Anda di halaman 1dari 23

Mengenal Bela Diri Islam Thifan Pho Khan

DIPOSKAN OLEH ABDULLAH AL-HAQ ON 19.40


Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti
namanya menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR.
Najib Kailany). Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan,
daerah otonomi yang termasuk dalam wilayah China Utara.

Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni Sovyet. Sebelum Islam
datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan
Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata
yang dinamakan "kagrul", yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa.

Dakwah Islam mulai disebarkan di Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis
dalam Kitab Zhodam :

"Maka tatkala sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk
Islam. Lalu ilmu pembelaan diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam,
tetapi ditinggalkannya segala upacara yang bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala
penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua belah tangan, lambang-lambang, dan segala
istilah."(ZHODAM, Syiharani*, halaman 9).

Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya "Islam di Tiongkok", mengatakan sebagai berikut :
"Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai Tsung, kaisar
kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di
Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow.
Orang yang mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu
pertama mesjid Kanton yang terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan
kepada Nabi"

Dituliskannya pula bahwa selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279
Masehi) Tiongkok diserbu oleh penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya,
lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Da'wah Islam; Thomas
W. Arnold).

Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan
bahwa orang-orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-
utusan itu bertemu dengan Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada
tahun 713 M. perbatasan barat Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama
Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya
sangat ditakuti.

Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan
tumbuhnya berbagai macam beladiri di kawasan China, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai
dengan bahasa Urwun yang merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti "Kepalan Tangan
Bangsawan Thifan". Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam
kitab yang bernama Zhodam.

Pada awalnya ada sejenis cara pembelaan diri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan
senjata yang disebut Kagrul, bercampur Kumfu China Purba. Tersebutlah seorang pendeta Budha bernama
Ponitorm/Tamo Sozhu/Tatmo/Darma Taishi yang berasal dari Hindustan, ia mengembara ke China untuk
menyebarkan ajarannya.

Dalam pengembaraannya sampailah ia ke kawasan Liang yang diperintah oleh Raja Wu, karena terkena
fitnah ia melarikan diri dan sampai di Bukit Kao, di sana ia merenung selama 9 tahun. Menyadari murid-
muridnya sering mendapat gangguan, baik dari binatang buas, manusia, atau penyakit yang
mengakibatkan kurang lancarnya misi penyebaran agama Budha, maka ia pun menyusun suatu rangkaian
gerak pembelaan diri seperti tersebut di atas.

Campuran Kumfu China Purba dengan Kampahana Tinju Hindustan yang diatur dengan jalan pernapasan
Yoga Dahtayana membentuk Shourim Kumfu/Shaolin Kungfu di wihara-wihara. Pengkajian beladiri ini
disusun dalam Kitab I Zen Zang serta ilmu batinnya dalam Kitab Hzen Souzen. Sampai di sini ada
kesamaan sejarah dengan beladiri lain seperti Shorinji Kempo, Karate, dan lain-lain, yang masih satu
sumber.

Aliran Shourim terus berkembang ke arah utara China dan memasuki daerah orang Lama (Tibet) dan
orang Wigu (Turkistan). Di sana aliran Shourim ini pun pecah menjadi berpuluh-puluh cabang. Setiap
cabang pun berkembang dan terpengaruh alam tempat pertumbuhan aliran tersebut. Pecahnya Shourim
menjadi berbagai macam aliran ini disebabkan Dinasti yang berkuasa tidak menyukai orang Shourim.

Tersebutlah seorang bangsawan bernama Je'nan dari Suku Tayli yang pandai ilmu Syara dan terkenal
sebagai ahund (ustadz atau guru) muda. Je'nan menghimpun ilmu-ilmu beladiri itu dan ia pun berguru
pada pendekar Namsuit serta orang-orang Wigu. Bersama para pendekar Muslim lain yang memiliki
keahlian ilmu Gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, Silat Kitan, Tayli, mereka pun membentuk sebuah aliran
bernama Shurul Khan (siasat para raja/bangsawan).
Dari Shurul Khan inilah terbentuk sembilan aliran, aliran-aliran ini kemudian digubah, ditambah, ditempa,
dialurkan, lalu dipilah, diteliti dan dikaji sebagai cikal bakal munculnya Thifan Po Khan. Pada masa itu
pengaruh ajaran Islam sudah masuk ke dalam beladiri ini.

Perkembangan Thifan Po Khan di Indonesia

Diperkirakan Thifan masuk ke Indonesia pada tahun 1678 pada masa Sultan Malik Muzafar Syah dari
Kerajaan Lamuri, pada saat itu Sultan Malik Muzafar Syah mendatangkan pelatih-pelatih dari Turki Timur
yang kemudian disebarkan ke kalangan para bangsawan di Sumatera (dapat dilihat dalam Kisah Raja-raja
Lamuri/ Raja Pasai).

Pada abad ke-18 Tuanku Rao dan kawan-kawan mengembangkan ilmu ini ke daerah-daerah Padang,
Tapanuli Selatan dan Minang, hingga tersebar ke Bonjol, Sumatera bagian Timur dan Riau yang berpusat
di Air Jernih, Batang Uyun (Merbau). Dari Merbau ini diperkirakan menyebar ke Malaysia dan Thailand.
Dari Merbau dan Bonjol menyusuri pantai utara Sumatera sampai ke kota Muko-Muko dan akhirnya
masuk ke pulau Jawa, terus menyebar dan tidak diketahui ke mana saja penyebarannya.

Sekitar tahun 1900-an Tuanku Haji (Hang) Uding membawa ilmu Thifan ini ke pulau Jawa dan
menyebarkannya di daerah Betawi dan sekitarnya.Masuknya ilmu Thifan ke pulau Jawa ada yang langsung
yaitu yang disebarkan oleh orang-orang Tartar ke pulau Jawa sambil berdagang kain, ada pula yang tidak
lansung yaitu melalui pesisir pulau Sumatera seperti tersebut di atas.
Pada masa SDI dan SI ada beberapa pemuda Islam yang mengkaji beladiri Thifan Po Khan, kemudian pada
masa Masyumi beladiri Thifan Po Khan mulai berkembang dan dikaji oleh beberapa kelompok pemuda
Islam tetapi tidak berlanjut.

Pada tahun 1960an gerakan-gerakan keislaman mulai surut, beladiri-beladiri yang berasaskan Islam pun
ikut surut, sehingga penyebarannya pun terjadi dengan sembunyi-sembunyi, begitu juga dengan Thifan Po
Khan yang berasaskan Islam, penyebarannya kembali surut, pada masa itu hanya beberapa orang saja yang
mengkaji Thifan Po Khan dan itupun dilakukan dengan sembunyi-sembunyi.

Pada masa Orba untuk pertama kalinya gerakan Keislaman mulai timbul kembali dalam batas-batas
tertentu, dan akhirnya tersendat kembali. Pada waktu itu penyebaran beladiri Thifan Po Khan kembali
surut dan hanya dikaji oleh beberapa orang saja secara pribadi dan tidak dibuka secara umum.
Pada tahun 1972 Thifan Po Khan mulai diajarkan kembali secara pribadi-pribadi di kalangan pemuda
PERSIS, walaupun banyak tantangan dari kalangan pemuda PERSIS sendiri, akhirnya pada tahun 1976
dibentuk Yayasan Thifan Po Khan, tapi yayasan itu tidak berkembang karena beberapa kendala, beladiri
Thifan Po Khan pun hampir hilang dari permukaan.

Pada tahun 1980an beladiri Thifan Po Khan mulai tersebar ke berbagai wilayah di pulau Jawa, tetapi
penyebarannya terbatas pada Pesantren-pesantren PERSIS dan pemuda-pemuda masjid.

Pada tahun 1987an berdiri lembaga olah raga beladiri Thifan Po Khan, kemudian berganti-ganti badan
hukum, timbul beberapa kendala di dalamnya dan akhirnya terbentuklah Persaudaraan Thifan Po Khan
Indonesia pada awal tahun 2005.

Sebenarnya cukup banyak orang yang berjasa dalam menyebarkan ilmu Thifan Po Khan di pulau Jawa,
tetapi nama-nama mereka tidak dikenal dan penyebarannyapun tidak diketahui ke mana saja.
[muslimdaily.net/persaudaraan TifanPhoKhan]
*Badur Ahmad Syiharani.

Inilah sang penulis Kitab Zhodam, selain itu ia juga menulis kitab Jurus ( Thifan Pokhan dan Syufu
Taesyukhan ) dan juga kitab pengobatan Thifan.
Ialah tokoh yang berhasil mengumpulkan aliran Shurulkhan yang terserak dan menjadikannya 2 aliran
yaitu Thifan Pokhan/ kepalan bangsawan raja thifan ( turfan ), dan syufu Taesyukhan/ gerakan
bangsawan raja syufu (kasygar ).

Thifan Pokhan mengutamakan tehnik- tehnik bertarung tingkat tinggi dan kecepatan serta kelincahan
gerak, hingga lebih cocok digunakan oleh orang yang bertubuh kecil ( orang tartar, han, hui ),
sedangkan Syufu taesyukhan mengutamakan kekuatan dan tehnik sederhana namun efektif seperti
bantingan dan cengkraman, sehingga cocok digunakan oleh orang bertubuh besar ( uighur, turki, arab ).
Tetapi dalam segala sesuatu didunia selalu ada perkecualian.
Adapun mengenai tokoh ini, masih kontroversi.
Pendapat pertama bahwa tokoh ini benar adanya.
Pendapat kedua bahwa nama Ahmad Syiharani adalah nama samaran, dikarenakan faktor
keselamatan dan untuk menjaga kerahasiaan.
Pendapat ketiga bahwa tokoh ini adalah samaran dari beberapa tokoh yang bersama menyusun kitab
diatas.

Mengenai benar tidaknya pendapat- pendapat diatas, maka yang terpenting adalah bahwa Badur
Ahmad Syiharani telah mewariskan dan mewakafkan ilmu yang berguna bagi umat manusia,
khususnya umat islam
Cuma ada satu syarat yang tidak boleh dilanggar, dan tidak akan berani dilanggar, yaitu sesuai petuah
para Badur Thifan di masa lalu
" Bahwa ilmu ini di wakafkan/ diberikan cuma- cuma untuk umat islam dan untuk membela islam "

Source: muslimdaily.net
CATEGORY :

Thifan Tsufuk Pokhan


Posted by Ega on May 20, 2012 in Wawasan dan Pengetahuan
Berolahraga merupakan salah satu hobi saya. Bulutangkis, catur, bermain bola (olahraga favorit waktu masih SD),
renang, pokoknya apapun itu saya sangat suka. Salah satu olahraga yang saya geluti sejak SMP dulu adalah beladiri.
Malang melintang di dunia persilatan akhirnya bertekad akan terus menjalani thifan po khan aliran tsufuk yang
bebas syirik.Hemm..Ini merupakan kegiatan eksibisi terakhir thifan po khan-tsufuk yang diselenggarakan di
Universitan Pendidikan Indonesia. Seru!! Itu merupakan ajang turgul (tanding) dan ujian kenaikan tingkat bagi semua
pendekar thifan tsufuk. Meski banyak gambar yang blur (maklum bukan saya yang ambil gambar), tapi lumayan
untuk dikenang. Bagi yang belum mengenal thifan po khan, berikut ini gambaran kecil mengenai thifan po khan-
tsufuk.

Berita 1:
Thifan adalah nama suatu daerah di Negeri Turkistan Timur, daerah jajahan China yang kemudian diganti namanya
menjadi Sin Kiang, yang artinya Negeri Baru (Lihat Turkistan: Negeri Islam Yang Hilang, DR. Najib Kailany).
Namun kalau kita simak dalam peta dunia, yang akan kita temukan adalah nama Turfan, daerah otonomi yang
termasuk dalam wilayah China Utara.Turkistan Barat dijajah oleh Rusia yang memasukkannya ke dalam wilayah Uni
Sovyet. Sebelum Islam datang ke daerah ini, beberapa suku asli seperti Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol,
Naiman, dan Kati telah memiliki sejenis ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju dan permainan senjata
yang dinamakan kagrul, yang dipadukan dengan pengaturan napas Kampa. Dakwah Islam mulai disebarkan di
Turkistan kira-kira pada dua abad setelah hijriah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Zhodam : Maka tatkala
sampailah dua abad lepas hijrah orang-orang sempadan tanah China arah utara itu masuk Islam. Lalu ilmu pembelaan
diri masa mereka memeluk Budha itu dibawanya pula dalam alam Islam, tetapi ditinggalkannya segala upacara yang
bersangkut paut dengan kebudhaannya seumpama segala penyembahan, cara bersalam dengan mengatupkan kedua
belah tangan, lambang-lambang, dan segala istilah.Menurut M. Rafiq Khan dalam bukunya Islam di Tiongkok,
mengatakan sebagai berikut : Orang Muslim pertama yang datang di Tiongkok ialah dalam zaman pemerintahan Tai
Tsung, kaisar kedua dari dinasti Tang (627-650 Masehi). Jumlah mereka ada empat orang, seorang berkedudukan di
Kanton, yang kedua di kota Yang Chow, yang ketiga dan yang keempat berdiam di kota Chuang Chow. Orang yang
mula-mula mengajarkan Islam ialah Saad bin Abi Waqqas, yang meletakkan batu-batu pertama mesjid Kanton yang
terkenal sekarang sebagai Wai-Shin-Zi, yaitu Mesjid untuk kenang-kenangan kepada Nabi Dituliskannya pula bahwa
selama Pemerintahan Tai Chong (Kaisar ke-2 dari Dinasti Tsung tahun 960-1279 Masehi) Tiongkok diserbu oleh
penguasa Muslim dari Kashgharia, yaitu Baghra Khan beserta pasukannya, lalu menduduki Sin Kiang (Simak : Islam
di Tiongkok; M. Rafiq Khan dan Sejarah Dawah Islam; Thomas W. Arnold).

Hal ini disepakati oleh seorang China ahli sejarah terkenal yang bernama Prof. Chin Yuan menyatakan bahwa orang-
orang Islam mengirimkan utusan-utusan mereka ke Tiongkok dalam tahun 651, utusan-utusan itu bertemu dengan
Kaisar Tiongkok di Changan (Sianfu), ibukota Tiongkok pada waktu itu. Pada tahun 713 M. perbatasan barat
Tiongkok dikuasai oleh seorang jenderal Arab yang terkenal bernama Qutaiba bin Muslim, pada waktu itu ia telah
menaklukkan daerah yang luas di Asia Tengah dan namanya sangat ditakuti.
Dari uraian di atas dapat dilihat bagaimana hubungan atau interaksi antara dakwah Islam dengan tumbuhnya berbagai
macam beladiri di kawasan Tiongkok, sehingga terjadi pula Islamisasi beladiri. Sesuai dengan bahasa Urwun yang
merupakan bahasa asalnya, Thifan Po khan berarti Kepalan Tangan Bangsawan Thifan. Disebut demikian karena
gerakan-gerakan dalam thifan relatif halus dibandingkan beladiri serumpunnya seperti Syufu Taesyu Khan yang
diperuntukkan untuk pasukan penyerang, sehingga beladiri yang halus ini dianggap cocok untuk para bangsawan pada
waktu itu. Beladiri ini mempunyai riwayat tersendiri yang khas sebagaimana diceritakan dalam kitab yang bernama
Zhodam.

Beladiri Thifan adalah ilmu perkelahian tersendiri dan pecahan dari Tae Kumfu (Shaolin Kungfu). Tae berarti
Dahsyat, hebat, ajaib dan Kumfu atau kungfu diartikan Tekun, tenaga terpusat dan kebaikan yang berasas pada
ajaran Budha.

Saat Islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Tenggara dan Asia Timur, para dai mengembangkan ilmu
bela diri muslim yang dinamakan Thifan Po Khan. Maka Tae Kumfu kemudian pecah menjadi dua jenis yaitu kungfu
Shaolin yang beragama Budha dan Thifan Po Khan yang beragama Islam. Thifan Po Khan diolah dan dikombinasi
dengan beladiri lainnya serta sudah dibersihkan dari unsur-unsur kesyirikan dan kejahiliyahan. Tenaga Dalam yang
dianut juga mengalami perubahan, yang semula memakai Chi Kung yang masih dipelajari dalam Kungfu Shaolin
sampai sekarang menjadi Dath.

Puteri gading adalah sub divisi dalam Thifan yang merupakan penamaan dari pelatihan beladiri Thifan untuk
akhwat/perempuan. Nama Puteri Gading diambil dari nama seorang putri dalam legenda raja Bengkulu yang bernama
Puteri Gading Cempaka. Jurus dan gerakannya adalah khusus, lebih lembut disesuaikan dengan fitrah perempuan. Hal
ini penting agar pembawaan perempuan yang berlatih tidak terbawa ke alam laki-laki. Pelatih Puteri Gading
khususnya perempuan dewasa adalah dari perempuan juga.

Berita 2:
Muslim Cina juga melahirkan para ahli bela diri kungfu. Mereka tak putus berlatih. Seiring upaya yang tak pernah
berakhir dalam membangun jiwa dan raga, mereka mewariskan inspirasi bagi komunitas Muslim secara keseluruhan
dan kebanggaan sebagai bangsa Cina.

Para ahli kungfu tingkat tinggi biasanya mewariskan ilmunya kepada murid tertentu yang dianggap memenuhi syarat.
Sabda Nabi Muhammad berbunyi, Orang yang kuat bukanlah mereka yang mampu mengalahkan lawannya, tetapi
mereka yang bisa melawan hawa nafsunya.

Peradaban Islam memberi pengaruh, juga berpadu dengan peradaban Cina.

Islam meninggalkan jejak peradaban di Cina. Jejak ini melekat pada sejumlah tradisi juga bangunan, seperti masjid.
Ini semua berawal dari interaksi antara Cina dan Islam yang telah lama terjalin, baik melalui jalinan perdagangan
maupun utusan resmi.

Terungkap pula, Cina juga sebenarnya telah menjalin hubungan dengan Arab sejak lama. Sebelum Islam muncul, para
pelaut Arab menggalang hubungan dagang dengan Cina. Kapal-kapal Arab mengarungi samudra dari Basra, ujung
Teluk Arabia, juga dari Qays, Teluk Persia.

Mereka mengarungi Samudra India, melewati Sarandip atau Sri Lanka kemudian mengarahkan kemudi kapalnya
melalui Selat Malaka, yang terletak antara Sumatra dan Malaysia. Mereka kemudian meniti rute ke Laut Cina Selatan.

Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di sebelah timur laut pelabuhan Quanzhou dan Guangzhou. Sejumlah orang
Arab telah berada di Cina. Dan, kemungkinan telah memeluk Islam saat utusan Muslim pertama tiba di Cina.

Orang-orang Arab menyebut Guangzhou dengan nama Khanfu. Wilayah ini kemudian menjadi kawasan Muslim dan
sentra perdagangan. Wilayah ini strategis dan mewujud menjadi pusat perdagangan paling ramai.

Sejumlah catatan mengungkapkan, salah satu sosok yang sangal dikenal dalam interaksi dengan Cina adalah sahabat
Nabi Muhammad, Sad Ibn Abi Waqqas. Ia merupakan ketua delegasi yang diutus oleh Khalifah Usman bin Affan. Ia
datang saat pemerintahan Dinasti Tang (618-907).

Berdasarkan catatan sejarah Dinasti Tang, Sad dan sejumlah utusan lainnya berlayar ke Cina melalui Samudra India
dan Laut Cina. Mereka tiba di pelabuhan Guangzhou, lalu mereka bepergian ke Changan, yang sekarang dikenal
dengan nama Xian.

Mereka ke Xian melalui jalur yang kemudian hari disebut sebagai Jalur Sutra. Saat itu, Sad membawa beragam
hadiah dan diterima hangat oleh Kaisar Tang, Kao-tsung. Berita awal mengenai Islam telah sampai ke kekaisaran
Tang saat diperintah oleh Tai Tsung.

Saat itu, sang kaisar memperoleh informasi melalui duta dari Kerajaan Sasanid, Persia, juga dari Bizantium mengenai
berdirinya kekuasaan Islam. Seusai mempelajari Islam, Kaisar Kao mengizinkan penyebaran Islam yang ia anggap
cocok seperti ajaran Konfusius.

Sad menetap di Guangzhou dan membangun Masjid Huaisheng. Kemampuan dalam bidang arsitektur saat masih
berada di Madinah, dituangkannya dalam pembangunan masjid itu. Ia menambahkan sebuah Iwan ruangan lengkung,
seperti milik kaisar Persia, sebagai tempat ibadah.

Bangunan yang juga disebut Masjid Agung Guangzhou ini dikenal sebagai masjid pertama di Cina. Arsitektur masjid
itu merupakan perpaduan arsitektur Cina dan Islam. Masjid yang dibangun untuk mengenang Nabi Muhammad ini
dikenal pula sebagai Masjid Guangta.

Pembangunan masjid ini merupakan tonggak penting dalam sejarah Islam di Cina. Ini merupakan masjid tertua yang
bertahan di seluruh Cina dan berusia lebih dari 1.300 tahun. Masjid ini masih tetap tegak berdiri di Guangzhou
modern, setelah diperbaiki dan direnovasi.

Jejak lainnya dari peradaban Islam di Cina adalah Da Qingzhen Si atau Masjid Agung Changan, sekarang bernama
Xian, di Provinsi Shaanxi. Masjid ini didirikan pada 742 Masehi. Ini merupakan masjid awal terbesar dan terbaik di
Cina, dengan ukuran 12 ribu meter persegi.

Masjid ini dibangun saat pemerintahan Dinasti Ming pada 1392, seabad sebelum jatuhnya Granada. Sejumlah catatan
menyatakan, pendirinya adalah Zheng He. Di dalam masjid itu, terdapat tablet batu untuk mengingat dukungannya
atas pembangunan masjid tersebut.

Model masjid ini, dengan keindahan dan dinding yang mengelilinginya, paviliun dan halaman masjid yang indah bisa
dilihat di Hong Kong Museum. Saat berjalan memasuki ruang shalat, simbol naga terukir pada lantai tangga masuk.
Tersebut pula, Sheng-You Si atau Mosque of the Holy Friend, dikenal pula dengan nama Qingjing Si atau Mosque of
Purity dan Al-Sahabah Mosque, dibangun dengan granit murni pada 1009 Masehi selama pemerintahan Dinasti Song
(960-1127).

Rancangan arsitektur dan gaya masjid ini meniru Masjid Agung Damaskus, Suriah. Di Cina, ada Masjid Qingjing
yang terletak di Madinat al-Zaytun, Quanzhou. Dikenal pula, dengan Kota Zaitun. Menurut tradisi Arab atau Islam,
zaitun merupakan simbol perdamaian.

Masjid ini berada di Provinsi Fujian, yang di sana juga terdapat makam dua sahabat Nabi Muhammad, yang
mendampingi Sad ibn Abi Waqqash. Namun, kedua sahabat tersebut lebih dikenal dengan nama Cinanya, yaitu Sa-
Ke-Zu dan Wu-Ku-Su.
Selain itu, ada Zhen-Jiao Si atau Mosque of the True Religion, yang juga dikenal dengan Feng-Huang Si di Hangzhou,
Provinsi Zhejiang. Diyakini, masjid ini dibangun pada saat pemerintahan Dinasti Tang. Masjid ini memiliki menara
dan tempat mengamati bulan.

Masjid ini memiliki sejarah panjang. Masjid dibangun kembali dan direnovasi berulang-ulang dalam beberapa abad.
Masjid ini bertambah kecil dibandingkan bangunannya semula karena adanya proyek pelebaran jalan pada 1929.
Sedangkan masjid lainnya, terletak di Kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu. Suatu masa, wilayah ini menjadi kota
perdagangan dan ekonomi yang sangat sibuk, terutama pada masa Dinasti Song (960-1280). Masjid Xian-He Su
merupakan masjid tertua dan terbesar di kota itu.

Masjid itu dibangun pada 1275 oleh Pu-ha-din, seorang juru dakwah, yang diyakini sebagai keturunan ke-16 Nabi
Muhammad. Menurut Anthony Garnaut, pakar interaksi budaya Cina dan Islam, penaklukan Mongol atas sebagian
besar Eurasia, membaurkan budaya Cina dan Islam.

Garnaut yang dikutip laman Muslimheritage, mengungkapkan, Islam memberikan pengaruh pada teknologi, sains,
filsafat, dan seni. Dalam sebuah produk budaya, bisa ditemukan motif dekoratif dari arsitektur dan kaligrafi Islam
Asia Tengah.

Pengaruh lainnya adalah soal kehalalan pada makanan, terutama di wilayah utara Cina. Selain itu, ilmu pengobatan
Islam memberikan pengaruh pula pada pengobatan Cina. Mengambil kekuasaan Mongol sebagai titik masuk, tradisi
Muslim juga melekat pada sejumlah bidang lainnya.

Misalnya, tradisi Muslim dalam arsitektur, makanan, epigrafi, dan budaya menulis. Terkait penaklukan oleh Mongol,
Garnaut mengungkapkan, pada 1215, Mongol menguasai ibu kota pemerintahan Dinasti Jin, Zhongdu, yang sekarang
ini terletak di Beijing.

Setengah abad kemudian, Khubilai Khan, yang meneruskan kepemimpinan kekaisaran Mongol, membangun ibu kota
baru yag disebut Khanbaliq atau Kota Khan. Jaraknya tak begitu jauh dari reruntuhan ibu kota pemerintahan Dinasti
Jin.

Banyak seniman dari negara Muslim di Asia Tengah dan Barat, yang ditaklukkan Mongol dibawa ke Khanbaliq untuk
membantu pembangunan kota baru itu. Misalnya, ada Muslim bernama Amir al-Din, yang merancang Qionghua
Island, yang kini wilayah Beihai Park, Beijing Tengah.

Ketika Dinasti Yuan berkuasa, mereka mendirikan pelabuhan Quanzhou. Di wilayah itu, ditemukan sejumlah batu
monumen dan prasasti warisan komunitas Islam di sana. Lebih dari 300 batu prasasti juga terdapat pada makam Islam
dan masjid-masjid di distrik Quanzhou. ed: ferry

Kungfu Muslim

Muslim Cina juga melahirkan para ahli bela diri kungfu. Mereka tak putus berlatih. Seiring upaya yang tak pernah
berakhir dalam membangun jiwa dan raga, mereka mewariskan inspirasi bagi komunitas Muslim secara keseluruhan
dan kebanggaan sebagai bangsa Cina.

Para ahli kungfu tingkat tinggi biasanya mewariskan ilmunya kepada murid tertentu yang dianggap memenuhi syarat.
Sabda Nabi Muhammad berbunyi, Orang yang kuat bukanlah mereka yang mampu mengalahkan lawannya, tetapi
mereka yang bisa melawan hawa nafsunya.

Sabda ini telah merasuk dalam diri para ahli kungfu Muslim. Ini mendorong mereka tak hanya mengembangkan
teknik bela diri secara fisik. Namun, mereka pun mengembangkan chi , energi dalam diri, untuk pengendalian diri.
Muslim Cina telah mampu mengembangkan kungfu, bela diri yang lahir dari tanah mereka, dan diharmonisasikan
dengan keyakinan mereka, Islam. Biasanya, para ahli kungfu itu melatih murid-muridnya di pelataran masjid.

Mereka bahkan kerap pula ikut dalam pertandingan terbuka di antara para ahli kungfu lainnya. Sebelumnya,
Laksamana Cheng Ho juga telah mampu mengombinasikan antara seni bela diri dan kemampuannya dalam
memimpin angkatan laut di bawah pemerintahan Dinasti Ming.
-
Berita 3: Kungfu sangat Digemari oleh anak-anak di Gaza
Olahraga ini membuat saya kuat sehingga saya bisa mempertahankan diri saya sendiri, keluarga dan negara saya dari
yahudi, katanya tanpa sedikitpun merasa kesakitan.

Kami berlari jauh dari rumah kami selama perang karena kami takut dibunuh, ia menambahkan. Tapi setelah kami
kembali saya mulai datang kesini setiap hari untuk berlatih. Sekarang saya kuat dan saya tidak takut terhadap
siapapun.

Kungfu sangat digemari anak anak di Palestina dan jalur Gaza

Saleh al-Masri bocah kurus berumur 9 tahun dengan mengenakan seragam beladiri berwarna merah, memberanikan
dirinya untuk berdiri dengan kaki telanjang di atas pecahan kaca sembari mengingat kembali keadaan keluarganya
selama perang Gaza berkecamuk.

Olahraga ini membuat saya kuat sehingga saya bisa mempertahankan diri saya sendiri, keluarga dan negara saya dari
yahudi, katanya tanpa sedikitpun merasa kesakitan.

Kami berlari jauh dari rumah kami selama perang karena kami takut dibunuh, ia menambahkan. Tapi setelah kami
kembali saya mulai datang kesini setiap hari untuk berlatih. Sekarang saya kuat dan saya tidak takut terhadap
siapapun.

Kekejaman terhadap apa yang mereka saksikan selama serangan besar-besaran Israel di jalur Gaza pada akhir tahun
lalu, menumbuhkan semangat anak-anak untuk mengikuti kelas beladiri diseluruh wilayah pesisir Gaza yang telah
hancur.

Klub beladiri swasta menawarkan pelatihan Kung fu menarik banyak pelajar untuk belajar berkelahi, sebuah
fenomena psikologis anak yang meluas dari perkembangan trauma mental. Beladiri yang lebih mirip ilmu debus ini
menjadi favorit bagi anak-anak Gaza.

Pada musim panas ini, sekumpulan pelajar muda pada sebuah klub beladiri di utara kota Beit Lahiya berkumpul serta
terkagum-kagum melihat Salih al-Sawalja (15 tahun) tidur di atas tempat tidur paku dengan dua anak laki-laki
berdiri diatas dadanya.

Tak seorangpun yang dapat mengganggu kami setelah kami menjadi seorang Kung fu Master, kata Nashaat Abu
Harbid (9 tahun) dengan tatapan mata melotot. Orang-orang akan takut kepada kami.
Sewaktu Sawalja beralih ke demo berikutnya, di mana dia akan berdiri di atas mata golok dengan kaki telajang, dia
menerangkan bahwa kung fu meningkatkan kepercayaan diri dan memungkinkan dia untuk melindungi diri dari
apapun.

Helmi Matar pelatih pada klub beladiri di Beit Lahiya mengatakan bahwa minat untuk berlatih beladiri meningkat
setelah perang yang merenggut tidak kurang 1400 jiwa rakyat Palestina dan meninggalkan banyak kantong-kantong
kemiskinan di Gaza. Anak-anak di Gaza sudah cukup dalam penderitaan ini.

Melepaskan energi yang terpendam

Ketertarikan pada olahraga ini bertambah besar setelah perang usai karena masyarakat menginginkan adanya
alternatif untuk anak-anak melepaskan energi mereka yang terpendam, ujarnya.

Seorang juru bicara persatuan Kung fu Gaza mengkonfirmasikan bahwa adanya penambahan kelas dua kali lipat sejak
perang.

Kekerasan demi kekerasan menyebabkan anak-anak mencoba melepaskan energi terpendam mereka selam berlatih
beladiri. Mereka memilih kekerasan karena sesuai dengan situasi dan untuk meningkatkan kekuatan dan keamanan
pada diri mereka.

Osama Darabih seorang anak belasan tahun dengan ikat kepala hitam melilit kepalanya, telah belajar kung fu selama
tiga tahun, namun dia mengatakan dia mulai kembali berlatih setiap hari setelah perang usai.

Ini olahraga yang berbahaya dan telah beberapa kali ada yang terluka dan terjadi kecelakaan selama latihan, katanya
sambil menunggu giliran untuk sparing.Tapi kami berlatih dengan baik karena kami menyukainya. Ini dapat merileks
kan dan melepaskan ketegangan kami.

Berita 4:
Thifan itu sendiri terletak di sebelah utara- barat Republik Rakyat China, atau sekarang masuk wilayah daerah
otonomi Xinjiang dan sekarang lebih sering disebut dengan Turfan.
Turfan itu sendiri pada masa lalu adalah salah satu kota yang dilewati jalur sutra, hingga merupakan daerah
persinggungan antara budaya timur dan barat.

Thifan/ turfan terdiri dari mayoritas muslim dari suku wigu/ uighur/ , tartar, moghul, kittan, fattan, tayli dan juga suku
hui.
Islam masuk mulai abad ke 2 hijriah, atau abad 9 masehi, seiring dengan datangnya para pedagang arab dan persia
serta semakin kuatnya pengaruh Kekhalifahan abbasiyah di Baghdad.

Kitab Zhodam

Hikayat Thifan Pokhan tertulis dalam kitab Zhodam ( Darah Juang ) yang ditulis oleh Badur/ Pendekar Ahmad
Syiharani.
Isi kitab itu berupa hikayat, atau cerita turun temurun yang diceritakan dari mulut ke mulut hingga tidak bisa dijadikan
sebuah acuan sejarah menurut ilmu modern, tetapi keakuratannya lebih tinggi dari legenda ataupun dongeng.
Kitab ini tertulis dalam bahasa urwun, dan diterjemahkan ke dalam bahasa melayu kuno oleh Hang Nandra Abu
Bakar, seorang hulubalang kerajaan Aceh.

Adapun kitab ini berisi tentang perkembangan Shurul Khan ( Thifan Pokhan dan syufu Taesyu Khan ) dan tentang
hikayat para Badur/ Pendekar, Shuku/ Guru, dan Ahund/ Ustad Shurul Khan

Badur/ Pendekar Namsuit

Beliau adalah seorang Mongol, ayahnya tewas di medan perang ketika ia masih dalam kandungan, lalu ibunya
menikah dengan seorang pria bangsa tayli dan masuk Islam.
Sejak kecil ia dimasukkan ke lanah/ pesantren/ tempat pendidikan untuk
belajar agama islam dan ilmu beladiri.

Ia mempelajari dan mengembangkan Jurus pukulan dan tendangan orang turki/ Uighur, kemudian menggubah cara
tangkisan orang turki, tayli, kitan mongol dan kai sehingga tercipta Jurus Wigu Poer / tinju dan tendangan wigu.

Ia juga menciptakan beberapa jurus, yaitu :

Fuke Koyli Ey Pend : Panda dambakan anggur


Tsude Ne Fit : ungkitan pelana
Firgi Kho Me Ni : Simpuhan anak angin
Noug Ogul Babay : Ksatria usir perintang
Tedsyu Ey : Ungkit batu karang
Tse Ul Ni Kay : Serangan anak kelana
Kayla uzi Cak : Mendorong kereta emas
Korey Ni Fuen : Kepak elang kembar
Teutgul Te kay : Sikut Emas

Juga ia menciptakan beberapa jurus berdasarkan gerakan hewan yaitu :

Baber Teer : Jurus harimau


Pila Te er : Jurus Bangau
Thos Te er : Jurus Merak

Juga ia menciptakan jurus rahapan/ cakaran/ Cengkraman

Nesti Peyne : Kepala ayam jantan merahap


Fuku Nei : Rahapan kera ketika di panah
Fuku Nei Seng Ey : Rahapan kera padamkan lampu
Gio Gul Nei Kutsin : Bunga tertiup angin
Neyt Tetsy : Rahapan bidadari
Tudsy Kai Tsen : rahapan kelelawar
Dan ia menciptakan jurus Ling Zwe Kawt Te Kum /Naga Menumbuk Gunung berdasarkan mimpinya melihat dua
ekor naga sedang berkelahi.

Jurus- jurus tersebut diatas diteliti dan digubah kemudian di coba dalam perkelahian dan turgul/ adu tanding, juga di
uji dengan berbagai macam senjata.

Ia berteman dengan Badur Jenan dan bersama menggubah dan meneliti kungfu Shaolin dan berdua menciptakan ilmu
perkelahian Shurul Khan/ Siasat Raja.
Kelebihan Badur Namsuit ialah dath panasnya yang luar biasa, hingga apabila ia bertarung terlihat telapak tangannya
berwarna kemerahan, menyala seperti bara api, juga ia bisa meremukkan batu dengan genggaman tangannya.
ia berteman dengan murid dan juga sahabatnya, Badur Jenan hingga akhir hayatnya.
Oleh karena itulah, ilmu perkelahian Badur Namsuit ini disebut sebagai dasar dari Thifan Pokhan dan Syufu
Taesyukhan.

Badur/ Pendekar Jenan.

Badur Jenan adalah seorang anak keturunan bangsawan Tayli.


Mulanya ia adalah seorang Ahund/ ustad muda yang pandai ilmu agama islam.
Jalan hidupnya berubah ketika pada suatu hari ia berdebat agama dengan seorang suku Han.Dalam debat itu, orang
Han itu kalah dan tidak terima dengan penjelasan Jenan lalu memukul Jenan dan meludahi mukanya.Karena tidak
berani, Jenan tidak melawan, tapi dalam hatinya ia berfikir Kenapa aku seorang lelaki begini lemah, seperti seorang
penari kerajaan saja .
Lalu ia mendatangi lanah tempat berlatih beladiri dan mulai belajar Wigu Poer/ pkulan dan tendangan wigu. Ia tetap
sabar walau dilanah itu ia sering dikerjai oleh seniornya .
Hingga suatu hari ia bertemu dengan Badur Namsuit, yang pada saat itu sudah berumur sekitar 100 tahunan tapi bisa
memutuskan rantai besi dengan tangannya, lalu ia memohon kepada badur Namsuit supaya mau menerimanya
menjadi murid.

Karena Jenan seorang yang pandai ilmu agama islam, maka ia diterima menjadi murid Badur Namsuit.
Maka Jenan pun berlatih Wigu Poer dan belajar jurus pada Badur Namsuit secara diam- diam.
Setelah enam bulan, karena kepandaian dan bakatnya, ia sudah menguasai semua ilmu dari Badur Namsuit sudah
dikuasai.
Ia pun mendatangi lanah tempat ia pertama berlatih dan menantang semua orang di lanah tersebut yang pernah
melecehkannya dulu dan ia mengalahkan mereka semua dengan mudah, ia pun mendatangi orang Han yang pernah
meludahinya dan juga mengalahkannya.

Kemajuan Jenan yang sangat cepat ( dalam tempo 6 bulan ) membuat semua orang kagum dan heran, karena sangat
jarang orang yang bisa menguasai ilmu beladiri yang hebat dalam waktu singkat.
Hal itu sebenarnya tidaklah mengherankan mengingat Jenan dapat menghafal 30 Juz Al- Quran dan hafal 1000
Hadist, karena konon orang yang seperti itu dapat mempelajari apa saja dengan mudah.

Atas petunjuk Badur Namsuit, maka Jenan mengembara ke timur untuk mencari ilmu beladiri yang terkenal yaitu
Kungfu Shaolin sekaligus menyebarkan agama islam.Dalamperjalanan itu dikisahkan ia banyak bertarung dengan
para perampok dan pendekar- pendekar dari berbagai aliran dan tak pernah ia kalah.

Hingga pada suatu ketika ia berhasil memperoleh sebuah kitab kungfu Shaolin dari seorang pendekar miskin dari
aliran Shaolin dengan cara membayar semua hutangnya.Adapun sebelumnya pendekar itu tersebut memperoleh kitab
itu dari seorang pendekar pemabuk dan menukarnya dengan segentong arak.Adapun nama kitab ilmu Shaolin tersebut
kurang jelas namanya.
Jenan kembali ke Thifan dan bersama Badur Namsuit mengkaji Ilmu Shaolin dan menggabungkannya dengan jurus-
jurus thifan.
Setelah dikaji dan dihilangkan semua unsur- unsur yang bertentangan dengan syariat islam maka terciptalah Ilmu
Perkelahian Shurulkhan yang merupakan cikal bakal Thifan Pokhan dan Syufu Taesyukhan.

Terpecahnya menjadi 9 aliran

Selanjutnya seiring dengan ketenarannya, Badur Jenan membuka lanah tempat untuk belajar Shurul khan dan juga
belajar agama dan banyaklah orang-orang yang datang baik untuk belajar.Diantaranya juga badur tua Namsuit
gurunya, ikut pula belajar agama dari Badur Jenan, sehingga hubungan keduanya semakin erat.

Karena Jenan seorang ulama ahlus sunnah/ mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW yang tegas, maka ia selalu
mengajarkan kepada murid- muridnya agar tidak melakukan amalan agama yang tidak sesuai dengan Al- quran dan
Hadist.
Ini berlawanan dengan sebagian besar ulama Thurfan pada waktu itu, yang menganut paham sufi dan sinkretisme,
yang lebih mementingkan urusan akhirat dan cenderung melupakan urusan dunia, dan juga memakai amalan dan
ibadah yang tidak sesuai dengan Al- quran dan hadist.
Para ulama itu bahkan memfatwakan bahwa belajar beladiri itu bukan ajaran islam karena mengandung unsur
kekerasan dan tidak sesuai dengan ajaran islam yang artinya damai dan keselamatan untuk seluruh alam.
Sedangkan menurut Badur Jenan, belajar beladiri itu wajib bagi umat islam untuk membeladiri dan mempersiapkan
diri apabila suatu saat negeri islam diserang oleh negeri luar, apalagi pada waktu itu kerajaan China/ Mongol sedang
giat melakukan ekspansi.

Karena semakin banyak masyarakat yang berguru kepada Badur Jenan, maka para ulama yang iri itu memfitnah
Jenan dihadapan sultan, dengan mengatakan bahwa badur Jenan akan memberontak.
Hal ini diperkuat dengan adanya seorang tamid/ murid yang bernama Abayt yang berkhianat karena tergiur oleh
godaan hadiah yang banyak.
Maka sultan yang juga seorang pemimpin zalim dan haus kuasa itu mengirim pasukannya untuk memberantas Lanah
Badur Jenan.

Dengan 50 orang tamid/ murid utamanya, badur Jenan dibantu Badur tua Namsuit bertempur melawan pasukan
Sultan.
Karena jumlah yang tidak seimbang maka 41 orang tamid Badur Jenan gugur, termasuk Badur tua Namsuit, tapi
sebelum ajal menjemput, Badur Namsuit memerintahkan kepada Jenan yang terluka untuk menyelamatkan diri.
Maka, dengan terluka parah, Badur Jenan mundur dari pertempuran dan berkuda ke arah barat.
Selain itu ada 9 orang tamid Badur Jenan yang berhasil lolos dan berpencar satu sama lain.
Ke 9 Tamid tersebut belum ada yang berhasil mempelajari Shurul Khan secara keseluruhan, sehingga mereka secara
tidak langsung menciptakan aliran Shurul Khan masing- masing.
Ke 9 murid itu bernama payug, orlug, tae fatan, bahroy, syirulgul,suyi, krait, naiman, dan seorang murid terakhir
Badur Namsuit yang membawa aliran namsuit.Mereka mendirikan lanah- lanah rahasia dan sangat selektif dalam
memilih murid, mengingat bahwa hancurnya lanah Shurulkhan karena pengkhianatan seorang Tamid Pengkhianat.
Syarat itu adalah hanya untuk kaum bangsawan dan hafal al- quran serta hadist Nabi.
Adapun Badur Jenan tidak diketahui jelas nasibnya, ada yang bilang ia menetap di turki, adapula yang mengatakan ia
tewas.
Tapi yang jelas, pengorbanan Badur Jenan dan Badur Namsuit tidak akan terlupa diantara para tamid Thifan Pokhan
dan Syufu Taesyukan.
Sedang negeri Thifan tak lama sepeninggalnya Badur Jenan hancur lebur diserang oleh bangsa China dan Mongol
dengan mudah dan hampir tanpa perlawanan.
Karena pemahaman agama yang salah, maka seluruh negeri mendapatkan akibatnya dan dijajah oleh negeri asing.

Itulah sekelumit hikayat yang terdapat dalam Kitab Zhodam, selain kisah Badur Namsuit dan Jenan, terdapat pula
kisah Para Badur baik aliran Thifan Pokhan maupun Syufu Taesyukhan dengan spesialisasi masing- masing.
Ada yang ahli Dath panas, ada yang ahli Dath dingin, ahli rahapan, ahli cakar dll.

Karena keterbatasan penulis ( belum baca yang versi lengkap ) maka tidak semua Kisah para Badur tersebut yang
ditulis disini, karena kisah mereka tidak terlalu berperan dalam sejarah shurul Khan, juga karena adanya beberapa
perbedaan penafsiran kitab Zhodam ( terutama dalam soal waktu kejadian, umur para badur dll ) dikarenakan Kitab
Zhodam adalah kitab hikayat maka tidak bisa dijadikan pegangan sejarah, meskipun para tokoh/ Badur yang tertulis
adalah benar pernah hidup di masa lalu.

Badur Ahmad Syiharani.

Inilah sang penulis Kitab Zhodam, selain itu ia juga menulis kitab Jurus ( Thifan Pokhan dan Syufu Taesyukhan ) dan
juga kitab pengobatan Thifan.
Ialah tokoh yang berhasil mengumpulkan aliran Shurulkhan yang terserak dan menjadikannya 2 aliran yaitu Thifan
Pokhan/ kepalan bangsawan raja thifan ( turfan ), dan syufu Taesyukhan/ gerakan bangsawan raja syufu ( kasygar ).

Thifan Pokhan mengutamakan tehnik- tehnik bertarung tingkat tinggi dan kecepatan serta kelincahan gerak, hingga
lebih cocok digunakan oleh orang yang bertubuh kecil ( orang tartar, han, hui ), sedangkan Syufu taesyukhan
mengutamakan kekuatan dan tehnik sederhana namun efektif seperti bantingan dan cengkraman, sehingga cocok
digunakan oleh orang bertubuh besar ( uighur, turki, arab ). Tetapi dalam segala sesuatu didunia selalu ada
perkecualian.
Adapun mengenai tokoh ini, masih kontroversi.
Pendapat pertama bahwa tokoh ini benar adanya.
Pendapat kedua bahwa nama Ahmad Syiharani adalah nama samaran, dikarenakan faktor keselamatan dan untuk
menjaga kerahasiaan.
Pendapat ketiga bahwa tokoh ini adalah samaran dari beberapa tokoh yang bersama menyusun kitab diatas.

Mengenai benar tidaknya pendapat- pendapat diatas, maka yang terpenting adalah bahwa Badur Ahmad Syiharani
telah mewariskan dan mewakafkan ilmu yang berguna bagi umat manusia, khususnya umat islam.

Penyebaran di Indonesia

Ketika kerajaan Aceh berdiri di sumatera, maharaja Aceh ketika itu ( Malik Muzzafar Syah atau Sultan Iskandar
Muda. Wallahualam ) mengundang para pendekar dari turkistan/ thifan untuk menjadi pelatih beladiri tentara kerajaan
aceh.
Hal ini mungkin atas bantuan dari Khalifah Turki Ustmani/ Ottoman Turk yang merupakan pemimpin Kekhalifahan
Islam, dan kerajaan Aceh adalah salah satu persemakmuran kekhalifahan Turki.
Para Badur itu datang membawa pula Kitab Zhodam, kitab jurus dan kitab pengobatan.
Ketiga kitab itu di terjemahkan ke dalam bahasa melayu kuno oleh seorang hulubalang/ pejabat kerajaan aceh yaitu
Hang Nandra Abubakar.
Dari sinilah awal mula tersebarnya Thifan Pokhan dan syufu Taesyukhan di Indonesia.

Tuanku Rao membawa ilmu ini ke daerah sumatera utara, riau, dan daerah sumatera yang lain, juga menyeberang ke
malaka/ malaysia.
Selain itu karena ketidakstabilan politik di asia tengah, maka banyak orang- orang muslim tartar yang bermigrasi ke
nusantara, terbanyak ke daerah Batavia dan jawa barat membawa serta Thifan Pokhan dan Syufu taesyukhan.

Ustad AD Marsedek.

Beliaulah yang memperkenalkan Thifan pokhan untuk masa modern, dan masih keturunan asli tartar ( Nama
Marsedek adalah dialeg urwun untuk Umar Sidik )khususnya di Jawa Barat dan merupakan Guru Besar Thifan
Pokhan di Indonesia.
Ini bermula ketika jaman orla ketika PKI sedang berjaya, banyak santri, ustad yang menjadi incaran orang komunis
( mirip dengan revolusi budaya China di jaman Mao Tse Tung ).
Untuk menghadapinya, maka banyak para santri dan ustad di jawa barat yang belajar Thifan Pokhan.
Juga pada waktu itu banyak tumbuh aliran beladiri dari luar dengan membawa budaya negeri asalnya yang tidak
sesuai dengan nilai keislaman, maka melihat keadaan itu maka Ustad Marsedek mengajarkan Thifan Pokhan sebagai
pilihan bagi umat islam yang ingin mempelajari beladiri yang islami.
Menurut senior- senior Thifan ( maklum, saya masih Junior nih ), pada waktu dulu latihannya dilakukan pada malam
hari dan tanpa lampu, karena masih mengikuti metode asli Thifan Pokhan jaman dahulu.

Tetapi setelah Jaman orde baru, orang yang berlatih Thifan mulai sedikit.
Mungkin dikarenakan PKI sudah tidak ada, dan ada yang bilang karena tekanan dari rejim orde baru yang agak
alergi dengan sesuatu beladiri yang berbaju islam ( mirip jaman Badur Jenan ).
Sesuai kondisi jaman pula, maka sekarang bukan hal yang tabu lagi bila ingin berlatih Thifan Pokhan.Banyak lanah/
tempat latihan Thifan dimana- mana, dan tidak harus lagi hapal 30 juz al- quran atau hapal 1000 hadist.
Cuma ada satu syarat yang tidak boleh dilanggar, dan tidak akan berani dilanggar, yaitu sesuai petuah para Badur
Thifan di masa lalu
Bahwa ilmu ini di wakafkan/ diberikan cuma- cuma untuk umat islam dan untuk membela islam

Jadi, mohon maaf, hanya Muslim yang boleh belajar Thifan Pokhan, bukan berarti Thifan benci atau memusuhi agama
lain, tapi hanya menjaga amanat dari pendahulu yang mengorbankan segala yang mereka punya demi menciptakan
dan melestarikan ilmu ini.
-
Alhamdulillah berkat perjuangan bersama saudara-saudaraku yang luar biasa dan dukungan dari para pembimbing,
akhirnya UKM Thifan Tsufuk Pokhan bisa didirikan di UI. Semoga ke depan pelatih akhwatnya semakin banyak &
saya sendiri bisa lebih baik lagi melatih diri dan orang lain, Allahu Akbar!!

P.S: Berbagai sumber


SHURULKHAN NI THIFAN PO KHAN WA SYUFU
TAESYUKHAN (1)
Posted by CB Blogger

SYUFU TAESYUKHAN
MMA HAROKAH ISLAM

Lambang Syufu Taesyukhan

Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengenai beladiri yang saya selaku penulis
blog ini pelajari (walaupun masih dasar). Nama beladiri ini adalah SYUFU TAESYUKHAN.
Berikut penjelasan mengenai beladiri tersebut.

Tidak layak kita menyebutkan mengenai beladiri ini tanpa menyebutkan Alm. Ust. Merzedek
terlebih dahulu. Beliau adalah orang yang paling berjasa dalam menyebarkan 2 anak beladiri
shurulkhan yang dikenal saat ini (SYUFU TAESYUKHAN dan thifan po khan). Menurut cerita,
Alm. Ust. Marzdedeq memiliki 2 murid utama. Ust. Pupu yang lebih mendalami kitab thifan
dan Ust. Yudi yang lebih mendalami kitab syufu. Akhirnya keduanya mengembangkan basis
beladirinya masing-masing. Jika diibaratkan ke dalam pasukan, syufu taesyukan merupakan
pasukan pendobrak garis depan sementara thifan po khan merupakan pasukan penyusup.
Dalam aplikasi pertarungannya sendiri, syufu lebih menekankan pada teknik-teknik
sederhana namun efektif sementara thifan menekankan ilmu perkelahiannya pada teknik-
teknik tingkat tinggi yang membutuhkan akurasi dan fleksibiltas yang lebih mumpuni
(walaupun hal ini tidak mutlak).
Alm. Ust. Marzdedeq.

Di dalam SYUFU TAESYUKHAN, materi-materinya sendiri tidak mencakup beladiri saja,


namun juga terdapat materi-materi lain di dalamnya. Ilmu-ilmu lain seperti arung jeram,
climbing, hiking, membaca jejak, berkuda dan bahkan ilmu semacam parkour juga diajarkan
dalam beladiri yang satu ini. Hal ini tidaklah heran mengingat ilmu yang satu ini asalnya
merupakan beladiri militer daerah Cina Utara dan Kasgaria. Sama seperti di dalam thifan, di
dalam syufu juga terdapat konsep tenaga dalam yang disebut dah (daht). Apabila kita melatih
syufu taesyukah di waktu udara dingin (malam hari), maka dah yang dilatih adalah dah dingin
beracun, sementara apabila kita melatih di siang hari, maka dah dingin penghangus yang
dilatih.

Jika kita bandingkan, beladiri syufu akan mengingatkan kita pada beladiri MMA (mixed martial
art) hanya bedanya, dalam syufu terdapat kurikulum tersendiri (sistematis), terdapat
penggunaan senjata, selain itu tamid (murid) tidak hanya diajarkan melatih olah fisik namun
diajarkan juga melatih olah ruhiyah dalam agama islam yang murni. Hal ini penting mengingat
misi utama dari beladiri SYUFU TAESYUKHAN adalah untuk menegakkan kebenaran dan
syariat islam, maka murid mesti diajarkan untuk memiliki mental para pejuang dinul haq demi
tegaknya islam itu sendiri.

Syufu adalah nama sebuah tempat di perbatasan Cina Utara (bisa dicari lewat google map)
sedangkan taesyukhan adalah dialek urwun untuk shurulkhan yang berarti siasat raja
perkelahian. Pada akhirnya, beladiri ini membentuk aliran tersendiri yang berbeda dari
shurukhan itu sendiri.

Salah satu pendekar yang berjasa dalam pembentukan beladiri ini adalah Tso Ya Khu atau
Jauhar Syirkuh (beberapa orang menyamakannya dengan paman dari Shalahudin Al-Ayubi
yaitu Asaduddin Syirkuh) yang merupakan orang muslim mongol urwun. Kemudian Ismet
Urwun dan kawan-kawannya menertibkan beladiri ini sehingga tertata sedemikian rupa.

SEJARAH SINGKAT SYUFU TAESYUKHAN

Beladiri A bertemu dengan beladiri B sehingga membentuk beladiri AB. Beladiri AB kemudian
bertemu dengan beladiri yang lebih baik yaitu beladiri C, maka perpaduannya memunculkan
beladiri ABC. Pada perkembangan selanjutnya, muncul beladiri unik D yang kemudian
bergabung dengan beladiri ABCD, terus berlanjut hingga akhirnya terbentuk beladiri yang
dianggap sempurna.

Berawal dari pergumulan atau gumul asal semua beladiri berasal, pada perkembangannya
terbentuklah beladiri masing-masing bangsa atau suku, seperti Cina dengan ilmu silatnya,
India dengan tinju dan pernafasan yoga-nya, suku-suku mongol yang hanya mengenal
sejenis gulat dan tinju, dan masih banyak beladiri yang lainnya.
Pada perkembangan berikutnya, pernafasan yoga berpadu dengan silat Cina memunculkan
nama Shaolin Kungfu, di kalangan muslimpun muncul beladiri sejenis dengan nama Thifan
Po Khan.

Gulat dan Tinju Mongol yang terkenal saat itu, dipadukan dengan beladiri shaolin
menghasilkan Tae Kumfu atau Tae Payuk.

Tae Payuk sendiri pecah menjadi beberapa bagian karena perbedaan suku. Pecahannya itu
antara lain:

Payuk, Kumfu atau Kow Anh


Orluq atau Saldsyuk
Bahroiy (nama orang, beladiri ini mirip seperti taichi)
Namsuit (nama penegak, orang yang membentuknya)
Syirugrul (nama penegak)
Narkiol yang berarti penghantar ke neraka
Fa Than (nama suku)
Krait (nama suku)
Naiman (nama suku)

Aliran-aliran ini hanya dikenal di kalangan para bangsawan sehingga dinamai siasat pukulan
raja-raja. Orang turki timur menyebutnya Shurulkhan, sedang orang Wigu (Uyghur)
menyebutnya Taesyukhan. Lidah orang Saldsyuk menyebutnya Syu Rulg Khan, dan orang
Cina menyebutnya Tsu Yu Kang (Kitab I Divan-I-Tamid Taesyukhan-i-Orluq Saldsyuk hal.16).
beladiri ini, juga dikenal dengan nama Tsyo Kumfu atau Kumfu utara.

Di masa berikutnya, muncul nama Taesyukhan-i-Orluq Saldsyuk, orang Koiyt menamakannya


Silat 12. Hal ini dikarenakan beladiri yang satu ini memadukan 12 aliran besar beladiri pada
waktu itu.

Silat-silat dan beladiri yang diambil sari-sarinya itu adalah:

Tae Kumfu sebagai dasar


Tae Kuni atau Kuntaw
Sari-sari Suyi (beladiri pasukan Timur Lenk)
Pukulan dan Gulat Mongol (beladiri pasukan Gengis Khan)
Beladiri Shantung (Tinju Shantung)
Silat Uyghur dan Tartar
Sari-sari Bahroiy (beladiri timbangan sejenis Taichi)
Sari-sari Namsuit
Narkiol (penghantar ke neraka) aliran selatan
Gubahan Kumfu (airan lain pecahan kumfu/kungu)
Pendidikan tenaga daht (tenaga dalam)
Di dalam SYUFU TAESYUKHAN, terdapat pendalaman yang unik, pendalam tersebut
adalah:

Tauhid, agar anggota dan umat islam tidak mempraktekkan kemusyrikan dalam beladiri
(oleh dewan fatwa)
Ahlak, agar anggota berahlakul karimah (oleh dewan fatwa)
Senzo (oleh pakar kealaman)
Medis (oleh bulan sabit merah)
Turgul (oleh team ahli)
Jurus (oleh team ahli)
Kuda-kuda (oleh team ahli)
Daht atau tenaga dalam (oleh team ahli)

hiking merupakan salah satu bentuk senzho dalam syufu


taesyukhan

Selain itu, di dalam SYUFU TAESYUKHAN juga terdapat LITBANG yang berfungsi untuk
meneliti berbagai beladiri masa kini supaya bisa diambil intisarinya, selain itu LITBANG juga
berfungsi untuk mendalami materi sehingga bisa dipraktekkan dan diaplikasikan secara
maksimal.

(sebagian tulisan di atas diambil dari sahabatsilat.com dari salah satu forum member yang
memiliki nama ID bayu umbara dengan pada beberapa tulisan, penulis mengeditnya sendiri)

SHURULKHAN NI THIFAN PO KHAN WA SYUFU


TAESYUKHAN (2)
Posted by CB Blogger
THIFAN PO KHAN

Thifan Po Khan adalah ilmu perkelahian yang merupakan pecahan dari tae kumfu. Tae
berarti dahsyat, hebat dan ajaib sedangkan Kumfu atau KUNGFU diartikan tekun, silat,
tenaga terpusat dan kebaikan yang berasas pada ajaran budha. Saat Islam mulai tersebar ke
kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan dan Asia Timur, maka para dai mengembangkan suatu
beladiri yang dinamakan Thifan Po Khan. Maka Tae Kumfu pecah menjadi 2 jenis
yaitu KUNGFU Shaolin yang beragama Budha dan Thifan Po Khan yang beragama islam.Thifan Po
Khan diolah dan dikombinasi dengan beladiri lainnya serta sudah dibersihkan dari unsur-unsur kesyirikan
dan kejahiliahan. Selain itu, konsep tenaga dalamnya pun berubah dari yang semula memakai Chi Kung
(Qi Gong) menjadi daht. Sampai saat ini, terdapat 3 aliran besar Thifan Po Khan yang tersebar di
Indonesia hingga saat ini. Ketiga aliran tersebut adalah Thifan Tsufuk, PTI (Persaudaraan Thifan Po
Khan Indonesia) dan Thifan Po Khan Ustadz Pupu (untuk yang aliran yang terakhir, saya kurang tahu
perkembangannya sekarang).

Dalam Bahasa Urwun, Thifan Po Khan dapat diartikan sebagai Kepalan Tinju Bangsawan Thurfan
(di daerah Xinjiang). Disebut demikian, karena gerakan-gerakan thifan relatif lebih halus dibanding
dengan saudaranya Syufu Taesyukhan yang lebih keras, sehingga beladiri ini dianggap lebih cocok
untuk para bangsawan di saat itu.

Ustadz Habib, pendiri Thifan aliran Tsufuk

Menurut sesepuh dan perintis kebangkitan Thifan Po Khan di Indonesia yaitu Alm. Ust.
Merzedek, diperkirakan Thifan lahir pada tahun 700-an Masehi, seiring dengan
perkembangan islam ke berbagai belahan dunia.
Agak berbeda dengan beladiri lain yang telah berkembang di tanah air, di thifan kelompok
latihan laki-laki dan perempuan senantiasa dilakukan terpisah (waktunya berbeda). Bahkan
pelatihnya sendiri diusahakan yang sejenis. Gerakan-gerakan dan jurus antar 2 kelompok ini
juga senantiasa berbeda agar masing-masing postur tubuh sesuai dengan kodratnya masing-
masing. Hal ini untuk memenuhi syarat mutlak sebuah beladiri yang islami, yaitu:

Tidak ada syirik;

Tidak ada kemaksiatan, yang salah satunya adalah tidak adanya percampuran laki-laki
dan perempuan dalam satu latihan;

Menjaga fitrah manusia sesuai dengan kodrat masing-masing;

Tidak menyerupai orang kafir.

Gerakan-gerakan dasar dalam Thifan Po Khan meliputi pukulan, tendangan, bantingan,


elakan, tangkisan. Latihan kelincahan seperti salto, meroda, roll, lompat harimau dll sangat
diperlukan dalam pertarungan, terlebih apabila kita dikeroyok banyak orang atau bertarung di
dalam ruangan yang dipenuhi barang-barang. Yang tak kalah penting adalah pernafasan.
Selain berguna untuk meningkatkan kesehatan, ilmu pernafasan ini juga berguna untuk
meningkatkan tenaga dalam (daht) dari tubuh kita baik itu daht panas, ataupun daht dingin.
Dengan daht panas, bagian tubuh orang yang terkena akan hangus sementara dengan daht
dingin, maka rasa dingin akan menjalar ke seluruh tubuh, membeku pada bagian tubuh lawan
hingga ke pangkal tulang layaknya direndam dalam gunung es.

Turgul (sparring) dalam Thifan Po Khan aliran PTI

Riwayat-riwayat di dalam kitab Zho Dam yang merupakan sebuah kitab kuno tentang thifan
karya Ahmad Syiharani, seorang pendekar Thifan asal urwun Cina, sayangnya tidak
tercantum kapan ditulisnya. Hanya diketahui telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Melayu
beberapa abad lalu oleh Hang Nandra Abu Bakar, hulubalang Sultan Iskandar Muda di Aceh.

Menurut Alm. Ust. Merzedek, pada tahun 1960-an Thifan Po Khan sempat ramai
digandrungi kalangan pemuda islam Kota Bandung. Mereka sangat bersemangat berlatih
thifan untuk menghadapi kekuatan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang pada waktu itu
sedang berjaya berkat dukungan pemerintah orde lama pimpinan Sukarno. Sayangnya
dengan berhasil ditumpasnya PKI, semangat pemuda islam menurun sehingga tidak ramai
lagi latihannya.

RINGKASAN ILMU THIFAN PO KHAN

Ilmu Gulat Mongol, Tatar, Saldsyuk,


Silat Kittan, Tayli
Dan
Ilmu beladiri Hindustan Pubra/Kagrul
Bercampur KUNGFU Purba Cina
Dan
Shorim Kumfu, Kumfu Cina Purba,
Kamfahana Yoga Dahtayana: Tatmosozu

Diolah oleh:
SHURULKHAN
Naimanka, Kraitsyu,
Suyi, Syirulgrul, Namsuit, Bahroiy
Taefatan, Orluq, Payuq

Setelah diubah, ditempa, ditambah,digabung


dipilih, diteliti, dikaji dan dicobakan menjadi
THIFAN PO KHAN

ASAL-USUL JURUS DAN GERAKAN THIFAN

Jurus persiapan thifan berasal dari gerakan tendangan, pukulan Suku Wigu, tingkat dasarnya
paduan gerak berbagai aliran dan gerakan hayawan (hewan) berdasarkan cerita pendekar
Namsuit.
Jurus-jurus turayt adalah perpaduan berekelahi pendekar Mongol.
Nuruty Doty (putri malu-malu) berasal dari gerakan Nana Fun.
Jurus bergulat berasal dari gerakan orang Turki, Tartar, Mandsyu, Saldsyuk dan Kay suku
pantai dan gerakan-gerakan langkah diambil dari gerakan sebelas suku dari luar daerah
tempat-tempat tumbuh Thifan, diantaranya suku-suku selatan Cina.
Gerakan Khimo diambil dari siasat suku: Kittan. Tayli, Tou Shorim (KUNGFU shaolin dan tao)
dan gerakan hayawan.
Jurus-jurus konlut diambil dari gerakan unggas ketika mematuk, menyanggah, menyambar,
menepak dan perkelahian unggas.
Jurus-jurus Fuen Loin diambil dari berbagai hayawan (hewan).
Jurus-jurus tawgi kotlu diambil dari gerakan hayawan, gerakan-gerakn beladiri Tartar,
Saldsyuk, dan berbagai ilmu beladiri Cina diantaranya berbagai jenis KUNGFU purba, Tezi da
Szandung.
Tingkat Badur (Pendekar) diambil dari aliran tayakan Suku Mutang, berbagai hayawan laut,
bentuk-bentuk bunga,lilin.
Jurus-jurus selendang suku Tayli, berbagai gerakan Suku Kitan, Mongol, Doghan dan Cina,
gerakan-gerakan itupun diubah dan dipadukan untuk kelengkapan ilmu shurulkhan.
Permainan berbagai senjatapun bermula dari gerakan toya Tao Shorim, KUNGFUPurba, Teizi
da Szandung, permainan pedang suku Arab Kurdi, permainan panah Suku Mongol,
permainan senjata keway (pisau) suku Wigu (Uyghur) dan segala permainan senjata itu
dipergunakan untuk menyerang, menangkis dengan jelas gerakan jurus, khimo dan
dilengkapi langkah-langkah.
Ilmu senzho dalam Thifan Po Khan berasal dari panduan bentuk gerakan berbagai suku
seperti ilmu bergelora di atas kuda berasal dari permainan suku Saldsyuk, Tatar, Turki, Wigu
dan dilakukan dengan cara orang-orang Arab dan Persia, lalu ilmu mencari jejak dari Turki,
Kitan dan Cina.

JURUS YANG DIPELAJARI PADA TAHAP AWAL

Jurus Praktis

Jurus Wigu Po Erterr tahap I


Po
Po Tsan
Pia Po
Po Nyir
Po Ungr
Po Khe
Por re
Tikessik

Jurus Wigu Po Er tahao II


Po
Po Tsan
Pia Po
Rangkaian pukulan/tangkisan
Po Nyir
Po Ungr
Po Khe
Por re
Po ets po

Jurus rangkaian Wigu Poer Thifan Po


Rangkaian Tsebe
Rangkaian Betsik
Sci Syikla kun
Syikla Sukwon
Po Awlat
Yenter
Zhit terr
Tsen kay te
Tsem i nay
Khe ne ay

Jurus Toya

Jurus Lanjutan
Lingzho Kawt (Naga Kembar)
Noiht ze wa (petik bunga anggrek)
Nuruy Tsuten (Putri berkemas)
Fuke Kotli Ey (panda memetik anggur)
Tsude ne fit (ungkitan seorang penjarah)
Pendekar buang rintangan
Tumpuan anak angin
dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai