Anda di halaman 1dari 13

Islam di Filipina (Mindanao : Kesultanan Sulu)

dan Myanmar
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah islam & peradaban melayu

DiSusunoleh :Kelompok 9

Abelia Rasyadah Aisyah Putri ( 2110402006 )

Nuraini( 2120402018 )

DosenPengampu :Santosa, M.Hum

21SPiA
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN RADEN FATAH PALEMBANG
2023

1
PENDAHULUAN

Filipina merupakan salah satu Negara yang terdapat di Asia Tenggara yang mayoritas
penduduknya beragama Katolik. Islam menjadi agama minoritas.Meskipun Islam menjadi
minoritas, terdapat wilayah yang menjadikan Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina
bagian Selatan. Proses islamisasi di Filipina pada masa awal adalah melalui tiga hal, yaitu:
perdagangan, perkawinan, dan politik. Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu,
Manilad dan sepanjang pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang
dibawa oleh para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal. Umat Islam Filipina
yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, pada akhirnya menghadapi berbagai hambatan
baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan
bangsa Moro dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu:Moro berjuang melawan penguasa Spanyol
selama lebih dari 375 tahun (1521-1898), Moro berusaha bebas dari kolonialisme Amerika
selama 47 tahun (1898-1946), dan Moro melawan pemerintah Filipina (1970-sekarang).
Myanmar yang dahulu dikenal dengan Burma secara geografis terletak di ekor anak
benua India, disebelah barat berbatasan dengan Laut Andaman, sebelah utara dengan India,
timur dengan China, dan selatan dengan Thailand. Islam masuk ke Myanmar melalui banyak
jalan, pertama, para pedagang Arab Muslim yang menetap di garis pantai selama abad
pertama di atas pantai Arakan, dan kemudian keselatan, suatu Nragra muslim didirikan di
Arakan keika sultan bengal yang Muslim Naseer-ud-Denen Mahmud Shah (1442-59)
membantu Raja Sulaiman Naramithla membangun negara Merauke yang Muslim. Di
Myanmar terdapat beberapa etnis yaitu: Burma, Karen, Chin, Kachin, Shan, dan Rohingya.
Etnis Burma yang mayoritasnya adalah orang budha nantinya akan mendominasi di
Myanmar, karena disamping jumlah mereka yang lebih banyak daripada kelompok-kelompok
etnis yang lain, kemudian menguasai berbagai bidang kehidupan di negara itu. dan pada
akhirnya, secara politis, mereka pun mendominasi.

2
PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam di Wilayah Melayu Filipina


Sejarah masuknya Islam masuknya ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan
Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Dibawa oleh seorang tabib dan ulama Arab bernama
Karimul Makhdum dan Raja Baguinda, tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan
ajaran islam dikepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang
pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu 10 tahun setelah
berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja
kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, Raja terkenal dari Manguindanao
memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Filipina
sendiri waktu itu belum berbentuk negara menjadi Republik Filipina. Ia hanya sebentuk
kepulauan rumpun melayu yang dijadikan tempat berniaga para pedagang Muslim dan
persinggahan para ulama dari Gujarat, India, dan Timur Tengah. Untuk pertama kalinya,
mereka menempati Kepulauan Sulu. Namun, setelah itu, petualang Muslim Melayu menyusul
dan mendirikan kesultanan di bagian Filipina, yakni Sulu, Palawan dan Mindanao. Diantara
mereka adalah para da’i dari pulau Kalimantan yang kebetulan berdekatan dengan Sulu.
Maka berkembanglah dengan pesatnya kehidupan Muslim di tiga daerah tersebut.
Pengaruhnya bukan hanya pada perkembangan Agama, tetapi juga secara sosial-kultural di
masyarakatnya. 1
Dakwah Islam terus berlangsung sampai tersebar ke hampir keseluruh Filipina
termasuk di kota Manila, hanya saja penyebarannya terhenti ketika orang-orang Spanyol
datang dibawah Agustin de Lagasapi sekitar 1565, maka sejak itu pula Filipina dijajah,
sekaligus dijadikan lahan penyebaran agama Kristen Katolik. Namun penguasaan penjajah
tersebut tidak berhasil menduduki semua daerah dalam wilayah Filipina, kesultanan Islam di
Mindanao dan Sulu berhasil mempertahankan diri dari serangan Portugis dari arah Sealatan.
Tahun 1898, karena sesuatu hal Spanyol harus menyerahkan kekuasaan kepada Amerika,
Selama pendudukan tersebut kesultanan Mindanao dan Sulu dapat disatukan pada tahun
1903. Sedangkan secara administratif kedua wilayah itu baru diakui oleh pemerintahan
Filipina tahun 1914-1920. Suatu hal yang menarik disimak, masyarakat muslim Filipina tidak
banyak terpengaruh dengan penetrasi kolonialisme, meskipun ia termasuk negara di Asia

1
Sejarah Masuknya Islam di Filipina, hal: 1-2

3
Tenggara yang paling lama dijajah, bahwa umat Islam Filipina tetap tidak pernah mengikuti
keinginan penjajah, dalam artian bahwa masyarakat muslim Filipina sangat kuat memegang
tradisinya, ulet dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebebasannya
(terkontekstualisasi pemikiran keagamaannya). 2
1. Perkembangan Islam di Filipina
Kebangkitan Islam terus diagungkan oleh dua kelompok yang sama-sama
mengatasnamakan umat Islam Filipina. Kelompok petama berpandangan radikal, dipegang
oleh para anggota Moro National Liberation Front (MNLF) Yang merupakan minoritas di
kalangan penduduk Muslim. Kelompok kedua berpandangan moderat, dipegang oleh warga
Muslim yang ingin memprakarsai berbagai perubahan dalam masyarakat yang lebih luas.
Kelompok moderat yang didukung oleh mayoritas penduduk berusaha mempertahankan diri
sebagai masyarakat Muslim. Mereka mau masuk ke dalam sistem politik Filipina demi
mencapa tujuan-tujuan mereka, dengan menggunakan semua cara-cara legal dan
konstitusional yang ada, termasuk penyebarluasan ide-ide pemikiran, mengorganisir
kelompok-kelompok penekan dan berpartisipasi dalam usaha-usaha pemerintah untuk
menemukan suatu penyelesaian yang damai adil terhadap Moro. Moro National Liberation
Front (MNLF) menggunakan dua strategi yakni menarik perhatian internasional, khususnya
negara-negara Islam tentang nasib mereka yang tertindas; menjalankan perang gerilya untuk
melemahkan Pemerintah Filipina. 3
Suasana dan posisi umat Islam di Filipina mempengaruhi strategi dan
keberlangsungan kegiatan dakwah. Sebuah organisasi Islam yang berskala Filipina adalah
CONVISLAM atau “Converst to Islam”, yang didirikan pad tahun1954 secara aktif bergerak
untuk kegiatan dakwah. Pada tahun 1981, Convislam mempelopori sebuah organisasi dakwah
yang berskala nasional yang disebut Islamic Da’wah Council of the Philipines, Inc (Majlis al-
Da’wah al-Islamiyyah al-Philipiniyyah) untuk menjadi payung semua gerakan dan kegiatan
dakwah. Kegiatan-kegiatannya antara lain penerbitan buku-buku Islam, kunjungan ke
cabang-cabang provinsi, menyelenggarakan serangkaian kuliah umum, membangun masjid,
menghadiri konferensi-konferensi internasional dan program-program pelatihan untuk usaha
dakwah Islam, menyelenggarakan sekolah minggu dan kursus-kursus bahasa Arab. Di
samping itu juga, terdapat banyak sekolah madrasah yang didirikan oleh oraganisasi-
organisasi Muslim terutama di provinsi-provinsi bagian Selatan. 4

2
Hasaruddin, Perkembangan Sosial Islam di Filipina, hal: 36
3
Ibid, hal: 36-37
4
Kawasan Islam di Filipina, hal: 9

4
2. Asal-usul Dakwah Islam di Filipina
Sejarah masuknya Islam di Filipina dimulai pada abad ke-14 melalui kepulauan Sulu.
Disebutkan bahwa orang yang sangat berjasa dalam penyebaran Islam pertama di kepulaan
tersebut adalah Syarif Karim al-Makhdum, ia adalah orang Arab yang datang ke Malaka dan
mengislamkan Sultan Muhammad Syah dan rakyat Malaka. Setelah beberapa lama menetap.
ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Timur dan tiba di Sulu sekitar tahun 1380 dan
menetap di Bwansa, ibu kota Sulu yang lama, di sana al-Makhdum bersama penduduk
setempat membangun sebuah masjid sebagai sentral kegiatan dakwah, hasil dari usaha
tersebut cukup menggembirakan karena banyak pemimpin-pemimpin lokal yang tertarik
menerima ajarannya. Muballigh lainnya yang patut disebutkan kerena jasanya dalam
penyebaran Islam di Filipina yakni Abu Bakar, ia juga seorang Arab yang memulai tugas
dakwahnya di Malaka, Palembang, Brunei dan akhirnya sampai di Sulu sekitar tahun 1450.
Setelah tiba di Kepulaun tersebut dan merasa telah cukup pengikutnyanya in pun
mendirikan masjid sebagaimana pendahulunya sehingga kegitan dakwahnya berkembang
puncak kesuksesannya ketika Raja Bwansa, Raja Baginda menjadikannya menantu dan ahli
waris kerjaan. Abu Bakar pun kemudian menjadi Sultan dengan gelar Sharif al-Hashim, ia
dianggap peletak dasar kesultanan Sulu dan cikal bakal dari sultan-sultan dan datu-datu di
kepulauan tersebut. Bersamaan dengan datangnya Abu Bakar ke Sulu, di tempat lain juga
telah datang para muballigh yang berdarah Arab ke Mangindanao, merekalah yang mula-
mula yang membuntuk tatanan masyarakat Islam di sana. Sementara abad ke-16, datang
Syarif Muhammad Kabungsuan yang konon adalah seorang pangeran dari Johor bersama
pengikutnya, seperti halnya Abu Bakar, Kabungsuan tidak hanya melanjutkan proses
Islamisasi, tetapi lebih penting adalah meletakkan dasar kesultanan Maguindanao. la sering
disebut dalam silsilah raja-raja sebagai orang satu-satunya yang bertanggungjawab dalam
Islamisasi Mindanao.
Data historis tersebut di atas, menunjukkan kuatnya pendapat yang mengatakan
bahwa Islam datang ke Asia Tenggara langsung dari Arab termasuk wilayah Filipina, atau
tepatnya dari Hadramaut. Dari seluruh tokoh yang berjasa dalam penyebaran Islam di
Filipina, mereka adalah berasal dari Arab dengan gelar Syarif atau Sayyid. Alasan lain yang
memperkuat tesis yang mengatakan Islam datang ke Asia Tenggara berasal dari Hadramaut
walau sifatnya lebih umum yaitu adanya kesamaan mazhab yang dianut pada semua tempat
di Asia Tenggara yakni mazhab Syafi'i
Dakwah Islam terus berlangsung sampai tersebar ke hampir keseluruh Filipina
termasuk di kota Manila, hanya saja penyebarannya terhenti ketika orang- orang Spanyol

5
datang dibawah Agustin de Lagasapi sekitar 1565, maka sejak itu pula Filipina dijajah
sekaligus dijadikan lahan penyebarkan agama Kristen Katolik. Namun penguasaan penjajah
tersebut tidak berhasil menduduki semua daerah dalam wilayah Filipina, kesultanan Islam di
Mindanau dan Sulu berhasil mempertahankan diri dari serangan Portugis dari arah Selatan.
Tahun 1898, karena sesuatu hal Spanyol harus menyerahkan kekuasaan kepada Amerika,
Selama pendudukan tersebut kesultanan Mindanao dan Sulu dapat disatukan pada tahun
1903. Sedangkan secara administratif kedua wilyah itu baru diakui oleh pemerintahan
Filipina tahun 1914-1920. Suatu hal yang menarik disimak. masyarakat muslim Filipina tidak
banyak terpengaruh dengan penetrasi kolonialisme, meskipun ia termasuk negara di Asia
Tenggara yang paling lama dijajah, bahwa umat Islam Filipina tetap tidak pemah mengikuti
keinginan penjajah, dalam artian bahwa masyarakat muslim Filipina sangat kuat memegang
tradisinya, ulet dalam memperjuangkan dan mempertahankan kebebasannya
(terkontekstualisasi pemikiran keagamaannya) 5

B. Masuknya Islam di Wilayah Melayu Myanmar


Islam sampai ke Myanmar atau yang dulu sebelum 1972 disebut Burma, melalui
beberapa jalan. Pedagang Arab sudah mulai datang dan menetap di sepanjang garis pantai
Myanmar selama abad 1 H (Abad VII M), atau sesudahnya. Awalnya para pedagang Arab ini
menempati wilayah di kawasan sekitar pantai Arakan, baru kemudian ke arah Selatan. Para
saudagar Arab yang beragama Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung
Tanintharyi, dan Daerah Rakhin. Tahun-tahun berikutnya, para pedagang India dan Melayu
telah efektif dalam menyebarkan Islam. Kedatangan umat Islam ini dicatat oleh orang-orang
China, Eropa, dan Persia.
Para pelaut Muslim telah dating ke Myanmar pada abadke 9 M. Para pengelana dari
China pada tahun 860 M menemukan daerah koloni Persia di perbatasan Yunnan. Seorang
pelancong Persia, Ibnu Khordabheh, pelancong Arab abad IX, Sulaiman, dan pelancong
Persia abad X, Ibnu Al-Faqih, dalam tulisan - tulisan mereka telah menyebut tentang daerah
Burma Selatan. Sebagian besar Muslim di Myanmar bekerja sebagai penjelajah, pelaut,
saudagar dan tentara. Beberapa di antaranya bekerja sebagai penasihat politik Kerajaan
Burma. Muslim Persia menemukan Myanmar setelah menjelajahi daerah selatan China.
Koloni muslim persia di Myanmar ini tercatat di buku Chronicles of China di 860. Umat
muslim asli Myanmar disebut Pathi dan muslim China disebut Panthay. Konon, nama

5
Muhammad Kholid Ismatulloh, Islam di Filipina, hal: 7-8

6
Panthay berasal dari kata Parsi. Kemudian, komunitas muslim bertambah di daerah Pegu,
Tenasserim, dan Pathein. Negara Islam didirikan di Arakan ketika Sultan Bengal yang
beragama Islam Naseeuruddeen Mahmud Syah (1442-1459, membantu Raja Sulayman
Naramitha membangun Negara Islam.
A. Zaman Kasultanan Islam
Sejak tahun 1430-1638, wilayah Burma dikuasai muslim dengan system kerajaan.
Saat itu system kerajaan seperti perdana menteri, menteri pertahanan, menteri
peradilan, hakim dan tentara sudah terbentuk. Pemerintahan Muslim di Arakan
berlangsung beberapa abad dan meluas ke selatan hingga mencapai Moulmein pada
masa pemerintahan Sultan Salim Shah Rasagri (1593 – 1612 M). Bahasa Persia
merupakan bahasa resmi bagi Negara Islam Arakan yang beribu kota di Myohaung.
Pada saat itu banyak pedagang muslim Arab yang menyebarkan agama Islam. Sistem
pembayaran menggunakan koin yang berisi kalimat syahadat. Perdagangan kaum
muslim di Asia Tenggara mencapai puncaknya hingga abad ketujuh belas.
Populasi Islam di Myanmar sempat meningkat pada masa penjajahan Britania
Raya, dikarenakan banyaknya umat Muslim di India yang bermigrasike Myanmar.
Imigran muslim ini dating dengan keinginan untuk mendapatkan penghidupan dan
lapangan kerja baru di wilayah Burma. Memasuki abad XX, setengah penduduk kota
Rangoon adalah orang India, yang sebagiannya adalah muslim. Tapi, populasi umat
Islam semakin menurun ketika perjanjian India Myanmar ditanda tangani pada tahun
1941. Keputusan digabungkannya Arakan menjadi bagian dari Burma, bertentangan
dengan keinginan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan ingin bergabung
dengan India. Tahun 1942 penguasa Burma yang beragama Budha kembali
melancarkan serangan pada suku Muslim Rohingya. Sekitar 100.000 muslim terbunuh
dan ratusan lainnya mengungsi ke Bangladesh. Minoritas Muslim kembali mendapat
tekanan saat Myanmar merdeka dari Inggris tahun 1948.
B. Islam pada Masa Kemerdekaan.
Burma mencapai kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948. Umat Islam
Rohingya merasa dikucilkan dari kemerdekaan itu. Hal ini ditandai dengan tidak
diundangnya satu pun perwakilan umat Islam Rohingya saat perjanjian penyatuan
Burma ditanda tangani pada 12 September 1947 di Pinlong. Perwakilan dari berbagai
etnis di Burma setuju untuk merebut kemerdekaan dari Inggris dan kemudian
membentuk Negara federal Burma. Etnis Rohingya sama sekali tidak dilibatkan
dalam proses ini. Berbeda dengan etnis lainnya, etnis Rohingya kehilangan haknya,

7
bahkan wilayahnya (Arakan) diserahkan kepada etnis Rakhin yang beragama Buddha,
walaupun populasinya kurang dari 10 % penduduk Arakan. Sejak saat itu lahhak-
haketnis Rohingya berusaha dihilangkan oleh para politisi Buddha Burma. Burma
melaksanakan system politik demokrasi liberal hingga Maret 1962, ketika terjadi
kudeta militer. Sejak saat itu di Burma dimulailah pemerintahan junta militer.
Semenjak pemerintahan junta militer, hak-hak politik dikekang, juga dalam bidang
social budaya, hal ini ditandai dengan ditutupnya tempat-tempat belajar bahasa
Rohingya pada tahun 1965 oleh pemerintahan junta militer.
Pada masa junta militer, muslim Rohingya mendapat perlakuan buruk dari
pemerintah. Junta militer berusaha menyingkirkan mereka, dengan menolak
kewarganegaraan penuh Myanmar, mereka menyebutnya sebagai warga Negara
bagian Rakhine. Rezim militer menekan mereka secara vrutin menjadi budak, sangat
membatasi hak-hak mereka untuk memperjalanan dan menikah, menolak akses
mereka untuk pendidikan dan perawatan medis. SDiSittwe, ibukota Rakhine,
Rohingya menjalani hidup penuh kemiskinan. Mereka dipaksa bekerja dalam
pembangunan jalan dengan gaji yang amat kecil, di samping mengandalkan hidup dari
pertanian dan perikanan. Muslim Rohingya di Negara bagian Arakan terus mengalami
berbagai bentuk diskriminasi berat dalam bidang hokum, ekonomi, pendidikan dan
sosial. Muslim Burma terus berjuang melawan ketidak adilan dan penindasan yang
diberlakukan oleh rezim militer yang berkauasa di Myanmar.
C. Kebijakan Militer terhadap Minoritas Muslim
Ada beberapa kebijakan Pemerintahan Junta Militer Myanmar terhadap umat
Islam di Myanmar, khususnya terhadap muslim Rohingya. Kebijakan itu di antaranya:
1. Penolakan pemberian kewarganegaraan terhadap etnis Rohingya sehingga etnis
Rohingya menjadi bangsa tanpa kewarganegaraan. Hal ini dijadikan alasan
pembenaran junta militer untuk mengusir etnis Rohingya dari tanah leluhurnya,
akibatnya lebih dari setengah populasi Rohingya terusir dari Arakan.
2. Pembatasan untuk berpindah. Etnis Rohingya yang tersisa di Myanmar
mendapatkan larangan bepergian dari desa satu kedesa lainnya, untuk keluar desanya
harus dengan izin yang tidak mudah didapatkan.
3. Pembatasan dalam bidang ekonomi. Pihak militer menolak memberikan izin usaha
bagi etnis Rohingya, serta menerapkan pajak yang tinggi. Akibatnya sebagian besar
lahan pertanian, tambak dan property milik etnis Rohingya telah disita secara paksa,
sebagai konsekuensi karena tidak bisa membayar pajak.

8
4. Pembatasan dalam bidang pendidikan. Anak-anak etnis Rohingya dilarang masuk
ke universitas yang ada di Myanmar dan pada saat yang bersamaan juga dilarang
melanjutkan pendidikan tinggi keluar Myanmar.
5. Pembunuhan, penahanan dan penyiksaan. Penyiksaan dan penahanan secara illegal
dilakukan setiap hari di Arakan, ratusan etnis Rohingya hilang dan tidak diketahui
nasibnya.
6. Kerja Paksa. Kamp konsentrasi bagi penduduk etnis Rohingya tidak
memungkinkan mereka untuk bepergian sehingga memudahkan pemerintahan militer
menjadikan mereka sebagai pekerja paksa.
7. Pengusiran Etnis Rohingya dari desa mereka.
8. Pelecehan terhadap kaum wanita dan pembatasan pernikahan.
9. Kerusuhan anti Rohingya.
10. Penghancuran ratusan Masjid dan Madrasah, serta pelarangan kaum muslim ini
untuk melakukan berbagai kegiatan ibadah. 6

1. Geografis dan Agama


Myanmar memiliki nama asli "pandaungsu socialist Thamada Myanma
Naingandanau". Negara ini memiliki luas wilayah 678.0 36 kilo meter persegi. Sebelum
merdeka dari Inggris 4 Januari 1948, Myanmar dikenal dengan istilah "Burma". Pada 18 Juni
1989 nama negara Burma diubah menjadi "Myanmar" ibu kos "Rangon" menjadi "Yangon".
Perubahan ini dimaksudkan agar etnis non-Burtma merasa menjadi bagian Negara (Hidayat,
2017).
Agama terbesar di negara ini adalah Buddha mencapai 85%, selebihnya Islam,
Kristen, Hindu dan animisme. Jadi, Islam merupakan agama minoritas titik kaum muslim
minoritas di negeri ini merupakan penduduk asli bukan pendatang. Namun semenjak
Myanmar mencapai kemerdekaannya kaum Muslim di negeri ini berada dalam suasana
ketakutan dan penderitaan, terutama kaum muslim yang berada di wilayah arakan. Daerah
arakan luas seluruhnya 36.762 km2, dengan jumlah penduduk pada 1969 sebesar 1.847 orang
penduduk ini terbagi ke dalam 2 komunitas keagamaan: Muslim(diserbu Rohingya) dan
Buddhis (disebut mogh), dan bahasa Persia merupakan bahasa negara bagi negara muslim
Arakan.

6
Mudji Hartono, dkk, Islam Menghadapi Junta Militer di Myanmar, hal: 4-8

9
Mayoritas masyarakat Islam Myanmar mendiami wilayah Selatan arakan titik pada
tahun 1992 jumlah mereka mencapai 45% dari penduduk muslim Myanmar. Sekitar 1 juta
(80%) tinggal di Angon 100.000 orang, tinggal di mandalay dan Rp30.000 orang di Maymo
jumlah penduduk muslim Myanmar sangat sulit ditemukan bilangannya menurut perhitungan
statistik tahun 1931 penduduk muslim Myanmar mencapai 584.839 orang dari keseluruhan
penduduk Myanmar diperkirakan mencapai 600.000 orang. Setengah dari mereka adalah
imigran yang datang dari India dan Pakistan (Berutu, 2019).
Pada tahun 1977 jumlah penduduk Islam Myanmar diyakini mencapai 10% dari
jumlah keseluruhan penduduk Myanmar Kemudian pada tahun 1984 penduduk muslim
Myanmar mencapai 3,9% dari 34 juta jumlah penduduk Myanmar (Hornby & Crowther,
1995).
Muslim di Myanmar pada tahun 1950 tercatat mencapai 54.000 (1.6%) kemudian di
tahun 2010 diadakan survei muslim di Myanmar dan tercatat pada tahun itu mencapai
1,900,000 (3.8%), muslim di Myanmar berkembang menjadi 1,246,00 selama Kurun waktu
20 tahun, kemungkinan besar diprediksikan pada tahun 2030 muslim di Myanmar akan
bertambah menjadi 2,233,000 (3.8%) (Lugo et al, 2011).
a. Potret Islam di Myanmar
Islam sampai ke Burma melalui banyak jalan, pertama para pedagang Arab muslim yang
menetap di garis pantai selama abad pertama Hijriah (ke 7 M) mereka menetap di atas pantai
arakan, dan kemudian ke selatan titik menurut bin Muhammad Abu Al Basyar pedagang
Arab datang ke Arab, ibukota arakan melalui jalur laut untuk melakukan transaksi
perdagangan dan mendakwahkan islam di daerah itu (Din Muhammad Abu Al-Basar, n.d.)
Menurut Thomas W. Arnold setelah islam menyebarkan di sekitar pantai India sejak abad ke-
7 masehi para pedagang Islam mulai mendebarkan agama itu di Myanmar (T.W. Arnold &
Rambe, 1979). Dari pangkalan-pangkalan di Benggala, mereka berdagang ke Myanmar dan
Malabar, Srilanka dan Malaka (M.A. Kettani & Soejoeti, 2005).
Dalam catatan para pengembara Arab dan persia, seperti Ibnu khordadhbeh, Sulaiman
Ibn Faqih dan almaqdisi disebutkan bahwa aktivitas perdagangan Islam di wilayah Myanmar
telah berwujud pada abad ke-9 Masehi dan semakin ramai pada abad ke-10 masehi Islam
telah sering bersinggah pantai arakan, pegu dan Tenasserim (Hidayat, 2017)
Para pelaut Arab singgah di Myanmar adalah untuk berdagang atau menanti
pergantian arah angin sebelum mereka melanjutkan pelayaran ke timur atau pelaut Islam
Myanmar juga disebabkan kapal mereka Kandas atau karena tenggelamnya kapal-kapal yang
mereka tumpangi titik selanjutnya para pedagang atau pelaut Islam asal Arabia tersebut

10
tinggal di tanah Myanmar dan mengawini wanita-wanita setempat, sehingga mereka mampu
membentuk komunitas baru Islam dan Pelabuhan Islam di daerah tersebut. Keturunan Islam
di daerah tersebut dikenal dengan istilah "Pahee aau Kala". Perkawinan ini yang
menyebarkan tersebar kan tersebarnya agama Islam di pelabuhan Myanmar terlebih
meningkat lagi setelah banyaknya kaum muslim dari orang Cina (Kanon) berhijrah ke Asia
Tenggara karena terjadinya pembunuhan terhadap orang-orang muslim di kanon pada zaman
Dinasti Tang.
Masyarakat Islam Myanmar tidak tinggal dalam satu kawasan, komunitas mereka
berpisah satu sama lain berdasarkan suku bangsa dan keturunan karena itu memiliki
kedudukan berbeda dalam masyarakat Myanmar Terdapat 4 kelompok besar muslim
Myanmar yaitu kelompok Islam keturunan birma, kelompok Islam Islam keturunan India
(Tamil & Bengal), kelompok Islam Rohingya atau arakan dan kelompok Islam keturunan
Cina (Setia & Rahman, 2021)
Kelompok Islam keturunan birma merupakan masyarakat Islam yang paling lama
tinggal di Myanmar dibandingkan dengan kelompok Islam lainnya. Mayoritas Islam
keturunan birma menata di kawasan soebong berdekatan dengan ibukota raja-raja Burma
pada masa pra kolonial Inggris. Asal keturunan nenek moyang mereka adalah berasal dari
Kaum Buruh pedagang, dan penjaga yang di yang didatangkan dari bagian barat (Negara
India pada abad ke 13 M dan ke 14 M untuk mengabdi pada raja Alaungpaa, eruama sebagai
enara kerajaan pada masa itu (Tailor, n.d.). Mereka telah menempatkan di wilayah utara
Burma dan mereka mengawini wanita setempat. Islam keturunan birma ini dikenal dengan
sebutan "Zairbadi" atau "Pathi".7

7
Asep Achmad Hidayat, Sejarah Sosial Muslim Minoritas, hal: 49-51

11
KESIMPULAN

sentuhan islam telah masuk ke seluruh dunia tak terkecuali myanmar dan juga
filipina. Awal mula islam masuk ke filipina sekitar tahun 1380 Dibawa oleh seorang tabib
dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda. perkembangan Islam di
filipina sampai ke pada tahap terdapat dua kelompok yang Kelompok petama berpandangan
radikal, dipegang oleh para anggota Moro National Liberation Front (MNLF) Yang
merupakan minoritas di kalangan penduduk Muslim. Kelompok kedua berpandangan
moderat, dipegang oleh warga Muslim yang ingin memprakarsai berbagai perubahan dalam
masyarakat yang lebih luas. Islam masuk ke myanmar melalui beberapa jalur salah satunya
adalah jalur perdagangan. Islam di negara myanmar atau dulu disebut dengan nama burha
terbagi menjadi dua zaman, zaman pertama yaitu zaman kesultanan dan yang kedua zaman
setelah kemerdekaan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Sejarah Masuknya Islam di Filipina, Lampung: Universitas Islam An-Nur, 2023

Hasaruddin, Perkembangan Sosial Islam di Filipina, Makassar: UIN Alauddin, 2019

Mudji Hartono, dkk, Islam Menghadapi Junta Militer di Myanmar.

Muhammad Kholid Ismatulloh, Islam di Filipina.

Nasruddin, Islam di Myanmar, 2017

Achmad Asep Hidayat, Sejarah Sosial Muslim Minoritas, Bandung: UIN Sunan Gunung Djati, 2022

13

Anda mungkin juga menyukai