Anda di halaman 1dari 16

UNIT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI (UKBM)

PEND. RELIGIOSITAS-1.1/2.1/3.1/4.1/1/1

AGAMA DAN KEPERCAYAAN YANG


MENYENTUH HATI
“Penghayatan, Ungkapan, dan Perwujudan
Iman Umat Beragama”

PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
KELAS XI
SEMESTER GASAL

Penyusun:
Hendrikus Paya Hayon
Atanasius Mariyanto Eka

SMAK SANTO PAULUS JEMBER


2021
1. IDENTITAS UKBM: PEND. RELIGIOSITAS-1.1/2.1/3.1/4.1/1/1-1

A. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN RELIGIOSITAS


B. SEMESTER : GANJIL/ 1
C. KOMPETENSI DASAR
3.1 Memahami Jemaat sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang Terbuka
4.1 Menghayati Jemaat sebagai Umat Allah dan Persekutuan yang Terbuka
dengan Mengungkapkan dan Mewujudkan Iman
D. MATERI POKOK
Agama dan Kepercayaan yang Menyentuh Hati
E. ALOKASI WAKTU : 3 X 2 Jam Pelajaran
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui kegiatan pembelajaran ini, Anda mampu mengembangkan iman, ilmu dan amal
sehingga dapat tumbuh menjadi manusia yang utuh dengan mempunyai relasi yang kuat
dengan Tuhan. Melalui materi pokok ini, Anda diajak mengenal penghayatan, ungkapan
dan perwujudan iman dalam umat beragama yang dijumpai dalam kehidupan masya-
rakat.

Fakta
1. Umat Beragama
2. Tempat Ibadah
3. Tanda atau Simbol-Simbol Ungkapan Iman
Konsep
1. Penghayatan Iman
2. Ungkapan Iman
3. Perwujudan Iman
Prinsip
1. Ajaran Kitab Suci dan Agama - Agama

2. PETA KONSEP

Buatlah peta konsep dengan kreatif dan menarik dari materi “Penghayatan, Ungkapan dan
Perwujudan Iman”!
3. PROSES BELAJAR

A. DOA PEMBUKA
Anda diminta masuk dalam suasana hening untuk membaca Kitab Suci dan berdoa

B. PETUNJUK UMUM UKBM

1. Yuk bersama – sama amati dan ingat agama – agama yang ada di kelas ini dan mari
melihat video bersama!
2. Selanjutnya ada pertanyaan dari guru dan silahkan menjawabnya!
3. Silahkan masuk dalam kelompok untuk berdiskusi Bersama!
4. Setelah itu silahkan membuat program kegiatan yang menunjukkan sikap mewujudkan
iman di tengah – tengah masyarakat!
5. Evaluasi: Cek pengetahuan dan pemahaman!
6. Mari berefleksi: Melihat kembali diri dengan materi yang telah disampaikan!

C. PENDAHULUAN
Di antara makhluk ciptaan Tuhan, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang
tertinggi. Unsur yang membedakan manusia dari makhluk yang lain adalah manusia diberi
pikiran, perasaan, akal budi, dan kehendak. Melalui pikiran, perasaan dan kehendak tersebut
manusia dapat menjalin relasi dengan sesama dan Tuhan.
Relasi manusia dengan Tuhan biasanya dapat dideskripsikan atau digambarkan secara
lahiriah. Misalnya dengan berdoa, beribadah, atau membaca Kitab Suci. Berdoa dan membaca
Kitab Suci dapat dilakukan di tempat ibadah/ ibadat/ sembahyang. Selain itu juga nampak dalam
tindakan untuk berbuat baik, memperhatikan atau peduli kepada sesama yang membutuhkan
uluran tangan.

D. KEGIATAN INTI
LANGKAH PERTAMA: UMAT BERAGAMA

1. Memahami Hidup Umat Beragama

Amatilah teman – teman sekelas Anda dan ingat baik – baik agama yang dianut
masing – masing oleh teman Anda.
1. Ada berapa teman Anda yang beragama Hindu, Buddha, Katolik, Kristen, Islam dan
Kong Hu Chu?
2. Tuliskan agama beserta nama – nama teman Anda!
2. Umat Beragama atau Jemaat Beriman (Kumpulan Pribadi Beriman)
Jemaat atau jemaah merupakan kata bentukan dari bahasa arab djm. A. Heuken SJ
mengartikan jemaat sebagai ‘kumpulan orang’ (Heuken. 1992: 154). Sedangkan pengartian
dari KBBI lebih tegas yaitu ‘kumpulan orang atau rombongan orang yang beribadah’.
Jemaah juga diartikan sebagai ‘publik atau orang banyak’ (KBBI. hal. 466).
Jemaat beriman adalah kumpulan orang-orang atau pribadi-pribadi beriman. Mereka
dipersatukan oleh visi dan misi yang sama. Mereka juga dipersatukan oleh kebutuhan yang
sama. Dalam mewujudkan tercapainya visi-misi dan kebutuhan bersama itu, biasanya jemaat
beriman memiliki program kegiatan yang mengakomodasi (menampung) kepentingan
(sebagian besar) jemaatnya.
Pada sisi lain, demi kelancaran dan kesuksesan pencapaian visi – misi diangkatlah
pemuka jemaat. Guna membantu tugasnya, pemuka jemaat mengangkat para pembantu/
pelayan. Masing-masing pelayan dapat menangani satu atau beberapa bidang pelayanan.
Guna menata jemaat ke arah yang lebih baik pula dibuatlah kesepakatan bersama yang
sering disebut sebagai tata tertib atau peraturan. Mutu kehidupan jemaat beriman ditentukan
oleh mutu pribadi-pribadi serta komitmen untuk membangun hidup bersama.

3. Umat Beragama atau Jemaat Beriman berdasarkan Masing – Masing Agama


Keabsahan sebuah agama ditentukan oleh adanya para penganut, kitab suci, dan
pemuka agama. Setiap agama menyadari betapa pentingnya peranan jemaat beriman.
Berikut disampaikan keberadaan jemaat beriman dalam agama-agama.

a. Agama Hindu
Jemaat beriman Hindu diartikan sebagai kumpulan orang yang ingin mencapai
kebebasan jiwa melalui ajaran Darma, serta yang terkait dengan keberadaan banjar
(desa). Setiap banjar mempunyai pura Dalem untuk kegiatan rohani (ibadat) bersama.
Keberadaan jemaah dalam agama Hindu membantu manusia untuk mencapai
tujuan hidupnya yang disebut Catur Purusa Artha atau Catur Varga. Catur Purusa Artha
berarti empat tujuan hidup manusia. Keempat tujuan hidup manusia adalah Dharma
(ajaran suci yang mengatur hidup manusia), Artha (Kekayaaan dalam bentuk benda),
Kama (keinginan untuk memperoleh kenikmatan hidup), dan Moksa (kelepasan jiwa
serta manunggalnya dengan roh pencipta). Keempat hal ini merupakan satu jalinan
kesatuan (varga) yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain (Made Ngurah.
2006:69 ,105).
Jemaat dalam agama Hindu juga mengenal adanya Kasta; dalam masyarakat Bali
penerapannya tidak seperti di India. Hampir tidak terasa lagi dalam kehidupan sehari-
hari. Dalam masyarakat Bali dikenal lewat bahasa dan nama. Keempat kasta tersebut
adalah:
1. Brahmana (golongan pendeta) yakni para pemuka agama dan orang suci yang
melakukan upacara keagamaan yang sangat penting. Ciri khas nama seperti: Ida
Bagus (laki-laki) dan Ida Ayu (perempuan).
2. Ksatria (penguasa/ ksatria), terdiri atas golongan bangsawan dan raja. Ciri khas
nama, seperti: Anak Agung, Agung, Dewa (laki-laki), Dewi (perempuan), Dewayu;
juga Cokorda, Raka, Oka, Rai, Anom, dan Ngurah.
3. Waisya/ Wesia (pedagang), yaitu golongan yang menguasai pusat-pusat ekonomi
dan bisnis. Ciri khas nama, seperti: Gusti (tuan) untuk laki-laki & perempuan, Dewa
(laki-laki) dan Desak (perempuan).
4. Sudra (petani), merupakan golongan para pekerja yang memberikan pelayanan di
tingkat paling bawah kepada orang lain. Di Bali, 90 % adalah dari kasta ini. Ciri khas
nama, seperti: Wayan, Putu, Gede, Iluh, Made, Kadek, Nengah, dan Ketut.

b. Agama Buddha
Penganut Buddha menyebut jemaat sebagai kumpulan murid-murid Buddha.
Kumpulan ini sering juga disebut sangha. Jemaat beriman dalam agama Buddha dibagi
atas dua komunitas, yakni:
1. Komunitas Biarawan-Biarawati
Mereka ini mendedikasikan hidupnya bagi orang lain dan mencapai “kebebasan
spiritual“; maksudnya membebaskan diri dari segala keterikatan duniawi dan hanya
mencari kebenaran sejati. Di dalam Sangha, para rahib (bhikku) berusaha
menjalankan ajaran Buddha secara konsekuen.
2. Komunitas Pemilik Rumah Tangga (kaum awam)
Komunitas ini adalah orang awam yang sering berkumpul di Wihara (rumah ibadah
besar) atau Cetiya (rumah ibadah kecil) untuk beribadah. Mereka berkewajiban
untuk memberikan makanan, pakaian dan uang kepada para rahib.
Umat Buddha dipersatukan oleh credo (keyakinan) perlindungan yang disebut
Triratna. Dalam triratna itu terungkap pentingnya berlindung pada Buddha (berlindung
dan percaya dengan sepenuh hati, dengan tulus dan persaan kasih kepada sang Buddha),
Dharma (ajaran sang Buddha yang bila dijalankan akan memberikan kebahagiaan dan
kebebassan untuk mencapai nirwana), dan Sangha (persaudaraan suci murid-murid sang
Buddha yang telah memelihara dan melaksanakan Dharma).
Ajaran-ajaran dasar agama Buddha lainnya yang menjadi pedoman kehidupan
beriman jemaah, antara lain Empat Kasunyatan/ Empat Kebenaran Mulia, yakni:
1. Dukka ialah bahwa semua kehidupan diliputi oleh penderitaan yakni semua hal yang
tidak menyenangkan dalam hidup manusia.
2. Samudaya, yakni sebab adanya dukka ialah segala macam keinginan, hasrat, nafsu
akibat ketidaktahuan spiritual.
3. Nirodha yakni usaha mengakhiri/ melenyapkan dukka, dengan melenyapkan segala
keinginan dan nafsu dari dalam diri.
4. Magga, yakni cara melenyapkan dukka, dengaan menjalankan Jalan Mulia beruas
delapan (pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, mata
pencaharian benar, usaha benar, perhatian benar, dan meditasi benar).

Panca Sila (lima aturan moral), yakni tidak membunuh, tidak mencuri, tidak
berbuat asusila, tidak berbohong, serta tidak minum minuman yang memabukkan.
Enam Paramita (6 kesempurnaan Bodhisattva): murah hati, disiplin, sabar, rajin,
mawas diri, dan bijaksana.
c. Agama Katolik
Penganut Katolik menyebut jemaat beriman sebagai Gereja atau Eklesia. Gereja
adalah kumpulan orang-orang beriman pada Kristus, yang dalam bimbingan Roh Kudus
berziarah menuju Allah Bapa.
Karena wilayah pengelolaannya sangat luas serta keterbatasan pelayan, maka
Gereja Katolik menggunakan sistem partisipasi dalam kelompok-kelompok kecil berupa
wilayah dan lingkungan (kota) serta lingkungan dan kring (desa). Setiap kelompok
dikoordinir oleh satu orang yang disebut Ketua (Wilayah, Lingkungan, Stasi, dan
Kring). Dasar dari ajaran ini adalah mandat Yesus kepada Petrus untuk membangun
jemaat (Mat 16:18-19). Dasar lain adalah kata-kata Yesus, “di mana ada dua orang atau
lebih berkumpul atas namaku, aku hadir di sana (Mat 18:20).
Sifat- Sifat atau Ciri-Ciri Jemaat/ Gereja Katolik:
1. Gereja yang Satu, karena sumber dan teladannya adalah pribadi-pribadi dalam
kesatuan Allah Tritunggal. Yesus sebagai pendiri dan kepala Gereja menetapkan
kesaatuan semua umat dalam satu tubuh. Sebagai jiwa Gereja, Roh Kudus
mempersatukan semua umat beriman dalam kesatuan dengan Kristus. Gereja juga
mempunyai iman, pengharapan, dan cinta kasih yang satu dan sama.
2. Gereja yang Kudus, karena Allah menjadi pendirinya. Yesus menyerahkan diri bagi
Gereja untuk menguduskannya dan menjadikannya sumber pengudusan. Roh Kudus
mencurahkan cinta kasih kepada Gereja. Kekudusan merupakan panggilan setiap
anggotanya dan tujuan dari semua kegiatan.
3. Gereja yang Katolik. Katolik artinya umum/ universal. Artinya, Gereja mewartakan
kepenuhan dan totalitas iman, menjadi sarana keselamatan dan diutus kepada segala
bangsa serta terbuka bagi semua orang dari segala zaman dan kebudayaan.
4. Gereja yang Apostolik, karena didirikan di atas “dasar para rasul “(Ef.2;20). Gereja
dalam ajarannya sama dengan ajaran para Rasul. Gereja bersifat Apostolik karena
strukturnya, yaitu diajar, dikuduskan, dan dibimbing oleh para rasul melalui peng-
ganti mereka yakni para Uskup dalam kesatuan dengan Paus di Roma.
Tugas-tugas jemaah / gereja (Panca tugas Gereja):
1. Gereja yang Menguduskan (Liturgia). Tugas ini merupakan tugas imamat Gereja
untuk meguduskan umatnya lewat doa dan ibadat. Dalam kesatuan dengan imamat
Kristus seluruh Gereja melakukan ibadat rohani (berupa doa dan perayaan iman
termasuk penerimaan sakramen-sakramen) dan persembahan kepada Allah (persem-
bahan diri kepada Allah).
2. Gereja yang Mewartakan (Kerygma), yaitu tugas untuk mewartakan Sabda Allah dan
menjadikan semua bangsa sebagai murid-Nya (Mat. 28:16-20). Pewartaan ini dilaku-
kan melalui dua pola yakni verbal (kata-kata) seperti khotbah, pelajaran agama,
katekese umat, dan pendalaman Kitab Suci dan tindakan nyata, yakni kesaksian hi-
dup sehari-hari.
3. Gereja yang Bersaksi (Martyria). Menjadi saksi berarti menyampaikan atau
menunjukkan apa yang diketahui tentang Kristus kepada orang lain lewat perkataan,
sikap, dan tindakan nyata. Kesaksian hidup dilakukan di mana pun kita berada,
dalam seluruh bidang kehidupan kita.
4. Gereja yang Bersekutu (persekutuan/ koinonia), yakni menumbuh-kembangkan
persekutuan-persekutuan yang ada di dalam Gereja Katolik sehingga persekutuan itu
dapat berperan serta untuk membangun Gereja dan masyarakat sesuai dengan
kekhasan masing-masing.
5. Gereja yang Melayani (Diakonia). Dasar pelayanan Gereja adalah semangat pela-
yanan Kristus. Maka semua orang dipanggil untuk menjadi pelayanan dengan
menimba kekuatan dari Kristus, berorientasi kepada kaum miskin, serta dilakukan
dengan kerendahan hati.

d. Agama Kristen
Pada dasarnya, pemahaman Kristen terhadap jemaat sama dengan paham agama
Katolik, yakni berasal dari kata Yunani ekklesia yang berarti “gereja”. Jemaat adalah
perkumpulan orang-orang yang semua anggota telah dilahirkan kembali dalam Tuhan
Yesus dan percaya bahwa Allah telah membangkitkan Dia.
Penyebutan kelompok-kelompok jemaat sangat berbeda dengan agama Katolik.
Misalnya orang Kristen menyebut kelompok jemaat dengan nama Klasis atau nama lain
sesuai dengan Gerejanya. Misalnya, sebutan terhadap kelompok umat yang paling kecil
seperti: sel (komsel), Sektor, Rayon, Connect Group, dll. Sementara itu Gereja Kristen
Jawa (GKJ, GKJW) menggunakan istilah pasamuan.
Pada umumnya, jumlah anggota jemaat sebuah Gereja Kristen tidak begitu
banyak. Hal ini selain menguntungkan dalam pengelolaan anggota jemaat, juga lebih
mudah saling mengenal satu dengan yang lain, serta terjangkau dalam pelayanan.
Ajaran iman yang mempersatukan jemaat. Pada umumnya semua Gereja Kristen
berakar dari Gereja Reformasi dan mendasarkan ajarannya pada tiga ajaran dasar
Marthin Luther, yakni:
1. Ajaran tentang yustifikasi (pembenaran) yang radikal atas manusia melalui sola fide
2. Ajaran tentang infalibilitas (ketidaksesatan) Alkitab sebagai satu-satunya sumber
kebenaran (sola scriptura)
3. Ajaran tentang imamat umum dalam hubungan dengan kuasa menafsirkan Alkitab
dan bahwa dalam imannya manusia merasa dibenarkan dan diselamatkan hanya oleh
karena rahmat Tuhan semata-mata (sola graatia)
Tugas jemaat Kristen antara lain:
1. Penyembahan, yakni memusatkan hati kepada Allah serta memlihara hubungan yang
erat dengan Allah, lewat ibadat yakni doa dan kebaktian.
2. Penginjilan, yakni mewartakan Kerajaan Allah, menjadikan semua bangsa murid
Yesus, dan membatis mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. (Mat, 28:
19-20).
3. Pemeliharaan, yaitu memelihara persekutuan jemaat dalam Gereja, menanamkan
Sabda Allah dalam diri jemaat lewat pengajaran Firman, serta melaksanakan
pelayanan sosial.

e. Agama Islam
Karena diambil dari bahasa Arab, maka kata ‘jemaah’ otomatis tidak asing bagi
umat Islam. Jemaah berarti sekumpulan umat Islam yang tergabung dalam Masjid atau
mushola (langgar) tertentu sebagai wadah dalam memelihara aqidah, menegakkan
Syariah, dan menyebarkan dakwah Islamiyah.
Merujuk pada pengertian jemaah, maka tugas dan tanggung-jawab jemaah
adalah:
1. Memeliharah aqidah tauhid dengan cara menjalankan 5 rukun Islam yakni:
Syahadat, Sholat, Puasa, Zakat, dan naik haji.
2. Menegakkan Syariat, yakni hidup menurut aturan agama Islam yang terdapat dalam
Al -Qur’an dan hadits Nabi yang menjadi dasar ajaran para pemuka agama Islam.
3. Menyebarkan dakwah Islamiyah, yakni mewartakan kebenaran Islam lewat pendidi-
kan, pengajian, khotbah, dll.
Keberadaan Jemaah beriman sebenarnya merupakan perwujudan secara sederha-
na sabda Tuhan, “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara,” (Surat Al – Huja-
rat 10). Surat lain mengatakan, “Hendaklah ada di antara kamu suatu umat yang
mengajak kepada kebaikan dan menyuruh yang ma’ruf serta melarang perbuatan-
perbuatan mungkar” (Surat Ali Imran 104).
Pentingnya peranan berjemaah terungkap dalam seruan untuk shalat berjamaah
(QS. 3/ Ali Imran. 43). Dalam shalat berjamaah, jemaah harus mengikuti imam, sang
pemimpin. Para pengurus jemaah biasa disebut dewan/ majelis Takmir.
Bidang kegiatan jemaah meliputi:
1. Bidang Ubudiyah (peribadatan), yakni berupa sholat berjamaah pada setiap hari
Jumat dan hari raya besar.
2. Bidang pendidikan, antara lain taman pendidikan Al-Qur’an, pengajian Al-Qur’an,
ceramah, dll
3. Bidang kemanusiaan, antara lain, kewajiban zakat, amal, gotong royong, dll.

f. Agama Khong Hu Cu
Secara umum jemaat dalam agama Kong Hu Cu diartikan sebagai sekumpulan
orang yang beriman kepada Tien, menjalankan ajaran Konfucius untuk mencapai
kehidupan sebagai seorang Kuncu (manusia budiman).
Secara khusus, jemaat Kong Hu Cu adalah para kuncu yang berhimpun di sekitar
klenteng. Kuncu adalah seseorang yang dapat memegang kebenaran dan kesusilaan
sebagai pedoman untuk bertingkah laku. Seperti kata Konghucu: “seorang Kuncu
memegang kebenaran sebagai pokok pendiriannya, kesusilaan (L) sebagai pedoman
perbuatannya, mengalah dalam pergaulan, dan menyempurnakan diri dengan laku yang
dapat dipercaya…” (Lun Gi XV,18).
Tugas jemaat dalam agama Kong Hu Cu
Adalah hal yang sangat baik bila setiap orang yang mengaku beragama Kong Hu
Cu menggabungkan diri dalam persekutuan tersebut untuk melaksanakan tugas: mene-
ruskan ajaran Konfucius, membela kebenaran dan keadilan, mencipatakan hubungan
yang harmonis antara manusia dan Tien dan menyebarkan cinta kasih terhadap sesama
manusia, sehingga terciptalah kesejahteraan dalam jemaat. “Sebab kesejahteraan negara
ditentukan oleh kesejahteraan keluarga dan masyarakatnya (bdk. Thai Hak. IX.1).
4. Peranan Umat Beragama atau Jemaat
Banyak orang tidak mau tahu (cuek) tentang keberadaan jemaat bagi dirinya.
Rupanya pengaruh kuat individualisme telah membentuk konsep bahwa segala sesuatu bisa
dikerjakan oleh diri sendiri. Terlibat dalam hidup menjemaat hanyalah sebuah kesia-siaan
dan kerugian besar saja. Daripada kumpul-kumpul memperbincangkan hal yang tidak pasti,
lebih baik cari uang. Maka jangan berharap orang-orang yang berpikir demikian akan datang
mengikuti Pendalaman Iman, rekoleksi, retret, arisan, dll. Bagi mereka, ibadah itu ialah
sekedar menjalankan peraturan bermasyarakat. Atau, ibadah sekedar untuk mencari
keuntungan duniawi. Orang yang demikian tentu tidak akan mampu menemukan makna
hidup menjemaah.
Pada sisi lain, banyak orang merindukan kerjasama dan kebersamaan dalam menum-
buh-kembangkan iman. Mereka sepakat membentuk komunitas hidup beriman. Komunitas
hidup beriman inilah yang disebut jemaat. Tujuannya adalah bekerja-sama mengungkapkan
dan mewujudkan iman. Orang-orang semacam ini biasanya memiliki loyalitas yang tinggi
terhadap jemaat. Orang-orang semacam ini yang juga mampu menemukan makna hidup
menjemaat. Bagi mereka, hidup beriman tidaklah lengkap tanpa kebersamaan dengan pihak
lain. Berdasar refleksi kita dapat menemukan peranan jemaat bagi penumbuh-kembangan
iman pribadi. Peranan itu antara lain:
a. Mengatur
Peraturan dalam jemaah berfungsi menata anggota jemaah agar dapat menjalankan
kegiatan penghayatan hidup sosial religiusnya dengan baik. Dengan adanya peraturan
setiap anggota jemaah akan memiliki arah yang jelas dan pasti. Hasilnya, peraturan
membuat hidup beriman seseorang makin berkembang.
b. Memotivasi
Keberadaan jemaah beriman dapat memotivasi anggota jemaah beriman dalam per-
juangan hidupnya. Hal ini misalkan terjadi pada sharing pengalaman seseorang. Dari
sharing tersebut jemaat termotivasi untuk mencontoh perjuangannya.
c. Meneguhkan
Dalam jemaat seseorang menemukan orang lain yang senasib seperjuangan. Dalam
jemaat, seseorang menemukan orang lain yang punya perhatian. Sesama jemaat ini yang
memberi peneguhan satu dengan yang lain.
d. Menyadarkan
Hidup menjemaat memungkinkan orang senantiasa berjalan dalam peraturan yang pada
umumnya mengarah pada kebaikan bersama. Maka, bila ada anggota jemaat yang
melanggar peraturan/ bersalah, anggota jemaat yang lain bertanggung-jawab mengingat-
kan atau menyadarkannya. Pada sisi lain jemaat yang bersalah hendaknya berlapang
dada menerima teguran jemaat lain.
e. Mentobatkan
Pertobatan adalah perubahan hidup yang radikal dari kesalahan menuju kebenaran.
Banyak orang bertobat dari tindakan yang tidak baik setelah mendapat bimbingan dan
pendampingan dalam jemaat.
f. Mendisiplinkan
Perasaan malu pada jemaat lain sering kali menjadi pemicu seseorang untuk tepat waktu
dalam berkegiatan. Hal ini kalau disadari dan diolah akan membantu seseorang untuk
menjadi baik.
g. Mendewasakan
Tidak jarang orang menjadi dewasa setelah terlibat dalam hidup menjemaah. Dewasa
berarti kemampuan menerima diri apa adanya. Dewasa juga berarti berani mengambil
keputusan serta berani menerima konsekuensi dari keputusan tersebut.

5. Aku Bagian dari Jemaat Beriman


Manusia diciptakan sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Itu berarti manusia
butuh teman (Lat. socius) dalam menjalani hidupnya. Konsekuensi dari prinsip ini adalah
bahwa di manapun ia berada seseorang akan mencari kelompoknya (jemaat) guna melibat-
kan diri di dalamnya.
Pribadi merupakan unsur pembentuk jemaat beriman. Itulah sebabnya jemaat
beriman disebut sebagai himpunan atau persekutuan orang-orang yang menghayati imannya
secara khas. Kekhasan itu terletak pada cara dan bentuk pengungkapan iman sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
Keberadaan pribadi beriman menjadi penopang dan penentu keberadaan jemaat
beriman. Artinya, kualitas jemaat beriman ditentukan oleh pribadi-pribadi yang bergabung
di dalamnya. Maju-mundurnya jemaat beriman ditentukan oleh komitmen dan keterlibatan
masing-masing jemaat dalam mengembangkan diri dan jemaah. Jemaah beriman menjadi
tempat untuk mengembangkan iman sekaligus menjadi tempat kesaksian iman secara intern
(antar anggota dalam jemaat). Di dalam jemaat beriman, masing-masing anggota saling
bersaksi dan saling mengembangkan imannya. Mutu pribadi itu ditentukan oleh sejauh mana
pribadi tersebut menghayati hidup keagamaannya secara benar.
Penghayatan hidup keagamaan meliputi penghayatan hubungan pribadi dengan
Tuhan dan hubungan sosialnya. Untuk mencapai tujuan saling mengembangkan iman itu
diperlukan interaksi yang efektif antar anggota jemaah. Dengan interaksi yang demikian,
jemaah yang satu dengan jemaah yang lain dapat saling mengenal. Maka dari itu, diperlukan
pembentukan kelompok- kelompok kecil di mana masing-masing jemaah dapat berinteraksi
dengan baik. Kelompok kecil itu misalnya cell (kristen), basis (katolik), dll.

6. Sumbanganku bagi Jemaat


Setelah menyadari peranan jemaat bagi dirinya, anggota jemaat yang tahu diri tentu
tidak akan berpangku tangan. Ia akan pula membagikan harta miliknya kepada jemaat demi
perkembangan anggota jemaat. Perlu ditekankan bahwa harta seseorang tidak terbatas uang
dan materi. Pengalaman hidup dan pengalaman iman merupakan harta milik seseorang yang
tak ternilai harganya. Beberapa sumbangan yang mungkin diberikan seorang anggota jemaat
bagi jemaat antara lain:
1. Sumbangan Uang
Uang memiliki manfaat yang bermacam-macam. Pemanfaatan uang secara positif tentu
sangat membantu jemaat. Keberadaan uang mampu menopang hidup jemaat. Uang juga
mampu memperlancar proses pelayanan. Tanpa uang jemaat akan kesulitan menjalankan
program-program kegiatannya. Namun demikian uang bukanlah segala-galanya.
2. Sumbangan Materi
Selain uang seseorang bisa menyumbang materi/ barang. Barang tentu juga sangat
berguna bagi kelangsungan hidup jemaat. Sumbangan berupa barang sangat dibutuhkan
bagi jemaat yang memiliki program membantu bencana alam.
3. Sumbangan Pemikiran/ Ide
Sumbangan pemikiran, ide, atau gagasan sangat berguna untuk pengembangan jemaat.
Orang-orang yang memiliki pemikiran cemerlang biasanya terkumpul dalam kelompok
litbang. Dengan pemikirannya yang cemerlang mereka mangadakan penelitian demi
pengembangan jemaat. Namun demikian setiap orang pun bisa menyumbangkan ide dan
pemikiran tanpa harus melalui litbang.
4. Sumbangan Tenaga/ Keterlibatan
Sumbangan tenaga dapat diberikan oleh anggota jemaat dalam bentuk pelayanan. Setiap
orang dapat terlibat peran tertentu dalam kebaktian, pembinaan iman, dan pengelolaan
umat. Gereja Katolik misalnya membutuhkan banyak orang untuk menjadi pengurus
DPP.
5. Sumbangan Perhatian/ Kepedulian.
Kepedulian juga sebuah sumbangan. Sumbangan-sumbangan (no.1-no.4) dapat menjadi
ungkapan kepedulian seseorang terhadap jemaat. Tetapi, kadang orang menyumbang
macam-macam bukan didasari oleh kepedulian, melainkan oleh pamrih tertentu.

7. Tugas
1. Carilah data selengkapnya tentang jemaat Anda?
a. Nama rumah ibadah/ jemaah/ lingkungan
b. Alamat rumah ibadah
c. Nama pemuka jemaah
d. Jumlah jemaah
e. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan (rohani dan non rohani)
2. Buatlah denah lokasi rumah anggota jemaat lingkungan anda masing – masing beserta
nama dan alamat

LANGKAH KEDUA PENGHAYATAN, UNGKAPAN, DAN PERWUJUDAN IMAN

1. Mendalami Kisah Hidup dalam Menghayati, Mengungkapkan, dan Mewujudkan


Iman
Melihat Video tentang Umat Beragama yang Menghayati, Mengungkapkan, dan
Mewujudkan Iman
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keanekaragaman/ kebhinekaan
dalam kehidupan beragama dan berkepercayaan. Keanekaragaman ini menyebabkan
perbedaan antara pemeluk agama yang satu dengan yang lainnya Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari bentuk penghayatan, ungkapan dan perwujudan iman. Dengan
perbedaan itu diharapkan tidak menimbulkan masalah maupun konflik tetapi
menyatukan karena adanya unsur toleransi. Sebagai gambaran keanekaragaman dalam
kehidupan beragama dan berkepercayaan maka pada pertemuan ini akan diputarkan film
yang berjudul “Yogyakarta City of Tolerance” VI.

Anda diminta untuk mendalami video tersebut dengan menjawab pertanyaan berikut :
1. Ceritakanlah kembali secara singkat tentang film yang telah diputarkan/ ditayang-
kan!
2. Jelaskan perasaan-perasaan apa saja yang muncul ketika Anda menyaksikan film ter-
sebut?
3. Bagaimana Anda menanggapi keanekaragaman kehidupan beragama dalam bentuk
penghayatan dan pengungkapan iman tersebut?
4. Bagaimana Anda menanggapi keanekaragaman agama di kelas?
5. Sikap dan tindakan konkret apa yang Anda lakukan dalam menghadapi perbedaan
agama dan kepercayaan di kelas Anda?

2. Mendalami Pesan Kitab Suci atau Ajaran Agama – agama tentang Penghayatan,
Ungkapan dan Perwujudan Iman
Anda diminta mencari kisah hidup tokoh yang ada dalam Kitab Suci atau ajaran
agama Anda masing – masing yang menunjukkan cara hidup penuh penghayatan,
ungkapan dan mewujudkan iman.

3. Pengembangan Religiositas
Berikut ini disajikan beberapa pandangan dari berbagai agama dan kepercayaan
tentang penghayatan, ungkapan dan perwujudan iman umat beragama dan berkepercayaan.
Anda dapat membaca sumber-sumber lain yang sesuai dengan tema untuk memperluas
wawasan dan pengetahuan Anda.
a. Agama Hindu
Doa adalah elemen penting dari bhakti. Maksud tujuan berbhakti bukanlah
sebagai petisi akan memperoleh pahala. Apakah ada gunanya mengatakan kepada Tuhan
apa yang kita inginkan – karena beliau maha mengetahui segalanya ...? Apakah
sebabnya kita mengemukakan petisi dalam doa?
Maksud tujuan berdoa adalah menemukan kebebasan dari duka hati dalam hidup,
melepaskan kesombongan, mengendalikan pikiran, menghalangi hawa nafsu dan menga-
sihi lebih mendalam kepada sesama di dunia, dan menyeberangi lautan penderitaan. Ini-
lah yang menjadi doa di bibir setiap orang (disarikan dari Sri Chandrasakhanarendra
Saraswati, 1967. Terj. Nyoman S. Pandit. Aspe-aspek Agama Kita, hlm. 39 -34)

b. Agama Buddha
Dhammasala atau dharmasala, yaitu tempat pujabhakti pembabaran dharma. Di
tempat inilah umat Buddha melakukan pujabhakti dan mendengarkan pembabaran
dharma yang disampaikan oleh para bhikku, pandita, atau dhammaduta. Dalam dham-
masala ini umat juga mengadakan kegiatan sosial keagamaan.
Dalam agama Buddha, melalukan pujabhakti saja belum dapat terbebaskan dari
penderitaan atau mencapai nibbana. Bila ada umat Buddha yang berpendapat bahwa
dengan melakukan pujabhakti saja, seseorang dapat mencapai nibbana, maka pendapat
ini keliru. Pendapat yang keliru ini disebut silab-bataparamasa. Sebab jika kita hanya
melakukan pujabhakti saja, dengan tidak melakukan sila atau mengembangkan samadhi,
maka tidak mungkin mencapai kesucian batin.
Pujabhakti merupakan dasar perkembangan batin yang baik. Pujabhakti,
samadhi, dan sila harus dilakukan secara bersama-sama agar dapat menghasilkan
nibbana. Ada dua macam puja (penghormatan) dalam agama budha, yaitu 1. amisa puja,
artinya menghormat dengan materi atau benda, misalnya memuja yang patut dipuja
dengan kembang, lilin, cendana atau dupa, dan lain-lain; 2. Patpati puja artinya memuja
atau menghormat dengan melakukan ajaran (buddha dharma) mempraktekan sila,
samadhi dan panna (Disarikan dari Wowor, Corneles, MA (editor). 1999. Buku Pela-
jaran Agama Buddha SMTA Kelas 1. Surabaya: Paramaita, hlm.2,7-8) 3.

c. Agama Katolik
Puasa disatukan dengan doa bagi yang menderita lapar. Uang yang dihemat,
karena berpuasa, disumbangkan untuk membelikan makanan bagi yang lapar. Sebulan
sekali pada hari Minggu persembahan mereka dibawa ke altar kemudian disatukan
dengan korban Kristus sendiri (Grassi, Joseph A. 1989. Tindak Peduli dalam Kehidupan
Sosial: Suatu Perwujudan Ekaristi. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 106, 107).
Gereja adalah persekutuan orang beriman, komunikasi iman. Proses komunikasi
iman dibedakan dua macam: 1) pengajaran 2) perayaan. Yang satu komunikasi dengan
kata-kata, baik dalam katekese biasa maupun dalam pengajaran resmi pimpinan gereja,
yang lain komunikasi iman dalam ibadat bersama. Yang pokok bukanlah rumusan iman
atau kebaktian, melainkan penghayatan dan pengamalan iman. Bahkan Gereja wajib
mengakui iman di muka orang-orang, sebab berkat iman kita menerima pengertian
tentang makna hidup yang fana. Iman menyinar segala sesuatu dengan cahaya yang
baru, dan memaparkan rencana ilani tentang seluruh panggilan manusia (KWI. 1996.
Iman Katolik. Yogyakarta-Jakarta: Kanisius-Obor, hlm. 444, 445).

d. Agama Kristen
Pengakuan iman hendaknya diwujudkan dalam perbuatan nyata, karena iman
tanpa perbuatan itu pada hakekatnya mati (Yakobus 2:14-26).
Tuhan Yesus Kristus mengajarkan bahwa sesungguhnya orang percaya kepada
Yesus harus melakukan perbuatan seperti yang dilakukan oleh Yesus, yaitu dalam
kesediaan merendahkan diri untuk melayani, dan menghormati mereka yang terlupakan
(Yohanes 13:13-15; 14:12; Filipi 2:1-11; Yohanes 2:6).

e. Agama Islam
Golongan kaya yang mempunyai sikap setia kawan, menyadari bahwa harta
benda yang dimiliki sebenarnya merupakan karunia Allah, yang di dalamnya ada hak
para fakir miskin. Kesadaran tersebut mendorong golongan kaya mengeluarkan sebagian
hartanya untuk membantu saudara-saudaranya yang miskin, melalui zakat amal, zakat
fitrah, infaq, ataupun sedekah merupakan salah satu ciri orang yang muttaqin (orang-
orang yang bertakwa), (Syamsuri & Yunus, Mohamad. 1995. Pendidikan Agama Islam
untuk SMU Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 54).
Beriman tidaknya seseorang, dapat dilihat dari sikap perilakunya selama hidup di
dunia fana. Seseorang sungguh beriman, kalau selama hidup di dunia dia senantiasa
bertakwa pada Allah SWT, berbuat baik kepada kedua orang tuanya dan berbuat baik
terhadap sesama (Syamsuri & Yunus, Mohamad. 1995. Pendidikan Agama Islam untuk
SMU Kelas 2. Jakarta: Penerbit Erlangga, hlm. 54).

f. Agama Khong Hu Cu
“...Tujuan hidup yang dicita-citakan dalam Konfusianisme adalah menjadi
seoarang kuncu. Kuncu (manusia budiman) ini dapat dicapai apabila orang dapat
melaksanakan dan menerapkan ajaran Khong Hu Cu dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Kuncu identik dengan seorang yang memiliki moralitas tinggi yang dapat
mendekati moralitas seorang nabi” (Tanggok, M. Ikhsan. Jalan Keselamatan Melalui
Agama Khong Hu Cu. 2000. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 85).

4. Menyusun Program Perwujudan Iman


Silahkan Anda bersama kelompok membuat kegiatan yang menunjukan perwujudan
kehidupan beriman Anda yang dapat disalurkan kepada masyarakakat!
Kegiatan disusun mulai dari program rencana aksi kegiatan serta laporan data!

E. KEGIATAN AKHIR ATAU PENUTUP


1. Refleksi Diri
a. Seberapa penting keberadaan jemaah bagi Anda?
b. Sejauh mana Anda ambil bagian dalam kehidupan jemaah Anda?
c. Apa yang akan, sedang, dan telah Anda sumbangkan bagi kelangsungan hidup jemaah?
d. Jelaskan hubungan Anda sebagai pribadi beriman dengan jemaat beriman!
e. Temukan suka duka hidup menjemaah Anda!
f. Bagaimana peranan jemaah bagi kehidupan Anda?
g. Ceritakan salah satu pengalaman keterlibatan Anda dalam kegiatan jemaah!
h. Apa manfaat keterlibatan Anda bagi hidup iman jemaat lain?

2. Kesimpulan dari Materi


Orang yang mempunyai relasi dengan Tuhan dapat dikatakan sebagai orang beraga-
ma dan berkepercayaan. Dengan demikian umat beragama dan berkepercayaan adalah orang
atau kelompok orang yang diharapkan mempunyai relasi dengan yang Illahi. Relasi mengan-
dung unsur adanya kedekatan atau keintiman sehingga orang mengungkapkan perasaan hati
dan pikiran dengan bebas. Relasi ini dapat dihayati, diungkapkan, dan diwujudkan dalam
hidup sehari-hari.
Setiap orang dapat menjawab relasi dengan Tuhan melalui penghayatan iman. Peng-
hayatan iman merupakan motivasi, dorongan, landasan dari sikap seseorang yang melaku-
kan sesuatu dalam relasinya dengan Tuhan. Iman adalah suatu kepercayaan atau keyakinan
akan adanya Tuhan. Manusia menyerahkan diri secara total kepada Tuhan dengan hati yang
tulus dan ikhlas.
Iman tidak hanya dihayati tetapi perlu juga diungkapkan, misalnya dengan berdoa,
sholat, pengajian, beribadat/ sembahyang maupun membaca kitab suci. Ungkapan iman juga
dapat dinyatakan dengan sikap untuk mensyukuri hidup yang diterimanya. Perasaan syukur
dapat muncul bila orang mengadakan relasi dengan Tuhannya yang dapat dlaksanakan
melalui doa atau ibadat. Doa atau ibadat dapat dilakukan secara pribadi/perorangan dan
bersama/ berjamaah/ berjemaat. Doa atau ibadat yang dilakukan bersama mengandung unsur
persekutuan/ perkumpulan. Hal ini mencerminkan kebersamaan yang didasarkan pada iman
yang sama sehingga orang dapat membangun persaudaraan dalam kehidupan beragama dan
berkepercayaan.
Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan, ungkapan iman adalah pengakuan/
kepercayaan orang terhadap kepada Tuhan, yang diungkapkan melalui sapaan-sapaan dalam
bentuk ibadat dan doa maupuan melalui sikap lahiriah yang menunjuk pada pikiran, hati dan
perasaan.
Setiap agama dan kepercayaan pasti mengajak umatnya untuk mengamalkan iman-
nya dengan tindakan konkret. Dengan demikian orang yang menghayati imannya perlu me-
wujudkan imannya. Penghayatan iman dapat diwujudkan dalam perbuatan konkret/ nyata
yang didasarkan pada nilai-nilai kebaikan yang bersumber pada pribadi yang diimani untuk
menyatakan pikiran, perasaan, hati dan imannya. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu hal
yang pantas dikejar demi kualitas hidup sebagai manusia yang utuh. Memperhatikan orang
yang membutuhkan, berbuat baik dengan mengasihi sesama dan peduli pada keadaan orang
lain khususnya sesama yang miskin, kecil, lemah, dan menderita merupakan contoh perwu-
judan iman. Dengan demikian, kehadiran orang beriman dapat menumbuhkan harapan dan
kegembiraan kepada sesamanya.
Kemampuan mengolah pengalamanan hidupnya melalui hidup doa dapat menjadi
dorongan maupun inspirasi orang tersebut dapat mewujudkan imannya. Dengan daya doa
yang dibangun terus menerus akan membuat orang semakin peka terhadap sesamanya khu-
susnya yang menderita, miskin, lemah dan tersingkir. Melalui proses pendidikan, kita di-
didik dan didampingi agar dapat berkembang menjadi manusia yang utuh yang mempunyai
relasi yang dekat dan kuat dengan Tuhan. Kita dibantu dan didorong untuk berkembang
menjadi siswa-siswi yang berilmu yang mampu menghayati iman secara mendalam, meng-
ungkapkan iman dengan tepat serta mampu mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari secara
konkret.

3. Doa Penutup
Setelah mengikuti pembelajaran silahkan Anda tutup dengan membaca Kitab Suci
dan berdoa!

Anda mungkin juga menyukai