Anda di halaman 1dari 8

TUGAS BMR

UPACARA KEMATIAN ORANG MELAYU RIAU

KEVIN RAJKIA S
XI IPA 3
SMA N 1 PKL.KERINCI
TP 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan pada Allah SWT yang sudah memberi saya kekuatan
untuk menyelesaikan laporan mengenai Upacara kematian orang melayu Riau
Namun keberhasilan saya bukan hanya semata usaha saya saja, tapi juga banyak
bantuan dari orang-orang di sekitar saya. Dan pada kesempatan ini saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada Beliau-beliau yang sudah membantu tugas
makalah saya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang...................................................................................................................1
B.Rumusan
Masalah..............................................................................................................1
C.Tujuan...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Tradisi Sunat Rasul……………………………………………………………………2
B.Tradisi Khatam Al-Quran…………………………………………………………… 5
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan....................................................................................................................7

BAB 1
Pendahuluan
A.latar Belakang
Ketika seseorang dalam keadaan sekarat (akan meninggal dunia), maka agar orang
tersebut semakin teguh imannya perlu dibacakan Surat Yasin, karena pembacaan
tersebut diyakini dapat mempengaruhi sikapnya, sehingga ia akan tenang
menghadapi ajalnya dan meninggal dengan tenang pula. Pembacaan Surat Yasin
tersebut dilakukan secara bersama-sama oleh para kerabat dan tetangga terdekat
yang hadir dipimpin oleh seorang pemuka agama.
Jika orang yang sekarat tersebut meninggal, maka pihak keluarganya akan
memberitahukan kepada ahli keluarga dan imam masjid. Sementara, kaum
perempuan, baik tetangga maupun kaum kerabat, biasanya akan mengumpulkan
semacam sumbangan yang berupa beras secupak (sepenuh wadah yang terbuat dari
tempurung kelapa yang dibelah menjadi dua). Selain itu, ada pula yang membawa
kelapa tua dan barang-barang lain yang diperlukan untuk membuat makanan dan
atau minuman. Sedangkan, para lelakinya, membantu dalam persiapan penguburan
penggalian kuburan dan membuat keranda.
Bagi orang Melayu, apabila seseorang meninggal dunia, jenazahnya harus cepat-
cepat dirapikan, yaitu tubuh jenazah tersebut harus dibetulkan posisinya. Posisi
jenazah yang baik adalah kaki lurus, kedua tangan diletakkan tertelungkup di atas
dada. Mata dan mulut tertutup dan menghadap kiblat.
Upacara ini bertujuan untuk membetulkan keadaan jenazah agar tidak menakutkan
bagi orang-orang yang datang berziarah. Selain itu jenazah yang sudah dirapikan
dijaga dengan baik agar tidak dilangkahi kucing hitam.
Memandikan jenazah dimaksudkan untuk membersihkan sekaligus mensucikan
karena akan menghadap Yang Maha Suci. Memandikan jenazah dilaksanakan
setelah persiapan-persiapan selesai dikerjakan. Misalnya membuat keranda
(usungan), menggali kubur, dan tidak ada lagi ahli waris yang ditunggu.
Penyelenggaraan ini dilaksanakan di rumah si mati, yang ditata sedemikian rupa
sehingga terlindung dari penglihatan orang banyak. Penyelenggara secara teknis,
dilakukan oleh orang-orang yang memang sudah mempelajari tata pelaksanaan
memandikan jenazah secara Islam.

B.Rumusan Masalah
1.Bagaimana proses upacara kematian orang melayu?

Bab 2
Pembahasan
Memandikan Jenazah
Peralatan-peralatan yang dipakai untuk melaksanakan upacara memandikan
jenazah adalah: (1) air bersih secukupnya, (2) sepotong sabun mandi, (3) kapur
barus yang sudah dihaluskan, (4) gaharu, cendana dan daun bedara, (5) sampul
tangan yang terbuat dari kain putih, dan (6) sehelai kain basahan.
Mengafani dan Menyembahyangkan Jenazah
Upacara mengafankan bertujuan untuk memberikan pakaian yang bersih kepada
jenazah, agar dapat menghadap Tuhan Yang Mahakuasa dengan penuh kesucian.
Mengafankan jenazah dilakukan setelah jenazah dimandikan, dilaksanakan di
rumah si mati. Pelaksana teknis mengafankan jenazah biasanya dilakukan oleh
orang-orang yang ditunjuk untuk memandikan jenazah tersebut yang sudah paham
dengan tata cara Islam.
Cara mengafani jenazah adalah sebagai berikut:

1. Cara mengafani jenazah laki-laki


a. Bentangkan tiga lebar kain kafan yang suda dipotong sesuai denga ukuran yang
dibutuhkan dengan cara disusun, kain yang paling lebar diletakkan dipaling bawah.
Kalau ukuran lebar kain sama, geserlah kain yang ditengah kekanan sedikit dan
yang paling atas kekiri sedikit atau sebaliknya. Dan jika sendainya lebar kain kafan
tidak cukup untuk menyelimuti mayit, maka geser lagi hingga bisa menutupi
mayit. Dan jika tetap tidak bisa menutupinya, baik karena mayitnya besar atau
yang lain, maka lakukan penambahan sesuai dengan kebutuhan.

b. Lulutlah (berilah) kain kafan dengan wangi-wangian.


c. Persiapkan tiga atau lima utas kain tali dan letakkan dibawah kain yang paling
bawah. Dan agar tali dibagian dada (diatas tangan dan dibawahnya) tidak mudah
bergeser, potonglah dengan bentuk khusus. (satu utas talli yang dibagi dua,
sedangkan ditengan tetap tidak disobek)
d. Persiapkan kafan yang sudah diberi wangi-wangian kayu cendana untuk
diletakkan dibagian anggota badan tertentu antara lain sebagaimana berikut.

1.1. Bagian Manfad (lubang terus) yang terdiri dari :


- Kedua mata
- Hidung
- Mulut
- Kedua telinga (dan sebaiknya menggunakan kapasyang lebar, sekiranya bisa
menutupi seluruh muka mayit)
- Kemaluan dan lubang anus.
1.2. Bagian anggota sujud, yang terdiri dari :
- Dahi
- Kedua telapak tangan
- Kadua lutut
- Jari-jari kedua kaki

1.3. Bagian persendian dan anggota yang tersembunyi, yang terdiri dari
- Kedua lutut paling belakang
- Ketiak
- Kedua telingan bagian belakang
• Angkatlah dengan hati-hati dan baringkan diatas kain yang telah dipersiapkan
sebagaimana tersebut diatas.
• Tutuplah bagian anggota badan tertentu sebagaimana tersebut dinomor
• Selimutkan kain kafan pada jenazah selembar demi selembar nulai dari yang
paling atas hingga yang paling bawah, kemudian ikatlah dengan kain tali yang
telah disediakan.

2. Cara mengafani jenazah perempuan


a. Bentangkan dua lembar kain kafan yang sudah di potong sesuai dengan ukuran
yang di butuhkan.kemudian letakkan pula kain sarung di atasnya di bagian bawah
(tempat di mana badan antara pusar dan kedua lutut di rebahkan)

b. Persiapan baju kurung dan kerudung di tempatnya.

c. Sediaan tiga atau lima utas kain tali dan letakkandi bawah kain kafan yang
paling bawahyang telah di bentangkan.

d. Sediakan kapas yang sudah diberi wangi-wangian untuk di letakkan dibagian


anggota badan tertentu.

e. Angkatlah jenazah dengan hati-hati, kemudian baringkan di atas kain kafan yang
sudah di bentangkan dan yang sudah di lulut dengan wangi-wangian.

f. Letakkan kapas di bagian anggota badan tertentu sebagaimana tersebut di cara


nomor 04 cara mengkafani mayit laki-laki.

g. Selimutkan kain sarung di badan mayit antara pusar dan kedua lutut dan
pasangkan juga baju kurung berikut kain penutup kepala (kerudung).Bagi yang
rambutnya panjang di kepang menjadi dua atau menjadi tiga, dan di letakkan di
atas baju kurung tempatnya di bagian dada.

h. Setelah pemasangan baju kurung dan kerudung selesai, maka selimutkan kedua
kain kafan selembar demi selembar mulai dari yang paling atas sampai yang paling
bawah, setelah selesai ikatlah dengan tiga atau lima tali yang telah di sediakan

Setelah dikafani, jenazah tersebut diangkat secara perlahan, lalu diletakkan


melintang ke arah kiblat.
Maka dilanjutkan pula dengan upacara menyembahyangkan jenazah.
Untuk menyelenggarakan upacara sembahyang, diminta kesediaan beberapa orang
yang ikhlas bersedekah untuk melakukan upacara tersebut yang dipimpin oleh
seorang imam. Bagi orang Islam, jumlah orang yang sebaik-baiknya yang
diharapkan dalam upacara menyembahyangkan tersebut minimal 44 orang. Jika
jumlah ini tercapai, diyakini jenazah tersebut akan diringankan dari siksaan kubur.
Tempat melakukan sembahyang jenazah itu di tengah eumah yang telah
dibersihkan. Jika ada masjid terdekat atau surau, sebaiknya jenazah
disembahyangkan di sana. Maka, berakhirlah acara menyembahyangkan jenazah,
selanjutnya jenazah tersebut dibawa ke tempat pemakaman untuk dikuburkan.

Penguburan Jenazah
Upacara ini dikenal dengan upacara penguburan. Ada juga yang menyebutnya
dengan pemakaman. Bagi orang Melayu Riau yang beragama Islam, siapa saja
yang meninggal harus dikuburkan, karena menurut Islam manusia berasal dari
tanah, oleh karena itu harus kembali ke asalnya, yaitu tanah.
Upacara penguburan ini dipimpin oleh seorang imam yang mempunyai
pengetahuan menguburkan jenazah bedasarkan hukum Islam.

Tahlil
Tahlil adalah sejenis kenduri dengan membacakan doa-doa bagi orang yang baru
meninggal. Maksud dan tujuan dari upacara tahlil itu adalah memohon kepada
Allah agar dapat meringankan siksaan terhadap hambanya yang baru saja
meninggal khususnya, semua umat Islam umumnya. Upacara ini dilaksanakan
pada malam setelah selesai pemakaman jenazah. kemudian dilanjutkan dengan
tahlil pada malam-malam berikutnya.

1. Kenduri Niga hari (tiga hari)


Kenduri ini dilaksanakan selama tiga hari berturut-turut, setelah seseorang tersebut
meninggal dan telah dimakamkan, pada malam harinya langsung diadakan kenduri,
dimana kenduri tersebut membaca qulhu atau surat yasin dan diakhiri dengan
jamuan makan dari tuan rumah, yang dihadiri oleh keluarga, kerabat dan tetangga
terdekat.
Menurut ajaran Islam, seorang mukmin yang telah meninggal dunia akan diuji di
alam kubur selama tujuh hari, oleh karena itu masyarakat melayu Riau
mempercayai untuk mengadakan acara kenduri atau tahlilan dirumah si mati untuk
memohon kepada Allah SWT untuk diringankan ujian di alam kubur.
2. Kenduri Nujuh hari (tujuh hari)
Kenduri nujuh hari ini tidak jauh berbeda dengan kenduri niga hari, namun kenduri
nujuh hari ini hanya diadakan di hari ketujuh setelah seseorang tersebut meninggal
dunia, atau setelah diadakannya kenduri niga hari, kenduri ini juga membaca tahlil
dan surat yasin yang dipimpin oleh seorang imam atau ustad yang sengaja
diundang untuk memimpin doa oleh tuan rumah, kenduri ini juga dihadiri oleh
keluarga, kerabat serta tetangga terdekat.
Setelah selesai membaca tahlil dan doa, para tamu yang hadir juga disediakan
jamuan makan, yang mana jamuan makanan yang dihidangkan tuan rumah tersebut
diharapkan akan menjadi pahala yang mengalir untuk seseorang yang meninggal
tersebut.
Dan kemudian kenduri empat puluh hari yang hanya diadakan di malam ke empat
puluh hari setelah seseorang tersebut meninggal dunia lalu selanjutnya kemalam
seratus hari sampai malam keseribu hari.

BAB 3
Penutup
A.Kesimpulan
Upacara kematian adalah salah satu upacara di lingkaran hidup
individu. Upacara kematian yang dilakukan oleh masyarakat Riau,
jika dicermati secara mendalam, maka di dalamnya mengandung
nilai-nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan
bersama dan bekal kehidupan di kemudian hari. Nilai-nilai itu
antara lain kegotong-royongan, kemanusiaan, dan religius.
Nilai kegotong-royongan dan kemanusiaan tercermin dalam
perilaku warga masyarakat di sekitar keluarga yang sedang
berkabung. Dalam hal ini, tanpa diminta, setiap keluarga datang
untuk menyampaikan bela sungkawa dan membantu dengan
mengirim salah seorang anggotanya (perempuan) ke rumah
keluarga yang sedang berkabung sambil membawa sejumlah
beras. Sementara itu, para lelakinya, disamping membantu dalam
persiapan penguburan, juga mempersiapkan kayu-kayu yang
diperlukan untuk masak-memasak dalam rangka selamatan
(kendurian)

Anda mungkin juga menyukai