Anda di halaman 1dari 2

Dekade tahun 1970-an menandai suatu masa terjadinya transformasi dan reorientasi bagi dunia Islam.

John Obert Voll menyebutkan bahwa transformasi dan reorientasi ini merupakan sebuah kebangkitan
yang merupakan produk dari perkembangan-perkembangan di dalam masyarakat modern dan
kelangsungan dari dunia Islam.

Permasalahan ideologi-ideologi sangat relevan dengan kondisi dekade tahun 1970-an, di samping situasi
Perang Dingin antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet yang sedang berlangsung, Dunia Islam
kemudian hadir sebagai kekuatan perlawanan yang menolak hegemoni kedua negara yang berseteru
secara dingin tersebut. Jika hegemoni AS, dengan demokrasi-liberalnya, dan Komunisme Uni Soviet
dipandang dengan tema “perluasan dan penyebaran ideologi”, maka sudah menjadi barang tentu,
negara-negara Muslim di wilayah Timur Tengah hingga Asia Tengah menjadi poros yang paling
mengalami distorsi.

Pada dekade yang sedang berlangsung itu, Afghanistan merupakan negeri yang menyediakan tantangan
kepada modernitas dengan simbol-simbol ideologinya, sekaligus mendapatkan tantangan yang berarti
atas perubahan struktur ideologis, khususnya di kawasan Asia Tengah. Memasuki periode abad
keduapuluh, struktur monarki di Afghanistan menempatkan suatu kepemimpinan monarkial yang rapuh.
Raja Zhahir Shah (lihat lampiran 2, hlm. 211) yang telah berkuasa sejak 1933 (pada usia 19 tahun)
menyimbolkan sebuah drama akhir yang menggiring berakhirnya kekuasaan monarkial di Afghanistan.
Sistem parlementer yang dimulainya pada tahun 1962-1963 telah gagal mengamankan posisinya
sekaligus kekuatan monarki.5 Dengan begitu, sistem parlementer ini merupakan sebuah perubahan
tersendiri bagi arus modernitas di Afghanistan, ketika model-model dan teknis politik ala Barat mulai
diadopsi.

pada akhir 1970-an pasukan Uni Soviet menyerbu Afghanistan untuk mendukung pemerintahan
berhaluan komunis. Soviet mengorganisir pengangkutan udara militer besar-besaran ke Kabul
yang melibatkan sekitar 280 pesawat angkut, dan tiga divisi dengan masing-masing beranggota
8.500 orang.
Invasi Uni Soviet ke Afghanistan berlangsung selama 10 tahun, mulai 1979 dan berakhir 1989.
Tujuan invasi Uni Soviet ke Afghanistan adalah untuk memberesi kekacauan pemerintahan,
karena saat itu kedua negara sedang bermitra.

Soviet mendapat perlawanan sengit dari kelompok bersenjata Mujahidin yang didukung AS,
Pakistan, China, Arab Saudi, dan beberapa negara lain.

(ganti Slide)
Akar konflik di Afghanistan itu terletak pada penggulingan pemerintah Presiden Mohammad
Daud Khan yang berhaluan tengah, pada April 1978 oleh perwira militer sayap kiri yang
dipimpin oleh Nur Mohammad Taraki. Britanica mencatat, kekuasaan kemudian dibagi oleh dua
kelompok politik Marxis-Leninis, yang memiliki sedikit dukungan rakyat.

Pemerintah baru menjalin hubungan dekat dengan Soviet, melancarkan pembersihan kejam dari
semua oposisi domestik, dan memulai reformasi tanah dan sosial yang luas yang sangat dibenci
oleh penduduk Muslim yang taat dan sebagian besar antikomunis.
Merespons tindakan kejam Soviet, pemberontakan muncul melawan pemerintah di antara
berbagai kelompok suku dan kota yang menggunakan Islam sebagai sumber inspirasi yang
menyatukan. Kelompok-kelompok ini secara kolektif dikenal sebagai mujahidin

Sekitar 15.000 tentara Soviet tewas dalam Perang Afghanistan. Pemimpin Soviet yang baru,
Mikhail Gorbachev, lalu memutuskan penarikan pasukan pada 1989. Setahun sebelumnya
pasukan Soviet sudah mundur teratur, karena demoralisasi dan memprediksi tak akan bisa
menang

(ganti Slide)
Penarikan mundur pasukan Soviet dari Afghanistan memicu lahirnya Taliban, yang dalam
bahasa Pashto berarti "pelajar". Hal ini merujuk pada anggota kelompok yang pernah belajar di
bawah Mullah Omar, salah satu pendiri Taliban dan komandan pasukan Mujahidin yang
mendorong Uni Soviet keluar dari Afghanistan pada 1989. Taliban juga merupakan transformasi
dari Mujahidin yang dilatih dan dipersenjatai oleh CIA, serta badan intel militer Pakistan yaitu
inter-Services Intelligence (ISI).
pendiri Taliban yang merupakan komandan pasukan mujahidin untuk mendorong Uni Soviet
keluar dari Afganistan pada 1989 adalah Mullah Omar. Mullah Omar membentuk Taliban
dengan 50 pengikutnya untuk menentang ketidakstabilan, korupsi, dan kejahatan di Afghanistan.

Kepada etnis Pashtun, Taliban berjanji mengembalikan perdamaian dan keamanan, serta
menegakkan hukum di Afghanistan sesuai syariah Islam. Janji Taliban tersebut membuat
kelompok ini mudah diterima dan menyebarkan pengaruhnya.

Popularitas awal Taliban melejit berkat keberhasilan memberantas korupsi, membatasi


pelanggaran hukum, dan membuat jalanan di bawah kendali mereka. Namun, di sisi lain, Taliban
melarang televisi, musik, dan bioskop, melarang anak perempuan berusia 10 tahun lebih ke
sekolah, dan memaksa perempuan mengenakan burka. Taliban juga memberlakukan atau
mendukung hukum keras, seperti eksekusi di depan umum untuk kasus pembunuhan dan
perzinahan, serta potong tangan bagi para pencuri.

Anda mungkin juga menyukai