Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Uni Soviet merupakan salah satu negara adidaya antara tahun 1922 sampai pada tahun
1991 di Eurasia dan merupakan negara komunis terbesar dan tertua yang pernah ada. Uni
Soviet merupakan gabungan atau federasi dari negara-negara sosialis komunis. Federasi ini
tergabung dalam Republics Sosialist Soviet (RSS). Pada awalnya Republik Sosialis Soviet
hanya terdiri atas empat negara yaitu Russian Soviet Federated Socialist Republic (RSFSR),
Transcaucasia SFSR, Ukrainian SSR, Belorussian SSR, kemudian berkembang menjadi 15
negara pada tahun 1956 yang terdiri dari Armenia, Azerbaijan, Byelorussia, Estonia,
Georgia, Kazakhstan, Kirgizstan, Latvia, Lithuania, Moldavia, Rusia, Tajikistan,
Turkmenistan, Ukraina, dan Uzbekistan. Luas wilayah Uni Soviet adalah 22.402.200 km 2..
Uni Soviet terbentang lebih dari 10.000 km dari timur ke barat dan hampir 7.200 km dari
utara ke selatan dan melintasi sebelas daerah waktu. Uni Soviet mempunyai batas negara
dengan panjang lebih dari 60.000 km, dua pertiganya adalah garis pantai Samudera Arktik.
Pada saat itu Uni Soviet juga berbatasan dengan Afghanistan, Cina, Cekoslowakia, Finlandia,
Hungaria, Iran, Mongolia, Korea Utara, Norwegia, Polandia, Rumania, dan Turki.

Ketika Kaisar Rusia Aleksander III meninggal pada tahun 1894, Tsar Nikolai II
menggantikan posisi ayahnya tersebut. Pemerintahan yang sangat reaksioner dan bersifat
otokratis digunakan selama masa pemerintahannya pada tahun 1894 sampai pada tahun
1917. Namun, dalam bidang ekonomi pemerintahannya sangat progresif terutama dalam
bidang industri, seperti industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi. Hal ini
menyebabkan berkembangnya gerakan sosialis yang menentang kapitalisme yang terjadi di
Rusia dengan mendirikan Partai Sosial Demokrat pada tahun 1898. Tetapi pada tahun 1903
partai ini terpecah menjadi Partai Sosialis (Menshevik) dengan dipimpin oleh George
Plikhanov dan Partai Komunis (Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Iliyich Lenin.
Selama masa kepemimpinannya, Rusia juga sedang berperang melawan Jepang pada tahun
1904 sampai pada tahun 1905 yang dilakukan untuk mencari pengaruh dikawasan Asia dan
2

juga sedang berperang melawan Ottoman Turki. Sampai pada akhirnya Tsar Nikolai II
menjadi tsar dinasti Romanov yang terakhir. Penyebab runtuhnya dinasti Romanov antara
lain disebabkan oleh : Pertama, peristiwa minggu berdarah pada hari minggu tanggal 22
Januari 1905, merupakan demonstrasi damai yang dilakukan oleh kaum buruh di Petrograd
(sekarang St. Petersburg) yang menewaskan ribuan buruh akibat tembakan-tembakan oleh
tentara tsar.

Kedua, pada bulan Oktober 1905 sekitar 3 juta pekerja mogok kerja, menuntut
persamaan hak, perbaikan nasib (kebebasan dan pemberlakuan 8 jam kerja/hari). Dampak
dari pemogokan ini adalah Manifesto 17 Oktober dan muncul pemberontakan bersenjata
(Revolusi 1905) pada bulan Desember 1905. Ketiga, kekalahan Rusia dalam perang
melawan Jepang yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan rakyat terhadap Tsar.
Keempat, terjadinya Revolusi 1917 (Februari dan Oktober) di Rusia yang dipicu oleh
dipaksanya 11-15 juta petani oleh Tsar Nikolai II untuk diikutsertakan dalam Perang Dunia I
sehingga lahan pertanian terbengkalai yang membuat rakyat Rusia menderita kelaparan
akibat inflasi karena biaya perang yang meningkat yang berdampak pada meingkatnya harga
kebutuhan pokok. Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nikolai II dari kekuasaannya
serta pemerintahan sementara (provisional) yang dibentuknya. Kaum Bolshevik meresmikan
berdirinya Republik Soviet Rusia dan pada tanggal 7 November 1917 namanya diubah
menjadi RSFSR (Russian Soviet Federated Socialist Republic). Pada tahun 1918 terjadi
perang saudara antara Kaum Menshevik dan Kaum Bolshevik. Perang ini diakhiri dengan
kekalahan Kaum Menshevik dan terbentuknya Union of Soviet Socialist Republics (USSR)
atau Uni Soviet pada 30 Desember 1922.

Setelah turunnya Tsar Nikolai II, terjadi transisi mulai dari masa pemerintahan Lenin
hingga pemerintahan Gorbachev. Uni Soviet dibawah kepemimpinan Lenin mengukuhkan
diri sebagai negara komunis. Pada tahun 1919 Lenin membentuk Komintern (Komunis
Internasional) yang bertugas menyebarkan komunisme di seluruh dunia. Di awal revolusi,
pemerintah berusaha mematahkan dominasi patriarki keluarga dengan memberikan
kebebasan dan hak politik terhadap wanita. Lenin juga menjalankan New Economic Policy
(NEP), petani-petani dibebaskan dari pungutan dan diperbolehkan menjual kelebihan
produknya di pasar terbuka. Program ini terbukti sangat menguntungkan dan menghidupkan
3

perekonomian. Pada tahun 1947, Lenin juga mendirikan Cheka untuk mengantisipasi
pemberontakan dari kelompok kontra revolusioner dan memonopoli keberadaan media.
Setelah kematian Lenin, posisi kepala pemerintahan dipegang oleh Joseph Stalin. Stalin
membuat Rencana Lima Tahun, yaitu menghapus sistem NEP , industrialisasi besar-besaran,
kolektivisasi pertanian dan mengontrol semua aktivitas ekonomi. Stalin juga membentuk
NKVD (People’s Commissariat of Internal Affairs) yang mengakibatkan kurang lebih 3 juta
orang terkena deportasi, adanya The Great Purges (Pembersihan Besar) yang membekukan
enam anggota awal politbiro 1920 yang membesarkan Lenin, petinggi-petinggi Tentara
Merah dan direktur-direktur industri. Pemimpin Uni Soviet berikutnya adalah Nikita
Kruschev. Sistem kepemimpinan yang dilakukan Stalin, menginspirasi Kruschev untuk
melakukan koreksi terhadap pemerintahan Stalin dan merinci kekejaman yang dilakukan
Stalin.
Tahun 1964, Khrushchev diimpeach oleh Komite Sentral CPSU karena sejumlah
kesalahan termasuk kebijakan USSR yang menyebabkan terjadinya Krisis Misil Kuba.
Setelah Khrushchev mundur, Leonid Brezhnev naik menjadi pemimpin USSR. Brezhnev
juga menekankan industri berat dan melakukan reformasi ekonomi tahun 1965. Tahun 1960,
USSR menjadi produsen dan eksportir migas. Di awal tahun 1980 Pada saat Uni Soviet di
bawah kendalinya, negara mengalami kemerosotan di segala bidang. Tingkat pertumbuhan
ekonomi menurun drastis, korupsi merajalela, produk pertanian kurang variatif, sektor jasa
tidak berjalan lancar, dan berbagai kemunduran lainnya. Setelah kemunduran Brezhnev,
kepemimpinan Uni Soviet digantikan oleh Yuri Andropov dan kemudian Konstantin
Chernenko. Namun, kedua pengganti Brezhnev tidak mampu membawa perubahan yang
berarti.
Dampak perjanjian Postdam 2 Agustus 1945 antara sekutu dengan Jerman adalah
wilayah Jerman dibagi menjadi dua, yaitu Jerman Barat dengan ibu kotanya di Bonn dan
Jerman Timur dengan ibukotanya di Berlin Timur. Sementara kota Berlin dibagi menjadi
dua pula yaitu Berlin Barat dan Berlin Timur. Kedua kota tersebut kemudian dipisahkan
dengan tembok Berlin yang dibangun tahun 1961 - 9 Nopember 1989. Jerman Barat
dibawah pengaruh Amerika Serikat, Inggris dan Perancis, sementara Jerman Timur dibawah
pengaruh Uni Soviet.
4

Dalam perkembangannya negara dibawah Uni Soviet menjadi negara komunis dan
Jerman Barat menjadi negara demokrasi dengan paham liberalnya yang banyak
memberikan kebebasan bagi masyarakat. Di bidang ekonomi Jerman Barat tumbuh menjadi
negara maju, sementara Jerman Timur yang komunis, perekonomiannya makin memburuk.
Jerman mulai dilanda isu tentang keterbukaan dan restrukrisasi ekonomi menjelang tahun
1990-an. Hal tersebut dipicu kemerosotan ekonomi Jerman Timur dan daya tarik
perkembangan pesat perekonomian di Jerman barat. Dengan latar belakang tersebut yang
kemudian melahirkan gerakan yang bertujuan untuk menyatukan kembali Jerman Barat dan
Jerman Timur. Rencana pertama untuk menyatukan bagian-bagian wilayah Jerman
diajukan oleh Joseph Stalin pada 1952 di bawah syarat-syarat sebagaimana yang kemudian
diambil untuk Austria.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana proses runtuhnya Uni Soviet?
1.2.2 Apa penyebab keruntuhan Uni Soviet?
1.2.3 Bagaimana proses Reunifikasi Jerman ?
1.2.4 Apa faktor penyebab Reunifikasi Jerman ?
1.2.5 Apa dampak Penyatuan Jerman ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui proses keruntuhan Uni Soviet
1.3.2 Mengetahui latar belakang dan penyebab runtuhnya Uni Soviet
1.3.3 Mengetahui proses Reunifikasi Jerman
1.3.4 Mengetahui faktor penyebab Reunifikasi Jerman
1.3.5 Mengetahui dampak dari penyatuan Jerman

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
5

Secara teoritis, diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber


informasi dan menjadi sumber pengetahuan dalam memahami sejarah Keruntuhan
Uni Soviet beserta dampaknya bagi dunia. Selain itu dapat menambah wawasan
khususnya tentang proses penyatuan Jerman Barat dan Jerman Timur. Hal tersebut
juga menjadi pembelajaran bagi generasi penerus untuk belajar dari pengalaman
supaya tidak takut menghadapi perubahan.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana baru, sekaligus
memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada masyarakat mengenai
sejarah Keruntuhan Uni Soviet dan dampaknya bagi dunia. Selain itu, dapat
menjadikan motivasi bagi bangsa Indonesia supaya berani menghadapi perubahan.
6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Proses Runtuhnya Uni Soviet


Ketika Kaisar Rusia Aleksander III meninggal pada tahun 1894, Tsar Nikolai II
menggantikan posisi ayahnya tersebut. Pemerintahan yang sangat reaksioner dan bersifat
otokratis digunakan selama masa pemerintahannya pada tahun 1894 sampai pada tahun
1917. Namun, dalam bidang ekonomi pemerintahannya sangat progresif terutama dalam
bidang industri, seperti industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi. Hal ini
menyebabkan berkembangnya gerakan sosialis yang menentang kapitalisme yang terjadi
di Rusia dengan mendirikan Partai Sosial Demokrat pada tahun 1898. Tetapi pada tahun
1903 partai ini terpecah menjadi Partai Sosialis (Menshevik) dengan dipimpin oleh
George Plikhanov dan Partai Komunis (Bolshevik) yang dipimpin oleh Vladimir Iliyich
Lenin. Selama masa kepemimpinannya, Rusia juga sedang berperang melawan Jepang
pada tahun 1904 sampai pada tahun 1905 yang dilakukan untuk mencari pengaruh
dikawasan Asia dan juga sedang berperang melawan Ottoman Turki. Sampai pada
akhirnya Tsar Nikolai II menjadi tsar dinasti Romanov yang terakhir. Penyebab
runtuhnya dinasti Romanov antara lain disebabkan oleh : Pertama, peristiwa minggu
berdarah pada hari minggu tanggal 22 Januari 1905, merupakan demonstrasi damai yang
dilakukan oleh kaum buruh di Petrograd (sekarang St. Petersburg) yang menewaskan
ribuan buruh akibat tembakan-tembakan oleh tentara tsar.
Kedua, pada bulan Oktober 1905 sekitar 3 juta pekerja mogok kerja, menuntut
persamaan hak, perbaikan nasib (kebebasan dan pemberlakuan 8 jam kerja/hari). Dampak
dari pemogokan ini adalah Manifesto 17 Oktober dan muncul pemberontakan bersenjata
(Revolusi 1905) pada bulan Desember 1905. Ketiga, kekalahan Rusia dalam perang
melawan Jepang yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan rakyat terhadap Tsar.
Keempat, terjadinya Revolusi 1917 (Februari dan Oktober) di Rusia yang dipicu oleh
7

dipaksanya 11-15 juta petani oleh Tsar Nikolai II untuk diikutsertakan dalam Perang
Dunia I sehingga lahan pertanian terbengkalai yang membuat rakyat Rusia menderita
kelaparan akibat inflasi karena biaya perang yang meningkat yang berdampak pada
meingkatnya harga kebutuhan pokok. Revolusi ini berhasil menggulingkan Tsar Nikolai
II dari kekuasaannya serta pemerintahan sementara (provisional) yang dibentuknya.
Kaum Bolshevik meresmikan berdirinya Republik Soviet Rusia dan pada tanggal 7
November 1917 namanya diubah menjadi RSFSR (Russian Soviet Federated Socialist
Republic). Pada tahun 1918 terjadi perang saudara antara Kaum Menshevik dan Kaum
Bolshevik. Perang ini diakhiri dengan kekalahan Kaum Menshevik dan terbentuknya
Union of Soviet Socialist Republics (USSR) atau Uni Soviet pada 30 Desember 1922.
Setelah turunnya Tsar Nikolai II, terjadi transisi mulai dari masa pemerintahan
Lenin hingga pemerintahan Gorbachev. Uni Soviet dibawah kepemimpinan Lenin
mengukuhkan diri sebagai negara komunis. Pada tahun 1919 Lenin membentuk
Komintern (Komunis Internasional) yang bertugas menyebarkan komunisme di seluruh
dunia. Di awal revolusi, pemerintah berusaha mematahkan dominasi patriarki keluarga
dengan memberikan kebebasan dan hak politik terhadap wanita. Lenin juga menjalankan
New Economic Policy (NEP), petani-petani dibebaskan dari pungutan dan diperbolehkan
menjual kelebihan produknya di pasar terbuka. Program ini terbukti sangat
menguntungkan dan menghidupkan perekonomian. Pada tahun 1947, Lenin juga
mendirikan Cheka untuk mengantisipasi pemberontakan dari kelompok kontra
revolusioner dan memonopoli keberadaan media. Setelah kematian Lenin, posisi kepala
pemerintahan dipegang oleh Joseph Stalin. Stalin membuat Rencana Lima Tahun, yaitu
menghapus sistem NEP , industrialisasi besar-besaran, kolektivisasi pertanian dan
mengontrol semua aktivitas ekonomi. Stalin juga membentuk NKVD (People’s
Commissariat of Internal Affairs) yang mengakibatkan kurang lebih 3 juta orang terkena
deportasi, adanya The Great Purges (Pembersihan Besar) yang membekukan enam
anggota awal politbiro 1920 yang membesarkan Lenin, petinggi-petinggi Tentara Merah
dan direktur-direktur industri. Pemimpin Uni Soviet berikutnya adalah Nikita Kruschev.
Sistem kepemimpinan yang dilakukan Stalin, menginspirasi Kruschev untuk melakukan
koreksi terhadap pemerintahan Stalin dan merinci kekejaman yang dilakukan Stalin.
8

Tahun 1964, Khrushchev diimpeach oleh Komite Sentral CPSU karena sejumlah
kesalahan termasuk kebijakan USSR yang menyebabkan terjadinya Krisis Misil Kuba.
Setelah Khrushchev mundur, Leonid Brezhnev naik menjadi pemimpin USSR. Brezhnev
juga menekankan industri berat dan melakukan reformasi ekonomi tahun 1965. Tahun
1960, USSR menjadi produsen dan eksportir migas. Di awal tahun 1980 Pada saat Uni
Soviet di bawah kendalinya, negara mengalami kemerosotan di segala bidang. Tingkat
pertumbuhan ekonomi menurun drastis, korupsi merajalela, produk pertanian kurang
variatif, sektor jasa tidak berjalan lancar, dan berbagai kemunduran lainnya. Setelah
kemunduran Brezhnev, kepemimpinan Uni Soviet digantikan oleh Yuri Andropov dan
kemudian Konstantin Chernenko. Namun, kedua pengganti Brezhnev tidak mampu
membawa perubahan yang berarti.
Tidak mudah bagi pemimpin Uni Soviet selanjutnya untuk memperbaiki
kemunduran perekonomian yang dialami Uni Soviet. Sampai akhirnya Mikhail
Gorbachev menjadi pemimpin Uni Soviet. Mikhail Gorbachev menyadari bahwa
penerapan marxisme dan sistem pemerintahan komunis yang selama ini diterapkan tidak
mampu membawa perubahan pada Uni Soviet dari kemunduran ekonomi untuk
menandingi lawan-lawannya dari negara-negara barat terutama Amerika Serikat. Oleh
karena itu sejak berkuasa, Gorbachev ingin memulihkan kondisi politik dan ekonomi Uni
Soviet melalui suatu reformasi dan berusaha membangkitkan Uni Soviet menjadi negara
yang besar di dunia sekaligus juga menjadi negara yang lebih demokratis. Untuk
merealisasikan ambisinya, Gorbachev membuat kebijakan Perestroika (restrukturisasi
ekonomi), yaitu menata kembali berbagai kebijakan di semua bidang kehidupan dan
Glasnost (keterbukaanpolitik) bermakna membuka diri dari pergaulan internasional dan
memperluas partisipasi masyarakat dalam negara dengan memberikan kebebasan
berbicara yang lebih besar sehingga pers/media massa menjadi lebih merdeka. Sementara
tujuan utama Gorbachev dalam mengadakan Glasnost adalah untuk menekan kaum
konservatif yang menentang kebijakan-kebijakan restrukturisasi ekonominya. Sejak
diterapkannya dua kebijakan tersebut, Uni Soviet mulai mengalami perubahan,
ketegangan antara blok timur yang dipimpin Uni Soviet dan blok barat yang dipimpin
oleh Amerika Serikat mulai mereda. Pada tahun 1988 Persetujuan Genewa dicapai dan
pada 15 Februari 1989 seluruh tentara Uni Soviet mundur dari Afghanistan.
9

Komitmen Gorbachev semakin terlihat saat Uni Soviet tidak ikut terlibat dan
memilih bersikap lebih netral dalam Perang Teluk tahun 1990-1991. Bantuan yang telah
diberikan selama 30 tahun untuk Kuba pun dihentikan pada tahun 1991 oleh Gorbachev.
Namun disisi lain kebebasan dan keterbukaan yang diterapkan oleh Gorbachev
menimbulkan pertentangan sosial dalam masyarakat dan memunculkan kelompok-
kelompok masyarakat yang saling bersaing memperebutkan pengaruh dan kekuasaan,
yaitu kelompok moderat yang menyetujui reformasi tetapi tetap menjalankan komunisme,
kelompok konservatif yang menentang reformasi dan ingin mempertahankan komunisme,
kelompok radikal yang mendukung reformasi, tetapi ingin meninggalkan komunisme.
Sampai pada tanggal 19 Agustus 1991 kelompok konservatif di bawah pimpinan Wakil
Presiden Gennadi Yanayev melancarkan kudeta terhadap Gorbachev, tetapi dapat
digagalkan Boris Yeltsin, pemimpin kelompok radikal. Gorbachev selamat dari kudeta,
namun harus menghadapi kesulitan ekonomi dalam negeri yang makin parah. Selain itu,
kelompok militer mulai terpecah-pecah dan negara-negara bagian semakin banyak yang
menuntut kemerdekaan. Pada saat itulah seperti ada kekosongan pimpinan pusat dan
negara berada dalam vacuum of power. Apalagi hal ini kemudian disusul dengan
pernyataan pengunduran diri Gorbachev sebagai Sekjen PKUS dan sekaligus
mengeluarkan dekrit pembubaran PKUS pada 24 Agustus 1991. Sehari sesudah peristiwa
itu, Boris Yeltsin mengambil alih kekuasaan. Tetapi tindakan Boris Yeltsin ini tidak
didukung semua negara bagian di Uni Soviet. Sehingga Latvia, Lithuania, Estonia,
Georgia, Maldova memisahkan diri dari Uni Soviet. Latvia, Listhuania dan Estonia
berhasil memperoleh kemerdekaan dari Uni Soviet pada tanggal 6 September 1991.
Secara resmi, pembubaran Uni Soviet berlangsung pada 8 Desember 1991. Uni Soviet
runtuh dan terbagi menjadi beberapa negara-negara berdaulat. RSFSR yang kemudian
menjadi Federasi Rusia menjadi sebuah negara terbesar bekas negara Uni Soviet dan
sekaligus memiliki hak sebagai pewaris kebesaran Uni Soviet. Selanjutnya, negara-
negara bekas Uni Soviet (kecuali negara-negara Balkan) mengikat diri dalam organisasi
Commonwealth of Independent States (CIS) di bawah pimpinan Rusia.
Upaya-upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis menawarkan
harapan, namun akhirnya terbukti tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan
serangkaian peristiwa yang akhirnya ditutup dengan pembubaran imperium Soviet.
10

Kebijakan-kebijakan yang mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk merangsang


ekonomi Soviet, perestroika dan glasnost segera menimbulkan akibat-akibat yang tidak
diharapkan.

Pengenduran sensor di bawah glasnost mengakibatkan Partai Komunis kehilangan


genggamannya yang mutlak terhadap media. Tak lama kemudian, dan yang akibatnya
mempermalukan pemerintah, media mulai menyingkapkan masalah-masalah sosial dan
ekonomi yang parah yang telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah
Soviet. Masalah-masalah seperti perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan
obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman dari masa Stalin, dan
korupsi kecil-kecilan hingga yang besar-besaran, yang kesemuaya selama ini telah
diabaikan oleh media resmi, mendapatkan perhatian yang semakin besar. Laporan-
laporan media juga menyingkapkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Stalin dan
rezim Soviet, seperti misalnya Gulag dan Pembersihan Besar yang diabaikan oleh media
resmi. Lebih dari itu, perang di Afganistan yang berkelanjutan dan kekeliruan di dalam
penanganan kecelakaan Chernobyl 1986 lebih jauh merusakkan kredibilitas pemerintahan
Soviet pada masa ketika ketidakpuasan kian meningkat.

Secara keseluruhan, pandangan yang sangat positif mengenai kehidupan Soviet


yang telah lama disajikan kepada publik oleh media resmi, dengan cepat menjadi rontok,
dan aspek-aspek kehidupanu negatif ditampilkan ke permukaan. Hal ini menggerogoti
keyakinan publik terhadap sistem Soviet dan merontokkan basis kekuasaan sosial Partai
Komunis, mengancam identitas dan integritas Uni Soviet sendiri.

Pertikaian di antara negara-negara anggota Pakta Warsawa dan ketidakstabilan dari


sekutu-sekutu baratnya, yang pertama-tama diperlihatkan oleh bangkitnya Lech
Wałęsa pada 1980 ke tampuk pimpinan serikat buruh Solidaritas berlangsung cepat, sehingga
membuat Uni Soviet tidak mampu mengandalkan negara-negara satelitnya untuk melindungi
perbatasannya, sebagai negara-negara peredam. Pada 1989, Moskwa sudah
meninggalkan Doktrin Brezhnev dan lebih memilih kebijakan non-intervensi dalam urusan-
urusan dalam negeri sekutu-sekutu Eropa Timurnya, yang dengan fatal membuat rezim-rezim
Eropa Timur kehilangan jaminan bantuan dan intervensi Soviet apabila mereka menghadapi
pemerontakan rakyatnya. Perlahan-lahan, masing-masing negara Pakta Warsawa
11

menyaksikan pemerintahan Komunis mereka kalah dalam pemilihan-pemilihan umum, dan


dalam kasus Rumania, munculnya suatu pemberontakan dengan kekerasan.Pada 1991,
pemerintahan-pemerintahan komunis Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman
Timur, Hongaria, Polandia dan Rumania yang dipaksakan setelah Perang Dunia II runtuh
sementara revolusi melanda Eropa Timur.

Uni Soviet juga mulai mengalami pergolakan ketika akibat-akibat politik


dari glasnost dirasakan getarannya di seluruh negeri. Meskipun dilakukan upaya-upaya
untuk meredamnya, ketidakstabilan di Eropa Timur mau tidak mau menyear ke negara-
negara di lingkungan Uni Republik Sosialis Soviet. Dalam pemilu-pemilu untuk dewan-
dewan regional di republik-republik Uni Soviet, kaum nasionalis maupun para tokoh
pembaruan yang radikal menyapu kursi di dewan. sementara Gorbachev telah
memperlemah sistem penindasan politik internal, kemampuan pemerintahan sentral
Moskwa untuk memaksakan kehendaknya pada republik-republik anggota RSUS pada
umumnya telah diperlemah.

Bangkitnya nasionalisme di bawah glasnost segera membangkitkan kembali


ketegangan-ketegangan etnis yang bergolak di berbagai republik Soviet, sehingga
semakin mendiskreditkan cita-cita tentang persatuan rakyat Soviet. Sebuah contohnya
terjadi pada Februari 1988, ketika pemerintahan di Nagorno-Karabakh, suatu wilayah
yang didominasi oleh etnis Armenia di Republik Azerbaijan, meluluskan sebuah resolusi
yang menyerukan unifikasi dengan Republik Sosialis Soviet Armenia. Kekerasan
terhadap orang-orang Azerbaijan setempat dilaporkan di televisi Soviet, sehingga
menimbulkan pembantaian terhadap orang-orang Armenia di kota Sumgait, di
Azerbaijan.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi-kondisi ekonomi, yang menjadi lebih


berani karena kebebasan oleh glasnost, jauh lebih luas daripada yang sebelumnya pada
masa Soviet. Meskipun perestroika dianggap berani dalam konteks sejarah Soviet, upaya-
upaya Gorbachev untuk melakukan pembaruan ekonomi tidak cukup radikal untuk
memulai kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada akhir 1980-an. Upaya-upaya
pembaruan mengalami berbagai terobosan dalam desentralisasi, namun Gorbachev dan
timnya sama sekali tidak menyinggung unsur-unsur fundamental dari sistem Stalinis,
12

termasuk pengendalian harga, mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak
diakuinya pemilikan pribadi, dan monopoli pemerintah atas sebagian terbesar sarana
produksi.

Pada 1990 pemerintah Soviet praktis telah kehilangan seluruh kendali terhadap
kondisi-kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meningkat dengan tajam karena
semakin meningkatnya usaha-usaha yang tidak menguntungkan yang membutuhkan
dukungan negara sementara subsini harga konsumen juga berlanjut. Perolehan pajak
menurun karena perolehan dari penjualan vodka merosot drastic karena kampanye anti
alkohol dan karena pemerintahan republik dan pemerintah-pemerintah setempat menahan
perolehan pajak dari pemerintah pusat di bawah semangat otonomi regional.
Penghapusan kontrol pemerintah pusat terhadap keputusan-keputusan produksi,
khususnya dalam sektor barang-barang konsumen, menyebabkan runtuhnya hubungan
pemasok-produsen sementara hubungan yang baru tidak terbentuk. Jadi, bukannya
merampingkan sistem, program desentralisasi Gorbachev menyebabkan kemacetan-
kemacetan produksi yang baru.

2.2 Penyebab Keruntuhan Uni Soviet

Faktor penyebab runtuhnya Uni Soviet antara lain :

A. Kegagalan Marxisme-Komunisme dan Dampak Perang Dingin

Perang Dingin yang dimulai pada tahun 1946 memberikan dampak yang besar
bagi kedua kubu yang mengalami konflik. Perang Dingin merupakan perang semu
antara kedua belah pihak yang lebih mengarah kepada perang pengaruh dan antar
teknologi. Pada saat itu, Uni Soviet menjadi negara pertama yang mampu
menerbangkan manusia ke luar angkasa. Melalui Sputnik, Uni Soviet sangat
mendapat pandangan positif di dunia internasional. Namun Perang Dingin juga
memiliki dampak yang buruk bagi kelanjutan perekonomian Uni Soviet. Perang
Dingin tidak memiliki arti kepada penutupan hubungan diplomatik terhadap musuh.
Hubungan perdagangan antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat masih terbentuk,
meskipun dalam taraf yang terbatas. Tetapi berbagai macam ketidaksiapan Uni
13

Soviet termasuk inefisiensi kerja sistem perekonomian dan lemahnya infrastruktur


semakin mendorong rakyat Uni Soviet mengalami kesulitan dan penyesuaian-
penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah tidak memiliki makna yang berarti.
Sistem kebijakan Marxsisme-Komunisme merupakan pemicu stagnasi perekonomian
Uni Soviet. Di sinilah awal dari kegagalan Marxsisme-Komunisme yang diterapkan
oleh Uni Soviet. Sistem Marxisme-Komunisme tidak memiliki kontrol efektif
terhadap bidang politik dan ekonomi. Marxisme-komunisme tidak mampu membawa
Uni Soviet untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi perubahan kondisi jaman
yang terjadi. Selain itu yang menjadi penyebab keruntuhan dari Uni Soviet adalah
keberhasilan dari liberalisme. Seperti yang kita ketahui bahwa Uni Soviet merupakan
simbol dari sosialisme sedangkan AS adalah simbol dari liberalisme. Strategi AS
untuk menghadapi Uni Soviet lewat containment policynya telah berhasil. Sistem
ekonomi pasar telah mengundang masuknya liberalisme dan kapitalisme yang
bertentangan dengan komunisme. Kaum buruh yang merupakan andalan Marxisme-
Komunisme ternyata lebih memihak kapitalisme yang memberikan kebebasan untuk
memiliki sesuatu daripada komunis yang tidak mengakui hak individu. Ditambah
lagi kenyataan bahwa negara-negara yang mengikuti sistem liberalisme mengalami
kemajuan yang pesat. Berbeda halnya dengan sistem sosialisme yang dianut oleh Uni
Soviet di mana telah menyebabkan stagnasi ekonomi yang berdampak buruk bagi
Uni Soviet.

B. Kebijakan Glasnost dan Parestroika

Krisis ekonomi dan politik yang dihadapi oleh Uni Soviet semakin meningkat di
awal tahun 1980-an. Krisis tersebut membuat semakin meningkatnya tingkat
kriminalitas dan korupsi di Uni Soviet. Untuk itu diperlukan kebijakan-kebijakan
baru yang mampu membawa Uni Soviet kearah yang lebih baik. Di bawah
kekuasaannya, Gorbachev berusaha membangun Uni Soviet melalui kebijakannya
yaitu Glasnost dan Perestroika. Kebijakan-kebijakan yang awalnya dimaksudkan
untuk memperbaiki perekonomian Uni Soviet, justru menimbulkan akibat-akibat
yang tidak diharapkan. Perestroika merupakan reformasi dalam segala bidang yang
dilakukan oleh pemerintahan Uni Soviet. Reformasi ini mencakup bidang ekonomi,
14

politik, birokrasi, budaya, dan sistem nilai yang terdapat di masyarakat. Perubahan
tersebut membawa dampak yang sangat besar bagi perekonomian Uni Soviet.

Dikembalikannya hak milik tanah yang sebelumnya dikuasai oleh pemerintah


serta terciptanya sistem ekonomi pasar merupakan efek dari kebijakan ini. Sistem
ekonomi pasar memberikan dampak yang buruk bagi masyarakat Uni Soviet.
Dikembalikannya perusahaan milik pribadi yang awalnya dikuasai oleh pemerintah,
tidak mampu memberikan perubahan yang positif kepada masyarakat. Dampak dari
kebijakan tersebut adalah penurunan tingkat kehidupan masyarakat. Hal ini memicu
terjadinya pemogokan, aksi demonstrasi dan juga meningkatnya tindak kriminalitas
di Uni Soviet. Kebijakan pemerintah berikutnya adalah Glasnost. Selain di bidang
ekonomi, restrukturisasi juga terjadi di bidang media. Kebijakan tersebut membawa
perubahan terhadap hak partisipasi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya
kepada pemerintah. Media yang antara tahun 1930 hingga tahun 1980 dikuasai oleh
pemerintah, keberadaanya dikembalikan kepada pemiliknya. Hal ini secara otomatis
membuat pemerintah tidak memiliki hak untuk mengatur penerbitan suatu berita.
Melalui media, masyarakat dibuka pandangannya mengenai sistem pemerintahan
komunis pada masa dahulu, kebaikan dan keburukan sistem sosialis dan liberalisme,
serta masyarakat diberikan informasi seputar masalah yang sedang dihadapi oleh
pemerintah. Media mulai menyingkapkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang
selama ini ditutup-tutupi oleh pemerintah Uni Soviet. Laporan-laporan media juga
menyingkapkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Stalin, seperti misalnya
Pembersihan Besar yang telah terabaikan. Hal ini membuat keyakinan publik
terhadap sistem komunis Uni Soviet menurun drastis.

C. Separatisma dan Pemisahan Diri Anggota – Anggota Uni Soviet

Kebijakan Glasnost dan Perestroika yang dijalankan pemerintah Gorbashev


membawa pengaruh bagi semakin menguatnya gerakan separatisme. Secara hukum,
konstitusi Uni Soviet memiliki kelemahan dimana dalam konstitusi Uni Soviet 1977
Pasal 72 yang mendukung legalitas separatisme tersebut berbunyi “Setiap Republik
15

Uni berhak secara bebas keluar dari USSR”. Perubahan sistem pemerintahan dari
sentralisasi ke desentralisasi telah memberi peluang kepada negara-negara bagian
untuk melepaskan diri dari Uni Soviet. Bangkitnya nasionalisme di bawah Glasnost,
menyebabkan berbagai konflik antar etnis yang selama ini tersembunyi, mulai
muncul dan membangkitkan kembali ketegangan-ketegangan etnis yang terjadi di
berbagai republik Uni Soviet. Selain itu, ketidakmampuan dan kegagalan pemerintah
dalam mengangani masalah perekonomian yang dialami Uni Soviet juga semakin
mendorong ketidakpuasan di republik-republik konstituen Uni Soviet.
Ketidakpuasaan ini mendorong munculnya kekuatan oposisi setempat yang mulai
menyuarakan ide-ide separatisme. Runtuhnya Uni Soviet terjadi setelah satu persatu
republik-republik di Uni Soviet melepaskan diri dari USSR.

2.3 Proses Reunifikasi Jerman

Rencana untuk menyatukan kembali wilayah Jerman pertama kali diajukan oleh
Joseph Stalin pada tahun 1952. Stalin mengusulkan agar Negara Jerman yang satu itu
bersifat netral dengan sebuah perbatasan timur yang disebut sebagai perbatasan Order-
Neisse, dan pasukan sekutu dipindahkan pada tahun itu juga. Selain itu, diusulkan pula
olehnya bahwa nantinya Negara Jerman itu bergabung dengan pakta Warsawa.
Sebaliknya, pemerintahan Jerman barat di bawah kanselir konrad Adenauer,
menghendaki integrasi lebih dekat dengan Eropa Barat, dan memintan penyatuan kembali
dirundingkan dengan syarat pemilihan umum seluruh Jerman serta dipantau dunia
internasional. Karena tiada titik temu, maka usulan itu akhirnya tidak menjadi kenyataan.
Harapan untuk penyatuan kemabli Jerman muncul ketika program keterbukaan politik
itu ulai berhembus ke Blok timur, diantaranya ke Jerman timur serta memunculkan
harapan baru di sana.
Seiring dengan itu, pada bulan agustus 1989, pemerintahan reformis Hungaria
melonggarkan peraturan ketat di perbatasannya dengan Austria, dan ribuan warga Jerman
timur bisa melarikan diri ke barat melalui Hongaria. Selanjutnya perpindahan warga
Jerman timur ke Jerman barat terus berlanjut, antar lain lewat Polandia. Sementara itu,
demonstrasi menentang rezim Jerman timur berawal di tanah air sendiri, terutama
16

demontrasi-demontrasin di Lipzig. Pada peringatan hari ulang tahun ke-40 Jerman timur,
Gorbachev berkunjung ke sana tanggal 6-7 Oktober 1989. Dalam kunjungannya itu, ia
memberikan dukungan kepada para pemimpin Jerman timur untuk menerima perubahan.
Selanjutnya pada tanggal 18 Oktober terjadi perubahan kepemimpinan di Jerman timur
dengan mundurnya Erich Honecher, dan digantikan oleh Egon Krenz, yang kemudian
diikuti oleh bubarnya cabinet pemerintahan. Kejadian itu memicu warga Jerman timur
berondong-rondong pergi ke perbatasan, dan merusak tembok Berlin. Pemilihan umum
bebas pertama dan satu-satunya dalam sejarah Jerman timur dilaksanakan pada tanggal
19 Mret 1990. Kemudian pemerintahan yang terbentuk setelah pemilu itu, diberi mandate
untuk berunding dengan Jerman barat mengenai kesepakatan penggabungan kedua
Negara tersebut. Tidak lama kemudian disusul dengan bubarnya cabinet Jerman timur
dan partai politbiro partai komunis sebagai lembaga tertinggi di Jerman timur. Selang
lima hari kemudian tembok Berlin dan perbatasan lainya dinyatakan terbuka. Sejak itu
jutaan warga Jerman timur mengunjungi Berlin timur. Meskipun tembok Berlin telah
dinyatakan terbuka, namun proses reunifikasi kedua Jerman baru terjadi pada pertemuan
Ottawa. Pertemuan itu di adakan tanggal 20 November 1989 dan diadakan di Ottawa.
Pertemuan itu menggariskan formula “dua flus Empat” bagi proses unifikasi Jerman .
Rumus “ dua plus Empat “ itu sendiri artinya konferensi itu di ikuti oleh dua Jerman
yaitu Jerman barat dan Jerman timur, di tambah empat Negara sekutu yang sebelumnya
menguasai Jerman , yang meliputi Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, serta Prancis.
Selanjutnya pada tanggal 14 Pebruari 1990 kanselir Helmut Kohl dan rekannya dari
Jerman timur Hns Modrow setuju untuk mempersiapkan penyatuan mata uang dan
ekonomi kedua Negara.
Kemudian pada tanggal 24 April 1990 Kohl dan de Maiziere menetapkan
penyatuan ekonomi dan moneter Jerman , yang selanjutnya ditindaklanjuti dengan
menetapkan Deutsche Mark sebagai mata uang Jerman . Penyatuan Jerman tidak
terbatas hanya pad a persoalan ekonomi, namun menyangkut pula bidang militer. Semula
Menlu Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam pertemuan “ Dua plus Empat” pertama di
Bonn mengajukan usulan agar Jerman bersatu dalam lima tahun pertama tetap dalam
pakta Warsawa atau netral, namun usul ini ditolak NATO. Akhirnya Moskow menyetujui
Jerman bersatu bergabung dalam NATO dengan tidak menganggap lagi pakta Warsawa
17

sebagai musuh. Pada tanggal 13 Agustus 1990 parlemen Jerman sepakat menetapkan
tanggal 23 Oktober 1990 sebagai hari penggabungan kembali kedua Jerman . Dalam
siding parlemen tersebut, 294 suara mendukung, 62 suara melawan, serta 7 suara abstain.
Reunifikasi Jerman akhirnya dilakukan lebih cepat dari rencana semula, yaitu pada
tanggal 3 Oktober 1990. Selanjutnya enam hari berikutnya tembok Berlin yang selama ini
memisahkan kedua Negara tersebut segera dirobohkan. Meskipun reunifikasi Jerman
telah berlangsung degan sukses, namun persoalan perekonomian Jerman dalam tahun-
tahun pertama setelah penyatuan itu sangat berat. Ini disebabkan karena adanya
kesenjangan perekonomian kedua Negara itu, dimana Jerman Barat harus menyesuaikan
perekonomiannya dengan Jerman Timur.
Menjelang tahun 1990-an, Jerman Timur dilanda isu tentang keterbukaan dan
restrukturisasi ekonomi. Hal itu dipicu oleh kemerosotan ekonomi Jerman Timur di satu
pihak dan daya tarik perkembangan pesat perekonomian di Jerman Barat di lain pihak.
Hal itulah yang kemudian melahirkan gerakan yang bertujuan menyatukan kembali
Jerman Timur dengan Jerman Barat.
Reunifikasi Jerman ini mulai tampak sejak 4 November 1989 ketika lebih dari
500.000 orang Jerman Timur berdemonstrasi di Berlin Timur. Peristiwa ini disusul
dengan bubarnya Kabinet Jerman Timur dan Politbiro Partai Komunis sebagai lembaga
tertinggi di Jerman Timur. Lima hari kemudian, Tembok Berlin dan perbatasan Iainnya
dinyatakan terbuka. Saat itu jutaan Orang Jerman Timur mengunjungi Berlin Barat.
Tembok Berlin telah dinyatakan terbuka, namun ide untuk penyatuan Jerman
secara resmi pertama kali muncul pada Pertemuan Ottawa. Pertemuan ini diikuti oleh
pejabat-pejabat tinggi Jerman Barat, Jerman Timur serta empat negara pemenang
Perang Dunia II, yaitu Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, dan Prancis sehingga
dikenal dengan sebutan Rumus Dua Plus Empat. Pada tanggal 14 Februari 1990
Kanselir Helmut Kohl dan rekannya dari Jerman Timur Hans Modrow setuju untuk
mempersiapkan penyatuan mata uang dan ekonomi kedua negara. Akhirnya pada
tanggal 24 April 1990 Kohl dan de Maiziere menetapkan penyatuan ekonomi dan
moneter. Hal ini ditindaklanjuti dengan menetapkan Deutsche Mark sebagai mata uang
Jerman.
18

Selain bidang ekonomi, bidang militer menjadi sasaran penyatuan Jerman


selanjutnya. Pada awalnya Menteri luar negeri Uni Soviet Edward Shevardnadze dalam
pertemuan Dua-Plus-Empat pertama di Bonn mengajukan usulan agar Jerman Bersatu
dalam lima tahun pertama tetap dalam Pakta Warsawa atau netral. Akan tetapi usulan
ini ditolak NATO. Pada tanggal 16 Juli 1990, akhirnya Moskow menyetujui Jerman
Bersatu bergabung dalam NATO dengan tidak lagi menilai Pakta Warsawa sebagai
musuh.
Seiring dengan kesepakatan-kesepakatan di atas, pada tanggal 13 Agustus 1990
parlemen Jerman sepakat menetapkan tanggal 23 Oktober 1990 sebagai hari yang tepat
untuk penggabungan kembali kedua jerman. Usulan ini didukung oleh 294 suara lawan
62 suara dan 7 suara abstain. Setelah mengalami perjuangan yang panjang, pada tanggal
3 Oktober 1990, akhirnya kedua Jerman resmi bersatu (unifikasi). Enam hari kemudian
Tembok Berlin yang selama ini memisahkan kedua negara, dirobohkan.

KRONOLOGI PERISTIWA REUNIFIKASI JERMAN


Ada 130 orang yang melarikan diri dari
Republik Demokratik Jerman ke
Perwakilan Tetap Republik Federal di
8 Agustus 1989 Berlin Timur. Mereka adalah sebagian
dari ribuan orang yang ingin
meninggalkan daeral asal mereka melalui
Hungaria, Cekoslovakia, dan Polandia.
Tanggal ini dianggap sebagai awal dari
apa yang dikenal sebagai “Demonstrasi
Senin”. Sekitar 1.000 orang berkumpul di
Leipzig dan menuntut lebih banyak hak
dan kebebasan. Demonstrasi yang
dilaksanakan setiap hari Senin ini
4 September 1989
semakin banyak pengikutnya. Sekitar
8.000 pengungsi Republik Demokratik
Jerman dari Kedutaan Besar Republik
Federal Jerman di Praha tiba di Hof
(Bavaria) dengan menggunakan kereta-
kereta khusus.
11 September 1989 Hungaria membuka perbatasan dengan
Austria. Hanya dalam waktu 3 hari,
sebanyak 15.000 orang mengungsi. Di
akhir September, pemerintah Uni Soviet
dan Jerman Timur memberikan izin
19

kepada 6.000 pengungsi yang tinggal di


Kedutaan Besar Jerman di Praha untuk
meninggalkan Jerman Timur.
Demonstrasi besar terjadi di
Alexanderplatz, Jerman Timur.
Pemerintah Republik Demokratik Jerman
memerintahkan diadakannya perayaan
untuk memperingati 40 tahun berdirinya
negara tersebut. Sebagai reaksi terhadap
hal ini, orang-orang di berbagai kota
7 Oktober 1989 berdemonstrasi melawan rezim Partai
Persatuan Sosialis Jerman (Sozialistische
Enheitspartei Deutschland/SED). Bentuk
partisipasinya adalah mereka ikut
Demonstrasi Senin di depan Karl Marx
University, Leipzig, Jerman Timur.
Lebih dari 70.000 orang berbaris melalui
pusat Kota Leipzig dan mengadakan
demontrasi damai untuk kebebasan
9 Oktober 1989 berpendapat dan reformasi politik. Satu
minggu berikutnya, aksi mereka diikuti
oleh 120.000 orang dari seluruh Republik
Demokratik Jerman.
Erich Honecker mengundurkan diri
18 Oktober 1989
sebagai Sekretaris Jenderal SED.
Republik Demokratik Jerman mendukung
untuk meninggalkan negara itu langsung
melalui perbatasan Cekoslovakia. Dua
3 November 1989
hari kemudian 15.000 orang Republik
Demokratik Jerman tiba di Republik
Federal melalui rute ini.
SED menyerahkan kekuasaannya di
politbiro dan mengundurkan diri. Orang-
8 November 1989 orang dari Berlin Barat naik ke atas
Tembok Berlin dekat Gerbang
Brandenburg.
Simbol pemisahan dua negara Jerman
berupa Tembok Berlin runtuh karena
euforia, baik rakyat dari Jerman Barat
9 November 1989 maupun Jerman Timur. Tahun yang sama
juga diadakan pemungutan suara dalam
pemilihan ke Volkskammer (Dewan
Rakyat) Republik Demokratis Jerman.
18 Maret 1990 Pemilihan umum yang bebas diadakan di
Republik Demokratik Jerman untuk
pertama kalinya. Rakyat memilih Dewan
20

Rakyat yang baru dengan menyiapkan


penggabungan diri ke Republik Federal.
Kemudian, diadakannya pertemuan
menteri luar negeri Two-Plus-Four di
Bonn.
Pembicaraan para menteri luar
negeri Two-Plus-Four dimulai, terdiri
dari Republik Federal Jerman dan
Republik Demokratik Jerman, ditambah
dengan Prancis, Uni Soviet, Inggris, dan
5 Mei 1990
Amerika Serikat. Dalam pembicaraan itu,
kekuatan-kekuatan pemenang Perang
Dunia II dan menteri luar negeri kedua
negara Jerman membahas penghapusan
hak-hak Sekutu di Jerman.
Kedua Republik Jerman menandatangani
18 Mei 1990 Traktat Pembentukan Uni Ekonomi, Mata
Uang, dan Sosial.
Republik Demokratik Jerman
mengadopsi sebagian besar tatanan
1 Juli 1990 ekonomi dan hukum Republik
Federal. Deutschmark menjadi satu-
satunya alat pembayaran.
Sebelum berakhirnya negosiasi-negosiasi
mengenai traktat unifikasi antara kedua
negara Jerman, Dewan Rakyat
memutuskan penggabungan Republik
23 Agustus 1990
Demokratik Jerman ke Republik Federal
pada 3 Oktober 1990. Penyebrangan
perbatasan Checkpoint Charlie dihapus
pada hari yang sama.
Menteri luar negeri Amerika Serikat, Uni
Soviet, Inggris, dan Prancis
menandatangani Traktat Two-Plus-Four.
12 September 1990 Traktat ini memberikan kedaulatan penuh
kepada Jerman. Sekitar satu juta orang
merayakan reunifikasi di depan Gedung
Reichstag di Berlin.
Pada malam 2-3 Oktober 1990, perayaan
resmi untuk Hari Raya Jerman Bersatu
diadakan. Kembang api menerangi langit,
lonceng-lonceng mengiringi kegembiraan
3 Oktober 1990
masyarakat. Pemilihan umum pertama
seluruh Jerman diadakan pada 2
Desember 1990. Di sini, pemilih mengisi
kertas suara di bilik suara.
21

Masyarakat Jerman memilih anggota


2 Desember 1990 parlemen. Ini merupakan pemilihan
umum bebas pertama sejak 1932.

2.4 Faktor Penyebab Reunifikasi Jerman


Ada beberapa peristiwa yang mendorong Jerman Barat dan Timur bersatu, antara lain
sebagai berikut :

1. Pemerintah Jerman Timur yang komunis mengekang kehidupan rakyat


2. Keadaan ekonomi Jerman Timur semakin tidak menentu akibat sistem ekonomi komunis
yang tertutup
3. Kemajuan Jerman Barat yang semakin pesat menimbulkan rasa iri masyarakat Jerman
Timur, hal ini mendorong mereka untuk bergabung dengan Jerman barat.
4. Adanya perkembangan hak asasi manusia yang tidak dapat lagi ditutup-tutupi.
5. Dikumandangkannya politik glasnost dan perestroika oleh Mikhail Gorbachev, dapat
mempercepat keterbukaan dan pembaruan khususnya di Jerman Timur.
6. Sistem komunis tidak mampu lagi menjawab tantangan zaman, sehingga mereka
menginginkan sesuatu yang baru.
7. Adanya kunjungan para pejabat Jerman Timur ke Jerman Barat yang kemudian dibalas
kunjungan pejabat Jerman Barat ke Jerman Timur. Hal ini mengurangi ketegangan antara
keduanya serta mempererat hubungan Jerman Timur dengan Jerman Barat.
8. Dibukanya kembali tembok Berlin 9 November 1989
9. Uni Soviet merestui pernyatuan Jerman.

2.5 Dampak Reunifikasi Jerman

Beberapa dampak setelah bersatunya Jerman Barat dan Jerman Timur, antara lain :
22

1) Robohnya tembok Berlin


2) Berakhirnya pemerintahan komunis di Jerman Timur
3) Munculnya rasa kekhawatiran negara-negara lain akan munculnya kekuatan Jerman
seperti masa Hittler.
4) Masalah penarikan 150 ribu tentara VS di Jerman Timur
5) Masalah perekonomian terutama di bekas Jerman Timur.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa runtuhnya Uni Soviet
dilatarbelakangi oleh krisis politik, ekonomi, sosial, juga konflik etnis. Krisis politik di
Uni Soviet, disebabkan oleh kegagalan Marxsisme-Komunisme dan dampak perang
dingin,serta adanya keberhasilan ideologi liberalisme yang semakin berkembang pesat.
Krisis ekonomi di Uni Soviet terjadi akibat stagnasi ekonomi sehingga tidak mampu
menopang sendi-sendi perekonomian. Krisis sosial budaya di Uni Soviet terjadi karena
rendahnya kualitas kehidupan masyarakat Uni Soviet. Secara khusus, kebijakan Glasnost
dan Perestroika yang dibuat oleh presiden Gorbachev merupakan pemicu bagi
meledaknya revolusi sosial di negara-negara Eropa Timur.

Tepat 26 tahun yang lalu, Jerman Barat dan Jerman Timur akhirnya kembali
menjadi satu Jerman. Negeri Eropa itu sempat terpecah menjadi dua selama 45 tahun.
Pada akhir perang dunia II Jerman dikuasai empat kekuatan sekutu, yaitu AS, Inggris,
Prancis, dan Uni Soviet. Pada 1949, Negara komunis itu menguasai bagian timur jerman
dengan mendirikan Negara Republik Demokratik Jerman. Tidak mau kalah, di tahun
yang sama AS, bersama Inggris dan Prancis membentuk Republik Federal Jerman.
Pecahnya kedua jerman itu menjadi simbol era perang dingin antara kekuatan Barat
dengan kekuatan Timur. Sebagai pembatas, dibangunlah tembok Berlin yang
memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur.
23

Empat dekade kemudian, tepatnya awal Oktober 1990, hampir satu juta warga
jerman dari barat dan timur berkumpul di tembok Berlin. Mereka manghendaki
bersatunya kambali jerman. Tembok Berlin pun mulai mereka hancurkan pada 9
Nopember 1989. Pada tahun yang sama, rezim komunis di jerman timur runtuh.
Peristiwa Jerman untuk kembali bersatu. Maka tepat pada dini hari 3 Oktober 1990,
lonceng kebebasan akhirnya dibunyikan pertanda keinginan rakyat kedua jerman
terkabul. Penyatuan kembali jerman itu sekaligus menjadi simbol berakhirnya era perang
dingin.

3.2 Saran
Dengan penjelasan mengenai sejarah Runtuhnya Uni Soviet dan Reunifikasi Jerman,
diharapkan masyarakat mampu mengambil manfaat dan segala hal positif dari peristiwa
sejarah tersebut. Hal-hal negatif dari peristiwa masa lalu sebaiknya dihindarkan agar tidak
terjadi lagi di masa mendatang serta kita harus mau menghadapi perubahan.
Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan maupun materi, sehingga penulis mengharapkan
saran dan kritikan dari rekan-rekan yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan
makalah yang selanjutnya.
24

Daftar Pustaka

Hapsari, Ratna dan Adil, M. 2015. Sejarah: Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Erlangga.

http://adwintaactivity.blogspot.co.id/2012/04/reunifikasi-jerman.html

http://www.sumberpengetahuan.com/2016/07/proses-reunifikasi-jerman.html
https://campusnancy.blogspot.com/2016/08/bersatunya-jerman.html

http://sugionosejarah.blogspot.co.id/2015/06/proses-reunifikasi-jerman.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Penyatuan_kembali_Jerman

http://worldisyourlivingplace.blogspot.co.id/2012/07/blok-timur-dan-blok-barat.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Blok_Timur

https://prezi.com/cs_33zb6rmej/reunifikasi-jerman/
25

Lampiran

Warga Jerman Barat berkumpul saat pembukaan di Tembok Berlin, November 1989. (Foto:
Departemen Pertahanan AS)
26

Tembok Berlin yang memisahkan Jerman Barat dan Jerman Timur tahun 1961. (Sumber:
news.usc.edu)
27
28

Mahasiswa Jerman Timur duduk di Tembok Berlin di depan penjaga perbatasan. (Foto:
University of Minnesota Institute of Advanced Studies)

Anda mungkin juga menyukai