Ia adalah seorang sarjana besar India yang hidup pada abad 12 H / 18 M. Ia lahir di
Phult, Delhi pada hari rabu syawwal 1114 H / 21 February 1703 M. ia berasal dari keluarga yang
berpendidikan serta shaleh, hal ini terbukti karna sebagian besar pendidikannya dijalaninya
dibawah bimbingan ayahnya, Syah Abd Rahim, tepatnya di Madrasah Rahimiyyah, yang
didirikan oleh ayahnya di Delhi. ia mendalami ilmu pengetahuan khususnya dibidang agama
sejak ia beumur 5 tahun, berkat ketekunan serta kejeniusannya ia mampu menghafalkan al
Quran ketika umurnya masih 7 tahun, ia terus memperdalam pengetahuannya hingga ketika
umurnya belasan tahun ia telah menguasai dengan baik ilmu hukum, tafsir, hadits, logika, kalam,
filsafat, astromomi, kedokteran dan matimatika. ia melengkapi pengetahuannya dalam agama
dengan mendalami tarekat, dalam tarekat ini baginya sudah takasing lagi lantaran kedua orang
tuanya merupakan penganut tarekat juga .
Selain menyelesaikan dua aliran tersebut, Ia juga berusaha untuk mendekatkan empat
madzhab fiqh, contohnya adalah tentang komentarnya atas muwattha Imam Malik yang ia tulis
dengan maksud menemukan landasan ortodoks yang sama untuk mendamaikan madzhab-
madzhab fiqh yang berbeda. Sumbangannya yang lain untuk dunia islam selain dari pada apa
yang telah disebutkan diatas ialah usahanya dalam memberikan suatu landasan yang kuat serta
kerja sama timbal balik antara kaum sunni dan Syiah . Syah Waliullah memiliki banyak karya,
bahkan karyanya tersebut dianggap tak tertandingi oleh pemikir muslim lainnya dalam sejarah
muslim India, sesudah maupun setelahnya, karyanya tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
Varian. pertama tentang Al Quran termasuk didalamnya terjemahanya. Kedu ,mengenai Hadits
termasuk didalamnya tafsir kitab Al Muwattha karya Imam Malik. ketiga, mengenai Fiqh
termasuk kitab Insyaf Fi Bayan Asbab Al Ikhtilaf. keempat, yang berkenaan dengan tasawuf.
kelima, tentang Filsafat Islam dan Ilmu Kalam. terakhir, tentang Syiah dan Sunni yang pada
waktu itu memiliki pertentangan yang terasa tajam ketika itu. selain dari pada itu ia juga
memiliki gagasan tentang ilmu ekonomi dan sosialisme yang bersifat revolusioner, sehingga ia
bisa dianggap sebagai pendahulu Karl Marx. setelah kemangkatannya ,kepemimpinan Madrasah
Rahimiyyah diteruskan oleh keempat putranya ( Syah Abd Aziz, Syah Abd Qadir, Syah Rafi ad
Din dan Syah Abd Ghani ) mereka mencoba untuk menulis karya-karya baru di berbagai bidang
keilmuan serta memberi tambahan kepada apa yang telah diwariskan oleh orang tua mereka.
Madrasah yi Rahimiyyah merupakan satu-satunya pusat pendidikan yang menjadi tempat
penyelesaian urusan-urusan orang muslim khususnya India. hingga akhirnya Madrasah tersebut
dihancurkan oleh Inggris pada tahun 1857 M. akan tetapi tidak juga menghentikan pergerakan
pemikiran para lulusan-lulusannya. 10 tahun kemudian setelah tragedi tersebut, para lulusannya
mendirikan Dar el Ulum di Deoband, maka sekali lagi tradisi intelektual yang diwarisi Syah
Waliullah memulai fasenya yang baru dibawah naungan para lulusan-lulusannya. Madrasah
yang didirikan para alumni tersebut secara ketat mengikuti kurikullum yang diajarkan oleh
Madrasah Rahimiyyah baik dalam disiplin maupun metode pengajarannya ,sesuai dengan apa
yang telah ditetapkan oleh Syah Waliullah sebelumnya .akan tetapi perlu dicatat bahwasanya
tidak semua pemikiran Syah di ambil dalam pemikiran Madrasah ini akan tetapi hanya bagian
tertentu saja, selebihnya madzhab Deobandlah yang mengambil alih tradisi tersebut
seluruhnya .melalui Dar el Ulum inilah pengetahuan tentang Syah Waliullah menyebar
keseluruh anak benua Asia, oleh karna itulah hingga saat ini kelompok keagamaan di India
memperoleh inspirasi intelektualnya serta otorisasi (sanad) mereka dari Syah Waliullah .
Dari sejumlah karyanya yang banyak tidak semuanya tersebar keberbagai belahan dunia
Islam. katakan saja sebuah karyanya yang memuat ilmu hakekat hanya menjadi rujukan bagi
orang-orang Indo-Pakistan saja. perlu diketahui bahwasanya ia adalah seorang yang dengan
tegas menolak filsafat dari Yunani, ia adalah seorang penganut tarekat Qadiriyyah, Chistiyyah
serta Naqsyabandiah. dalam dunia Tasawuf ia menyebut dirinya sebagai seorang Quthb [9]
bahkan lebih dari itu ia mengaku mendapat perintah Tuhan untuk menjalankan misi khusus yang
menempatkannya jauh diatas para anggota tarekat yaitu sebagai penyambung baru hukum islam
bukan sekedar pembaharu biasa . ia berpandangan bahwasanya Allah memberikan ilham lewat
bagian yang khusus dari alam semesta, salah satunya apa yang sering dibicarakan oleh para Sufi
dan Filosof yaitu Alam Imajinal (Alam Mitsal), baginya dunia Imajinal adalah suatu
penghubung antara dunia nyata kita dengan dunia ruh diatas serta berperan sebagai imajenasi
jiwa universal (universal soul). dengan demikian kehendak Tuhan disampaikan lewat para
malaikat, warna dan substansi halus dalam dunia imajinal sebelum menemukan jalan mereka
menuju pandangan mistis. bagi Syah Waliullah tempat yang paling utama dalam dunia Imajinal
adalah benteng kesucian atau Hadarat al Quds yaitu tempat Tuhan mewujudkan dirinya kedalam
jiwa manusia sempurna yang melebur kedalam insan suci (insane Ilahi). selain itu benteng
kesucian tersebut juga berperan sebagai media operasi dan satu kelas elit dalam hiraki malaikat
yang rumit dimana para Nabi dan Mujaddid atau Pembaharu menemukan tuntunannya .
Benteng kesucian tersebut merupakan manifestasi Tuhan yang agung .suatu tindakan
perwujudan Tuhan yang paling besar. hal ini tidaklah begitu penting jika dibandingkan dengan
entitas bayangan Tuhan yang dikatakan Ibnu Arabi sebagai Realitas Muhammad atau Hakekat
Muhammadiyah. Syah Waliullah memberikan penekanan pada gagasan Ibnu Arabi yang
mengatakan bahwa manifestasi diri Tuhan berhubungan dengan bagian khusus hati manusia
yang disebut dengan Mutiara Kegilaan (Gems of Bewilderment) karna cahaya ke Tuhanan
dipantulkan kedalam batin dan pada akhirnya membuatnya gila. Syah Waliullah juga
mengatakan bahwasanya konsep Wahdatul Wujud Ibnu Arabi dan Wahdatus Suhud Ahmad Sir
Hindi adalah dua tahapan yang berbeda dalam pengalaman mistis serta pandangan alternatif
alam semesta. dalam pandangan mistik Wahdatus Suhud seluruh maujud terserap kedalam
Tuhan sebagai suatu realitas mutlak yang kemudian menjadi suatu kesatuan dalam pandangan
hingga yang dipandang atau disaksikan hanyalah Tuhan semata atau kesatuan tersebut tidak
sampai mutlak menyatu antara hamba dan Tuhan akan tetapi mengambil bentuknya sendiri-
sendiri dengan mempertahankan sifat masing-masing, sedangkan dalam Wahdatul Wujud
,seorang manusia merasa bahwa Tuhan adalah eksistensi mutlak sedangkan yang lainnya
hanyalah bayangan atau singkatnya yang eksis hanyalah Tuhan maka tak ada satu wujudpun
didunia ini kecuali Tuhan. Waliullah juga memandang bahwasanya konsep Ibnu Arabi ingin
menunjukan betapa berbedanya Tuhan dengan Makhluknya, hanya saja pendapat Ini disalah
artikan oleh para penerusnya. bagi Waliullah kritik Sir Hindi Terhadap Arabi juga berasal dari
kesalah pahaman .
Sekalipun waliullah mengkritik Sir Hindi, namun pengaruh pemikiran yang dibuahkan
olehnya amatlah berpengaruh dalam pandangan Syah Waliullah. pengaruh tersebut tampak jelas
dalam teorinya tentang organ lembut didalam tubuh manusia (sirr). Lima rangkaian organ yang
lebih rendah adalah Hati ,Intelektual serta Jiwa dan Sirr (rahasia), dan lima yang lebih tinggi
yaitu Khafi (tersembunyi), Cahaya Kesucian,Mutiara Kegilaan,Yang Paling Tersembunyi,Diri
Yang Paling Agung. Waliullah juga mengatakan bahwa ayahnya mengajarkan tehnik meditasi
yang berhubungan dengan Sir Hindi serta menggambarkan lingkaran yang menunjukan beberapa
organ lembut yang berhubungan dengan tehnik tersebut. hingga pada akhirnya Syah Waliullah
menjelaskan bahwa pada tingkatan diri tertinggiu, batin bisa melihat seluruh alam semesta
dalam dirinya sendiri .
Syāh Walî Allāh merupakan tokoh pembaru yang sangat produktif. Banyak sekali karya-
karyanya dalam berbagai bidang ilmu antara lain:
a. Karya-karya yang ditulis sebelum 1143 H/ 1731 M
- Ḥujjat al-Allāh al- Bāliġah, sebuah karya besar (magnum opus) dalam bahasa Arab.
Karya yang membahas aspek hadits, fiqih, kalam dan alasan tentang hukum syari‟ah.
- Anfās al-’Ārifîn karya dalam bahasa persia tentang nenek moyangnya terutama bapak
dan pamannya.
- Al-imdād fi Ma’a ṭir al-Amjād, biografi hubungan yang lain Syāh Walî Allāh.
- Lamahāt, dalam bahasa persia yang berisi pembahasan tentang wujud, realitas dan
hubungan mistis tentang Tuhan dan Alam.
- Lama’āt, sufi.
c. Karya-karya yang ditulis dari tahun 1152 H/ 1739-40 sampai 1160 H/ 1747 M.
- Al-Musawwā, penjelasan Syāh Walî Allāh terhadap kitab alMuwa ṭṭa’ karya Abū ‟Abd
Allāh Mālik ibn Anās.
- Al-Intibāh fi Ŝalāsil Auliyā Allah wa Asānid Wariśi Rasūl Allah, pembahasan tentang
perbedaan-perbedaan kelompok sufi.
- Al-Fauz al-Kabīr fi U ṣūl al-Tafsīr, prinsip-prinsip penafsiran al-Qur‟an dan
pembahasan tentang nasîkh dan mansūkh.
- Muqaddimah Dār Fann-î Tarjama-î Qur’an, aturan dan petunjuk penerjemahan al-
Qur‟an.
- Izālat al-Khafā ’an Khilāfat al-Khulafā’, pembahasan yang lebih mendetail tentang
keutamaan dua khalifah pertama dan bentuk-bentuk perbedaan khalifah.
- Al-Khair al-Ka ṭîr, sebuah pembahasan tentang wujud dan masalah-masalah tasawuf
yang lain.
- Sarf-i Mir, risalah singkat dalam bahasa Persia cara mengajar tata bahasa Arab
- Al-In ṣāf fi Bayān Asbāb al-Ikhtilāf, menjelaskan sebab-sebab perbedaan yang terjadi
di kalangan ulama fiqih dan kesalahpahaman yang muncul di kalangan sahabat Nabi.
- Al-Durr al-Tamin fi Muba ṣarāti al-Nabî al-Amîn, koleksi ringkas hadits-hadits Nabi. -
Al-Irsyād ilā Muhimmat ’Ilm al-Isnād, risalah tentang otoritas Hadits
- Ṣ arh Tarājam Ba’d Abwāb al-Bukharî, catatan terhadap beberapa bab dalam kitab
Sahîh al-Bukharî.
- Kasyf al Ḡain fi Ṣarh Rubā’iyatîn (Persia), penjelasan terhadap kitab Rubā’is karya
Khajā Bāqi Billāh.
Ia juga orang yang sangat tidak menyukai taqlid yaitu mengikuti serta patuh begitu saja
terhadap penafsiran maupun pendapat ulama terdahulu, ia menganggap taklid merupakan suatu
faktor penyebab kemunduran umat Islam serta terjadinya penyelewengan terhadap ajaran Islam
yang murni, ia memandang masyarakat pada umumnya bersifat dinamis. penafsiran untuk suatu
Zaman belum tentu sesuai dengan Zaman sesudahnya, oleh karna itulah ia menganjurkan untuk
diselenggarakannya aktifitas ijtihad .akan tetapi perlu dicatat bahwa dalam hal ini Syah
Waliullah bukan berarti menolak total segala bentuk taklid, karna ia juga menyadari bahwa hasil
ijtihad ulama terdahulu tidak seluruhnya haus akan pembaharuan atau out of date, jika
sebagiannya masih relevan baginya taidaklah menjadi permasalahan jika dipungut kembali.
sebab jika seseorang tidak dapat melakukan ijtihad misalnya karna keterbatassan waktu, sarana
dan perangkat ilmu pengetahuan, maka tidak ada pilihan baginya kecuali bertaklid. akan tetapi
berijtihad disini bukanlah untuk semua orang akan tetapi hanya bagi mereka yang telah
mumpuni pengetahuannya dalam agama serta memiliki kesempatan, sedangkan bagi mereka
yang awam cukup dengan bertaklid saja.
Yang menjadi point terpenting dalam pandangan Syah Waliullah adalah pandangannya
dalam dunia Tasawuf, hal ini bukan sekedar dikarnakan sang tokoh adalah seorang sufi akan
tetapi lebih dari itu beliau adalah sosok yang memberi warna dan corak yang baru dalam dunia
tasawuf pada khususnya .ia adalah seorang sosok yang telah berhasil mengkompromikan ajaran-
ajaran Wahdatul Wujud yang di Nahkodai oleh Ibnu Arabi dengan ajaran Wahdatus Suhud yang
dikepalai oleh Ahmad Sir Hindi. Yang unik disini dan perlu menjadi catatan bahwasanya Syah
Waliullah menyatakan bahwa dalam satu mimpinya ditunjuk oleh nabi sebagai penengah dalam
pertikaian pengikut Wihdat al Wujud dan Wihdat As Suhud hingga akhirnya keputusannya dapat
diterima oleh kedua belah pihak. menurutnya filsafat Sir Hindi secara esensial sebetulnya sama
dengan filsafat Ibnu Arabi hanya saja keduanya harus diberi presfektif baru, perbedaan
keduanya hanya bersifat peripheral saja, hanya sekedar perbedaan sematik belaka, konsep Al
Zhiil (bayangan) yang menjadi ajaran polemik antar keduanya di tafsirkan oleh Syah hanya
sekedar kiasan saja .
Waliullah juga mengungkapakan perbedaan antara jalannya para sufi dengan jalannya
para rasul. ia berpandangan bahwasanya ada dua jalan untuk mencapai suatu kebahagiaan,
pertama adalah jalan philosof berketuhanan serta jalannya para sufi yang mendamba Tuhan yang
ia sebut dengan Thariqat al Walayah, sedang yang kedua adalah jalannya para rasul yang disebut
dengan Tharikat an Nubuwah, dalam jalan yang kedua manusia terpaut erat dengan tuntutan
Syariat, ihsan mereka adalah shalat, shaum, zakat. tafakur dalam tarekat yang kedua ini nyaris
terpinggirkan, bagi Syah Waliullah, rasul tidak mempunyai pendapat atau keterangan yang baik
dalam hal ini. lain halnya dengan tarekat an Nubuwah dan Wilayah yang banyak berisi tentang
ajaran serta konsep-konsep. baginya tarikat an Nubuwah hanya merupakan simbolisasi saja dari
thariqatal Walayah untuk mencapai Tuhan .
Selain dalam hal keagamaan yang telah disebutkan diatas tokoh ini juga seorang yang
mengamati perkembangan politik di India ia adalah seorang yang mengobarkan semangat Jihad
dikalangan Muslim India, Dr. Allama Iqal pernah berkata tentangnya “India telah menghasilkan
seorang alim besar yang bernama Ismail dia tidak menghabiskan waktunya membaca buku serta
memberikan fatwa, ia mengorbankan hidupnya untuk Islam serta untuk perbaikan hilangnya
akar islam dan menyerukan jihad melawan orang kafir. tidak diragukan lagi bahwa buku-buku
serta tulisan Syah Waliullah memberikan inspirasi kaum muslim India untuk semangat berjihad
yang kemudian dikomandani oleh Shah Ismail Syahid dua buku pentingnya Fuyuz al Haramain
dan Tafhima Al Ilahiyah merupakan contoh perhatiannya yang besar terhadap keselamatan umat
muslim . Ide-idenya yang berapi-apiyang kemudian memberikan pengaruh, ketika kelas
pembaharu Muslim muncul di India untuk mengingatkan serta dan menginspirasi kaum muslim
untuk menumpas kejahatan, serta ia pulalah yang telah menyiapkan kaum Muslim India untuk
Jihad yang sebenarnya yakni mendirikan pemerintahan Islam di India. Syah Waliullah yang
pertama menaburkan bibit-bibit Negara Islam diantara kaum Muslim India serta ia jualah yang
menginspirasikan jihad kepada mereka untuk memperjuangkan hak – haknya, perjuangan ini
kelak mencapai bentuknya yang sesungguhnya pada masa Muhammad Ali JInah dan Sir
Muhammad Iqbal .
KELOMPOK 1
Aliyah Hasanah
Andien Kusumaningtyas