Separatisme dalam Perspektif Hukum Internasional: Studi Kasus
Organisasi Papua Merdeka. Diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/
89177-ID-separatisme-dalam-perspektif-hukum-inter.pdf
Shanty, F. (2011). The Nexus: The International Terrorism and Drug Trafficking From
Afghanistan. Stanford: Political Science.

21
Stanford University Website. 2016. The Taliban. Diakses melalui :
http://web.stanford.edu/group/mappingmilitants/cgi-bin/groups/view/367
The National Archives. 2000. Terrorism Act 2000. Diakses melalui
https://www.legislation.gov.uk/ukpga/2000/11/contents
Zahid, Farhan. CF2R - Understanding Taliban Through the Prism of Pashtunwali
Code. November 30, 2013. https://web.archive.org/web/20140810020924/ ;
http://www.cf2r.org/fr/tribune-libre/understanding-taliban-through-the-prism-of-pashtunwali-
code.php
Zahid, Farhan. 2017. The Return of Al-Qaeda to Pakistan. Diakses melaui :
https://www.mei.edu/ publications/return-al-qaeda-pakistan.
Perhimpunan Pelajar Indonesia. 2017. Konflik Separatisme India dan Indonesia,
Belajar dari Resolusi GAM. Diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2017/
12/04/15585891/konflik-separatisme-india-dan-indonesia-belajar-dari-resolusi-
gam?page=all.

22

Anda mungkin juga menyukai