Anda di halaman 1dari 9

Click to edit Master title style

AGAMA SHINTO DALAM


KEHIDUPAN MASYARAKAT
JEPANG

Oleh :

Riza Fitra Harfiyandi (1510752002) Mia Agusni (1610751015)


Rizky Jamaluddin Rumi (1510752029) Ragilang Agustian (1610751019)
Sandy Putri Shalwati (1610751001) Maulana Ihsan (1610751021)
Atikah Maulina (1610751003) Annisa Metrizon (1610752007)
1
Click to edit Master title style
AGAMA SHINTO DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT JEPANG

Pada saat ini, kebanyakan ajaran Budha dan Shinto hanya


dipraktikan di dalam ritual kebudayaan, seperti upacara pernikahan,
kematian dan sebagainya. Budha dan Shinto memegang agama
mayoritas penduduk Jepang. Hampir di berbagai sudut kota dapat
dijumpai kuil tempat ibadah mereka. Namun, anehnya, mereka yang
berkunjung dan beribadah di kuil Budha, kebanyakan juga datang
beribadah ke kuil Shinto. Di daerah pedesaan, tidak jarang ditemui
warga yang memiliki tempat sembahyang agama Budha sekaligus
agama Shinto di masing-masing rumahnya.

2 2
Click to edit Master title style
Shintoisme

Kata Shinto berasal dari kata majemuk yaitu “ Shin” dan “


To”. “Shin” adalah “ roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi shinto
adalah jalannya roh baik yang telah meninggal maupun roh-
roh langit yang ada di langit dan di bumi. Sedangkan
Shintoisme adalah paham agama yang khususnya di anut
oleh masyarakat Jepang sampai sekarang.

3 3
Click to edit Master title
Asal usul Agama Shinto style

• Agama Shinto timbul pada zaman Prasejarah. Sekitar


abad 6 Masehi agama Budha masuk ke Jepang dari
Tiongkok dengan melalui Korea.
• Pada tahun 1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama
Negara.
• Pada pertemuan antara agama Budha dengan
kepercayaan asli bangsa Jepang (Shinto) muncul
persaingan yang cukup hebat antara pendeta bangsa
Jepang (Shinto) dengan para pendeta agama Buddha,
maka untuk mempertahankan kelangsungan hidup agama
Shinto para pendetanya menerima dan memasukkan
unsur-unsur Buddha ke dalam sistem keagamaan mereka.

4 4
Click to edit Master title style
Sistem Kepercayaan Agama Shinto

1. Kepercayaan kepada “ Kami”


2. Hubungan antara Manusia dangan Tuhan (Dewa)
3. Peribadatan Agama Shinto
4. Upacara Keagamaan dan Pemujaan

5 5
Click
Konsepto agama
edit Master
dalamtitle style
kehidupan
masyarakat Jepang

1. Pencampuran banyak agama dalam tubuh agama asli Jepang


menyebabkan “agama” bagi bangsa Jepang menjadi makin
kabur.
2. Beda antara agama dengan budaya dan rutinitas semakin tipis,
sehingga bangsa Jepang mempunyai konsep berpikir tentang
agama yang benarbenar berbeda dengan bangsa lain.
3. Agama di Jepang dapat dikatakan menjadi hal yang sangat
aneh dan menempati tempat yang sangat terbelakang dalam
hati bangsa Jepang.
4. Banyak prilaku kehidupan bangsa Jepang yang menunjukkan
pencampuran agama yang sangat tidak jelas batas-batasnya

6 6
Click to edit Master title style
Matsuri
• Matsuri adalah kata dalam bahasa Jepang yang menurut
pengertian agama Shinto berarti ritual yang dipersembahkan
untuk kami atau dewa sedangkan menurut pengertian
sekularisme berarti festival, perayaan, atau hari libur
perayaan.
• Matsuri diadakan di banyak tempat di Jepang dan pada
umumnya diselenggarakan jinja atau kuil Shinto dan dipimpin
oleh pendeta Shinto atau kanushi, walaupun ada juga matsuri
yang diselenggarakan gereja dan matsuri yang tidak berkaitan
dengan institusi keagamaan. Di daerah Kyushu, matsuri yang
dilangsungkan pada sebagian besar matsuri diselenggarakan
dengan maksud untuk mendoakan keberhasilan tangkapan
ikan dan keberhasilan panen, seperti beras, gandum, kacang,
jagung, dan sebagainya.
7 7
Click to edit Master title style
Kesimpulan

Agama Shinto adalah agama yang muncul pada zaman


Prasejarah, yang kemudian menjadi agama pertama orang
Jepang. Tahun 1396 agama Shinto ditetapkan sebagai agama
Negara. Konsep Tuhan dalam kepercayaan Shinto adalah
sangat sederhana yaitu : " Semua benda di dunia, baik yang
bernyawa ataupun tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit
atau kekuatan jadi wajib dihormati."Ritus-ritus atau upacara
yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk
memuja dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan
dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam
bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada
Bulan Juli dan Agustus di atas gunung Fujiyama.

8 8
Click to edit Master title style

Thank You

Anda mungkin juga menyukai