JINJA
Layaknya pemeluk agama lainya yang taat terhadap agamanya, biasanya pemeluk agama
Shinto melakukan pemujaan terhadap dewa setiap hari disebuah altar yang biasanya dimiliki oleh
masing-masing keluarga penganut agama tersebut. sedangakan untuk sebuah peribatan atau
upacara resmi, dilakukan disuatu tempa yang disebut Jinja. (agama-agama minor, 70)
Jinja menjadi tempat memuja roh yang disebut kami, Jinja dianggap sebagai tempat
tinggal kami. Bentuk dan ukuran jinja beragam, tergantung dari latar belakang sejarah masin-
masing jinja. Setiap jinja terbagi atas beberapa bagian ruang utama yaitu:
Pada suatu masa, jinja-jinja memiliki tingkatan-tingkatan dan diatur dalam sistem rangking.
rangking tersebut berpengaruh dalam hal menerima bantuan dari pemerintah. Berikut adalah
tingkatan-tingkatanya:
1. Khansa (Jinja khusus untuk pemerintah) yang kemudian dibagi lagi kedalam beberapa
bagian yaitu: Taisha (Utama), Chusa, (sedang)
2. Shosa (jinja umum) terbagi pula atas tiga bagian yaitu: Fusha, (Kota), Khensa,
(Provinsi), Ghosa (daera), Shonsa (desa)
Pada perkembanganya, pada jaman sekarang tidak ada lagi sistem rangking atau tingkatan suatu
jinja. Melaikan terbagi kedalam dua kelompok besar yaitu Kampeisha dan kokuheisha. (agama-
agama, 86)
PERIBADATAN
Berdasarkan tahapan pelaksanaannya, upacara peribatan agama Shinto terbagi atas empat bagian
yaitu: