Tepat?
Written by Maureen M. Magdalena
font size
Mengolah
herbal
inSh are
Ada beberapa teknik mengolah herbal atau tanaman obat, yaitu dengan cara merebus,
menyeduh, membuatnya sebagai serbuk, atau ekstrak tanaman obat yang sudah dikapsulkan.
Sadar atau tidak, seberapa besar pengaruh obat herbal bagi tubuh kita terutama untuk tujuan
pengobatan, ternyata juga dipengaruhi oleh bentuk sajian obat herbal yang kita konsumsi.
Mari kita simak satu-per satu aneka teknik pengolahan obat herbal dan melihat bagaimana hal
itu berpengaruh besar dalam proses pengobatan herbal yang sedang kita jalani.
Merebus atau Menggodok, Cara Tradisional
Mengolah herbal
Karena alasan kepraktisan, beberapa orang lebih menyukai mengolah herbal dengan cara
merebus atau menggodoknya berdasarkan resep para herbalis dan mungkin sedikit modifikasi
dengan tambahan bahan lain untuk menambah cita rasa, tentunya dengan persetujuan herbalis.
Namun, perlu diketahui bahwa ada hal-hal yang perlu diperhatikan ketika merebus atau
menggodok obat herbal. Dalam buku Herbal Indonesia Berkhasiat, Bukti Ilmiah & Cara Racik,
terbitan Trubus, disebutkan bahwa ketika merebus bahan herbal, pemakaian wadah penting
untuk diperhatikan.
Wadah dari besi dan alumunium tidak disarankan karena racun yang dikeluarkan bahan
tersebut bisa mencemari ramuan herbal yang sedang dibuat sehingga dapat mengurangi
khasiatnya dan bahkan bisa meracuni Anda.
Maka, penting untuk mengetahui alat atau wadah yang cocok untuk merebus atau menggodok
herbal. Alat untuk merebus herbal yang dianjurkan adalah yang anti-karat, tanah liat, kaca,
atau email.
Ini biasanya digunakan untuk konsumsi herbal asal bunga, contohnya rosella dan daun segar.
Seduhan juga biasa dilakukan pada herbal berbentuk serbuk. Serbuk bisa dibuat dari murni
tanaman tunggal atau campuran dari beberapa jenis herbal.
Misalnya, dari satu kilogram bahan tanaman obat hanya dapat diperoleh sekitar satu miligram
senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dengan optimal sebagai obat.
Tak heran, produk obat herbal yang sudah diekstraksi biasanya terlihat mencolok di pasaran
karena harganya yang relatif lebih mahal dibandingkan bentuk sajian herbal lainnya.
Meskipun begitu, Anda tidak akan dikecewakan oleh manfaat yang dihasilkannya karena
tanaman obat (herbal) yang sudah diekstraksi pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih aman
untuk ginjal karena sudah berupa senyawa aktif sehingga tidak dibutuhkan waktu yang lama
bagi tubuh untuk mencerna dan merasakan khasiatnya.
Peneliti obat-obatan alami dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta, Prof Dr Subagus Wahyuono mengatakan, "kandungan senyawa aktif berkaitan
dengan daya sembuh tanaman tersebut ketika sudah diolah menjadi obat (herbal). Semakin
tinggi senyawa aktifnya, semakin cepat pula obat tersebut menyembuhkan penyakit."
Keunggulan lain, hasil ekstraksi tanaman obat biasanya dikapsulkan agar lebih praktis. Dengan
pengkapsulan, masa simpan obat lebih tahan lama, lebih higienis, dan lebih aman karena
terlindungi oleh selongsong kapsul. Yang tak kalah penting, obat herbal yang telah dikapsulkan
telah terukur dosisnya sehingga sangat tepat digunakan dalam pengobatan.
Menurut pakar naturopati Dr. Amarullah Siregar, pada dasarnya pemanfaatan herbal bisa
disesuaikan dengan selera masing-masing. Bila bertujuan untuk menjaga kesehatan, rebusan
sederhana dapat dikonsumsi dengan catatan tidak adanya riwayat penyakit tertentu.
Tapi, racikan herbal sederhana tidak cukup lagi kalau sudah ada kelemahan dalam tubuh, baik
karena faktor genetik atau memang mengidap penyakit tertentu.
Karena itu, agar memberikan manfaat optimal, obat herbal yang dikonsumsi untuk pengobatan
sebaiknya sudah dalam bentuk ekstrak serta sudah terukur dosisnya. Mengapa? Sekali lagi,
tanaman obat (herbal) yang sudah diekstraksi pengaruhnya jauh lebih kuat dan lebih aman
untuk ginjal.
Jika Anda sedang mempertimbangkan pengobatan herbal, artikel berikut dapat membantu
Anda membuat pilihan yang tepat. Teruskan membaca di halaman Pertimbangkan! Fakta
Seputar Pengobatan Herbal