Anda di halaman 1dari 6

Diskusi Minggu 13 KIM B

Penilaian Kinerja Pemerintah Indonesia Terkait Dengan Prinsip-Prinsip Good


Governance

Good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat


dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka hal tersebut,
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata sehingga dalam penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna,
berhasil guna bertanggung jawab serta bebas KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme) (Moento
et al. 2019).

Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan baik diperlukan penerapan good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik) secara nyata. Pengertian good governance
yaitu bagian dari hukum, politik, ekonomi dan sosial sehingga dapat dikatakan bahwa good
governance meliputi seluruh aspek dalam kehidupan. Berdasarkan United Nations
Development Program (UNDP) terdapat 9 prinsip good governance yaitu sebagai berikut : 1.
Partisipasi (Participation) 2. Supremasi Hukum (Rule of Law) 3. Transparansi
(Transparancy) 4. Peduli pada stakeholders (Responsiveness) 5. Berorientasi Konsesus
(Consensus Orientation) 6. Berkeadilan (Equity) 7. Efektivitas dan Efesiensi (Effectiveness
and Efficiency) 8. Akuntabilitas (Accountibility) 9. Visi Strategis (Strategic Vision)
(Oktapiani et al. 2021).

Penerapan kesembilan prinsip-prinsip Good Governance jika dapat diterapkan secara


totalitas maka kualitas pelayanaan dan tata kelola pemerintahan merupakan kondisi paling
ideal. Namun di Indonesia baru mulai benar-benar dirintis sejak era Reformasi. Upaya yang
dilakukan Pemerintah dalam menciptakan iklim good governance yang baik mulai
diupayakan melalui akuntabilitas, transparansi dan partisipasi dalama proses pengawasan dan
pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD). Penerapan prinsip akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi dalam
Pengawasan dan pengeolaan dana APBD yang terkandung dalam good governance menutut
Pemerintah Daerah lebih terbuka (opennes), atas aktivitas pengelolaan sumber daya publik
dengan menyajikan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Hal ini
sejalan dengan Agency Theory dan Stewardship Theory yang menyatakan bahwa,
pertanggungjawaban pemerintah (agent) kepada rakyat (principal), dimana principal
memberikan wewenang kepada agent untuk membuat keputusan yang terbaik bagi principal
(Haeli 2020).

Pemerintahan Jokowi ini masih jauh dari prinsip-prinsip tersebut. Terlihat pada
partisipasi masyarakat yang kurang karena adanya pandemi sehingga maraknya demo yang
terjadi. Kurang tegaknya supremasi hukum yang terlihat pada menurunnya kondisi politik
dan penegakan hukum seperti pada kasus korupsi Djoko Tjandra dari tahun 1999 yang justru
dibantu oleh salah satu polisi dalam pelariannya, dituntut ringan hanya 11 bulan dan
kemudian memutusnya bebas padahal terpidana lain telah divonis. Selain itu, Djoko Tjandra
menjadi buronan sejak tahun 2009. Prinsip lain yang tidak sesuai adalah efektivitas dan
efisiensi, akuntibilitas, serta visi strategis. Hal tersebut terlihat pada semakin besarnya utang
Indonesia, entah tindakan tersebut sudah diperhitungkan atau tidak terkait dampak yang akan
terjadi. Masih banyak pula kemiskinan, pengangguran, dan tidak adanya rasa sejahtera bagi
kebanyakan masyarakat. Banyaknya janji-janji yang hanya dilontarkan saat kampanye saja,
tetapi tidak ada tindakan yang berdampak signifikan bagi bangsa Indonesia itu sendiri dan
masih banyak hal lain yang kiranya menjadi faktor pemerintah Indonesia di masa Jokowi ini
jauh dari kata good governance. Berbagai persoalan dan tantangan dalam pemerintahan
Jokowi-Ma’ruf menjadi sorotan publik. Terlebih lagi dengan adanya pandemi Covid-19 saat
ini menjadi tantangan yang besar bagi pemerintahan untuk fokus dalam penanganannya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berpendapat 5 (lima) sektor yang menjadi fokus
utama dari pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, yaitu pengembangan sumber daya manusia,
infrastruktur, penyederhanaan birokrasi, penyederhanaan regulasi, dan transformasi ekonomi
belum memperlihatkan hasil yang optimal, kecuali bidang infrastruktur (Sejati et al. 2020).

Sinergitas antarlembaga pemerintah diperlukan untuk meningkatkan kinerja


pemerintahan yang berdampak pada pelayanan publik. Pemerintah perlu memiliki rantai
komando dalam bentuk pedoman terkait komunikasi pemerintah untuk memperbaiki
beberapa permasalahan seperti struktur hirarki yang kuat serta panjangnya rantai komunikasi
yang menyebabkan adanya bias informasi. Pedoman tersebut diharapkan dapat digunakan
baik pada masa krisis maupun normal, sehingga terdapat jalur birokrasi yang jelas kapan
informasi tersebut dapat diberikan kepada publik. Selain itu kemampuan pemimpin sebagai
crisis leader perlu ditingkatkan agar dapat mengevaluasi kinerja lembaganya secara cepat
untuk merespons capaian pelaksanaan kebijakan yang sudah dibuat. DPR RI melalui fungsi
pengawasan dapat terus mendorong pemerintah untuk segera melakukan langkah-langkah
konkret dalam mempercepat pelaksanaan reformasi birokrasi agar komunikasi antarlembaga
pemerintah dapat berjalan lebih efektif dan komprehensif. DPR RI juga dapat mendorong
pemerintah untuk mempercepat integrasi data di Indonesia dengan cara menyelesaikan
rancangan arsitektur data pada sistem portal “Satu Data Indonesia”. Melalui fungsi anggaran,
DPR RI dapat mendukung pemerintah dalam meningkatkan pembangunan infrastruktur
dibidang teknologi dan informasi terutama terkait teknologi tata kelola data pemerintah yang
terintegrasi (big data) untuk mewujudkan e-government (Sejati et al. 2020).

Sumber:

Haeli. 2020. Penerapan Prinsip- Prinsip Good Governance Pada Pemerintah Daerah Provinsi
Nusa Tenggara Barat (Studi Kasus). Jurnal Bestari, 1(1): 1-9.

Moento PA, Firman, Yusuf AP. 2019. Good Governance Dalam Pemerintahan. Jurnal
Unmus, 1(2): 10-16.

Sejati SB, Amrynudin AD. 2020. Sinergitas Antarlembaga Pemerintah Dalam Setahun
Pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin. Jurnal Info Singkat, 12(21): 25-30.
Oktapiani F, Rosmiati M, Indrawati L. 2021.

Implementasi Manajemen Risiko Dalam Upaya Mewujudkan Prinsip-Prinsip Good


Governance Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat. Indonesian
Accounting Research Journal, 1(2): 378-385.
Penerapan prinsip-prinsip Good Governance mampu dijadikan tolak ukur menilai baik
buruknya kinerja suatu pemerintahan maka kunci utamanya adalah pemahaman terhadap
semua unsur prinsip-prinsip yang ada didalamnya. Menyadari hal ini maka penting untuk
memahami prinsip-prinsip good governance berikut ini : Participation yaitu keterlibatan
masyarakat dalam pengambilan keputusan baik secara langsung maupun melalui lembaga
perwakilan yang mewakili kepentingan masyarakat secara sah. Partarsipasi dalam konteks
good governance bagi pemerintah daerah adalah penyediaan saluran komunikasi bagi
masyarakat. Rule of Law merupakan penegakan supremasi hukum yang mendukung pada
proses partisipasi yang melibatkan masyarakat. Dalam mewujudkan good governance maka
pemerintah daerah mengejantawahkan komitmen terhadap perlindungan dan penegakkan
hukum yang tidak dikriminatif dan konsisten didalam terutama yang menyangkut hak asasi
manusia. Transparency atau keterbukaan atas semua tindakan, kebijakan atas pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan masyarakat. Wujud transparansi dalam penerapan prinsip
good governace bahwa pemerintah utamanya pemerintah mampu menyediakan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi sehingga menciptakan kepercayaan
secara timbal-balik. Transparansi akan meningkatkan kepercayaan, partisipasi masyarakat
dan berkurangnya pelanggaran terhadap peraturan perundangundangan. Responsiveness
(Peduli) dalam penerapan prinsip good governance diartikan kepedulian pemerintah melayani
semua pihak yang berkepentingan terhadap seluruh proses dalam konteks praktek usaha
untuk berkotribusi terhadap masyarakat di sekitarnya. Konsep Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan etika bisnis sebagai bentuk kepedulian yang harus dimiliki
oleh perusahaan dan pemerintah harus hadir didalamnya. Consensus Orientation bahwa
keputusan apapun yang diambil pemerintah harus melalui proses musyawarah yang mampu
memuaskan semua pihak dan menjadi keputusan mengikat dan milik bersama sehingga akan
memiliki kekuatan yang sifanya memaksa karena semua pihak terlibat untuk melakasanakan
semua keputusan tersebut. Dalam konteks pemerintah daerah maka tata kelola pemerintahan
mampu menjembatani kepentingankepentingan yang berbeda demi terbangunnya konsesus
yang menyeluruh dan terbaik bagi masyarakat. Equity (kesetaraan) adalah perlakuan dan
pelayanan yang sama bagi semua masyarakat. Prinsip kesetaraan dalam good governance
menciptakan kepercayaan timbal balik antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan
informasi dalam pengelolaan daerah yang berkaitan dengan kebijakan dan layanan yang
disediakan oleh pemerintah. Effectiveness and Efficiency, kriteria penerapan prinsip good
governance maka para pejabat pemerintah harus mampu menyusun perencanaan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dengan memenuhi unsur berdaya guna dan berhasil guna.
Sehingga masyarakat mudah digrakkan karena program yang ditetapkan dalam proses
perencaan menjadi bagian dari kebutuhan masyarakat. Accountability adalah kemampuan
pejabat publik mempertanggungjawabkan kewenangan yang diberikan masyarakat yang
memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan. Strategic Vision pandangan-pandangan strategis
untuk menghadapi masa yang akan datang. Para pemimpin dan masyarakat memiliki
perspektif yang luas dan jauh ke depan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan
manusia, serta kepekaan akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan
tersebut. Selain itu mereka juga harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejarahan,
budaya dan sosial yang menjadi dasar bagi perspektif tersebut.

Pendapat teman

Good governance menunjuk pada pengertian bahwa kekuasaan tidak lagi semata-mata


dimiliki atau menjadi urusan pemerintah saja, tetapi menekankan pada pelaksanaan fungsi
pemerintahan secara bersama-sama oleh pemerintah, masyarakat madani dan pihak
swasta. Good governance juga berarti implementasi kebijakan sosial-politik untuk keperluan
rakyat banyak, bukan hanya untuk kemakmuran satu individu atau kelompok tertentu
saja. Good governance pada dasarnya adalah suatu konsep yang mengacu kepada proses
pencapaian keputusan dan pelaksanaannya yang dapat dipertanggung jawabkan secara
bersama sama.  Dengan melaksanakan penerapan good governance dalam pemerintahan serta
menjalankan seluruh prinsip good governance, maka setidaknya praktek korupsi dan
penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan akan dapat ditekan. Prinsip-prinsip good
governance terdiri atas partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi hukum, transparansi, daya
tanggap, berorientasi pada konsensus, kesetaraan, efektivitas dan efisiensi, akuntibilitas, serta
visi strategis.

Konsep dan ketentuan-ketentuan good governance di Indonesia terdapat dalam UUD 1945


sebagai wujud perjanjian tertinggi yang didalamnya terdapat cita-cita yang akan dicapai
dengan pembentuan negara dan prinsip-prinsip dasar pencapaian cita-cita bangsa Indoensia.
UUD 1945 mengandung norma-norma yang tidak hanya mengatur kehidupan politik, tetapi
juga kehidupan ekonomi dan sosial. Selain itu, UUD 1945 juga merupakan konstitusi
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang mana bangsa ini memiliki cita-cita untuk
hidup dalam kemakmuran serta dalam keadilan serta banyak hal lain yang berkaitan antara
UUD 1945 dengan cita-cita bangsa Indonesia. Hal ini merupakan benang merah yang
terdapat antara konsep good governance sebagai sebuah paradigma modern dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan UUD 1945 sebagai hukum tertinggi di Indonesia yang
mana terdapat beberapa kesamaan dengan tujuan dari diwujudkannya good governance dalam
sistem pemerintahan seperti demokrasi, paritispasi masyarakat, konsesus, kesejahteraan dan
keadilan bagi seluruh rakyat. Hal ini juga menandakan bahwa prinsip-prinsip good
governance ini memang penting untuk diterapkan dalam menjalankan sistem pemerintahan
(Hakim 2016)

Good governance telah menjadi sebuah paradigma yang mengglobal dalam hal pengelolaan
pemerintahan. Paradigma ini muncul sebagai sebuah pembaharuan terhadap sistem
pemerintahan yang diharapkan bisa dijalankan berlandaskan prinsip akuntabilitas,
profesional, transparan, partisipatif, efektif dan efisien, serta memenuhi rasa keadilan
masyarakat. Terlebih lagi di Indonesia, semenjak dimulainya era reformasi tahun 1998 good
governance menjadi sebuah paradigma yang menjadi harapan setiap masyarakat bisa
membawa perubahan dalam sistem tata kelola pemerintahan. Dalam pandangan masyarakat
good governance diharapkan bisa melahirkan sinergi antara pemerintah (government),
swasta (private sector) dan masyarakat (civil society). Dengan kata lain Indonesia yang sejak
32 tahun berada pada masa kekuasaan orde baru dengan sistem pemerintahan yang
sentralistik dan begitu mendominasi diharapkan berubah dengan penerapan paradigma good
governance tersebut. Tuntutan untuk mewujudkan good governance muncul seiring dengan
kritik terhadap birokrasi pemerintahan yang berkembang tak terkendali dan memasuki semua
wilayah kehidupan masyarakat sehingga terjadi masyarakat hipperregulasi. Terutama adanya
permasalahan seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme yang tak kunjung usai yang dirasakan
masyarakat selama ini dalam sistem pemerintahan Indonesia sejak sebelum era reformasi
hingga saat ini. Selama beberapa dekade sistem pemerintahan di Indonesia berjalan,
masyarakat merasakan bahwa pemerintah tidak berperan secara optimal dalam mewujudkan
keadilan sosial dan kesejahteraan sebagaimana yang diamanatkan dalam konstitusi. Padahal
pemahaman masyarakat mengenai adanya good governance di Indonesia ini akan memiliki
kualitas pemerintahan yang lebih baik, bebas dari KKN, dan masyarakat bisa menjadi lebih
sejahtera, hal ini menjadi harapan dan impian masyarakat Indonesia.Adapun pemahaman
paradigma good governance yang dijabarkan oleh Kementrian PAN dan RB antara lain yaitu
1). Mendudukan peran pemerintah lebih sebagai katalisator, regulator, fasilitator, pengarah,
pembina, dan pengawas. penyelenggaraan urusan pemerintah. 2). Perlindungan HAM dan
pelaksanaan demokrasi. 3). Pemerataan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan. 4).
Penyelenggaraan pemerintahan yang menjamin kepastian hukum, keterbukaan, profesional,
dan akuntabilitas (Hakim 2016). Namun, pada praktiknya prinsip good governance ini tidak
seluruhnya terwujud terutama jauh dari ekspektasi masyarakat terhadap pemerintahan itu
sendiri.Walaupun sejak tahun 2004 usaha untuk mewujudkan good governance sudah mulai
dilakukan secara lebih terarah, dengan dibuatnya kajian rencana tindak reformasi birokrasi
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai upaya pemerintah
untuk melakukan perbaikan terutama dalam sektor birokrasi yang berperan besar dalam
menjalankan sistem pemerintahan di Indonesia sejak jaman kemerdekaan (Hakim 2016).
Nyatanya meskipun sudah dilakukan berbagai upaya, di Indoensia masih terdapat kasus-
kasus yang memang dari awal kemerdekaan pun ada seperti korupsi yang mana hal tersebut
paling besar kemungkinananya yang menjadi penghambat kemajuan serta kemakmuran di
Indonesia.
Saat ini di Indonesia, Joko Widodo telah menjabat 2 tahun sebagai Presiden RI pada periode
kedua yang mana telah dilakukan penilaian/evaluasi terhadap kinerjanya selama menjabat.
Berdasarkan video, tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi pada
Oktober 2021 menurun dari 69,1% pada April 2021 menjadi 66,4% pada Oktober 2021. Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya wabah COVID-19 yang berdampak bagi kebanyakan
aspek. Terutama pada kondisi ekonomi yang tadinya memang tidak begitu baik, justru tidak
ada perkembangan (belum pulih) justru dapat dikatakan semakin memburuk. Kondisi
ekonomi ini mencakup ekonomi rumah tangga, ekonomi nasional, pengangguran,
kemiskinan, dan kesejahteraan yang masih parah. Kondisi ini dapat terlihat dengan
banyaknya kasus PHK karena perusahaan yang bangkrut akibat adanya pandemi sehingga
omzet penjualan menurun (dsb), para pedagang yang sulit berjualan karena adanya peraturan
yang menetapkan kebijakan untuk membatasi aktivitas warga, maraknya korupsi oleh
sebagian pejabat yang diamanahkan untuk memberikan dana kepada masyarakat, dsb.
Bahkan, dalam masa pandemi pun pemerinah masih membuat utang baru di tahun 2020
sehingga utang negara tumbuh 5% dalam pemberitaan bulan Agustus 2020. Hal tersebut
menunjukan bahwa Indonesia memang dalam kondisi yang tidak makmur terutama di
kalangan masyarakat kecil akibat banyaknya keputusan yang tidak melihat kondisi yang akan
terjadi kedepannya. Ibaratnya yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin. Tidak
hanya aspek ekonomi saja yang memburuk, kondisi politik dan penegakan hukum serta
kondisi korupsi juga semakin memburuk. Hanya kondisi keamanan saja yang dianggap stabil
pada masa pemerintahan Jokowi ini.
Jika dikaitkan dengan prinsip good governance, pemerintahan Jokowi ini jauh dari prinsip-
prinsip tersebut. Terlihat pada partisipasi masyarakat yang kurang karena adanya pandemi
sehingga maraknya demo yang terjadi. Kurang tegaknya supremasi hukum yang terlihat pada
menurunnya kondisi politik dan penegakan hukum seperti pada kasus korupsi Djoko Tjandra
dari tahun 1999 yang justru dibantu oleh salah satu polisi dalam pelariannya, dituntut ringan
hanya 11 bulan dan kemudian memutusnya bebas padahl terpidana lain telah divonis. Selain
itu, Djoko Tjandra menjadi buronan sejak tahun 2009. Prinsip lain yang tidak sesuai adalah
efektivitas dan efisiensi, akuntibilitas, serta visi strategis. Hal tersebut terlihat pada semakin
besarnya utang Indonesia, entah tindakan tersebut sudah diperhitungkan atau tidak terkait
dampak yang akan terjadi. Masih banyak pula kemiskinan, pengangguran, dan tidak adanya
rasa sejahtera bagi kebanyakan masyarakat. Banyaknya janji-janji yang hanya dilontarkan
saat kampanye saja, tetapi tidak ada tindakan yang berdampak signifikan bagi bangsa
Indonesia itu sendiri dan masih banyak hal lain yang kiranya menjadi faktor pemerintah
Indonesia di masa Jokowi ini jauh dari kata good governance. Oleh karena itu, menurut saya
seluruh aspek yang ada terlebih dahulu harus dipikirkan baik-baik terkait dampak positif dan
negatif, rencana A-Z, serta penanggulangannya. Jokowi juga sebaiknya dapat tegas jangan
sampai dijadikan boneka oleh beberapa pihak yang memiliki kuasa tinggi terhadap dirinya.
Jangan sampai di Indonesia ini dipenuhi kelompok-kelompok yang memperkaya diri sendiri
sedangkan masyarakat lain semakin miskin. Perlu adanya ketegasan bagi seluruh struktural di
pemerintahan maupun pada masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai