Anda di halaman 1dari 17

PRASEJARAH DAN MITOLOGI JEPANG

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Sejarah Asia Timur

Disusun Oleh:

Dian Diana Gunawan 2105220001


Galurawati Candra Pratiwi 2105210042
Fariz Ramdani 2105210048
Rizki Adi Mauludin 2105210053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS GALUH

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Prasejarah
Dan Mitologi Jepang.” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
yang diampu oleh Bapak Yadi Kusumayadi, S.Pd, M.Pd. pada bidang studi Sejarah
Asia Timur. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Prasejarah Dan Mitologi Jepang” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis menyadari bahwa selama penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terimakasih dan
penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:
1. Yadi Kusumayadi, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah studi Sejarah
Asia Timur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.
2. Rekan-rekan kelas 2 B Sejarah, yang senantiasa berbagi ilmu dan motivasi penulis
untuk menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
3. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu namanya, terima
kasih yang setulus-tulusnya.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Ciamis, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memberikan
kontribusi besar kepada dunia, baik dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan
sehingga menjadi perhatian beberapa negara di dunia. Bukan hanya dalam hal
teknologi dan ilmu pengetahuan yang pesat yang menjadi ketertarikan beberapa negara
di dunia, tetapi tentang sejarah dan kebudayaan Jepang pun menjadi daya tarik
tersendiri bagi beberapa negara di dunia, di antaranya karena Jepang memiliki
kebudayaan yang menarik, serta merupakan salah satu negara yang sangat
menghargai kebudayaannya.
Kebudayaan berasal dari kata budaya yang artinya adalah suatu cara hidup
yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, karya seni dan adat
istiadat (KBBI, 2012: 340).
Kebudayaan Jepang terdiri dari budaya tradisional dan budaya modern. Budaya
modern di Jepang seiring dengan kemoderenan yang dimiliki Jepang, sedangkan
budaya tradisional adalah sesuatu yang sudah ada sejak berdirinya negara Jepang
yang diperikirakan pada 660 SM, dan menjadi tradisi suatu kelompok masyarakat.
Salah satu tradisi yang terbentuk dalam suatu masyarakat di Jepang adalah Mitos.
Mitos merupakan kebudayaan tradisional di Jepang dan berkembang di
masyarakatnya. Dapat dikatakan meski Jepang sudah memasuki era modern, tetapi
beberapa mitos di Jepang masih dipercaya oleh masyarakat Jepang. Kepercayaan
tentang mitos ini terus berkembang walau zaman sudah modern, bahkan mitos-mitos
yang berkembang ini mempengaruhi beberapa aspek di dalam seni budaya Jepang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kehidupan prasejarah Jepang?
2. Bagaimana mitologi Jepang?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami kehidupan prasejarah Jepang
2. Untuk mengetahui dan memahami mitologi Jepang

D. Manfaat
1. Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan tentang
kehidupan prasejarah Jepang dan mitologi Jepang
2. Manfaat bagi pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi
serta tambahan informasi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Prasejarah Jepang

1. Zaman Paleolitik
Sekitar tahun 100.000, zaman paleolitik Jepang dimulai. Zaman paleolitik di
Jepang sendiri berlangsung antara tahun 100.000 hingga 30.000 SM. Di zaman ini,
peradaban masyarakat Jepang kuno masih sangat sederhana dan menjalankan
aktivitasnya dengan perkakas batu.
Bukti-bukti kehadiran peradaban manusia di zaman paleolitik Jepang dapat
dilihat dari bukti-bukti penggalian arkeologi yang diperkirakan sudah ada sejak tahun
35.000 SM. Zaman paleolitik Jepang inipun diperkirakan berakhir sekitar tahun 12.000
SM atau pada akhir zaman es. Pada tahun 11.000 SM, Kepulauan Jepang diperkirakan
mulai terpisah dan menjadi cikal bakal Kepulauan Jepang yang dikenal saat ini.
2. Zaman Jomon
Menurut catatan sejarah, zaman Jomon berlangsung sekitar tahun 14.000
sampai 300 SM. Di zaman inilah cikal bakal peradaban dan budaya Jepang mulai
terbentuk. Di masa ini, pola hidup masyarakat Jepang kuno sudah terlihat lebih stabil
dibandingkan saat zaman Paleolitik.
Ciri peradaban zaman Jomon dapat dilihat dari gaya hidup khas pemburu
pengumpul dan semi sedenter masyarakat zaman Mesolitik hingga Neolitik. Di zaman
Jomon, manusia hidup secara menetap di rumah-rumah yang beratapkan kayu.
Manusia di masa ini sudah mulai mengenal bentuk awal dari pertanian dan memiliki
keterampilan untuk membuat bejana dari tanah liat. Boneka tanah liat “dogu” juga
ditemukan di situs penggalian sejarah zaman Jomon. Meski demikian, keterampilan
menenun masih belum dijumpai di masa ini. Orang-orang yang hidup di zaman Jomon
masih menggunakan pakaian yang terbuat dari bulu hewan.
Berdasarkan catatan sejarah, orang-orang Jomon dikenal sebagai manusia
yang pertama kali menghuni Jepang. Keturunan orang-orang Jomon, yakni penduduk
asli Hokkaido suku Ainu juga masih ada hingga kini.
3. Zaman Yayoi
Dari situs arkeologi di kota Yayoi, Bunkyo, Tokyo, zaman Yayoi diperkirakan
berlangsung antara tahun 400 SM hingga tahun 250 Masehi. Di masa awal zaman
Yayoi, masyarakatnya dikenal sudah menanam padi, menenun, serta mengenal praktik
perdukunan. Masyarakat zaman Yayoi juga sudah membuat perkakas dari perunggu
dan besi yang dipelajari dari Tiongkok dan Korea.
Teknik menanam padi dan irigasi diperkirakan masuk ke Jepang dari Tiongkok
sekitar tahun 1000 SM. Dalam catatan sejarah berjudul “Catatan Sejarah Tiga Negara”
yang berasal dari abad ke-3, diceritakan bahwa Jepang di zaman Yayoi dibentuk dari
30 suku-suku kecil yang dipimpin oleh dukun wanita dari Yamataikoku bernama Himiko.
Ciri orang-orang Yayoi mirip seperti ciri-ciri orang Wu zaman pra-Tiongkok atau seperti
yang digambarkan melalui boneka haniwa. Kaum laki-lakinya memiliki rambut panjang
dikepang dengan tubuh bertato. Sedangkan untuk kaum wanitanya, mereka umumnya
mengenakan pakaian terusan dengan ukuran besar.
Menurut hasil penggalian arkeologi di situs Yoshinogari, terungkap bahwa
orang-orang Yayoi mendiami pemukiman di Kyushu selama ratusan tahun. Mereka
mendiaminya secara terus-menerus dari generasi ke generasi. Temuan perkakas dari
Tiongkok dan Korea juga menunjukkan bahwa orang-orang di zaman Yayoi sering
berdagang dengan orang-orang dari daratan Tiongkok.

B. Mitologi Jepang
Istilah "mitologi" dapat berarti kajian tentang mitos. Suatu mitos adalah kisah
suci yang biasanya menjelaskan bagaimana dunia maupun manusia dapat terbentuk
seperti sekarang ini. Istilah Mitos berasal dari bahasa Yunani yaitu mythos dan bahasa
Belanda yaitu mite yang berarti cerita atau perkataan. Orang pertama yang
memperkenalkan istilah mitos adalah Plato seorang filsuf dan matematika Yunani.
Menurut Bascom (Danandjaja,1986) Mite atau mitos adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh empunya cerita. Mite
tokohnya para dewa atau makhluk setengah dewa. Peristiwa terjadi di dunia lain, atau
di dunia yang bukan seperti yang dikenal sekarang, dan terjadi pada masa lampau.
Karena itu, dalam mite sering ada tokoh pujaan yang dipuji dan axtau sebaliknya,
ditakuti (James Danandhaha, 2002: 27).
Menurut William A. Haviland, mitos adalah sebuah bentuk cerita tentang
peristiwa semi histori yang menerangkan tentang kehidupan manusia yang
kebanyakannya tidak masuk akal dan saling ketidak ada hubungan apa yang terjadi
(William A. Haviland, 1993: 75).
Menurut Webster Dictionary, mitos adalah sebuah perumpamaan yang
merupakan khayalan dan tak dapat dibuktikan kebenarannya mitos menjadi sebuah
cerita yang dipercaya segelintir orang tanpa menyeluruh dan mejadi keyakinan banyak
orang (Merriam Webster, 1981: 68).
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa mitos adalah sebuah
cerita pada zaman dahulu yang dianggap memiliki kebenaran, serta memiliki peristiwa
semi histori tentang sebuah fenomena yang terkadang dianggap tidak masuk di akal.
Istilah bahasa Jepang untuk mitologi adalah shinwa ( 神 話 ) yang berarti kisah
mengenai para dewa. Mitologi Jepang merupakan gabungan dari tematema pribumi
yang berasal dari daratan asia timur, dan dipengaruhi oleh ajaran Budhisme dan
Taoisme. Mitologi Jepang pada umumnya agak tenang. Di dalamnya memang ada
dewa penipu (trickter deity), tetapi tidak ada dewa yang memanifestasikan kejahatan.
Sifat kompromistis lebih banyak mendasari mitologi Jepang daripada sifat konfrontatif
(Danandjaja, 1997:70). Pada umumnya bahan untuk menyusun mitologi Jepang adalah
Kojiki dan Nihonshoki.
Kojiki ( 古 事 記 ) adalah buku sejarah Jepang yang tertua dan menurut kata
pengantar yang ada di dalamnya dipersembahkan Oho no Asomiyasumaro (O no
Yasumaro) pada tahun 712 (tahun ke-5 zaman Wado). Buku ini berisi berbagai catatan
peristiwa, mulai dari penciptaan langit dan bumi (Ametsuchi) dan berakhir pada zaman
Kaisar Suiko, termasuk di dalamnya cerita-cerita dari mitologi dan legenda. Selain itu,
kojiki juga berisi banyak syair atau kayo (Kojiki, Wikipedia, 2007).
Berlainan dengan Kojiki, di dalam buku Nihonshoki tidak dijelaskan alasan, proses
penyusunan, dan nama penyusun. Penjelasan baru ditemukan di dalam buku sejarah
Shoku Nihongi yang diterbitkan kemudian. Di dalam Shoku Nihongi ditulis bahwa
sebelumnya, Pangeran Toneri atas perintah kaisar sudah menyunting Nihongi, dan
saat menyelesaikannya, ia mempersembahkan 30 jilid sejarah dan satu jilid bagan
silsilah.
Siklus-siklus Takamagahara dan Tsukushi merupakan garis bersambung
dari generasi para dewa melalui Amaterasu Omikami sampai kaisar Jimmu, maka
kedua siklus ini sering disebut dengan nama “Gabungan Siklus Yamato”. Di
bawah ini akan dikisahkan mitologi-mitologi berdasarkan Kojiki yang tertulis
dalam Danandjaja (1997:72-76).
Dewa dan dewi dari mitologi Jepang kuno yang masih dipelihara dan dilestarikan
hingga masa kini di Negeri Sakura modern.
1. Izanami dan Izaga
Dewi Izanami ( 伊 邪 那 美 命 ) dan Dewa Izanagi ( 伊 邪 那 岐 命 ) adalah pencipta
Jepang. Mengemban tugas dari Kotoamatsukami ( 別 天 神 ), Izanagi mengaduk
lautan dengan tombak Amenonuhoko ( 天 之 瓊 矛 ) untuk menciptakan Pulau
Onogoro (淤能碁呂島), cikal bakal Jepang.
Izanagi dan Izanami bisa dianggap sebagai "orangtua" dewa dan dewi Shinto.
Akan tetapi, saat melahirkan Dewa Api Kagutsuchi, Dewi Izanami wafat. Murka,
Izanagi membunuh Kagutsuchi dan memutilasi tubuhnya ke delapan bagian. Dari
tubuh Kagutsuchi, muncul delapan gunung berapi Jepang, dan dari darahnya,
dewa dan dewi.
Rindu dengan istrinya, Izanagi turun ke Dunia Orang Mati/Yomi (黄泉の国) untuk
membawa Izanami kembali. Namun, setelah melihat rupa istrinya yang
membusuk, Izanagi melarikan diri dan menyegel Yomi dari dunia orang hidup
dengan batu besar. Oleh karena itu, Izanami juga menjadi dewi orang mati.
Karena rasa malunya, Izanami murka dan bertekad akan mencabut 1.000 nyawa
setiap harinya, yang mana dibalas oleh Izanagi bahwa ia pun akan menciptakan
1.500 nyawa setiap hari.
Setelah melakukan ritual penyucian atau misogi ( 禊 ) untuk membersihkan diri
dari Yomi, Izanagi malah menciptakan Dewi Amaterasu, Dewi Tsukuyomi, dan
Dewa Susanoo. Ketiganya disebut "Tiga Anak Kesayangan" Izanagi atau
Sankishi (三貴子).
2. Ebisu
Ebisu ( 恵 比 須 ) adalah putra pertama dari Dewa Izanagi dan Dewi Izanami.
Karena pelanggaran Izanami, sang putra terlahir "tanpa tulang". Oleh karena itu,
Ebisu juga juga disebut Hiruko (蛭子) atau "Anak Lintah". Kurang dari tiga tahun,
Hiruko kemudian diapungkan ke laut oleh orangtuanya.
Keberuntungan melindungi Hiruko, hingga ia terdampar di Ezo ( 蝦 夷 ) yang
sekarang adalah Hokkaido. Ia kemudian diasuh oleh penduduk asli Jepang/Ainu
(Áйны) bernama Ebisu Saburo ( 戎 三 郎 ). Akhirnya tumbuh sempurna sebagai
dewa, Hiruko kemudian memanggil dirinya Ebisu, dewa pelindung nelayan,
anak-anak, dan kekayaan.
Ebisu kemudian termasuk dalam Tujuh Dewa Keberuntungan/Shichifukujin ( 七福
神 ), dan satu-satunya dewa keberuntungan asli Jepang yang tak berasal dari
kepercayaan Hindu
3. Kagutsuchi
Kemudian, Izanagi dan Izanami kembali melahirkan seorang putra, yaitu Dewa
Api Kagutsuchi ( 火 之 迦 具 土 ) atau Homusubi ( 火 産 霊 ) yang berarti "Ia yang
Menyalakan Api". Karena kelahirannya yang berapi-api, Kagutsuchi tidak
sengaja membakar Izanami hingga mati.
Dalam amarahnya, Izanagi membunuh dan memotong-motong Kagutsuchi
dengan senjata Ame no Ohabari menjadi delapan bagian yang menjadi gunung
berapi Jepang. Darah Kagutsuchi melahirkan dewa dan dewi, dari Dewa Petir
Takemikazuchi (建御雷) hingga Dewa Naga Watatsumi (海神).
Bisa dibilang, Kagutsuchi adalah cikal bakal dari dewa dan dewi Jepang juga.
Namun, karena elemennya yang berlawanan dengan kayu, Kagutsuchi dianggap
sebagai pembawa musibah. Tetapi, Kagutsuchi tetap dipuja sebagai dewa
pelindung pengrajin besi dan keramik, salah satunya di Kuil Atago, Kyoto.
4. Amaterasu
Saat melakukan misogi setelah kembali dari Yomi, Dewa Izanagi membasuh
mata kirinya. Dari tetesan mata kirinya, muncullah Amaterasu Omikami ( 天照大
御神).
Dewi Amaterasu dipuja sebagai Dewi Matahari Jepang. Dalam pembagian
wilayah, Izanagi memberikan Negeri Dewa atau Takamagahara ( 高天原) untuk
Amaterasu, menjadikannya "Ratu Para Dewa".
Amaterasu terkenal karena konfliknya dengan saudaranya yang brutal, Dewa
Badai Susanoo. Karena menghancurkan sawah padinya serta membunuh
dayangnya, Amaterasu marah dan kabur ke Gua Ame no Iwato ( 天 岩 屋 戸 ),
membuat Langit dan Bumi terjerumus dalam kegelapan.
Berusaha menarik Amaterasu keluar, para Dewa dan Dewi Takamagahara
kemudian mencoba menipu Amaterasu dengan melangsungkan perayaan
meriah. Alasannya karena mereka telah "menemukan dewi yang lebih kuat dari
Amaterasu".
Amaterasu yang penasaran keluar gua dan melihat bayangannya di cermin Yata
no Kagami ( 八咫鏡 ) dan gua tersebut langsung ditutup dengan tali shimenawa
(注連縄 )! Dengan begitu, cahaya kembali ke Langit dan Bumi. Cermin Yata no
Kagami menjadi salah satu dari Tiga Harta Suci Jepang hingga saat ini.
Menurut kepercayaan Shinto sejak abad ke-19 bahkan hingga saat ini, tidak
sedikit rakyat Jepang percaya bahwa Kaisar Jepang adalah keturunan langsung
dari Amaterasu! Hingga saat ini, pemujaan Amaterasu dilakukan di Kuil Ise di
Prefektur Mie.
5. Tsukoyomi
Saat Izanagi mencuci mata kanannya saat melakukan misogi, lahirlah Dewa
Bulan Tsukuyomi (月読命). Cerita lain mengisahkan Tsukuyomi lahir dari cermin
tembaga putih di tangan kanan Izanagi.
Termasuk dalam Sankishi, Tsukuyomi adalah saudara dari Amaterasu dan
Susanoo. Tsukuyomi kemudian menikahi saudarinya sendiri, Amaterasu. Karena
menikahi sang Dewi Matahari, Bulan dan Matahari berada di langit yang sama.
Namun, Amaterasu kemudian menceraikan Tsukuyomi dan pindah langit! Hal
tersebut dikarenakan Tsukuyomi membunuh Dewi Pangan Uke Mochi ( 保食神)
karena jijik melihatnya "memuntahkan" makanan dari dalam dirinya. Oleh karena
bercerai, Bulan dan Matahari pun terpisahkan siang dan malam.
6. Susanoo
Kemudian, saat Dewa Izanagi membasuh hidungnya, lahirlah Dewa Badai
Susanoo (須佐之男命). Termasuk dalam Sankishi, Susanoo adalah saudara dari
Amaterasu dan Tsukuyomi. Sama seperti badai, Susanoo terkenal karena
temperamennya yang tidak stabil!
Setelah membuat Amaterasu marah dan dianggap biang kerok dari hilangnya
cahaya dari Langit dan Bumi, para dewa memutuskan untuk membuang
Susanoo ke Bumi, tepatnya ke Provinsi Izumo. Di sana, Susanoo membunuh
ular berkepala dan berekor delapan, Yamata no Orochi dengan pedang Ame no
Habakiri (天羽々斬).
Menemukan pedang Ame-no-Murakumo-no-Tsurugi ( 天叢雲剣) yang kemudian
disebut Kusanagi no Tsurugi (草薙剣) di ekor ke-4 Orochi, Susanoo mengirimkan
pedang tersebut ke Amaterasu sebagai hadiah perdamaian. Hingga saat ini,
Susanoo amat dipuja di Prefektur Shimane.
7. Raijin dan Fujin
Saat turun ke Yomi, Izanagi terkejut melihat tubuh Izanami yang membusuk. Dari
tubuh Izanami, muncullah Penguasa Kilat Raijin ( 雷 神 ) dan Penguasa Angin
Fujin (風神).
Berwajah seram, Raijin memiliki palu untuk menabuh gendang kilat di
sekelilingnya, dan memiliki tiga jari yang adalah simbol waktu: masa lalu, masa
kini, dan masa depan. Tidak kalah menakutkan, Fujin digambarkan memiliki
kantung yang berisi angin kencang!
Lebih ditakuti daripada dipuja, Raijin dan Fujin dianggap menyelamatkan Jepang
saat mengusir bala tentara Mongolia dengan angin dewa atau kamikaze ( 神風)
yang dua kali ingin menginvasi pada 1274 dan 1281. Patung Raijin dan Fujin
terkenal ada di Kuil Sanjusangendo di Kyoto.
8. Ame no Uzume
Digambarkan sebagai Dewi Fajar yang riang, Ame no Uzume ( 天 宇 受 売 命 )
adalah lambang dari spontanitas alam dan energi dalam tari-tarian. Kisah
terkenal mengenai Ame no Uzume adalah saat ia membantu memancing
Amaterasu keluar dari Gua Ame no Iwato yang kabur karena perbuatan
Susanoo, sehingga cahaya hilang dari Langit dan Bumi.
Menari dan melucu hingga melucuti pakaiannya di hadapan para dewa dan dewi,
mereka pun tertawa hingga Takamagahara bergetar! Penasaran, akhirnya
Amaterasu keluar dari gua, sehingga cahaya kembali bersinar di Langit dan
Bumi. Tak hanya di Jepang, kuil pemujaan Ame no Uzume juga ada di California,
AS
9. Hachiman
Dulu disebut Yahata, Hachiman ( 八 幡 神 ) adalah Dewa Perang dan Panah.
Menurut kepercayaan Shinto dan Buddha Jepang, Hachiman pernah lahir di
Bumi sebagai Kaisar ke-15 Jepang, Kaisar Ojin ( 応 神 天 皇 ), pada abad ke-4
Masehi. Selain Perang, Hachiman juga dipuja sebagai Dewa Pertanian dan
Perikanan.
Selain Fujin dan Raijin, Hachiman juga disebut sebagai dewa yang menurunkan
kamikaze untuk menghardik invasi Mongolia! Di masa samurai, Hachiman dipuja
oleh Klan Minamoto dan Klan Taira yang saling bermusuhan. Masa kini, Kuil Usa
di Prefektur Oita didedikasikan untuk Hachiman.
10. Inari
Terkadang digambarkan sebagai pria atau wanita, Inari Okami (稲荷大神) adalah
salah satu Dewa yang paling sering disembah. Beberapa catatan mengatakan
Inari adalah kumpulan para dewa, dari tiga sampai lima.
Digambarkan juga memiliki rubah sebagai pengantar pesannya, Inari adalah
Dewa Kemakmuran dan Kesuburan yang juga melindungi para pedagang. Selain
itu, Inari juga digambarkan sebagai dewa pelindung kuil.
Selain digambarkan sebagai pria tua menunggangi rubah putih, Inari juga biasa
digambarkan sebagai wanita cantik berambut panjang yang membawa beras.
Mudah untuk mengenali kuil Inari dengan rubahnya. Salah satu contoh
terkenalnya adalah Kuil Fushimi Inari Taisha (伏見稲荷大社) di Kyoto.
11. Kannon
Datang dari kepercayaan Buddha, Kannon ( 観 音 ) adalah versi Jepang dari
Buddha Guan Yin ( 觀 音 ). Sama seperti Guan Yin, Kannon dipercaya sebagai
dewi welas asih untuk seluruh makhluk yang telah mencapai tahap Bodhisatwa
atau "Tercerahkan". Kannon mendiami Fudarakusen (補陀落山), tanah suci yang
berupa pulau pegunungan.
Menariknya, selain Buddha, ternyata Dewi Kannon juga muncul dalam
perkembangan kepercayaan Nasrani di Jepang! Karena citra Nasrani dilarang di
Jepang pada Zaman Edo (1603-1868), para pengikut Kristus yang bersembunyi
atau Kakure Kirishitan ( 隠 れ キ リ シ タ ン ) menggambarkan Kannon layaknya
Bunda Maria, sehingga disebut Maria Kannon.
12. Jizo
Selain Kannon, Jizo ( 地 蔵 ) juga adalah dewa Jepang yang juga berasal dari
kepercayaan Buddha, Ksitigarbha (क्षितिगर्भ) atau Di Zang ( 地藏). Sering ada di
kuil-kuil kecil di sudut jalan Jepang, Jizo adalah dewa pelindung anak-anak dan
pengembara.
Menurut legenda, Jizo bersumpah untuk bertanggung jawab atas makhluk di
enam alam dan "mengosongkan neraka", dari wafatnya Buddha Gautama hingga
bangkitnya Buddha Maitreya atau Akhir Zaman! Oleh karena itu, Jizo bertugas
untuk meringankan penderitaan jiwa-jiwa di Neraka, dengan tongkat shakujo ( 錫
杖) dan permata yang mampu mengabulkan segala permintaan.
Jizo terutama mengasihani anak-anak dan janin yang belum lahir, sehingga tidak
sempat menyelesaikan karma mereka sehingga terlempar ke api pencucian.
Mereka ditempatkan di Sai no Kawara (賽の河原) atau tepi Sungai Sanzu (三途
の川) di mana mereka harus menyusun batu yang tak akan selesai!
Anak-anak ini pun disiksa! Oleh karena itu, mereka berlari ke Jizo. Dengan
jubahnya, Jizo melindungi mereka dan dengan wajah cerianya, Jizo menghibur
mereka. Ia juga sering digambarkan sebagai rahib biksu sederhana, tanpa
ornamen yang mencolok.
13. Agyo Dan Ungyo
Nio ( 仁 王 ) atau Kongorikishi ( 金 剛 力 士 ) adalah dua tokoh seram, kekar, dan
tegas yang bertugas melindungi Buddha Gautama. Oleh karena itu, patung Nio
sering terletak di gerbang kuil Buddha!
Dua figur Nio tersebut adalah Misshaku Kongo (密迹金剛) atau Agyo (阿形) dan
Naraen Kongo (那羅延金剛) atau Ungyo (吽形). Agyo dan Ungyo melambangkan
dualitas simbol hidup dan mati.
Agyo adalah simbol kekerasan yang sering digambarkan menunjukkan taringnya
dan memegang palu vajra. Sementara, Ungyo adalah simbol kekuatan yang
sering digambarkan dengan mulut tertutup dan tangan kosong atau berpedang
untuk menggambarkan kepercayaan diri.
14. Benzaiten
Dikenal juga sebagai Benten, Benzaiten ( 弁 才天 ) adalah dewi pelindung aliran
segala sesuatu, dari air, perkataan, pengetahuan, hingga waktu, yang termasuk
ke dalam Shichifukujin yang ternyata diadaptasi Saraswati dari kepercayaan
Hindu. Benzaiten juga digambarkan menunggang naga laut, dan memainkan
kecapi biwa.
Konon, Benzaiten menjinakkan seekor naga berkepala lima atau Gozuryu ( 五頭
竜 ) di Enoshima dengan kecantikannya. Hadir di Jepang antara abad ke-6
hingga abad ke-8 Masehi, Benzaiten juga konon dipuja oleh para geisha. Pada
masa pemerintahan Tokugawa, Benzaiten adalah Dewi Kebijaksanaan.
15. Tengu
Meskipun tidak benar-benar dewa dan termasuk ke dalam golongan yokai (妖怪),
Tengu ( 天狗 ) adalah salah satu karakter dominan di kepercayaan Buddha dan
Shinto Jepang.
Sering digambarkan memiliki sayap dengan hidung panjang bak paruh burung,
berkulit merah, dan memiliki kekuatan fisik dan gaib yang lebih dari manusia
rata-rata, Tengu dikatakan sebagai dewa pelindung hutan dan gunung. Malah,
ada kuil-kuil kecil di hutan dan gunung untuk memuja mereka.
Namun, sejatinya, Tengu adalah "musuh" dari para rahib Buddha dan Shinto!
Mengapa? Selain sifatnya yang destruktif, Tengu juga dikabarkan sering
mengganggu para rahib, menjauhkan mereka dari Pencerahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai