Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Terapi Farmakologi Nyeri pada Amyotrophic Lateral Sclerosis


Indira D. Mahdayana1, Hanik B. Hidayati2
1
Departemen Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, Surabaya, Indonesia,
2
SMF Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, Indonesia

Abstrak
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) merupakan penyakit neurodegeneratif fatal yang
memengaruhi motor neuron. Nyeri merupakan gangguan sensoris yang dapat timbul pada ALS
dan gejala yang seringkali diremehkan dan diabaikan pada pasien dengan ALS. Sampai saat ini,
terapi nyeri hanya didasarkan pada pengalaman klinisi dan belum terdapat tata laksana nyeri
yang terstandarisasi untuk pasien ALS. Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini bertujuan untuk
membahas gambaran klinis dan tata laksana nyeri pada ALS. Penelusuran referensi dilakukan
melalui database PubMed dan Google Scholar dengan menggunakan kata kunci “Amyothropic
Lateral Sclerosis”, “pain”, “pharmacology”, dan “therapy”. Hasil penelusuran menunjukkan
bahwa terdapat beberapa gambaran klinis nyeri pada ALS, seperti kram, spastisitas dan nyeri
muskuloskeletal, sehingga tata laksana nyeri pada ALS harus didasarkan pada penyebab utama
timbulnya nyeri. Terbatasnya evidence terkait terapi nyeri pada ALS menyebabkan pemberian
terapi tidak dilakukan berdasarkan pendekatan sistematis, sehingga dibutuhkan studi lebih
lanjut terkait efikasi dari terapi nyeri ALS.

Kata kunci: Amyotrophic lateral sclerosis, farmakologi, nyeri, terapi

Pharmacology Therapy for Pain in Amyotrophic Lateral Sclerosis


Abstract
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) is a fatal neurodegenerative disease that causes motor
neurons. Pain is a sensory disorder that can arise in ALS and often ignored in patients with ALS.
Nowadays, pain therapy has only been based on the experience of the clinician and standardized
pain management for ALS patients has not been given. Therefore, this literature review aimed
to discuss clinical features and pain management in ALS. Database searching was performed
through PubMed and Google Scholar using the keywords “Amyothropic Lateral Sclerosis”,
“pain”, “pharmacology”, and “therapy”. The results showed there are several clinical features
of pain in ALS, such as cramps, spasticity and musculoskeletal pain, so that the management
of pain in ALS must be based on the main cause of pain. However, there were limited evidence
reported exploring the efficacy of drug therapy for pain in ALS and further studies are needed
to identify agents that are effective and safe for the treatment of pain in ALS.

Keywords: Amyotrophic lateral sclerosis, pain, pharmacology, therapy

Korespondensi: Dr. dr. Hanik B. Hidayati, Sp.S(K), SMF Ilmu Penyakit Saraf, RSUD Dr. Soetomo, Surabaya,
Jawa Timur 60286, Indonesia, email: hanikhidayati@yahoo.com

1
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

Pendahuluan yang berkaitan dengan gambaran klinis dan


tatalaksana nyeri pada ALS. Penelusuran
Amyotrophic lateral sclerosis (ALS) adalah yang dilakukan berbasis Pubmed dan Google
sebuah penyakit neurodegeneratif fatal yang Scholar dengan kata kunci “Amyothropic
memengaruhi saraf motor dan sel-sel neuronal Lateral Sclerosis”, “pain”, “pharmacology”,
lain, ditandai oleh gejala degenerasi dari upper dan “therapy”. Kriteria inklusi pada tinjauan
motor neuron (UMN) dengan manifestasi pustaka ini yaitu: (1) Penelitian menjelaskan
klinis spastisitas dan refleks berlebihan di tentang gambaran klinis dan tata laksana nyeri
korteks motor serta lower motor neuron (LMN) pada ALS; (2) Artikel berbahasa Inggris yang
dengan manifestasi klinis atrofi, kelemahan diterbitkan mulai tahun 2015 hingga 2020;
dan fasikulasi otot di sumsum tulang dan dan (3) Artikel yang tersedia teks lengkapnya
batang otak. Berbagai manifestasi ini akan (baik dalam bentuk abstrak atau prosiding).
menyebabkan paresis yang berpengaruh Dari hasil penelusuran, diperoleh sebanyak
terhadap mobilitas, aktivitas sehari-hari, fungsi 197 artikel di database PubMed dan sebanyak
komunikasi, menelan, dan pernafasan pasien.1,2 6050 artikel di database Google Scholar.
Nyeri merupakan komplikasi gangguan Selanjutnya, dilakukan pengerucutan dengan
sensoris pada ALS, dan merupakan gejala menyaring artikel yang sesuai dengan
yang seringkali diremehkan dan diabaikan kriteria inklusi. Oleh karena itu, jurnal yang
pada ALS. Diketahui dibutuhkan waktu sekitar digunakan dalam penusunan tinjauan pustaka
30 tahun sampai tenaga kesehatan dapat aware ini adalah sebanyak 45 artikel (Gambar 1).
dengan nyeri pada ALS. Pada beberapa studi
cross-sectional, dilaporkan sebesar 51–72% Hasil
pasien ALS mengalami nyeri. Sebanyak 25%
pasien ALS pada sebuah case-control study Etiopatogenesis nyeri pada ALS
mengalami nyeri sebelum diagnosis ALS Nyeri dapat dideskripsikan sebagai rasa
ditegakkan dengan tingkat moderate hingga tidak menyenangkan dan perasaan emosional
severe.3,4 Terdapat beberapa jenis gambaran sebagai respon terhadap stimulus noxious,
klinis yang mendasari timbulnya nyeri pada kerusakan jaringan atau trauma.10 Manifestasi
ALS, di antaranya adalah muskuloskeletal, nyeri dapat muncul berbeda-beda pada pasien
spastisitas, kram otot dan fasikulasi.5–7 Kram bergantung pada usia, progresivitas, gambaran
disertai nyeri pada kaki dan tangan seringkali klinis dan penyebab primer dan sekunder
muncul pada onset awal munculnya ALS.8,9 penyakit.9,11 Hal ini menyebabkan terjadinya
Terapi farmakologi sampai saat ini hanya variabilitas prevalensi kemunculan nyeri pada
didasarkan pada pengalaman klinisi, sehingga ALS sekitar 15–85%.12 Persepsi severitas
tata laksana terapi, metode diagnosis dan nyeri pada pasien ALS juga akan bervariasi
mekanisme yang mendasari timbulnya nyeri antarindividu tergantung tingkat toleransi
pada ALS belum sepenuhnya terstandarisasi.6,7 pasien terhadap nyeri.13
Oleh karena itu, tinjauan pustaka ini bertujuan Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri
membahas terkait gambaran klinis dan tata akut atau kronik bergantung pada durasi serta
laksana nyeri pada ALS secara komprehensif. adanya abnormalitas struktural dan/atau
fungsional yang memengaruhi kerja saraf
Metode dalam mengirimkan informasi nosiseptif ke
sistem saraf pusat.10 Beberapa studi klinis
Metode yang digunakan dalam tinjauan melaporkan bahwa tidak terdapat hubungan
pustaka ini adalah penelusuran literatur signifikan antara onset terjadinya manifestasi

2
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

6247 artikel telah diidentifikasi dari PubMed (197) dan Google Scholar (6050)

Eksklusi:
• Bahasan utama bukan mengenai terapi farmakologi nyeri pada ALS
• Artikel tidak membahas secara komprehensif gambaran klinis nyeri
ALS dan terapi farmakologi nyeri ALS

45 artikel yang di-review

Gambar 1 Proses Seleksi Artikel

awal ALS atau progresivitas ALS terhadap kelamin tidak mempunyai pengaruh terkait
skala nyeri pasien.9,11,14 karakteristik nyeri pada ALS.11
Etiologi nyeri pada ALS dapat terjadi
dengan mekanisme yang berbeda, yaitu Gambaran klinis nyeri pada ALS
kram otot, spastisitas maupun tekanan yang Kram otot
abnormal pada sistem muskuloskeletal otot- Kram otot dapat terjadi akibat hipereksitabilitas
otot yang mengalami kelemahan serta nyeri neuromuskular dan dapat diikuti dengan nyeri
sendi akibat imobilisasi atau blokade pada punggung bawah.16 Penyebab kram otot pada
artikular. Kelemahan otot dapat menyebabkan ALS adalah gangguan mekanisme inhibitory
ketegangan yang berlebih pada otot dan sendi.3 pada interneuron yang dimediasi oleh gamma
Nyeri pada ALS dilaporkan sering terjadi aminobutyric acid (GABA).7,17
pada bagian ekstrimitas yaitu leher, bahu Kram merupakan penyebab utama
dan punggung bagian bawah. Imobilitas atau nyeri pada sekitar seperempat pasien ALS
ketidakmampuan pasien untuk berganti posisi dan biasanya muncul pada stage awal dan
dalam waktu yang lama dapat menyebabkan intermediate dari penyakit ALS.18 Kejadian
tekanan abnormal pada kulit, sehingga juga kram utamanya terjadi pada malam hari dan
dapat memicu timbulnya nyeri bahkan diperburuk dengan cuaca yang dingin atau
luka pada kulit (pressure ulcer).9,15 Nyeri akibat penurunan sirkulasi akibat pasien
punggung bagian bawah pada ALS dapat terlalu lama berada pada satu posisi.19 Seiring
dipicu akibat posisi duduk atau posisi pasien berjalannya waktu, manifestasi kejadian
yang tidak nyaman. Nyeri leher berhubungan kram akan menurun. Hal ini karena pada
dengan drop head yang merupakan masalah stadium lanjut, sel-sel saraf akan kehilangan
nyeri muskuloskeletal yang paling sulit untuk kemampuan untuk menstimulasi kontraksi
diatasi. Sampai saat ini, belum diketahui otot.20
apakah terdapat lokalisasi nyeri yang khas
pada ALS, karena nyeri dapat terjadi lebih Spastisitas
dari satu lokasi dan tiap lokasi tidak memiliki Spastisitas merupakan manifestasi klinis
pola karakteristik tertentu.7,13,14 Usia dan jenis berupa peningkatan tonus otot yang juga

3
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
Tabel 1 Terapi Farmakologi Nyeri pada ALS
Obat Mekanisme Kerja Dosis Adjustment Dosis Efek Samping Kontraindikasi
Kram (Ekstrimitas bagian bawah, tangan, perut)
Siklobenzaprin 1. Merupakan CNS depressant Initial: 5 mg/8 jam PO Hepar: Efek antikolinergik Terapi tidak
yang berkerja utamanya pada Dosis dapat ditingkatkan Mild: initial dose 5 mg dan (pusing, konstipasi, ocular direkomendasikan >3 minggu,
brain stem level hingga 7,5 mg atau 10 titrasi dengan monitoring hypertension, retensi urin), hindari pemberian pada
2. Mengurangi eksitabilitas mg/8jam selama 2–3 Moderate-severe: Penggunaan sinus takikardi, palpitasi, lansia, pasien dengan aritmia,
dari alpha dan gamma motor minggu24,25 tidak direkomendasikan gangguan konduksi25 closed angle glaucoma25
neuron24 Renal: Tidak ada24,25
Dosis untuk lansia
direkomendasikan 5mg/
hari dan less frequent
dosing

Metaksalon Melalui efek myorelaxation 800 mg/12 jam PO27 Hepar: Tidak ada Pusing (<5%), iritabilitas, Gangguan hepar atau renal
akibat efek sedasi26 Renal: Tidak ada26 gangguan saluran cerna. severe26
Penggunaan bersama
dengan opioid,
benzodiazepine atau
barbiturat dapat
4

menyebabkan depresi
nafas26

Quinin sulfat Mengurangi eksitabiltias motor 200–300 mg/12 jam29,30 Hepar: Abnormalitas konduksi Gangguan fungsi renal atau
end-plate dan meningkatkan Mild-moderate (Child Pugh ventrikular, gangguan hepar, hipokalemi, bradikardi,
periode refraktori otot28 A-B): Tidak dibutuhkan fungsi renal severe24 aritmia, pemajangan Q-T
penyesuaian dosis30 interval24
Severe (Child Pugh
C): Penggunaan tidak
direkomendasikan
Renal: Tidak ada

Levetirasetam 1. GABAA agonis reseptor 1500 mg/hari PO31,32 Hepar: Tidak ada Lelah, mengantuk, Aritmia jantung,
2. Menghambat neurotransmisi Renal: insomnia, sakit kepala33 atrioventricular block, depresi
melalui modulasi tidak ClCr 50–80 ml/menit: 500–1000 severe33
langsung dari GABAA dan mg/12 jam
reseptor glisin, serta menekan ClCr 30–50 ml/menit: 250–750
kanal Ca yang mana akan mg/12 jam
menyebabkan hambatan ClCr <30 ml/menit: 250–500
presinaptik pada spinal cord31 mg/12 jam27
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia
Tabel 1 Terapi Farmakologi Nyeri pada ALS (Lanjutan)
Obat Mekanisme Kerja Dosis Adjustment Dosis Efek Samping Kontraindikasi
Gabapentin Menghambat α2δ subunit dari 1200–3600 mg/hari Hepar: Tidak ada Edema perifer, peningkatan Gangguan psikiatrik50
L-type kanal Ca2+ yang akan (diberikan 3–4 kali Renal: berat badan, penurunan
menghambat rilis glutamat34,35 per hari dalam dosis ClCr >30–59 ml/menit: memori35
terbagi34,35 200–700mg/12 jam
ClCr >15–29 ml/menit: 200–700
mg/hari
ClCr ≤15 ml/menit: 100–300
mg/hari35,36

Meksiletin Menghambat kanal Na+, 150 mg/12 jam Hepar: Gangguan saluran cerna, Gangguan jantung, gangguan
sehingga mengurangi influks Do maksimal: 900mg/ Renal: sakit kepala ringan, lemas37 hepar37
Na+ pada distal akson16 hari37 ClCr <10 ml/menit: dapat
diberikan 50–100% dari dosis
normal dan dosis dapat dititrasi
sesuai respon pasien37,38

Spastisitas (Ekstrimitas bagian bawah)


Initial PO: 5 mg/8 jam Hepar: Tidak ada Pusing (biasanya muncul Hepatotoksik → Lakukan
5

Baklofen 1. GABAB agonis reseptor


2. Menghambat rilis glutamat Renal: Tidak diperlukan pada awal pemberian monitoring fungsi hepar
presinaptik dan postsinaptik27,39 Do maksimal: 80 mg/hari penyesuaian dosis39 terapi), peningkatan rutin39
(20 mg/6 jam) tekanan darah, mengantuk,
withdrawal syndrome (jika
Dosis dapat ditingkatkan dilakukan penghentian
tiap 3 hari (berdasarkan terapi mendadak)18,40–42
respon pasien)
Do IT: 50 mcg
Do maksimal: 2 mg/hari
Observasi tiap 4–8 jam39
Tizanidin 1. Mempunyai struktur yang Initial: 2–4 mg/12 jam Hepar: Hindari penggunaan Hipotensi (20% pasien Gangguan ginjal, gangguan
sama dengan Clonidin PO24,43 pada pasien dengan gangguan mengalami penurunan TD), hepar56
2. Centrally acting alpha2 hepar → namun dapat diberikan peningkatan LFT ringan
agonist Dosis maksimal: 36 mg/ dengan mengurangi initial dose (biasanya reversibel),
3. Menghambat motor neuron hari (dapat diberikan Renal: ClCr <25 ml/menit → withdrawal syndrome (jika
alpha1 presinaptik dan dalam dosis terbagi → 12 berikan dengan pengawasan43 dilakukan penghentian
postsinaptik mg/8 jam) terapi mendadak)43
4. Dapat memotensiasi kerja
dari glisin43,44
Tabel 1 Terapi Farmakologi Nyeri pada ALS (Lanjutan)
Obat Mekanisme Kerja Dosis Adjustment Dosis Efek Samping Kontraindikasi

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia


Pregabalin Menghambat subunit α2δ dari L-type kanal 75–300 mg/hari Hepar: Tidak ada Edema perifer, peningkatan Hipersensitivitas
Ca2+, yang mana akan menghambat rilis (diberikan 2–3 kali/hari Renal: berat badan, penurunan kognitif, terhadap
glutamat45 dalam dosis terbagi)46,47 ClCr >30–59 ml/menit: 300 mg/ memory loss; better tolerated jika pregabalin47
hari (dalam dosis terbagi 2–3 kali/ dibandingkan dengan gabapentin47
hari)
ClCr >15–29 ml/menit: 150 mg/
hari (dalam dosis terbagi 1–2 kali/
hari)
ClCr 15 ml/menit: 75 mg/hari47
Diazepam 1. GABAA agonis reseptor Intial: 2 mg PO; 2–3 Hepar: Kontraindikasi pada pasien Penurunan kognitif, potensial Gangguan
2. Meningkatan conductance Cl-, yang kali/hari atau 5 mg dengan gangguan hepar severe48 menyebabkan dependence atau hepar severe,
mana akan menyebabkan hambatan pada malam hari untuk abuse, withdrawal syndrome (jika acute angle
presinaptik pada spinal cord24,48 pasien dengan nocturnal dilakukan penghentian terapi glaucoma48
spasticity mendadak)48

Dosis dapat diberikan


hingga 40–60 mg/hari
dengan dosis terbagi24,48
6

Dantrolon 1. Derivat hidantoin yang berhubungan Minggu 1: 25 mg/hari Hepar: Kontraindikasi pada Hepatotoksik (dose dependent Gangguan
dengan fenitoin Minggu 2: 25 mg/8 jam gangguan hepar hepatotoxicity) → Monitoring hepar49
2. Memblokade kanal RYR1 dan Minggu 3: 50 mg/8 jam fungsi hepar sebelum memulai
menghambat rilis Ca2+ dari sarcoplasmic Minggu 4: 10 0mg/8 jam Renal: Tidak diketahui49 terapi, 1 bulan setelah terapi
reticulum49 dimulai, kemudian tiap 2 bulan49
Do maksimal: 400 mg/
hari

Hentikan pemberian jika


efikasi tidak adekuat
dalam 45 hari21,49
Riluzol Menghambat kanal Na+ pada glutaminergic 50 mg/12 jam PO (perut Hepar: Tidak diketahui Peningkatan LFT (dose related), Hipersentitif
nerve terminal8,24 kosong) 50,51 Renal: Tidak diketahui50 penurunan fungsi paru, pruritus50,51 terhadap
riluzol50

Toksin BoNT akan menghambat pelepasan Ach Dosis bergantung Hepar: Tidak ada Ruam dan kelemahan otot pada Hipersensitif
Botulinum pada neuromuscular junction melalui proses produk52 Renal: Tidak ada52 injection site, flu-like symptoms terhadap BoNT54
inaktivasi enzimatis pada protein yang dan sakit kepala54
dibutuhkan untuk proses docking dan fusi
yang terlibat dalam pelepasan Ach52–54
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

seringkali menyertai pasien ALS. Terdapat Tata laksana nyeri pada ALS terdiri dari
dua jenis manifestasi klinis spastisitas yaitu, non-farmakologi dan farmakologi. Terapi
spastisitas tonik yang dapat menyebabkan non-farmakologi terdiri dari fisioterapi,
terjadinya kekakuan otot dan spastisitas peregangan teratur dan latihan Range of
fasik yang menghasilkan kram disertai nyeri, Motion (ROM) yang dapat dikombinasikan
kejang otot, dan klonus.19 dengan terapi farmakologi.22,23 Rekomendasi
Spasme otot pada ALS terjadi akibat terkait tata laksana terapi farmakologi nyeri
tidak terkontrolnya refleks peregangan di terangkum pada Tabel 1.
korteks motorik dan berhubungan dengan
proprioceptive input yang abnormal pada Terapi farmakologi kram otot
myelum. Ketidakseimbangan penghambatan Terapi kram otot bertujuan untuk mengurangi
supraspinal dan input eksikatori juga dapat ketegangan otot. Terdapat sedikit perbedaan
mengganggu refleks nosiseptif, sehingga di beberapa negara terkait tata laksana
mengarah pada spasme pergerakan fleksi kram otot pada pasien dengan ALS. Prancis
dan ekstensi. Spastisitas dapat menjalar pada dan Amerika lebih banyak menggunakan
anggota gerak yang mengalami kelemahan quinin sebagai lini pertama terapi kram
dan atrofi. Pada stadium lanjut, pasien dapat otot pada pasien ALS, sedangkan European
mengalami flexor spasms. Flexor spasms Federation of Neurological Societies (EFNS)
dapat menyebabkan spasme tidak terkontrol merekomendasikan levetirasetam sebagai
akibat aktivasi flexor arc di spastic limb. lini pertama dan quinin sebagai lini ke dua.9,19
Frekuensi munculnya spastisitas dapat terjadi Penggunaan rutin quinin sebagai terapi
secara intermiten maupun kontinu.20 kram otot harus dihindari, meskipun quinin
diketahui efektif (level A) sebagai terapi
Nyeri muskuloskeletal dan nyeri sendi untuk kram otot. Hal ini terkait efek samping
Pada ALS stadium lanjut, seiring dengan quinin yang cukup banyak dilaporkan,28 yaitu
progresivitas penyakit dan penurunan mobilitas efek samping hematologi (meliputi immune
pasien, nyeri muskuloskeletal akan muncul. thrombocytopenic purpura dan drug mediated
Nyeri dapat diakibatkan oleh perubahan tone thrombotic microangiopathy) yang jarang
di sekitar sendi, kekakuan dan atrofi, hilangnya terjadi namun cukup serius.18,29,55 Hal ini
muscular sheath dan menurunnya tonus otot. didukung oleh Food and Drug Administration
Nyeri muskuloskeletal yang dapat ditemui (FDA) yang tidak merekomendasikan quinin
pada pasien ALS meliputi adhesive capsulitis sebagai terapi atau pencegahan kram otot.7,46
(frozen shoulder), nyeri punggung bawah dan Jika levetirasetam dan quinin tidak adekuat,
leher akibat kelemahan otot dan imobilitas maka dapat diberikan siklobenzaprin dan
dalam waktu yang lama.11,21 metaksalon.3
Telah dilakukan beberapa studi randomized
Terapi farmakologi nyeri pada ALS controlled trial (RCT) yang dilakukan untuk
Nyeri berkaitan erat dengan kualitas hidup melihat efektivitas beberapa obat dalam
pasien ALS, sehingga klinisi harus dapat meredakan kram pada pasien ALS. Obat-
mengidentifikasi dan mengatasi nyeri dengan obat tersebut adalah gabapentin, vitamin
sesegera mungkin atau mencegah agar E,19 L-threonin, memantin,56 xaliproden,
nyeri tidak muncul kembali.3,6 Jenis nyeri indinavir, baklofen dan mexiletin.16 Dari
pada pasien ALS dapat bervariasi, sehingga semua studi tersebut, meksiletin dengan dosis
terapi harus disesuaikan dengan penyebab 150 mg/12 jam PO merupakan satu-satunya
timbulnya nyeri.8 terapi yang mempunyai efek signifikan dalam

7
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

mengurangi frekuensi dan severitas dari terapi anti spastisitas lainnya. Alternatif yang
kram otot pada pasien ALS dengan desain dapat digunakan adalah morfin sulfat IT free
penelitian RCT.16,18,57 preservative. Setelah periode drug holiday
ini, terapi baklofen IT dapat dilanjutkan
Terapi farmakologi spastisitas kembali dengan dosis initial yang kemudian
Terapi anti spastisitas dilakukan dengan tujuan dapat ditingkatkan secara bertahap.40
menurunkan tonus otot dengan mekanisme American Academy of Neurology (AAN)
pada central nervous system (CNS) atau secara juga telah mengeluarkan guideline terapi anti
langsung pada otot skeletal.27,51,58 National spastisitas dengan menggunakan botulinum
Institute for Health and Care Excellence neurotoxin (BoNT). Terdapat 4 jenis sediaan
(NICE) merekomendasikan baklofen sebagai BoNT yang saat ini beredar di pasaran, antara
terapi lini pertama, sedangkan lini kedua lain onabotulinumtoxinA (onaBoNT-A),
adalah tizanidin, dantrolon dan gabapentin. abobotulinumtoxinA (aboBoNT-A),
Secara umum, obat anti spastisitas dapat incobotulinumtoxinA (incoBoNT-A) dan
menyebabkan kelelahan dan mual, sehingga rimabotulinumtoxinB (rimaBoNT-B) dengan
terkait peningkatan dosis harus dilakukan rute pemberian injeksi lokal. 52,60 AAN
dengan sangat hati-hati untuk membantu merekomendasikan penggunaan aboBoNT-A,
meningkatkan kepatuhan pasien.19,51,59 incoBoNT-A, dan onaBoNT-A yang telah
Terapi oral kombinasi dan pemberian terbukti efektif untuk penanganan spastisitas
baklofen rute intratekal (IT) dapat dilakukan pada ekstrimitas atas (level rekomendasi
jika spastisitas berat tidak teratasi dengan terapi A) dan rimaBoNT-B mungkin dapat efektif
oral tunggal maupun physical therapy.18,20,42 dan dapat dipertimbangkan untuk spastisitas
Namun, hingga saat ini belum banyak evidence pada ekstrimitas atas (level rekomendasi B).
yang membahas penggunaan kombinasi oral AboBoNT-A dan onaBoNT-A juga efektif
anti spastisitas. Kombinasi dua obat hanya dan dapat direkomendasikan untuk spastisitas
dapat digunakan pada kondisi khusus, yaitu pada ekstrimitas bawah (level rekomendasi
saat terapi tunggal tidak adekuat dan pasien A).52 Mula kerja BoNT untuk spastisitas akan
hanya dapat mentoleransi obat anti spastisitas muncul rata-rata pada 14 hari dan akan bertahan
dengan dosis kecil. Pemberian terapi harus hingga 3 bulan. Efek terapeutik akan berkurang
dimulai dari dosis terkecil dan ditingkatkan saat neuron motorik mulai membentuk nerve
sedikit demi sedikit. Evaluasi efektivitas terminal yang baru, sehingga Ach akan
terapi harus dilakukan secara periodik dan diproduksi kembali.61
bila dirasa tidak adekuat maka terapi dapat
dihentikan dengan tappering dosis terlebih Terapi farmakologi nyeri muskuloskeletal dan
dahulu, untuk mencegah rebound spastisitas nyeri sendi
akibat penghentian terapi secara tiba-tiba.59 Terapi nyeri yang dapat diberikan untuk
Pada pemberian baklofen IT jangka nyeri muskuloskeletal dan sendi pada ALS
panjang, sekitar 5% pasien akan mengalami adalah asetaminofen atau nonsteroid anti-
toleransi terhadap peningkatan dosis. Hal ini inflammatory drugs (NSAID) untuk nyeri
dapat menyebabkan penurunan efikasi terapi, moderate sampai severe.21 Opioid biasanya
sehingga untuk mengembalikan sensitivitas diberikan jika lini pertama tidak adekuat,
pasien terhadap baklofen, dilakukan “drug sehingga opioid hanya diberikan pada pasien
holiday”. Pada drug holiday, dosis baklofen IT dengan very late stage ALS.1,3,8 Diketahui
diturunkan secara bertahap dalam 2–4 minggu sebesar 70% pasien dengan advanced ALS
dan kemudian dilakukan penggantian dengan mengalami perbaikan skala nyeri dengan

8
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

pemberian opioid.20 Morfin merupakan jenis hanya terbatas pada terapi untuk malaria
opioid yang paling banyak diberikan pada very dan tidak untuk terapi atau pencegahan
late stage ALS. Morfin eliksir atau tablet dapat pada kram. Efikasi yang superior dari quinin
diberikan tiap 4 jam atau kapsul tiap 12 jam. sulfat dibandingkan dengan plasebo atau
Analgesik kuat lainnya yang dapat diberikan intervensi lainnya telah diulas dalam review
adalah oksikodon kapsul, tablet atau fentanil Cochrane, namun tidak spesifik untuk kram
transdermal patch yang dapat digunakan jika pada ALS. Review tersebut menunjukkan
pasien mengalami sulit menelan. Terkait bahwa quinin (200–500 mg/hari) dapat
regimentasi dan pola penggunaan analgesik menurunkan frekuensi dan intensitas kram
pada ALS, AAN merekomendasikan agar jika dibandingkan dengan plasebo. Evidence
merujuk pada World Health Organization dari single trial hanya menunjukkan jika
(WHO) pain ladder.1,21 teofilin dikombinasikan dengan quinin dapat
Penggunaan opioid jangka panjang dapat memperbaiki kram jika dibandingkan quinin
menyebabkan hipogonadisme atau bahkan tunggal. Low quality evidence menunjukkan
peningkatan sensitivitas terhadap stimulus tidak ada perbedaan signifikan antara quinin
nyeri. Kondisi ini disebut opioid-induced dan vitamin E, quinin kombinasi dengan
hyperalgesia yang dapat terjadi ketika pasien vitamin E atau injeksi xylocaine. Efek samping
mengalami paparan opioid secara berulang yang major dilaporkan jarang terjadi namun
atau berkepanjangan sehingga menyebabkan dapat bersifat fatal sehingga beberapa negara
pasien menjadi semakin sensitif terhadap membatasi penggunaan quinin.25 Meskipun
nyeri atau menyebabkan intensitas, kualitas, memiliki potensi efektif, penggunaan quinin
dan frekuensi nyeri semakin meningkat. Jika sulfat untuk terapi kram otot harus dihindari
hal ini terjadi, dosis opioid harus dikurangi selain karena efek sampingnya juga karena
secara bertahap dan dilakukan penggantian belum adanya evidence yang cukup untuk
terapi ke golongan non-opioid.34 Withdrawal penggunaan yang spesifik untuk kram pada
syndrome dapat terjadi 12 jam setelah opioid ALS. Quinin sulfat dapat dipertimbangkan
dihentikan tiba-tiba, sehingga tappering dosis untuk diberikan dalam kondisi kram sangat
harus dilakukan sebelum penghentian terapi.62 melumpuhkan, penggunaan levetirasetam tidak
memberikan efek yang adekuat dan adanya
Pembahasan pemantauan efek samping yang ketat.19,29,63
Sama seperti terapi untuk kram otot,
Terapi kram pada ALS sebagian besar masih sampai saat ini belum terdapat studi terkontrol
berdasarkan data empiris dan tidak didukung yang dilakukan untuk melihat efikasi terapi
dengan data yang sistematik. Levetirasetam spastisitas pada ALS. Terapi hanya berdasar
merupakan terapi yang telah direkomendasikan pada benefit obat pada penyakit lain yang
EFNS sebagai lini pertama (level A) untuk berhubungan dengan spastisitas atau pada
mengatasi kram pada ALS. Efektivitas studi yang tersedia, namun dengan desain
levetirasetam pada kram pada pasien ALS open label yang menggunakan baklofen (PO
telah dilaporkan dalam uji klinis, namun hasil dan IT), tizanidin, benzodiazepine, toksin
ini terbatas pada non controlled and open- botulinum, dantrolen dan levetiracetam.64,65
label study.9,19,63 Quinin sulfat juga merupakan Namun, tidak ada satupun studi yang secara
salah satu obat yang sering digunakan oleh spesifik membahas tentang ALS tetapi lebih
Prancis untuk terapi kram pada ALS, namun pada penyakit lain yang berhubungan dengan
FDA telah mengeluarkan himbauan terkait spastisitas yaitu multiple sclerosis dan
keamanan penggunaan quinin sulfat yang cerebral palsy. Kebanyakan klinisi dari Itali

9
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

menggunakan baclofen yang diikuti dengan untuk nyeri akibat spastisitas, dan lini pertama
tizanidin, benzodiazepin dan dantrolen, untuk nyeri sendi dan muskuloskeletal adalah
sedangkan pada sebuah survei yang dilakukan asetaminofen atau NSAID.
di Eropa, dilaporkan bahwa carbamazepin
paling banyak digunakan.51 Pendanaan
Pemberian baclofen IT dapat menjadi
pertimbangan untuk diberikan jika baklofen Penelitian ini tidak didanai dari sumber hibah
oral tidak memberikan efek yang adekuat. apa pun.
Pada sebuah case series yang dilakukan oleh
McClelland, sebanyak 8 pasien ALS dengan Konflik Kepentingan
spastisitas severe dan nyeri diterapi dengan
baclofen IT. Setelah pemberian baklofen IT, Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat
diketahui terjadi penurunan nyeri dengan potensi konflik kepentingan dengan penelitian,
rata-rata 54%. Sebanyak enam pasien (75%) kepenulisan (authorship), dan atau publikasi
mengalami penurunan skala nyeri, tiga di artikel ini.
antaranya menggunakan analgesik.51,65
Guideline AAN dan EFNS memberikan Daftar Pustaka
rekomendasi standar penggunaan analgesik
untuk nyeri muskuloskeletal dan sendi dapat 1. Brettschneider J, Kurent J, Ludolph A.
mengikuti WHO pain ladder, hal ini karena Drug therapy for pain in amyotrophic
belum adanya protokol spesifik nyeri untuk lateral sclerosis or motor neuron disease.
ALS sehingga dibutuhkan penelitian lebih Cochrane Database Syst Rev. 2013;(6):
lanjut dalam hal ini. 7,20,21 1465–858. doi: 10.1002/14651858.CD00
5226.pub3
Simpulan 2. Zarei S, Carr K, Reiley L, Diaz K, Guerra
O, Altamirano PF, et al. A comprehensive
Manajemen nyeri yang tepat pada ALS review of amyotrophic lateral sclerosis.
harus melibatkan pendekatan multidisiplin, Surg Neurol Int. 2015;6(1):171–94. doi:
karena pasien dapat mengalami nyeri akibat 10.4103/2152-7806.169561
berbagai gambaran klinis yang berbeda- 3. Delpont B, Beauvais K, Jacquin-Piques A,
beda, yaitu kram otot, spastisitas dan nyeri Alavoine V, Rault P, Blanc-Labarre C, et
muskuloskeletal. Meskipun nyeri merupakan al. Clinical features of pain in amyotrophic
gejala yang penting pada palliative care, lateral sclerosis: A clinical challenge. Rev
namun systematic studies terkait terapi nyeri Neurol (Paris). 2019;175(1–2):11–5. doi:
pada ALS belum banyak dilakukan, sehingga 10.1002/14651858.CD005226.pub3
clinical practice masih bergantung pada 4. Yunusova Y, Plowman EK, Green JR,
pengalaman dan preferensi pribadi klinisi Barnett C, Bede P. Clinical measures
dan bukan pada pendekatan yang sistematis. of bulbar dysfunction in ALS. Front
Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian lebih Neurol. 2019;10:106. doi: 10.3389/fneur.
lanjut terkait efikasi terapi nyeri pada ALS. 2019.00106
Berdasarkan hasil penelusuran pada guideline 5. Pizzimenti A, Aragona M, Onesti E,
dan evidence yang ada, didapatkan bahwa Inghilleri M. Depression, pain and quality
rekomendasi lini pertama untuk nyeri akibat of life in patients with amyotrophic lateral
kram otot dapat digunakan levetirasetam, sclerosis: A cross-sectional study. Funct
sedangkan baklofen merupakan lini pertama Neurol. 2013;28(2):115–9. doi: 10.11138

10
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

/FNeur/2013.28.2.115 2020;42(15):2123–32. doi: 10.1080/09638


6. Paganoni S, Karam C, Joyce N, Carter 288.2018.1555615
GT, Hospital R, Hospital MG, et al. 14. Wallace VCJ, Ellis CM, Burman R,
Comprehensive rehabilitative care across Knights C, Shaw CE, Al-Chalabi A. The
the spectrum of amyotrophic lateral evaluation of pain in amyotrophic lateral
sclerosis. NeuroRehabilitation. 2015;37 sclerosis: A case controlled observational
(1):53–68. doi: 10.3233/NRE-1512 40 study. Amyotroph Lateral Scler Front
7. Chiò A, Mora G, Lauria G. Pain in Degener. 2014;15(7–8):520–7. doi: 10.31
amyotrophic lateral sclerosis. Lancet 09/21678421.2014.951944
Neurol. 2017;16(2):144–57. doi: 10.1016/ 15. Chen JH, Wu SC, Chen HJ, Kao CH,
S1474-4422(16)30358-1 Tseng CH, Tsai CH. Risk of developing
8. Oskarsson B, Gendron TF, Staff NP. pressure sore in amyotrophic lateral
Amyotrophic lateral sclerosis: An update sclerosis patients – a nationwide cohort
for 2018. Mayo Clin Proc. 2018;93(11): study. J Eur Acad Dermatology Venereol.
1617–28. doi: 10.1016/j.mayocp.2018.04 2018;32(9):1589–96. doi: 10.1111/jdv.14
.007 911
9. Hanisch F, Skudlarek A, Berndt J, 16. Oskarsson B, Moore D, Mozaffar T,
Kornhuber ME. Characteristics of pain Ravits J, Wiedau-Pazos M, Parziale N, et
in amyotrophic lateral sclerosis. Brain al. Mexiletine for muscle cramps in ALS:
Behav. 2015;5(3):8–19. doi: 10.1002/brb A randomized double blind crossover
3.296 trial. Mayo Found Med Educ Res. 2018;
10. Yam MF, Loh YC, Tan CS, Adam 58(1):42–8. doi: 10.1002/mus. 26117
SK, Manan NA, Basir R. General 17. Caress JB, Ciarlone SL, Sullivan EA,
pathways of pain sensation and the Griffin, Leah P, Cartwright MS. The
major neurotransmitters involved in pain natural history of muscle cramps in
regulation. Int J Mol Sci. 2018;19(8): 2164. amyotrophic lateral sclerosis. Muscle
doi: 10.3390/ijms19082164 Nerve. 2016;53(4):513–7. doi: 10.1002/m
11. Rivera I, Ajroud-Driss S, Casey P, Heller us.2 48920
S, Allen J, Siddique T, et al. Prevalence 18. Baldinger R, Katzberg HD, Weber M.
and characteristics of pain in early and Treatment for cramps in amyotrophic
late stages of ALS. Amyotroph Lateral lateral sclerosis/motor neuron disease.
Scler Front Degener. 2013;14(5–6):369– Cochrane Database Syst Rev. 2012;4:
72. doi: 10.3109/21678421.2012.751614 CD004157. doi: 10.1002/14651858.cd00
12. Stephens HE, Lehman E, Raheja D, 4157.pub2
Yang C, Walsh S, Mcarthur DB, et al. 19. Soriani MH, Desnuelle C. Care
Pain in amyotrophic lateral sclerosis: management in amyotrophic lateral
Patient and physician perspectives and sclerosis. Rev Neurol. 2017;173(5):288–
practices. Amyotroph Lateral Scler Front 99. doi: 10.1016/j.neurol.2017.03.031
Degener. 2016;17(1–2):21–9. doi: 10.310 20. Handy CR, Krudy C, Boulis N, Federici
9/21678421.2015.1074701 T. Pain in amyotrophic lateral sclerosis:
13. Åkerblom Y, Jakobsson Larsson B, A Neglected aspect of disease. Neurol
Zetterberg L, Åsenlöf P. The multiple Res Int. 2011;2011:403808. doi: 10.115
faces of pain in motor neuron disease: A 5/2011/403808
qualitative study to inform pain assessment 21. Oliver D. Palliative care in amyotrophic
and pain management. Disabil Rehabil. lateral sclerosis: From diagnosis to

11
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

bereavement. In: Oliver D, Borasio GD, Tawil T, Wber M. Quinine for muscle
Johnston W, editors. Palliative care in cramps (review)-Summary of findings
amyotrophic lateral sclerosis. 4th ed. for the main comparison. Cochrane
United Kingdom: Oxford University Press; Database Syst Rev. 2015;4(12): CD0050
2011. 44. doi: 10.1002/14651858.CD005044pub3
22. Bromberg MB, Bromberg DB. Navigating 30. Ashley C, Aileen C, editors. Quinine. In:
life with amyotrophic lateral sclerosis. The renal drug handbook. 4th ed. United
United Kingdom: Oxford University Press; Kingdom: Radcliffe Publishing Ltd; 2014.
2017. doi: 10.1002/14651858.CD005044.pub3.
23. Andersen PM, Abrahams S, Borasio GD, 31. Wiffen PJ, Derry S, Moore RA, Lunn
de Carvalho M, Chio A, Van Damme P, MPT. Levetiracetam for neuropathic pain
et al. EFNS guidelines on the clinical in adults. Cochrane Database Syst Rev.
management of amyotrophic lateral 2014;2014(7):CD010943. doi: 0.1002/14
sclerosis (MALS) - revised report of an 651858.CD010943.pub2
EFNS task force. Eur J Neurol. 2012;19 32. Bedlack RS, Pastula DM, Hawes J, Heydt
(3):360–75. doi: 10.1111/j.1468-1331.20 D. Open-label pilot trial of levetiracetam
11 .03501.x for cramps and spasticity in patients with
24. Katzung BG, Trevor AJ. Skeletal muscle motor neuron disease. Amyotroph Lateral
relaxants. In: Kruidering-Hall M, Campbell Scler. 2009;10(4):210–5. doi: 10.1080/17
L, editors. Basic & clinical pharmacology. 482960802430773
13th ed. New York: Mc Graw Hill; 2015. 33. U.S. Food and Drug Administration.
25. Amrix (Cyclobenzaprine Hydrochloride) Levetiracetam (Keppra) [brosur]. USA:
Capsule [brosur]. USA: Teva United Collection Bureau; 2017 [diunduh
Pharmaceuticals USA, Inc.; 2013 [diunduh 25 Februari 2020]. Tersedia dari: https://
25 Februari 2020]. Tersedia dari: https:// www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_doc
www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_doc s/label/2017/021035s099,021505s038lbl.
s/label/ 2013/021777s012lbl.pdf pdf
26. Metaxalone [brosur]. Bristol: King 34. Lee M, Silverman SM, Hansen H, Patel
Pharmaceuticals, Inc.; 2018 [diunduh 25 VB, Manchikanti L. A comprehensive
Februari 2020]. Tersedia dari: https:// review of opioid-induced hyperalgesia.
www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_doc Pain Physician. 2011;14(2):145–61.
s/label/2018/013217s057lbl.pdf 35. Gabapentin (Neurontin) [brosur]. New
27. Fudin J, Raouf M. Practical pain York: Park-Davis; 2017 [diunduh 25
management. A review of skeletal mucle Februari 2020]. Tersedia dari: https://
relaxant agent management. 2016 [diunduh www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_doc
25 Februari 2020]. Tersedia dari: https: s/label/2017/020235s064_020882s047_0
//www.practicalpainmanagement.com/tr 21129s046lbl.pdf
eatments/pharmacological/non-opioids/ 36. Kalra S, Cashman NR, Caramanos Z,
review-skeletal-muscle-relaxants-pain-m Genge A, Arnold DL. Gabapentin therapy
anagement for amyotrophic lateral sclerosis: Lack of
28. Hogan DB. Quinine: Not a safe drug improvement in neuronal integrity shown
for treating nocturnal leg cramps. Can by MR spectroscopy. Am J Neuroradiol.
Med Assoc J. 2015;187(4):248–53. doi: 2003;24(3):476–80.
10.1503/cmaj.150044 37. Mexitil (Mexiletine Hydrochloride)
29. El Tawil S, T AM, Valli H, Lunn M, El [brosur]. Germany: Boehringer Ingelheim;

12
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

2008 [diunduh 25 Februari 2020]. Tersedia Neuropathic pain: Evidences and possible
dari: https://www.accessdata.fda.gov/dru mechanisms. Curr Neuropharmacol. 2014;
gsatfda_docs/appletter/2004/18873slr01 12(1):44–56. doi: 10.2174/1570159X120
8ltr.pdf 1140117162802
38. Caroline A, Aileen D. Mexiletine. In: The 46. Attal N, Cruccu G, Baron R, Haanpää
renal drug handbook. 4th ed. CRC Press; M, Hansson P, Jensen TS, et al. EFNS
2014. guidelines on the pharmacological treatment
39. Mylan. Baclofen Injection (Intrathecal) of neuropathic pain: 2010 revision. Eur J
[brosur]. USA: Mylan Pharmaceuticals; Neurol. 2010;17(9):1113–23. doi: 10.1111/
2017 [diunduh 25 Februari 2020]. j.1468-1331.2010.0 2999.x
Tersedia dari: https://www.accessdata.fda 47. Lyrica (Pregabalin) [brosur]. USA: Pfizer
.gov/drugsatfda_docs/label/2018/209592 Inc.; 2012 [diunduh 25 Februari 2020].
Orig1s000lbl.pdf Tersedia dari: https://www.accessdata.
40. Rego S, Amorim I, Condeca B, Faria fda.gov/drugsatfda_docs/label/2018/021
F. Efficacy of a second “drug holiday” 446s035,022488s013lbl
in the treatment of intratechal baclofen 48. Valium (Diazepam) [brosur]. San
tolerance - a case study. 2018;61:e359. Fransisco: Roche Laboratories, Inc..; 2016
doi: 10.1016/j.rehab.2018.05.838 [diunduh 25 Februari 2020]. Tersedia
41. McClelland S, Bethoux FA, Boulis NM, dari: https://www.accessdata.fda.gov/dru
Sutliff MH, Stough DK, Schwetz KM, gsatfda_docs/label/2016/013263s094lbl.
et al. Intrathecal baclofen for spasticity- pdf
related pain in amyotrophic lateral 49. Dantrium Capsules (Dantrolene sodium)
sclerosis: Efficacy and factors associated [brosur]. Germany: JHP Pharmaceuticals;
with pain relief. Muscle and Nerve. 2008; 2011 [diunduh 25 Februari 2020] Tersedia
37(3):396–8. doi: 10.1002/mus.20900 dari: https://www.accessdata.fda.gov/dru
42. Bethoux F, Boulis N, McClelland S, gsatfda_docs/label/2012/017443s043s04
Willis MA, Hussain M, Machado A, et al. 6s048s049lbl
Use of intrathecal baclofen for treatment 50. Pharmaceuticals C. Rilutek (Riluzole)
of severe spasticity in selected patients [brosur]. USA: Covis Pharmaceuticals,
with motor neuron disease. Neurorehabil Inc; 2016 [diunduh 25 Februari 2020].
Neural Repair. 2013;27(9):828–33. doi: Tersedia dari: https://www.accessdata.fd
10.1177/1545968313496325 a.gov/drugsatfda_docs/label/2016/02059
43. Therapeutics A. Tizanidine (Zanaflex) 9s017lbl.pdf
tablet [brosur]. New York: Acorda 51. Dorst J, Ludolph AC, Huebers A. Disease-
Therapeutics, Inc.; 2013 [diunduh 25 modifying and symptomatic treatment of
Februari 2020]. Tersedia dari: https://www. amyotrophic lateral sclerosis. Ther Adv
accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/lab Neurol Disord. 2017;11(6):1756285617
el/2013/021447s011_020397s026lbl.pdf 734734. doi: 10.1177/1756285617734734
44. Mörkl S, Bengesser S, Schöggl H, Bayer 52. Simpson DM, Hallett M, Ashman EJ,
D, Kapfhammer H. Tizanidine withdrawal Comella CL, Green MW, Gronseth GS,
symptoms in stress cardiomyopathy [in et al. Practice guideline update summary:
German]. Fortschr Neurol Psychiatr. 2015; Botulinum neurotoxin for the treatment of
83(3):170–3. doi: 10.1055/s-0034-13991 blepharospasm, cervical dystonia, adult
67 spasticity, and headache: Report of the
45. Verma V, Singh N, Jaggi AS. Pregabalin in Guideline Development Subcommittee

13
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia

of the American Academy of Neurology. g4737. doi: 10.1136/bmj.g4737


Neurology. 2016;86(19):1818–26. doi: 10. 60. Ferrari A, Manca M, Tugnoli V, Pini LA.
1212/WNL.0000000000002560 Pharmacological differences and clinical
53. Marvulli R, Megna M, Citraro A, Vacca E, implications of various botulinum toxin
Napolitano M, Gallo G, et al. Botulinum preparations: A critical appraisal. Funct
toxin type a and physiotherapy in spasticity Neurol. 2018;33(1):7–18. doi: 10.11138/
of the lower limbs due to amyotrophic FNeur/2018.33.1.007
lateral sclerosis. Toxins. 2019;11(7):381. 61. Lebeda FJ, Cer RZ, Stephens RM,
doi: 10.3390/toxins11070381 Mudunuri U. Temporal characteristics
54. Vázquez-Costa JF, Máñez I, Alabajos A, of botulinum neurotoxin therapy. Expert
Salazar MG, Roda C, Sevilla T. Safety Rev Neurother. 2010;10(1):93–103. doi:
and efficacy of botulinum toxin A for the 10.1586/ern.09.134
treatment of spasticity in amyotrophic 62. Denenberg R, Curtiss CP. CE: Appropriate
lateral sclerosis: results of a pilot study. use of opioids in managing chronic pain.
J Neurol. 2016;263(10):1954–60. doi: 10. Am J Nurs. 2016;116(7):26–38. doi: 10.1
1007/s00415-016-8223-z 097/01.NAJ.0000484931.50778.6f
55. Mauskop A. Assessment: Symptomatic 63. Katzberg HD, Khan AH, So YT.
treatment for muscle cramps (an evidence- Assessment: Symptomatic treatment
based review): Report of the therapeutics for muscle cramps (an evidence-based
and technology assessment subcommittee review): Report of the therapeutics and
of the american academy of neurology. technology assessment subcommittee
Neurology. 2010;75(15):1397–9. doi: 10. of the American academy of neurology.
1212/WNL.0b013e3181f003be Neurology. 2010;74(8):691–6. doi: 10.12
56. De Carvalho M, Pinto S, Costa J, 12/WNL.0b013e3181d0ccca
Evangelista T, Ohana B, Pinto A. A 64. Louisa Ng, Khan F, Young CA, Galea M.
randomized, placebo-controlled trial of Symptomatic treatments for amyotrophic
memantine for functional disability in lateral sclerosis/motor neuron disease.
amyotrophic lateral sclerosis. Amyotroph Cochrane Database Syst Rev. 2017;(1):
Lateral Scler. 2010;11(5):456–60. doi: 10. CD011776. doi: 10.1002/14651858.CD0
3109/17482968.2010.498521 11776.pub2
57. Weiss MD, Macklin EA, Simmons Z, 65. Jackson CE, McVey AL, Rudnicki S,
Knox AS, Greenblatt DJ, Atassi N, et al. Dimachkie MM, Barohn RJ. Symptom
A randomized trial of mexiletine in ALS. management and end-of-life care in
Neurology. 2016;86(16):1474–81. doi: 10. amyothropic lateral sclerosis. Neurol Clin.
1212/WNL.0000000000002507 2015;33(4):889–908. doi: 10.1016/j.ncl.2
58. Valadi N. Evaluation and management of 015.07.010
amyotrophic lateral sclerosis. Prim Care.
2015;42(2):177–87. doi: 10.1016/j.pop.2
015.01.009
59. Nair KPS, Marsden J. The management of
spasticity in adults. Br Med J. 2014;349:

14

Anda mungkin juga menyukai