TALIBAN AFGHANISTAN
(ANALISIS HISTORI-SOSIOLOGIS KARL MARX)
Disusun oleh :
MAHMUD WAHYUDI
B0519033
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pada atas, penelitian ini serius dalam Gerakan Taliban
1994-2014 M pada Afghanistan. Dalam KBBI gerakan diartikan menjadi konvoi, bisnis, atau
aktivitas pada lapangan sosial, politik juga pada keagamaan. Kemudian Taliban merupakan
formasi berdasarkan para siswa pesantren, sebagai akibatnya bisa diartikan bahwa Gerakan
Taliban ini merupakan konvoi atau bisnis siswa-siswi pesantren pada aktivitas sosial, politik
dan keagamaan. Selanjutnya penelitian ini menitik beratkan dalam sepak terjang Gerakan
Taliban, tujuannya, dan impak bagi warga Afghanistan. Penelitian ini membatasi perseteruan
supaya bisa lebih gampang mencocokkan insiden yang terjadi pada Afghanistan. Peneliti
membatasi tahun 1994 M sampai 2014 M. Batasan tadi dipilih, lantaran dalam 1994 Gerakan
Taliban mulai ada pada Afghanistan. Selanjutnya dalam 2014 M, Taliban terang- terangan
memberontak terhadap pemerintah Afghanistan. Hal itu terlihat waktu Taliban berusaha
menggagalkan pemilu pertama pada Afganistan yang berlangsung dalam 05 April 2014.
Kemudian secara temporal batasan tersebutlah yang paling memungkinkan buat diadakan
penelitian sejarah secara efektif. Pada waktu itu pula keadaan Afghanistan sangat terpuruk
pada segi ekonomi, politik juga sosial. Berdasarkan latar belakang pada atas, adapun rumusan
kasus dalam penelitian ini merupakan:
1. Mengapa Gerakan Taliban muncul di Afghanistan?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Taliban 1994-2001 M di Afghanistan?
3. Apa saja dampak yang diakibatkan Gerakan Taliban di Afghanistan pada 1994-2014
M?
Landasan Teori
Penelitian ini didasarkan atas analisis generik tentang teori dan konsep yang
digunakan buat menelaah karena-karena kemunculan sebuah gerakan dan dampak yang
mengikuti perkembangan gerakan tadi pada historis-sosiologis. Sesuai menggunakan objek
penelitian yaitu, Gerakan Taliban di Afghanistan Tahun 1994-2014 M. Afghanistan
merupakan sebuah negara yang penuh menggunakan permasalahan, semenjak Abad XVI
sampai Abad XXI. Hal itu bisa dicermati menurut pembangunan negara dan kebangkrutan
politik yang mengakibatkan Afganistan sebagai negara 10 terburuk pada dunia. Hal ini adalah
output bepergian perang yang berkepanjangan pada Afghanistan. Dari uraian di atas,
berdasarkan peneliti pendekatan yang cocok dipakai merupakan pendekatan histori-sosiologi,
lantaran penelitian ini membahas mengenai keadaan sosial rakyat yang melatarbelakangi
keluarnya Gerakan Taliban di Afghanistan. Selanjutnya pendekatan ini juga dipakai buat
melihat syarat rakyat Afghanistan sebelum, semasa, dan sesudah Taliban menguasai
Afghanistan. Pendekatan ini menekankan dalam analisis data sejarah yaitu, menggunakan
pengumpulan data kehidupan sosial rakyat Afghanistan sebelum tahun 1994-2014 M.
Kemudian peneliti menduga bahwa teori permasalahan yang diungkap sang Karl
Marx yang sangat cocok buat menelaah lebih lanjut penelitian ini. Lantaran teori
permasalahan merupakan teori yang memandang bahwa perubahan sosial nir hanya terjadi
melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, namun terjadi dampak
adanya permasalahan yang membuat kompromi (persetujuan menggunakan jalan damai)
yang tidak sama menggunakan syarat semula. Teori ini bertujuan buat menganalisis alasan
dibalik keluarnya gerakan Taliban di Afghanistan, yang mana Taliban ada lantaran adanya
permasalahan kudeta pada pemerintahan dan pemerintah lalai akan tugasnya. Kemudian teori
ini dipakai pada menganalisis peraturan atau aturan yang diterapkan Taliban pada
Afghanistan. Yang mana peraturan itu dibentuk lantaran permasalahan sebelum Taliban
berkuasa. Seperti anggaran perempuan permanen tinggal pada tempat tinggal dan memakai
chadar, peraturan ini terdapat lantaran sebelumnya perempuan dijadikan menjadi ajang balas
dendam. Mereka dibunuh dan diperkosa, menggunakan adanya peraturan yang dimuntahkan
Taliban memberi keamanan bagi perempuan Afghan. Teori permasalahan adalah
perkembangan menurut reaksi terhadap teori fungsionalisme struktural dan dampak menurut
banyak sekali kritik teori fungsionalisme struktural. Lantaran kasus yang fundamental pada
teori permasalahan merupakan nir bisa melepaskan diri menurut akar
struktural-fungsionalnya. Dalam karya Dahrendorf (1958,1959), pendirian teori permasalahan
dan fungsional disejajarkan. Menurut para fungsionalis, rakyat merupakan tidak aktif yang
mana rakyat berada pada keadaan berubah secara seimbang. Menurut Dahrendorf dan para
teoritis permasalahan, setiap rakyat selalu tunduk dalam proses perubahan. Fungsionalis
hanya menekankan keteraturan rakyat, sedangkan teoritis permasalahan melihat konfrontasi
dan permasalahan pada sistem sosial. Perspektif permasalahan ini melihat rakyat menjadi
sesuatu yang selalu berubah, terutama menjadi dampak menurut dinamika pemegang
kekuasaan yang terus berusaha menjaga dan menaikkan posisinya. Dalam mencapai
tujuannya, suatu grup sering wajib mengorbankan grup lain. Selain itu permasalahan bisa
dipicu menggunakan adanya duduk perkara sosial, kompetisi (pada merebut kekuasaan),
ketidakadilan yang dirasakan masyarakat dan kesalahpahaman. Lantaran itu permasalahan
selalu ada, dan grup yang tergolong bertenaga setiap ketika selalu berusaha menaikkan
posisinya dan memelihara dominasinya. Pandangan ini berorientasi dalam struktur sosial dan
forum-forum sosial pada rakyat. Perspektif ini memandang rakyat yang monoton berubah dan
masing-masing bagian pada rakyat berpotensi buat membangun perubahan sosial. Dalam
konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini lebih menekankan dalam peranan
kekuasaan.