Anda di halaman 1dari 22

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Afganisthan yang bernama resmi Emirat Islam Afghanistan merupakan


salah satu negara di sub region Asia Selatan yang letak geografisnya berada di
jantung selatan-pusat Asia, berbatasan dengan Pakistan, Iran, Turkmenistan,
Uzbekistan, Tajikiztan, serta Tiongkok. Luas Wilayah Afghanistan adalah
652.225 km2. Batas-batas negara Afghanistan ini terbentuk pada akhir abad ke-19
dalam konteks persaingan antara Inggris dan Rusia. Pada akhir abad 20
Afghanistan menderita akibat perang saudara yang berkepanjangan, invasi Uni
Soviet pada tahun 1979 yang disertai dengan kehadiran militer Uni Soviet pada
tahun 1971-1989).

Awal invasi Uni Soviet ini diawali dengan propaganda Uni Soviet untuk
menyelamatkan pemerintahan komunis Afghanistan yang amburadul yang
kemudian Uni Soviet yang saat itu dipimpin oleh Kremlin memutuskan untuk
menduduki Afghanistan. Uni Soviet menyerbu istana Presiden Afghanistan, yang
berakhir dengan terbunuhnya Presiden Hafizullah dan digantikan oleh Babrak
Kamal. Uni Soviet berusaha merangkul para mullah untuk mengimbangi peranan
Islam kampus yang sangat anti Uni Soviet. Namun Babrak Kamal juga digantikan
oleh Najibullah karena dianggap tidak becus. Namun usaha Uni Soviet gagal,
kehilangan 14.500 tentara serta mengalami kerugian besar.Uni Soviet mundur dari
Afghanistan pada tahun 1989.

Namun ketika beberapa tahun sesudah Uni Soviet mundur, di Afghanistan


terjadi perebutan kekuasaan yang menimbulkan persng saudara. Situasi menjadi
tidak aman. Kriminal terjadi dimana-mana. Kemudian pada tahun 1994 muncullah
kelompok Taliban yang awal kemunculannya ini adalah karena perang saudara
yang berkepanjangan.

Kemudian pada tahun 2001, Taliban ini menjadi musuh Amerika karena
dianggap melindungi Osama Bin Laden pemimpin jaringan Al Qaeda yang

1
menjadi teroris utama penyebab peristiwa jatuhnya WTC. Amerika menyerang
Afghanistan yang dianggap sarang persembunyian Osama Bin Laden pada tanggal
26 oktober 2001. Dan disinilah dimulainya perang Taliban melawan Amerika
Serikat dan telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Di dalam Tulisan ini
akan dibahas mengenai “Upaya Taliban dalam Memerangi Kepentingan Amerika
Serikat di Afghanistan tahun 2001-2013”.

1.2 Manfaat dan Tujuan Penulisan

Adapun manfaat dan tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:

a. Sebagai syarat memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah Politik
dan Pemerintahan Negara Asia Selatan.
b. Memberikan penjelasan mengenai awal kemunculan Taliban
c. Memberikan Penjelasan mengenai awal perang Taliban melawan Amerika
Serikat
d. Memberikan Penjelasan mengenai kepentingan Amerika Serikat di
Afghanistan
e. Memberikan penjelasan mengenai upaya Taliban dalam melawan Amerika
Serikat
f. Memberikan penjelasan mengenai hasil yang dicapai Taliban dari perang
melawan Amerika Serikat.

1.3 Rumusan Masalah

a. Apa itu kelompok Taliban?


b. Mengapa Taliban muncul?
c. Bagaimana awal dari perang Taliban dengan Amerika?
d. Apa kepentingan Amerika di Afganistan?
e. Apa saja upaya Taliban dalam menghadapi Amerika Serikat?
f. Apa hasil yang dicapai Taliban?

2
BAB II

ISI

2.1 Taliban

Taliban yang awalnya muncul di Pakistan pada awal tahun 1990an


kembali muncul di Afghanistan ketika pasukan Uni Soviet ditarik mundur dari
Afganistan.  kelompok ini pertama muncul dalam seminar keagamaan - yang
dibiayai oleh dana dari Arab Saudi - yang mengkotbahkan aliran Islam Sunni
garis keras. Janji Taliban - di wilayah Pasthun yang terletak antara Pakistan dan
Afghanistan- adalah jika berkuasa akan menciptakan kembali perdamaian dan
keamanan dan menerapkan Shariah Islam versi yang lebih keras 1. Di kedua negara
itu, kelompok inti memperkenalkan atau mendukung hukuman gaya
Islam .Kelompok Taliban di Afghanistan berawal dari beberapa pemuda madrasah
di desa Singesar, wilayah Maiwand, Propinsi Kandahar.

Kelompok Taliban muncul akibat dari perang saudara yang menyebabkan


kriminalitas meningkta di Afghanistan seperti pemerkosaan dan perampokan.
Melihat hal ini, Mullah Muhammad Omar tidak senang dan mulai tampil 2.
Bersama 30 temannya, Mullah Muhammad Omar bergerak untuk mengatasi
kekacauan negara. Awalnya Presiden Afganistan menyetujui terbentuknya
kelompok Taliban ini dengan alasan bahwa Taliban bisa menjadi alat baginya
untuk menghadapi lawan politiknya, Hizb-i-islami Hekmatyar.

Pemerintahan Pakistan sangat mendukung Taliban, namun jatuhnya Spin


Boldak membuat warga Pakista memutuskan untuk melakukan protes pada
pemerintahannya dan mennuntut untuk mencabut dukungannya atas Taliban.
Namun usaha tersebut gagal, Taliban tetap mendapat dukungan dari pemerintah
Pakistan dan Taliban berangkat ke Kandahar untuk menemui Gubernur Kandahar.
Kemudian Taliban mendapat dukungan dari Rabbani dan pada tangal 31 januari
1995, Taliban berhasil menghancurkan kekuatan Hizb-i-islami yang menajdi
seteru Rabbani. Dua hari kemudian Sahdabad dan Syaikhabad menjadi milik

3
Taliban dan pad tanggal 5 Februari propinsi Maidhansar jatuh. Dan markas
Hekmatyar terancam sehingga memaksanya untuk melakuakn evakuasi ke Sarobi
dengan meninggalkan peralatan perangnya3.

Dengan ini, Tahun 1995 menjadi tahun dimana Taliban menjadi kelompok
dengan kekuatan besar, gabungan dari pemuda madrasah yang terlatih, mantan
Mujahidin dan mantan tentara pemerintahan komunis. Sehingga Taliban menjadi
satuan militer yang kompak. Namun perjuangan awal Taliban untuk merebut kota
Kabul sebagai kota utama di Afghanistan berawal gagal karena kesalahan dalam
membaca situasi. Komandan baru Taliban, Mullah Muhammad Rabbani, Mullah
Muhammad Ghaos serta Mullah Borjan melakukan kesalahan fatal dengan
menggunakan pengalaman perang mereka di Kandahar dan mengamalkannya di
Kabul. Ekspansi Kabul gagal.

Namun hal ini tidak menjadi akhir dari upaya ekspansi kekuatan dan
wilayah oleh Taliban. Masa gencatan senjata dijadikan Taliban untuk
meningkatkan kemampuan mereka. Dan pada 26 September 1995, Kabul menjadi
milik Taliban. Dalam waktu 2 tahun Taliban sudah menguasai 70% wilayah
Afghanistan. Kini Taliban menjadi kekuatan militer dengan 10.000 pasukan yang
didukung dengan ratusan tank dan sejumlah pesawat tenpur. Yang awalnya hanya
menggunakan taktik Gerilya namun kini sudah sanggup menerapkan sistem
perang modern dengan operasi yang sangat kuat, luwes dan bertumpu pada
fisiensi komunikasi, komando serta jaringan kontrol4.

2.2 Gebrakan taliban

Di awal kemunculannya, Taliban disambut warga Afghanistan kerena


dianggap berhasil dalam mengatasi korupsi, menegakkan hukum dan membuat
jalan serta wilayah yang mereka kendalikan aman bagi perdagangan. Namun
steelah Taliban berhasil merebut kota utama Kabul, Afghanistan dikejutkan
dengan berbagai aturan sosial yang dikeluarkan oleh pemimpin Taliban, akibatnya
aktiviats sosial di Kabul menjadi lumpuh. Awalnya, keanehan dan ketekejutan
warga Kabul adalah ketika mereka melihan mantan Presiden Najibullah yang
3

4
beraliran Komunis bersama adiknyaditemukan mati tergantung di lapangan
Adriana yang membuat Amnesty Internasional.

Tujuan dari Gerakan Islam Taliban adalah untuk melengkapi agenda Jihad
yang belum selesai untuk mendirikan negara islam murni dan membersihkan
pernyakit moral. Aturan- aturan sosial yang dikeluarkan Taliban sejak berkuasa
tahun 1996, yaitu 5:

a. Radio : digunakan hanya untuk mendengarkan siaran berita dan


pengajian, musik, selain musik nasid dilarang.
b. Bioskop, TV, Video dan Komputer : dilarang untuk menghindari
pengaruh buruk yang menggoda iman.
c. Foto : hanya memperbolehkan pas foto, pemotratan pesta pernikahan,
foto keluarga dan lain-lain dilarang.
d. Mencuri : Tangan pelaku akan dipotong dihadapan umum.
e. Shalat : yang tidak melaksankan shalat lima waktu sesuai kaidah akan
didenda. Jika saat shalat Jumat masih ada yang berjjualan maka
pemiliknya dihukum penjara 1 hari.
f. Menghindari pemujaan patung dan Berhala : tidak boleh memajang
foto
g. Wanita dan busana : harus menggunakan burqa( pakaian longgar)
serta dilarang untuk menjahit busana pada penjahit pria.
h. Wanita dan bepergian : dilarang memberikan tumpanagn pada wanita
yang berjalan sendirian serta wanita harus keluar rumah dengan
keluarga pria.
i. Wanita dan pekerjaan : dilarang bekerja di luar rumah kecuali pada
bidang kesehatan serta dipisahkan dari pria.
j. Wanita dan pendidikan : untuk sementara, pendidikan wanita dilarang
sampai ada sekolah terpisah antara wanita dan pria
k. Musik dan tarian : dilarang mendengarkan musik selain nasid serta
dilarang memutar musik dan tarian di pernikahan.

5
l. Layang-layang : permainan ini dianggap tidak berguna dan
menghambat pendidikan
m. Memelihara burung : Memelihara burung dara dilarang
n. Judi dan Taruhan : dilarang dan akan dikenakan hukuman paling
sedikit 1 bulan penjara.
o. Narkoba : pengguna akan dipenjara, serta merokok juga dilarang.
p. Jenggot dan cukur : dilarang memotong jenggot, bagi yang memotong
jenggot akan dipenjara hingga jenggotnya tumbuh kembali
segenggaman tangan. Dilarang memebri potongan rambut gaya
Amerika.
q. Tempat Pemandian Umum : TPU harus ditutup
r. Riba : dilarang
s. Dukun : dilarang keras
t. Aktivitas Sosial: bantuan sosial harus diberikan tanpa syarat, dan
bantuan kepada janda miskin garus disampaikan pada keluarga
sedarah.

2.3 Sejarah Perang Afghanistan (Taliban vs Amerika Serikat)


Pada September 2001, gedung WTC, Amerika Serikat runtuh, hal ini
menyebabkan kemarahan Amerika Serikat dan membuat pernyataan bahwa ini
dengan runtuhnya WTC maka menjadi langkah lanjut bagi Amerika untuk
melawan terorisme. Amerika Serikat yang saat itu dipimpin oleh Presiden Bush
menyatakan bahwa teroris yang menyebabkan jatuhnya WTC adalah kelompok
Al-Qaeda yang dipimpin oleh Osama bin Laden.
Osama Bin Laden telah lama menjadi incaran Amerika Serikat sejak tahun
1992. Sejak tahun 1997, Osama bin Laden berangkat ke Afghanistan dan
bergabung dengan milisi Afghanistan untuk bertempur melawan Uni Soviet. Dan
Setelah itu Osama bin laden menetap di Afghanistan karena dia dianggap sebagai
orang yang paling berbahaya di Arab Saudi.
Mengetahui Osama di Afghanistan, Amerika mencoba untuk menghubungi
Taliban yang pada awalnya Amerika sendiri mendukung keberadaan kelompok
ini. Namun, Taliban menolak untuk bekerjasama dan menyerahkan Osama bin

6
Laden, dan karenanya dianggap bersekutu dengan teroris. Kebijakan Gedung
Putih ini tercermin dalam pernyataan Bush yang terkenal, either you are with us,
or against us6.
Taliban dituduh melindungi dan menyembunyikan Osama bin Laden di
Afghanistan, dan secara mengejutkan pada tanggal 7 Oktober 2001, Amerika
menyerang Afghanistan untuk memancing keluarnya kelompok Taliban, mengusir
Osama serta teman-temannya untuk memberikan hukuman yang setimpal 7. Di
minggu pertama bulan Desember rejim Taliban pun jatuh.
Mullah Omar dan sebagian besar pemimpin senior Taliban, bersama
dengan Bin Laden dan sejumlah rekan senior al-Qaeda, selamat dari serangan
Amerika itu. Mullah Omar dan rekan-rekannya berhasil lolos dari penangkapan
meski ada salah satu operasi pencarian operasi terbesar di dunia, dan dia diyakini
memimpin kebangkitan Taliban8.

2.4 Terorisme dan Amerika Serikat


Terorisme, menurut Martha Crenshaw, pada dasarnya merupakan tindakan
yang dilakukan guna mengekspresikan strategi politik. Tindakan tersebut
memiliki motif-motif politik. Teroris dan Islam adalah dua term yang seringkali
secara tidak disadari dipadukan sehingga menimbulkan kesan bahwa Al-Qaeda
dan Osama adalah representasi kekuatan Islam yang sedang menggeliat dan
memberontak dengan menggunakan aksi teror atau kekerasan. Pemaduan ini
menjadi berbahaya dan tidak kondusif bagi perkembangan keduanya, Barat dan
Islam. Sebab, masing-masing akan terjebak pada stereotipe yang tidak
menguntungkan bagi masa depan peradaban global.
Perang melawan terorisme adalah perang yang tidak bisa hanya dilakukan
di medan perang, melainkan di berbagai bidang. Selain melalui diplomasi, perang
bisa dilakukan dengan menggalang kerja sama intelijen, pembekuan aset financial,
hingga pencegahan imigrasi illegal. Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia,
Ralph L Boyce, dalam kuliah umum berjudul “US-Indonesian Relations in the
Post-September 11 World” di Universitas Paramadina, Jakarta, menjelaskan

7
bahwa terorisme itu harus diperangi melalui bidang diplomatik, melalui kerja
sama intelijen dan saling berbagi informasi serta membangun koalisi. Di bidang
finansial, harus ada kerja sama untuk membekukan asaet-aset teroris serta kerja
sama domestik dan internasional untuk mencegah praktik pencucian uang dan
imigrasi illegal.
Strategi Amerika Serikat bukan sekedar menangani ancaman nyata. Yang
lebih tandas dari itu adalah mengalahkan sumber ancaman itu. Namun, sayangnya,
fokus yang amat terarah ke garis depan dalam memerangi terorisme membuat
orang sulit memahami strategi Amerika Serikat. Walau Pemerintah Amerika
Serikat tampaknya berhasil mengembangkan strategi kebijakan luar negeri yang
masuk akal, tak mudah membuat orang mengerti kebijakan tersebut. Kemudian
dalam visi pemerintahan Bush-Powell kembali menjelaskan persoalan itu secara
lebih luas. Presiden Bush mempunyai banyak strategi yang pertama kali
dijabarkan secara tebuka pada September 2002 dalam Strategi Keamanan
Nasional AS (National Security Strategy of the United State/NSS). Dalam
dokumen setebal hampir 40 halaman itu, NSS menjabarkan prioritas kebijakan AS
menjadi delapan bab sebagai sebuah strategi yang terintegrasi secara luas dan
dalam, sesuai kesempatan maupun tantangan yang dihadapi AS. Tentu saja sebuah
dokumen strategi yang ditujukan bagi publik tak akan bisa sepenuhnya terbuka
supaya tidak diketahui musuh-musuh kami. Meskipun demikian, dokumen ini
dengan jujur merefleksikan kepribadian presiden, yang dengan konsistensinya
mengatakan apa yang dia maksudkan dan meyakini apa yang dia katakanya.
Peristiwa WTC bagi Amerika Serikat sendiri merupakan pukulan telak
bagi supremasi adidaya, yang menuntut respon dalam bentuk “perang” terhadap
terorisme. Hal ini tentunya juga membuka mata bagi negara lainnya, ini
menyadarkan mereka bahwa ancaman serius terhadap kemanusiaan dapat
mengambil bentuk yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, tragedy WTC
dan respon AS terhadap terorisme merupakan awal dari terbangunnya sebuah
tatanan politik dunia yang ditandai oleh meningkatnya ancaman non-tradisional
(khususnya dalam bentuk terorisme) dan hegemoni AS sebagai adidaya tunggal.

8
Serangan menara kembar dimanfaatkan oleh Amerika Serikat untuk
merubah kebijakan keamanan, pertahanan, dan luar negeri AS, dan akan
mempengaruhi politik dunia internasional.
Pertama, dengan sikap kerasnya, AS tampak ingin melahirkan semacam
struktur bipolar baru. Pernyataan Presiden George W. Bush, “either you are with
us or you with terrorist”, secara jelas menggambarkan dunia yang terpilah dalam
sebuah pertarungan antara kekuatan baik dan kekuatan jahat.
Kedua, tragedy 11 September, juga telah membuka kemungkinan
berubahnya parameter yang digunakan AS dalam menilai seuah negara. Sekarang
ini, AS cenderung lebih mengkhawatirkan masalah terorisme daripada isu
demokrasi dan hak asasi manusia.
Ketiga, ditambah dengan adanya kecenderungan yang mengaitkan islam
dengan terorisme di kalangan para pengambil kebijakan di AS, tatanan politik
global semakin diperumit oleh ketegangan antara AS dengan negara-negara Islam
ataupun negara dengan penduduk mayoritas islam.
Keempat, untuk mengantisipasi kemungkinan serangan-serangan teroris di
masa depan, AS membentuk sebuah doktrin baru,yakni doktrin preemption.
Melalui doktrin ini, AS secara sepihak memberikan hak kepada dirinya sendiri
untuk mengambil tindakan terlebih dahulu, khususnya melalui tindakan militer,
untuk menghancurkan apa yang dianggapnya berpotensi sebagai ancaman terror
terhadap kepentingan AS dimana saja, termasuk Asia Tenggara. Doktrin
Preemption tersebut jelas meresahkan banyak negara, dan dapat mengubah
tatanan, nilai dan norma-norma hubungan antarnegara. Dalam konteks doktrim
preemption, prinsip kedaulatan negara, arti penting dan peran institusi-institusi
multilateral seperti PBB dan organisasi regional, serta ketentuan-ketentuan hukum
internasional dapat saja diabaikan.
Kelima, AS kini tampil sebagai negara adidaya tunggal yang sangat yakin
bahwa pendekatan militer merupakan pendekatan terbaik dalam memenuhi dan
melindungi kepentingan-kepentingan kepentingannya. Aksi serangan militer ke
Afghnaistan dan invasi ke Irak merupakan contoh nyata dari pendekatan ini.
Dari strategi yang di terapkan AS di atas, tersirat bahwa AS berusaha
untuk menunjukkan hegemoninya kepada dunia dan adanya keinginan untuk

9
memerangi teroris yang sampai dengan saat ini identik dengan dunia islam.
Penggiringan opini bahwa pelaku adalah umat islam, terlepas dari tanpa bukti dan
fakta, menyebabkan antipati publik terhadap islam. Terlebih lagi beberapa
kelompok islam yang dituding sebagai pelaku tindak terorisme menunjukkan
indikasi membenarkan aktivitas-aktivitas tersebut9.
2.5 Serangan Amerika terhadap Taliban
Para elit Amerika Serikat telah memikirkan untuk melaksanakan perang di
Asia Tengah setidaknya dalam satu dekade (1990-2000). Pada 1991, mengikuti
kekalahan Iraq dalam Perang Teluk Persia, majalah Newsweek menerbitkan artikel
berjudul “Operation Steppe Shield” Dalam artikel tersebut dilaporkan bahwa
militer AS tengah menyiapkan sebuah operasi di Kazakhstan yang mengikuti
model Operasi Desert Shield di Arab Saudi, Kuwait dan Irak.
Pembicaraan antara pemerintahan Bush dengan Taliban dimulai pada
Februari 2001, segera setelah pengangkatan Bush sebagai presiden. Seorang
utusan Taliban tiba di Washington pada bulan Maret dengan berbagai hadiah
untuk presiden AS tersebut. Namun pembicaraan yang kemudian terjadi tidak
lebih bersahabat. Brisard mengatakan, “pada suatu momen dalam negosiasi
tersebut, perwakilan AS mengatakan kepada Taliban, Anda boleh menerima
tawaran kami akan karpet emas, atau kami kubur Anda di bawah karpet bom.”
Brisard dan Dasquie menulis bahwa sepanjang masih ada kemungkinan
negosiasi mengenai pipa minyak, Gedung Putih terus menunda investigasi apapun
terkait aktivitas Osama bin Laden. Mereka melaporkan bahwa John O’Neill, wakil
direktur FBI, mengundurkan diri pada bulan Juli sebagai protes atas hal ini.
Dalam sebuah wawancara O’Neill menceritakan, “hambatan utama untuk
menginvestigasi terorisme Islam adalah kepentingan perusahaan minyak AS dan
peran yang dimainkan oleh Arab Saudi di dalamnya.” Secara kebetulan, O’Neill
menerima posisi sebagai kepala keamanan World Trade Center setelah
meninggalkan FBI dan turut terbunuh pada 11 September.
Dalam upaya mengkonfirmasi laporan Naiz Naik mengenai pertemuan
rahasia di Berlin, kedua penulis Prancis itu menambahkan bahwa terdapat sebuah
diskusi terbuka mengenai kebutuhan Taliban untuk memfasilitasi pembangunan

10
pipa minyak dari Kazakhstan guna menjamin pengakuan keberadaannya oleh AS
dan masyarakat internasional. Namun pembicaraan-pembicaraan AS-Taliban
tersebut akhirnya berakhir pada 2 Agustus, setelah pertemuan akhir antara utusan
AS Christina Rocca dan seorang perwakilan Taliban di Islamabad. Dua bulan
kemudian AS mulai melakukan pemboman terhadap Kabul.
Informasi-informasi mengenai persiapan perang melawan Afghanistan
tersebut kemudian dihentak dengan peristiwa 11 September itu sendiri. Serangan
teroris yang menghancurkan WTC dan merusak Pentagon merupakan mata rantai
penting dalam rantai sebab-akibat yang akhirnya menyebabkan serangan AS ke
Afghanistan. Pemerintah AS sejak awal telah merencanakan perang tersebut,
namun tragedi 11 September membuatnya lebih memungkinkan secara politis
untuk dilaksanakan, dengan membentuk opini publik di dalam negeri dan
memberikan Washington justifikasi lebih terhadap sekutu-sekutunya yang masih
enggan di luar negeri.
Baik publik Amerika maupun belasan pemerintahan negara lainnya
akhirnya bersatu untuk mendukung aksi militer terhadap Afghanistan, atas nama
memerangi terorisme. Administrasi Bush menjadikan Kabul sebagai target tanpa
menunjukkan bukti apapun bahwa bin Laden atau rezim Taliban adalah pihak
yang bertanggung jawab terhadap tragedi WTC tersebut Pada akhirnya AS
memanfaatkan 11 September sebagai alasan untuk memperkokoh kekuatan AS di
Asia Tengah.
Segera setelah 11 September, terdapat laporan pers –sekali lagi sebagian
besar berasal dari luar AS- menyatakan bahwa agen inteligen AS sesungguhnya
telah menerima peringatan akan adanya serangan teroris berskala besar, termasuk
dengan menggunakan pembajakan pesawat. Ada kemungkinan pengambil
kebijakan tingkat tinggi AS dengan sengaja membiarkan hal tersebut tetap terjadi,
mungkin tanpa memperhitungkan seberapa besar kerusakan yang akan
ditimbulkan, guna mendapatkan alasan yang dibutuhkan untuk perang di
Afghanistan.
Sementara itu, menurut sumber Pakistan dan India, Afghanistan baru
menandatangani sebuah kontrak besar untuk mendirikan 1680 km pipa minyak
dan gas yang diperkirakan bernilai 8 milyar dollar. Jika hal itu berhasil, jalur pipa

11
yang melalui Turkmenistan-Afghanistan-Pakistan-India (TAPI) akan mengekspor
gas dan kemudian minyak dari Tepi Kaspia ke pesisir Pakistan di mana kapal-
kapal tanker kemudian akan membawanya ke Barat.
Tepi Kaspia berada di wilayah Asia Tengah yang mencakup
Turkmenistan, Uzbekistan dan Kazakstan, dan disinyalir mengandung 300 trilyun
kaki kubik gas dan 100-200 milyar barel minyak. Mengamankan sumber energi
besar ini merupakan prioritas strategis bagi negara-negara Barat, yang pada saat
bersamaan akan sedikit mengamankan mereka dari pesaing Cina. Namun hanya
ada dua jalan praktis untuk mentransport gas dan minyak dari Asia
Tengah ke laut: melalui Iran, atau melalui Afghanistan menuju Pakistan.
Bagi Washington, Iran masih merupakan tabu. Dengan demikian pilihannya
tinggal Pakistan, dan untuk mencapainya jalur pipa yang disiapkan harus melalui
barat Afghanistan, termasuk kota Heart dan Kandahar. Pada tahun 1998, gerakan
anti-komunis Afghanistan, Taliban, dan sebuah konsorsium perusahaan minyak
barat yang dipimpin oleh perusahaan AS Unocal menandatangani sebuah
kesepakatan pembangunan jalur pipa besar. UNOCAL mengucurkan dana dan
perhatian pada Taliban, mengundang delegasi senior mereka ke Texas, serta
mempekerjakan seorang pejabat Afghan bernama Hamid Karzai.
Di sisi lain, Osama bin Laden menyarankan para pemimpin Taliban untuk
menolak kesepakatan tersebut dan mempersuasinya untuk menerima tawaran yang
lebih baik dari konsorsium minyak Argentina, Brida. Washington kecewa akan
hal ini dan menurut beberapa informasi mengancam untuk memerangi Taliban.
Pada awal 2001, enam atau tujuh bulan sebelum 11 September, Washington
membuat keputusan untuk menginvasi Afghanistan, menggulingkan Taliban, dan
mencangkokkan ke negara tersebut rezim “klien” yang akan membangun jalur
pipa yang direncanakan. Namun demikian, Washington terus mengucurkan dana
kepada Taliban hingga empat bulan sebelum 11 September untuk menjaganya
tetap di pihak yang sama jika sewaktu-waktu sampai terjadi perang dengan Iran.
Serangan 11 September, di mana Taliban tidak mengetahui apapun
mengenainya, memberikan alasan untuk menginvasi Afghanistan. Justifikasi awal
AS adalah untuk menghancurkan Osama bin Laden dan al-Qaida. Namun setelah
300 pasukan diberangkatkan ke Pakistan, AS tetap bertahan, membangun

12
pangkalan, yang secara kebetulan berada di dekat jalur pipa yang direncanakan,
dan menempatkan “konsultan” UNOCAL Hamid Karzai sebagai pemimpin.
Washington menyembunyikan geopolitik energinya dengan mengklaim bahwa
pendudukan Afghanistan bertujuan untuk memerangi “terorisme Islam”,
membebaskan wanita, membangun sekolah-sekolah dan mempromosikan
demokrasi. Ironisnya, klaim tersebut persis dengan yang digunakan Soviet ketika
menduduki Afghanistan dari 1979-1989.
Serangan Amerika yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2001 berlangsung
selama beberapa bulan, dengan serangan awal dilakukan operasi yang dilancarkan
dari udara oleh pesawat-pesawat pembom yang berbasis di darat seperti B-1, B-2
dan B-52, pesawat-pesawat tempur berbasis kapal induk seperti F-14 dan F/A 18,
dan rudal jelajah Tomahawk yang diluncurkan dari kapal dan kapal selam
Amerika dan Inggris."Dengan dibantu oleh oposisi Taliban, yakni Aliansi Utara.
Gabungan kekuatan tersebut menghasilkan kemenangan di pihak mereka
yang ditandai dengan tergulingnya rezim Taliban. Tindakan Amerika Serikat ini
dinilai banyak pihak melanggar hukum internasional dan semakin mengukuhkan
citra Amerika Serikat sebagai entitas superpower yang unilateral. Citra ini
semakin diperburuk dengan banyaknya korban sipil yang jatuh akibat salah
sasaran, yang menurut laporan Taliban mencapai ribuan orang , belum termasuk
jumlah penduduk yang harus mengungsi ke berbagai negara sekitar, yang
diperkirakan mencapai lebih dari tiga juta orang10.
Setelah menjatuhkan rudalnya ke Afghanistan, Amerika Serikat berusaha
menarik simpati warga Afghanistan dengan pernyataan bahwa tujuan kedatangan
dan perang di Afghanistan bukanlah untuk menghancurkan melainkan untuk
membebaskan Afghanistan dari pemerintahan yang zalim. Dua jam setelah
serangan, pihak Amerika menghujani Afganistan dengan ransum-ransum bergizi
dari pesawat C-17 yang bertuliskan Bantuan dari Amerika yang diberikan ke
seluruh penjuru Afghanistan. Hal ini dikenal dengan perang Rudal dan Roti 11.
Awal serangan ini tidak ada perlawanan dari Taliban sehingga Amerika Serikat
mengumumkan kemenangannya atas Taliban dan Osama Bin Laden.

10

11

13
2.6 Kepentingan Amerika Serikat di Afghanistan
Amerika Serikat seperti yang kita ketahui merupakan negara Adi Kuasa
yang terkadang memenuhi standar ganda dalam melihat suatu fenomena atau
dalam menjalankan kebijakan-kebijakannya. Amerika Serikat sangat reaksioner
dalam sikapnya menghadapi issu terorisme yang berkembang saat ini. Amerika
Serikat sangat cepat merespon terhadap setiap issu terorisme. Hal ini tercermin
dari kebijakan-kebijakan politik luar negerinya yang berusaha mencari simpati
dunia internasional dalam kampanye pemberantasan jaringan terorisme.
Namun, dibalik upaya pemberantasan terorisme tadi standar ganda
Amerika Serikat telihat dari kepentingan nasionalnya. Di dalam perang yang
dilakukannya ke Afganistan terdapat berbagai kepentingan. Amerika Serikat sejak
peristiwa penyerangan WTC pada 11 September 2001 mulai mencanangkan
program pemberantasan terorisme. Sedikitnya 900 pasukan Amerika telah tewas
dan 600 pasukan koalisi tewas. Ini tentu belum termasuk dengan korban yang
luka-luka, cacat permanen atau gangguan mental.
Terkait dengan isu terorisme global, khususnya yang dianggap merupakan
aksi dari para milisi Taliban setidaknya Amerika Serikat memiliki dua
kepentingan, yaitu:

1. Vital

• Pencegahan penggunaan senjata pemusnah massal oleh terorisme dan


penggunaannya untuk menyerang warga negara AS, properti AS, dan pasukan AS

2. Sangat Penting

• Kerawanan AS terhadap segala bentuk terorisme domestik maupun


internasional diatasi dengan perilaku yang konsisten dengan cara liberal, prinsip-
prinsip demokratis yand diadopsi dari konstitusi Amerika.

14
• Negara-negara yang mendukung gerakan terorisme internasional atau
menjadi perlindungan bagi teroris akan mendapatkan sanksi dan dihimbau untuk
menghentikan aksi tersebut.

Selain itu, terdapat kepentingan lainnya, yaitu :


Pertama, Politik Hegemoni. Konsepsi Hegemoni, menurut K. J. Holsti
dalam bukunya The Dividing Discipline: Hegemony and Diversity in
International Theory (1985) pada awalnya merujuk pada dominasi
(kepemimpinan) suatu negara-kota Yunani terhadap negara-kota lain dan
berkembang menjadi dominasi negara terhadap negara lain
Penyerangan terhadap negara-negara Timur Tengah adalah salah satu cara
pembuktian Amerika Serikat untuk menunjukkan kedigdayaannya. Hal ini
dilakukan dengan melakukan penyerbuan ke negara-negara Islam seperti
Afghanistan.
Kedua, kepentingan keamanan negara. Demi keamanan dalam negeri dan
aset-aset ekonominya, Amerika Serikat yang menampakkan diri sebagai polisi
dunia telah menyerang negara yang belum tentu bersalah.
Pada poin kedua ini, Amerika memiliki ketakutan tersendiri pasca
penyerangan WTC pada 11 September 2001. Kekhawatiran ini memicu mereka
untuk lebih dulu menyerang negara-negara yang terindikasi mampu melakukan
teror. Meskipun belum terbukti secara otentik tuduhan-tuduhan yang dilancarkan
oleh Amerika Serikat. Contohnya, Taliban yang dituduh sebagai kelompok yang
menyembunyikan Osama yang dianggap dalang dari tragedi 11/9 serta senjata
pembunuhan massal di Irak.
Ketiga, Membendung Arus Islam. Kebangkitan Islam yang baik di dunia
Barat maupun Timur membawa kecemasan tersendiri bagi Amerika. “Keseleo
lidah” dari mantan Presiden Bush yang menyatakan “Perang Salib” bagi teroris
dimaknai oleh kalangan tertentu sebagai kepentingan Amerika untuk melunakkan
gerakan-gerakan Islam yang mulai menjadi arus utama di masyarakat dan
pemerintahan.
Pembendungan Arus Islam lewat isu “war against terrorist” ini juga
berlaku pada gerakan Al-Qaeda yang disinyalir memiliki perwakilan di beberapa

15
negara di dunia. Amerika melihat bahwa perkembangan Islam ini bisa
memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan negara mereka.
Keempat Semenjak awal masa serangan, banyak kalangan yang
beranggapan bahwa alasan terorisme yang digunakan Amerika Serikat untuk
menginvasi Afghanistan tidak lain hanyalah suatu justifikasi untuk mengamankan
kepentingan ekonominya di negara tersebut. Analisis ini menjangkau isu terkait
sumber daya alam Afghanistan yang memiliki pengaruh cukup vital bagi Amerika
Serikat, yakni minyak dan gas. Salah satu analisis yang ada adalah bahwa tujuan
Amerika Serikat untuk menguasai pasokan minyak dan gas melalui saluran pipa
yang menuju Turkmenistan hingga Laut Kaspia bahkan telah terlihat lama
sebelum penyerangan itu terjadi. Pada tahun 1996-1997, salah satu perusahaan
minyak yang berasal dari Amerika Serikat mengalami negosiasi yang sulit untuk
mendapatkan tender eksplorasi, eksploitasi dan penyaluran minyak dan gas dari
Afghanistan ke beberapa negara lain12.

2.7 Amerika Serikat dan Keamanan Energi

Arti minyak yang begitu penting bagi AS ini diungkapkan dalam komentar salah

seorang penulis artikel berikut: “Dalam dunia modern tempat kita tinggal, energi
lebih berharga daripada darah. AS adalah kekuatan besar dengan kebutuhan energi
yang masif. Dominasi atas minyak adalah pilar kekuatan global AS. Afghanistan
dan Irak, karenanya, hanyalah bagian dari permainan besar untuk mengontrol
minyak tersebut.”Sohan Sarma, seorang Profesor di California State University
dan Surinder Kumar, seorang professor ekonomi di Rohtak, menyatakan bahwa,
“Guna memecah OPEC dan mengendalikan suplai minyak dunia, menguasai
negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Asia Tengah yang dilalui
jalur pipa akan amat berarti signifikan. Serangan dan pendudukan pertama
dilakukan terhadap Afghanistan pada Oktober 2001, pertama karena Negara yang
bersangkutan memang penghasil migas, namun juga karena merupakan Negara di

12

16
mana minyak dan gas Asia Tengah dan Laut Kaspia akan dikapalkan/disalurkan
melalui pipa ke Pakistan dan India yang amat membutuhkannya.

Afghanistan juga menyediakan alternative untuk menggantikan jalur pipa


Rusia yang telah ada sebelumnya. Bersamaan dengan hal itu, AS menerima
pangkalan militer sebanyak 19 buah di Negara-negara Asia Tengah seperti
Uzbekistan, Tajikistan, Kyrgyztan dan Turkmenistan di Tepi Kaspia, yang
semuanya merupakan produsen minyak.”

2.8 Huntington dan Benturan Peradaban

Pada kutub yang berbeda, sebagaimana telah disinggung pada bagian


pendahuluan, terdapat mereka yang meyakini bahwa perang Afghanistan
sebenarnya hanyalah sebuah bagian kecil dari skenario besar yang penuh
kekerasan yang dijalankan oleh Amerika Serikat (sebagai representasi Barat)
terhadap Islam. Terjadi perluasan makna dari terorisme menjadi Islam radikal,
dan, dalam beberapa kasus, menjadi Islam secara umum.

Tak pelak lagi dari sekian banyak ilmuwan politik yang mengutarakan
argumen sejenis, sosok yang paling sering dijadikan referensi adalah Samuel P.
Huntington, seorang profesor politik dari Harvard, yang selama beberapa periode
merupakan penasihat kebijakan luar negeri Gedung Putih. Dalam buku
monumentalnya yang berjudul The Clash of Civilizations and the Remaking of
World Order, Huntington memberikan prediksi skala makro mengenai konstelasi
politik internasional pasca perang dingin, dinamika yang akan terjadi didalamnya
(khususnya merujuk pada bentuk aliansi dan konfrontasi), serta aktor-aktor yang
akan menjadi pemeran penting dalam konstelasi tersebut13.

Argumen Huntington pada intinya adalah: Budaya dan identitas budaya,


yang pada skalanya yang paling luas adalah identitas peradaban, membentuk pola
kohesi disintegrasi dan konflik pada periode pasca-Perang Dingin. Setelah
revolusi Iran 1979, menurutnya, sebuah perang semu (quasi-war) antar peradaban,
dalam hal ini antara Islam dengan Barat mulai terbuka dan pada dekade 1980-an,
konflik antar peradaban digatikan dengan cepat oleh konflik ideologi antara

13

17
komunis dan kapitalis. Namun di masa yang akan datang, konflik internasional
yang paling panjang dan berdarah akan terjadi antara negara-negara dengan
peradaban yang berbeda. Baru-baru ini, ia juga menyatakan bahwa “keterkaitan
antara power dan budaya akan amat menentukan pola aliansi dan antagonisme
antara negara-negara di tahun-tahun mendatang”.

2.9 Upaya Taliban dan Hasil yang di Capai

Setelah melakuakn aksi pengeboman selama hampir dua minggu, As


menggelar pasukan darat. Dan hail ini merupakan hal yang dinanti oleh pasukan
Taliban. Pasukan AS akan menghadapi dilemma akibat pengalaman yang telah
dirasakan oleh Uni Soviet saat kalah melakukan serangan darat terhdap Taliban.
Medan perang telah ditutupi oleh pasukan darat Taliban, sehingga pasukan Aliansi
Utara yang telah mengenal medan dengan abikpun tertahan oleh pasukan darat
Taliban.

Pasukan Taliban dengan gigihnya berjuang tanpa kenal lelah. Sebuah


helikopter AS jatuh dengan 2 anggota tewas. Untuk mendukung serangan darat,
AS membangun pangkalan di garis depan yang dikuasai oposisi Taliban. AS
menggunakan teknologi canggih sedangkan Taliban hanya menggunakan tradisi
gerilya. Namun Taliban dijadikan oleh AS sebagai lawan yang tidak mudah.

Strategi Taliban tidak mudah diketahui. Sehingga keunggulan perang oleh


Taliban besar kemungkinan akan mengulang trauma AS melawan Vietnam.
Kemudian strategi lainnya adalah dengan pengiriman surat Antraks ke AS. Setipa
orang yang menemukan lalu memegang surat ini akan terkena virus Antraks.
Antraks merupakan penyakit hewan yang dapat menular ke manusia yang bersifat
mematikan.

- Hasil yang dicapai


Berbagai berita kekalahan dan kematian pasukan Amerika Serikat di
Afghanistan terus bermunculan di berbagai media. Bahkan kekalahan Amerika
Serikat sendiri ditulis oleh satu satunya tentara AS yang masih hidup saat operasi

18
sayap merah tahun 200514. Ini membuktikan bahwa strategi perang kelompok
Taliban sangat baik walaupun hanya menggunakan teknik gerilya.
Tahun 2013, Amerika Serikat tinggal mencari jalan aman, agar bisa keluar
dari Afghanistan. Termasuk sekarang Amerika Serikat berusaha membuka dialog
dengan Taliban yang difasilitasi oleh pemerintah Qatar. Amerika Serikat bernasib
seperti Soviet mengalami kekalahan perang di Afghanistan. Begitu banyak korban
tentaranya dan logistik yang harus ditinggalkan, termasuk peralatan militer.
Amerika kesulitan mencari jalan keluar, agar bisa aman meninggalkan
Afghanistsan. Inilah persoalan yang sekarang ini dihadapi oleh Amerika Serikat.
Dengan 150.000 pasukannya yang sekarang ini masih berada di
Afghanistan, dan tanpa bisa mengalahkan secara total terhadap Taliban, maka
Amerika Serikat menghadapi situasi yang sangat sulit untuk keluar dari
Afghanistan dengna selamat. Apalagi Pakistan telah melakukan dialog dan
perdamaian dengan Taliban Pakistan, sebagai langkah awal menciptakan
perdamaian di kawasan itu.
Tetapi, Taliban di Afghnistan terus meningkatkan serangannya terhadap
seluruh posisi pasukan Amerika di Afghanistan. Di Herat, Taliban melancarkan
serangan jibaku, yang menewaskan 27 diplomat Amerika, dan puluhan tentara
Amerika terluka di konsulat Amerika dalam operasi syahid Afghanistan.
Serangan dimulai ketika seorang pelaku syahid, Imarah Islam (Sayed
Amin Hilal) dari distrik Gelan provinsi Ghazni) meledakkan sebuah truk yang
bermuatan 8 ton bahan peledak di gerbang Konsulat yang hancur, akibat
hantaman bom itu.
Setelah ledakan, 8 jihadis (singa Islam) lainnya yang dilengkapi dengan
bahan rompi yang penuh dengan bahan peledak mendekati gedung dan
mengambil posisi dari mana mereka menargetkan pasukan musuh yang mendekat
mereka. Kemudian, berlangsung pertempuran yang sengit yang mengakibatkan 27
diplomat Amerika tewas, dan 17 tentara Amerika tewas dan 35 lainnya luka-luka,
serta sejumlah kendaraan lapis baja termasuk 12 kendaraan pengangkut hancur.

14

19
Operasi militer yang dijalankan oleh para Mujahidin Taliban itu, berhasil
menghancurkan dan menimbulkan kerugian di pihak Amerika Serikat, dan
mencapai kemenangan para mujahidin Taliban.
Para mujahidin yang ikut dalam perang melawan Amerika itu antara lain :
Muhammad Dawood dari distrik Qarabagh provinsi Ghazni itu, Mehrabuddin
Nasrat dari distrik Gelan provinsi Ghazni itu, Nqibullah (Yasir) dari distrik
provinsi Ghazni yang Gelan, Hikmatullah Hamad dari distrik Maqur provinsi
Ghazni itu, Hakeem Saeed (Dokter Muhammad) dari Bati distrik Kot provinsi
Nangarhar, Abdul Wodood sharafat dari distrik Nawbahar provinsi Zabul itu,
Khan Muhammad Zarqawi dari ibukota provinsi Logar dan Siddique Obaida dari
distrik provinsi Zabul Nawbahar itu15.

BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan

Afganisthan yang bernama resmi Emirat Islam Afghanistan merupakan


salah satu negara di sub region Asia Selatan yang letak geografisnya berada di
jantung selatan-pusat Asia, berbatasan dengan Pakistan, Iran, Turkmenistan,
Uzbekistan, Tajikiztan, serta Tiongkok. Pada akhir abad 20 Afghanistan
15

20
menderita akibat perang saudara yang berkepanjangan, invasi Uni Soviet pada
tahun 1979 yang disertai dengan kehadiran militer Uni Soviet pada tahun 1971-
1989).

Kemudian pada tahun 2001, Taliban ini menjadi musuh Amerika karena
dianggap melindungi Osama Bin Laden pemimpin jaringan Al Qaeda yang
menjadi teroris utama penyebab peristiwa jatuhnya WTC. Amerika menyerang
Afghanistan yang dianggap sarang persembunyian Osama Bin Laden pada tanggal
26 oktober 2001. Namun peralatan perang canggih AS tidak bisa mengalahkan
Taliban yang menggunakan teknik gerilya. Sehingga mengakibatkan AS
kehilangann banyak tentaranya juga mengalami kerugian besar.

Daftar Pustaka

Amerika Serikat Menjelang Kehancuran di Afghanistan.diakses dari - See more


at: http://www.voa-islam.com/read/intelligent/2013/09/16/26824/amerika-
serikat-menjelang-kehancuran-di-afghanistan/
#sthash.qWz4HMnE.dpufhttp://www.voa-islam.com/read/intelligent/
2013/09/16/26824/amerika-serikat-menjelang-kehancuran-di-afghanistan/
#sthash.qWz4HMnE.dpbs

21
Crews. D,Robert, and friend.The Taliban and The Crisis of Afghanistan. Harvard
University Press paperback edition, 2009.

Diakses dari elib.unikom.ac.id/download.php?id=143138

Film Lone Survivor. 2013

http://www.wsws.org/articles/2001/nov2001/afgh-n20.shtml

Kronologi Penyerangan Amerika Serikat terhadap Afghanistan. Diakses dari


http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/122929-SK%20008%2009%20Ari
%20a%20-%20Analisis%20perspektif-Literatur.pdf

Michaelene Cox, et.al. Clash of Civilizations, or Realism and Liberalism Déjà vu?
Some Evidence, Journal of Peace Research, Vol. 37, No.5 (Sep.,2000)
Perang Afghanistan( Di balik perseteruan AS vs Taliban). Tim redaksi Hot
Copy( Gramedia pustaka Utama: Jakarta,2002)

Siapakah kelompok Taliban?. Diakses dari


http://www.bbc.co.uk/indonesian/indepth/story/2009/06/090624_talibanhistory
.shtml

22

Anda mungkin juga menyukai