Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

PEMUKA AGAMA:
KARISMA DAN PELAYANANNYA

A. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN RELIGIOSITAS


B. SEMESTER : GANJIL/ 1
C. KOMPETENSI DASAR
3.2 Memahami fungsi dan peran pemuka agama: karisma dan pelayanannya
4.2 Melakukan aktivitas untuk mendalami karisma dan pelayanan pemuka agama
D. MATERI POKOK
Agama dan Kepercayaan yang Menyentuh Hati
E. ALOKASI WAKTU : 3 X 3 JP
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui materi pokok ini Anda diajak untuk memahami karisma pemuka agama
serta tugas – tugas pelayanannya dari berbagai agama.
G. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta:
1. Pemuka agama
Konsep:
1. Karisma seorang pemuka agama dan kepercayaan merupakan anugerah Tuhan.
Bakat dan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan yang dimiliki
oelh seorang pemimpin yang menimbulkan rasa kagum masyarakat pada dirinya.
2. Bentuk – bentuk pelayanan pemuka agama dan kepercayaan merupakan
anugerah Tuhan.
Memimpin ibadat, mengajar tentang kehidupan beragama, mendampingi umat,
mempersatukan umat.
3. Dukungan umat beriman kepada pemuka agama dan kepercayaannya.
Membangun sikap hormat,mendukung, berpartisipasi dalam tugas pelayanan,
membantu pekerjaannya dan memperhatikan kebutuhannya.
4. Syarat – syarat menjadi pemuka agama dan kepercayaan.
Memahami seluk beluk agama, memiliki kehidupan pribadi dan sosial yang baik,
mendapat kepercayaan dari umat, mendapat mandat atau pengutusan.
Prinsip:
1. Ajaran Kitab Suci dan Agama - agama

1
PETA KONSEP

A. PENDAHULUAN
Agama merupakan lembaga yang menawarkan kebahagiaan dan keselamatan melalui
pengajaran dan pelaksanaan ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para peletak dasar agama,
dimana ajaran tersebut kemudian dituliskan dalam Kitab Suci masing-masing. Agama sebagai
sebuah lembaga tentu menuntut adanya suatu susunan hierarki atau kepengurusan yang
mendampingi dan melayani jemaat dalam usahanya mencapai kebahagiaan dan keselamatan.
Para pengurus atau pimpinan jemaat dalam agama inilah yang kemudian disebut sebagai
pemuka agama. Jadi pemuka agama adalah orang yang karena kualitas pribadinya dipercaya dan
diberi tugas khusus untuk memimpin umat beragama.
Setiap agama memiliki sebutan yang khas untuk pemuka agamanya. Dalam agama
Islam, yang disebut pemuka agama misalnya: kyai, imam, dai, ustad, dan ustadzah; dalam
agama Kristen, yang disebut pemuka agama misalnya: pendeta, penatua, majelis gereja,
biblepro; dalam agama Katolik, yang disebut pemuka agama misalnya: Uskup, imam atau
pastor atau romo, diakon, katekis; dalam agama Hindu, yang disebut pemuka agama misalnya:
pedanda, pemangku, sulinggih; dalam agama Buddha, yang disebut pemuka agama misalnya:
Bikhu, Bikhuni, samanera, upasika, upasaka; dan pemuka agama dalam agama Khonghucu
misalnya: Haksu, Bunsu, kausing, dan Tiangloo. Adapun para pemuka agama tersebut dalam
agamanya masing-masing memiliki suatu lembaga yang menyatukan dan memberi garis besar
dalam pengajarannya. Adapun lembaga-lembaga tersebut adalah:
MUI : Majelis Ulama Indonesia
PGI : Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
PHDI : Parisadha Hindu Dharma Indonesia
WALUBI : Wali Umat Buddha Indonesia
MATAKIN : Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia

2
PEMUKA AGAMA

1. Mendalami Hakikat Pemuka Agama


Pemuka agama adalah orang yang dituakan atau dipercaya untuk memimpin jemaah dari
suatu agama. Ada pemuka agama yang bersifat formal (resmi), ada pemuka agama yang
informal (tidak resmi). Dua-duanya sering memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan
jemaah. Pengaruh itu bermula dari penghargaan dan penghormatan yang lebih (kultus individu)
daripada anggota jemaat pada umumnya. Besarnya pengaruh itulah yang menjadikan seorang
pemimpin sering menjadi simbol dan wakil yang mempresentasikan (menghadirkan)
keberadaan jemaah bersangkutan.

2. Sebutan Pemuka atau Pemimpin Agama dalam Agama – agama


Setiap agama mempunyai sebutan sendiri-sendiri terhadap pemimpinnya. Berikut
dikutipkan nama-nama sebutan pemimpin berbagai agama.

a. Agama Hindu
Ada tiga kelompok pemimpin agama Hindu; rohaniwan, brahmana, dan imam.
Rohaniwan bertugas secara langsung mengantarkan suatu upacara. Rohaniwan dibedakan
menjadi dua kelompok:
 kelompok eka jati dengan sebutan pinandita, pemangku, Wasi, dan sejenisnya,
 kelompok dvijati dengan sebutan sulinggih atau pandita

Upacara kurban dilakukan oleh imam pedanda (golongan brahmana), pemangku


(non brahmana), dan sengguhu (imam kasta rendah).
Brahmana adalah orang-orang yang memiliki ilmu suci keagamaan, jujur, bijaksana,
dan percaya pada Weda. Termasuk dalam kelompok ini para guru dan pendeta.
Imam terdiri dari tiga tingkatan: Pedanda berasal dari golongan brahmana;
Pemangku / pinandita dari golongan kasta lain (ksatria); Sengguhu dari kasta rendah
(Waysia dan Sudra).

b. Agama Budha
 Sastadevanammanusyanam (Tenninsy) secara harafiah berarti guru dari dewa
(pemimpin masyarakat) dan manusia (rakyat jelata).
 Arhat (orgu) adalah orang yang sudah mendapat pencerahan (pada tahap pertama
kesempurnaan).
 Lokanathati artinya orang yang paling dihormati di dunia.
 Dharma Duta /Juru Penerang bertugas memimpin umatnya. Mereka dapat seorang
Bhikku, Samanera, seorang Pandita dan Upasaka-upasika (semi biarawan), bahkan
seorang guru. Mereka umumnya bertugas di lingkup Vihara atau Cetiya.
 Bhikku atau bante adalah sebutan untuk pendeta pria
 Bhikkuni, pendeta wanita

c. Agama Islam
 Khalifah adalah pemimpin masyarakat pengganti tugas nabi.

3
 Kiai (Jawa) adalah orang yang dianggap menguasai ilmu agama Islam. Mereka kadang
juga berkiprah di bidang politik di mana keputusan-keputusannya dianggap penting dan
berpengaruh.
 Ustad adalah seorang guru agama Islam.
 Khatib adalah orang yang menyampaikan khutbah.
 Imam adalah orang yang dipercaya untuk memimpin salat bersama, berdiri paling depan
serta gerak-gerik dan bacaannya diikuti oleh jemaah dan menjadi makmum (pengikut
imam dalam salat jemaah). Ketika menjalankan tugasnya itu seorang imam juga berlaku
sebagai kalifah.
 Da’i atau mubaligh adalah penyampai dakwah (penerangan agama).
 Dewan Takmir adalah pengelola masjid.
 Haji adalah orang yang berhasil mengadakan ziarah ke tanah suci (Mekah – Madinah).

d. Agama Kristen
1) Kristen Katolik dan Ortodok
 Dalam kepemimpinan papalisme (sistem paus) dikenal nama-nama para pemimpin
yang disebut hierarki. Hierarki Gereja adalah pemimpin resmi gereja katolik
(pengganti Yesus Kristus) yang terdiri dari paus, uskup, imam (pastor), dan diakon.
 Dewan Pleno Paroki adalah kelompok orang biasa (awam) yang diangkat oleh
pastor untuk membantu tugas pelayanannya di paroki. Di antara mereka adalah ketua
stasi, lingkungan / wilayah, seksi-seksi, biarawan-biarawati. Pastor atau imam
menjadi ketua umum dibantu orang-orang.
 Biarawan / biarawati adalah orang-orang biasa (awam) yang mempersembahkan
hidupnya untuk Tuhan dengan menghayati tri kaul. Mereka mendapatkan
kepemimpinannya karena cara hidup (kharisma).
 Katekis / guru agama adalah orang yang dididik / disiapkan untuk mengajar jemaah
berdasar wewenang yang diberikan gereja katolik.

2) Katolik Anglikan
Kepemimpinan ini disebut dengan nama Cecaro papalisme (kaisar yang merangkap
sebagai pemuka agama (paus). Dalam Gereja Anglikan umat dipimpin oleh para uskup
dan para imam.

3) Kristen Lutheran
Sistem kepemimpimpinan dipegang oleh seorang pendeta sebagai ketua Sinode
yang memerintah para pendeta wilayah, yang membawahi pendeta jemaat. Sistem ini
disebut sinodal.
 Pendeta / Pastor adalah pemimpin jemaat yang selain bertanggungjawab terhadap
jemaat juga bertugas melaksanakan kebaktian.
 Evangelis / penginjil adalah orang yang bertugas mengajar / berkotbah.
 Laose adalah guru

4) Kristen Presbyterian
Majelis Gereja adalah kumpulan orang-orang yang menjadi dewan pertimbangan
pelaksanaan kegiatan dan kebijakan gereja. Majelis terdiri dari: tua-tua, pendeta, dan
4
diaken yang mencerminkan jabatan Kristus sebagai raja, imam, dan nabi. Sistem ini
berlaku di gereja Calvinis

e. Agama Khong Hu Cu
Ada empat macam pemuka agama Khong Hu Cu yaitu Haksu (pendeta), bunsu (guru
agama), Kausing (penebar agama), dan Tiangloo (sesepuh). Para pemuka agama tersebut
bertugas memimpin kebaktian. Rohaniwan Khong Hu Cu disebut Jiao Se. Mereka ini
mengadakan perkumpulan yang diberi nama Matakin (Majelis Tinggi Agama Khong Hu Cu
Indonesia).

LANGKAH KEDUA: KARISMA DAN PELAYANAN PEMUKA AGAMA

1. Karisma Pemuka Agama


Karisma berasal dari bahasa Yunani yang mengungkapkan suatu rahmat aktual dari
Allah yang diberikan secara cuma-cuma. Karisma atau karunia-karunia rohani adalah
kemampuan khusus yang diberikan Allah kepada orang-orang untuk memampukan mereka
menjadi saluran kasih Allah dan karunia-karunia itu diberikan untuk pembangunan iman jemaat.
Dalam Roma pasal 12, pemberian karunia-karunia selalu dihubungkan dengan banyak
macam panggilan pelayanan. Misalnya kelompok St. Dominikus yang memiliki karisma
berkotbah dan pengajaran, kelompok St. Don Bosco dalam bidang pastoral, kelompok Beata
Teresa dari Calcuta dalam bidang belaskasih Allah, kelompok St. Vincentius a Paulo dalam
bidang pelayanan, atau para Karmelit yang diberi karisma khusus dalam bidang spiritualitas.
Apabila masing-masing pribadi ataupun kelompok menyadari karisma yang diberikan Tuhan
maka karunia itu akan semakin berkembang.
Semua karisma yang diberikan Allah kepada seseorang ataupun kelompok merupakan
suatu rahmat besar demi pertumbuhan iman. Dalam Katekismus Gereja Katolik No.2003
dikatakan bahwa rahmat pada tempat pertama adalah anugerah Allah yang membenarkan dan
menguduskan kita. Tetapi di dalam rahmat termasuk juga anugerah-anugerah yang Roh berikan
kepada kita, untuk membuat kita mengambil bagian dalam karya-Nya serta menyanggupkan
kita untuk berkarya demi keselamatan orang lain dan pertumbuhan jemaat. Termasuk
didalamnya rahmat-rahmat pengudusan, artinya anugerah-anugerah khusus yang berbeda-beda.
Termasuk juga di dalamnya rahmat-rahmat khusus, yang dinamakan karisma sesuai dengan
ungkapan Yunani yang dipergunakan oleh Santo Paulus, yang berarti kemurahan hati, anugerah
bebas dan perbuatan baik (bdk.LG No. 12).
Ada berbagai macam karisma, seringkali juga yang luar biasa seperti anugerah mukjizat
atau anugerah bahasa. Semuanya itu diarahkan kepada rahmat pengudusan dan bertujuan pada
kesejahteraan umum. Karisma itu harus mengabdi kasih yang membangun iman jemaat.
Apakah karisma ini sama dengan bakat? Karisma tidak sama dengan bakat dan memang
terkadang sulit untuk membedakan antara keduanya, namun bisa dilihat dari buah-buahnya.
Misalnya orang yang berbakat musik, orang yang mendengar mungkin akan kagum akan
permainannya tetapi semuanya akan berhenti sampai di situ. Lain lagi kalau orang diberi
karunia musik, orang yang mendengarnya akan tersentuh hatinya dan dibawa kepada Allah.
Bakat bisa diubah dan disempurnakan menjadi karisma bila seseorang itu terbuka terhadap
karya Allah, seperti kata St. Thomas Aquinas: Gratia Perficit Naturam artinya, rahmat
menyempurnakan kodrat. Tuhan yang telah menciptakan manusia, Tuhan yang memberi bakat-
5
bakat alami kepada manusia maka Tuhan tidak mungkin menghancurkan apa yang telah
diciptakan-Nya lebih dahulu tetapi justru Dia menyempurnakannya.
Karisma ini bukanlah sesuatu yang diwariskan atau diterima sejak kecil atau ada dalam
kodratnya melainkan diterimanya berkat rahmat Allah. Oleh karena itu, karisma merupakan
pemberian dari Allah secara adikodrati (Katekismus No.2005) dan karisma selalu terarah keluar
dan memampukan seseorang untuk memberikan pelayanan secara efektif demi keselamatan
umat manusia.

2. Sifat dari Karisma


Ada karisma yang bersifat sementara, yaitu diberikan Tuhan pada kesempatan tertentu
tetapi tidak secara tetap. Karisma sementara ini tidak bisa diperkembangkan. Disamping karunia
sementara, orang diberikan satu atau lebih karunia tetap, artinya diberi kemampuan oleh Tuhan
untuk melakukan pelayanan tertentu sehingga dalam bidang itu orang ini dapat melakukannya
dengan sangat baik.
Seringkali kita tidak mengerti bahwa kita mempunyai karisma dan seperti yang telah
dikatakan diatas bahwa sebenarnya setiap orang diberi karisma karena kita semua dipanggil atau
diutus Tuhan. Kita sebagai utusan Allah maka kita membutuhkan kuasa Allah untuk melakukan
tugas panggilan kita. Oleh karena itu, karisma sekaligus merupakan alat-alat yang diberikan
kepada para utusan Allah sehingga mereka itu dapat melakukan misi panggilannya dengan baik
dan juga diberikan itu untuk mengetahui bidang apa yang sebetulnya yang menjadi panggilan
mereka.

3. Tiga Tanda Utama untuk Mengerti Karisma


1. Karisma Bersifat Efektif
Bila orang mempunyai karisma maka dalam bidang itu akan terlaksana. Misalnya orang
yang memiliki karisma mengajar maka orang akan mendengarkan pengajarannya dengan
senang hati, bisa menarik dan membawa orang kepada Tuhan.
2. Dari Pengalaman yang Membangun dan Menyenangkan
Allah tidak memberikan kepada kita karisma supaya menjadi beban tetapi orang yang diberi
karisma tertentu akan melakukan hal itu dengan senang hati. Misalnya orang yang
mempunyai karisma melayani, dia akan melakukannya dengan senang hati. Sama seperti
bila kita melakukan kebajikan, kita akan melakukannya dengan rasa senang dan nyaman
namun kadang-kadang tidak selalu demikian, kadang pada permulaan ada semacam sedikit
pertentangan tapi setelah diatasi akan berjalan dengan baik dan dengan senang.
3. Afirmasi atau Peneguhan dari Orang Lain
Peneguhan bisa datang secara langsung dan tidak langsung. Misalnya orang yang memiliki
karunia penyembuhan mendoakan seseorang yang sakit kemudian disembuhkan seketika itu
juga, ini kelihatan jelas tetapi afirmasi juga bisa melalui orang lain atau orang banyak datang
kepada kita minta didoakan penyembuhan daripada datang kepada orang lain.

4. Jumlah Karisma
KBBI mengartikan karisma sebagai keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan
kemampuan luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan
rasa kagum dari masyarakat. Dalam arti agamis, kharisma adalah kepemimpinan roh yang
khusus untuk melayani jemaah. Sedangkan Heuken (1992:192) menggabungkan dua pengertian
6
kharisma menjadi sebuah pengertian yang utuh. Menurut Heuken, karisma adalah karunia
istimewa yang dianugerahkan Tuhan kepada orang-orang tertentu untuk diabdikan pada sesama.
Kharisma memampukan pemimpin jemaah mendampingi jemaahnya dalam mewujudkan
kehidupan yang adil, rukun, dan damai serta mempunyai iman yang kuat pada Tuhan.
Karisma atau karunia-karunia rohani sebenarnya tidak hanya terbatas pada sembilan
karunia saja seperti yang termuat di dalam 1 Kor.12:7-11 tetapi lebih dari itu.
Dalam Rom. 12:6-8: “Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan
menurut kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat
baiklah kita melakukannya sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani, baiklah kita
melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika karunia untuk menasihati,
baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya
dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan
rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
1 Kor. 12:7-11 “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk
kepentingan bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata
dengan hikmat, dan kepada yang lain Roh yang sama memberikan karunia berkata-kata dengan
pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa
untuk mengadakan mukjizat, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk bernubuat, dan
kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia untuk membedakan bermacam-macam roh.
Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini
dikerjakan oleh Roh yang satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang
secara khusus, seperti yang dikehendaki-Nya.”
Ef. 4:11-13 “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik
pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh
Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang
Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan
Kristus.”
1 Kor. 12:27-30 “Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah
anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang dalam Jemaat: pertama sebagai rasul,
kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk
mengadakan mukjizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk
berkata-kata dalam bahasa roh. Adakah mereka semua rasul, atau nabi, atau pengajar? Adakah
mereka semua mendapat karunia untuk mengadakan mukjizat, atau untuk menyembuhkan, atau
untuk berkata-kata dalam bahasa roh, atau untuk menafsirkan bahasa roh?”
Jadi, karisma yang diberikan Allah kepada seseorang atau kelompok tidak terbatas
jumlahnya karena karya Allah tidak dapat dibatasi. Oleh sebab itu, marilah kita terbuka terhadap
karya-Nya agar Dia dapat secara bebas melakukan karya penyelamatan bagi jemaat dan dunia.

5. Bentuk Pelayanan Pemuka Agama (Tugas dan Peran Pemuka Agama)


Pemuka agama berperan dan bertanggungjawab menata jemaah beriman. Selain itu,
pemuka agama juga menjadi panutan jemaah. Untuk itulah diperlukan kharisma.

7
Para pemuka agama memiliki tugas dan peran yang khas yaitu: 1. Menjadi panutan atau
memberi teladan bagi umatnya, khususnya di tengah situasi bangsa Indonesia yang sedang
mengalami intoleransi dalam pluralisme. 2. Menyejahterakan umat Tuhan, 3. Mendampingi
umat dalam persatuan dengan Tuhan, dan memimpin ibadat, mengajar, mempersatukan, serta
mendampingi dalam perwujudan iman.
Dalam peribadatan, seorang pemimpin agama bertugas memimpin jemaah dan
mengantar jemaah untuk berjumpa dengan Tuhan. Dalam peribadatan ini ia bertugas
menyucikan jemaahnya dengan doa-doa yang dilakukannya. Untuk itu ia harus terlebih dahulu
suci. Maka selain berdoa untuk umat, ia juga berdoa untuk dirinya sendiri. Tugas pemimpin
agama yang dermikian disebut tugas imamat.
Di luar peribadatan, pemimpin agama bertugas memimpin, mengelola atau memanage,
mengkoordinir, membimbing, mengarahkan, mempersatukan, dan mengatur jemaahnya
sehingga terwujud jemaah yang tertata rapi dan disenangi banyak orang. Tugas yang demikian
biasa disebut sebagai tugas meraja atau kegembalaan.
Sebagai seorang panutan, pemimpin agama juga bertugas menyampaikan kehendak dan
sabda Tuhan yang menjadi norma kebenaran dunia. Tugas ini disebut sebagai tugas kenabian.
Inti dari tugas ini adalah peneguhan atas keberhasilan jemaat, penghiburan atas kegagalan atau
kesusahan umat, kritikan atas kekeliruan dan kesalahan, dan memberikan kabar gembira bagi
umat yang setia. Tugas ini bisa dilakukan lewat kotbah, nasehat, konseling, tulisan di media,
renungan, dan sebagainya.

6. Proses dan Model Kepemimpinan Agama


Ada beberapa macam proses dan model kepemimpinan yang sudah terbiasa berlaku umum
dalam kehidupan masyrakat.
a. Kepemimpinan dalam agama terjadi melalui empat proses: turun temurun (warisan),
pemilihan, kharisma/panggilan. Kepemimpinan secara turun-temurun misalnya terjadi di
kalangan pesantren dan kiai (pemimpin Islam Jawa). Bahkan raja-raja kerajaan islam jawa
juga berperan menjadi pemuka agama.
b. Kepemimpinan secara pilihan terjadi berdasar kehendak jemaah dan atau oleh wakil-wakil
jemaah, atau berdasar pencalonan diri pihak bersangkutan. Sebagai pertimbangan pemilihan
ini adalah keluhuran budi pribadi, kecakapan, pengalaman, keahlian seseorang, dan
sebagainya.
c. Kepemimpinan seseorang juga dapat terjadi berdasar kharisma/panggilan. Banyak
pemimpin non formal (tidak resmi) menjadi panutan jemaah karena memiliki karisma
tertentu. Ada seorang pemimpinan agama yang memenuhi satu model proses, tetapi ada juga
yang dianggap memenuhi beberapa model proses. Misalnya pada kepemimpinan gereja
katolik; pastor, uskup, dan paus, selain dipilih oleh umat (dan pembina) mereka terpilih
karena memiliki kharisma tertentu.
d. Kepemimpinan agama bisa juga terjadi dengan cara yang tidak halal; melalui penyuapan,
KKN, ancaman (ditakuti), kekuasaan (memperdaya), penipuan, dan sebagainya. Hal ini
terjadi karena kepemimpinan dalam agama sering menjadi sarana untuk meraih kedudukan
atau kehormatan. Sering pula kepemimpinan agama disatukan dengan politik sehingga
kepentingan agama menjadi terabaikan. Karena permulaannya tidak beres maka hasilnyapun
juga tidak beres. Bahkan kalau tidak hati-hati, pemimpin yang semula baik bisa berubah
menjadi tidak baik. Untuk tetap menjadi pemimpin yang baik, seseorang harus tetap
8
memelihara, menjaga, dan mengembangkan karisma yang dimiliki dengan cara semakin
mengamalkan talentanya untuk pelayanan dan setia menjalin hubungan dengan Tuhan sang
pemberi karisma.

7. Pendalaman Kharisma dan Pelayanan Pemuka Agama


Tidak tertutup kemungkinan bahwa pemuka agama itu memiliki karisma yang
disebabkan oleh pengetahuan luas dan pribadi yang unggul. Pemuka agama yang penuh karisma
biasanya mampu mendampingi umatnya mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan
mewujudkan kehidupan yang diwarnai dengan nilai – nilai positif, misalnya keimanan,
keadilan, perdamaian, kerukunan, pengampunan dan sebagainya.

LANGKAH KETIGA: SYARAT MENJADI PEMUKA AGAMA

1. Syarat Menjadi Pemimpin Agama


Sebagai seorang pemuka agama tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara lain:
memiliki kualitas pribadi yang baik, memiliki karisma, yaitu bakat dan kemampuan luar biasa
dalam kepemimpinan. Karisma ini adalah anugerah dari Tuhan. Memahami tentang ajaran
agama, memiliki kehidupan pribadi dan sosial yang baik, dan dipercaya oleh umat atau diberi
mandat oleh umat.
Selain syarat-syarat umum diatas, menjadi pemuka agama juga dituntut untuk mampu
memenuhi syarat khusus yang ditentukan dalam masing-masing agama. Dan yang terpenting,
mereka harus menyadari bahwa menjadi pemuka agama merupakan panggilan dari Tuhan untuk
melayani umatNya. Maka menjadi pemuka agama bukanlah untuk mencari prestise atau
kedudukan dan kehormatan melainkan pertama-tama untuk melayani.
Seorang pemimpin agama harus memenuhi kriteria-kriteria kepemimpinan sebagaimana
dimiliki oleh seorang pemimpin pada umumnya. Beberapa syarat umum, seperti:
1. Seorang pemimpin agama juga harus memiliki hubungan pribadi mendalam dengan Tuhan
yang merupakan dasar, sumber, serta acuan karya pelayanannya. Tanpa adanya jalinan
kerjasama antara pemimpin agama dan Tuhan, pelayanannya hanya akan jatuh pada aspek
sosial dan manusiawi belaka.
2. Seorang pemimpin agama harus memenuhi kriteria: berpribadi baik, bisa manajemen, bisa
memimpin, melayani dengan tulus, berwibawa, bijaksana, menguasai ilmu agama yang
bersangkutan, terbuka, rendah hati, rela berkurban, dan sebagainya.
3. Seorang pemimpin harus memenuhi kriteria berdasar aturan agama yang dianut, misalnya
tidak boleh menikah (pastor), tidak boleh makan daging (bikku / bikkuni), lulus sekolah
teologi (pendeta), dan lain-lain.
4. Memiliki jiwa kepemimpinan dan keteladanan, seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantara dalam semboyan: Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut
Wuri Handayani mengungkapkan kriteria ideal seorang pemimpin. Sebagai orang yang di
depan (ing ngarso), seorang pemimpin harus memberi keteladanan baik dan bisa menjadi
contoh. Ketika berada di antara umat yang dipimpin (ing madya), seorang pemimpin harus
mampu menghidupkan, menggerakkan, memberi semangat, dan memotivasi. Sedangkan
ketika berada di belakang, seorang pemimpin berkewajiban memantau, membimbing dan
mengarahkan jemaah.
9
Kepemimpinan yang adalah merupakan anugerah dari Tuhan harus dipupuk dan
dikembangkan. Caranya adalah dengan senantiasa menjalin hubungan pribadi dengan Tuhan,
membaca banyak buku, belajar pada para pemimpin, dan mendidik diri sebagai pemimpin.
Lebih dari itu, kepemimpinan hanya memperoleh nilainya bila diamalkan untuk kesejahteraan
umat.

2. Syarat Masing – masing Menjadi Pemuka Agama


Syarat – syarat menjadi pemuka agama di tentukan oleh agama masing – masing. Pada
bagian ini perlu penjelasan yang mendetail dan mendalam.
1. Tuliskan syarat – syarat menjadi pemuka agama di dalam agama Anda masing –
masing dengan penjelasan yang mendalam dan detail.

LANGKAH KEEMPAT: DUKUNGAN KEPADA PEMUKA AGAMA

1. Dukungan Kepada Pemuka Agama


Pemuka Agama: Acuan, serta Anjuran Menghargai, Menghormati, dan Membina
kerjasama. Karena menjadi pemuka agama merupakan panggilan dan pilihan dari Tuhan, maka
kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan hendaknya menghormati dan menghargai
keberadaan pemuka agama dari agama manapun dan berusaha untuk memberi dukungan
terhadap tugas dan pelayanan pemuka agama.
Sebagaimana telah diuraikan, seorang pemimpin agama adalah orang yang dituakan atau
dipercaya memimpin sebuah jemaah. Diuraikan juga bahwa mereka layak memimpin karena
memiliki kemampuan sebagaimana diprasyaratkan sebagai pemimpin. Sebagai konsekuensi
anggota jemaah adalah bersikap layak terhadap mereka. Layak berarti menghargai,
menghormati, dan mau bekerjasama. Berikut disampaikan beberapa kutipan Kitab Suci yang
berisi anjuran bersikap layak kepada para pemuka.
1. Hindu
 Seorang pemimpin dilantik untuk mewujudkan kemakmuran dan memberikan
perlindungan kepada warga negara (jemaah).
 Seorang pemimpin dituntut untuk senantiasa mawas diri, memajukan kesejahteraan dan
kemakmuran, bersikap hangat (ramah) kepada bawahannya, keras terhadap dan mampu
menaklhukkan musuhnya, perusuh, pelaku kejahatan dan pencuri.
 Seorang pemimpin hendaklah senantiasa mengangkat harkat dan martabat bangsanya,
memiliki keteguhan dan kemantapan hati, senantiasa menjalankan kejujuran (Made
Titib. 1996:475)

2. Buddha
 Wewenang atas suatu agama harus dilaksanakan oleh seseorang atau orang-orang yang
memiliki pikiran jernih, pemahaman yang benar, kesempurnaan dan menjalankan
kehidupan suci. Wewenang tidak seharusnya dilaksanakan oleh orang berpikiran
duniawi yang menjadi budak kenikmatan sensual atau yang kecanduan perolehan materi
atau kekuasaan. Jika tidak, kesucian dan kebenaran dalam suatu agama dapat
disalahgunakan (Sri Dhammananda. 2005:64).
 Sang Buddha melanjutkan kembali,” Aku bukanlah Buddha yang pertama yang datang
di dunia ini:juga bukan Buddha yang terakhir. Pada saatnya, Buddha yang lain akan
muncul di dunia ini, yang Suci, Yang tercerahkan, terberkahi dengan kebijaksanaan,
10
mengetahui alam semesta, pimpinan manusia yang tiada tara, guru dari dewa dan
manusia. Ia akan mengungkapkan kepadamu kebenaran abadi yang sama seperti
kuajarkan kepadamu. Ia akan membabarkan kehiduapan religius, sempurna, dan suci
sepenuhnya, seperti kubabarkan sekarang ini (Sri Dhammananda. 2005:65-66 ).

3. Katolik
Ingatlah akan pemimpin-pemimpinmu yang telah menyampaikan sabda Allah
kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka (Ibr 13:7-8). Lalu
Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya,”Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang
farisi dan Ragi Herodes (Mrk. 8:15). Yang dimaksud ragi di sini adalah pola pikir atau cara
berpikir yang sesat.

4. Kristen
 Dalam Gereja Protestan jabatan terutama merupakan jabatan firman.
 Gereja mempunyai peranan kunci dalam hubungan antara manusia dengan sebagai
sarana firman.
 Gereja mempunyai pejabat-pejabat yang ditunjuk untuk menyampaikan firman ini dan
membina orang-orang percaya. Jabatan berfungsi mengatur kehidupan sebaik-baiknya
(de Jonge. 2001: 101-102).

5. Islam
Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang
beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada
Allah) (). Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman
menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti
menang (QS.5 / Al-Maidah. 55 – 56).

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu,


orang-orang yang menjadikan agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara
orang-orang yang diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang yang
musryk) . Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betuk orang yang beriman. (QS.5/
Al-Maidah.57).

6. Kong Hu Cu
Adapun Jalan Suci manusia itu akan menyempurnakan pemerintahan, dan Jalan Suci
bumi itu ialah menyempurnakan tumbuhnya pohon-pohonan. Maka, bila ada orang yang
tepat di dalam pemerintahan, urusan pemerintahan itupun akan menjadi mudah laksana
tumbuhnya tanaman pau-lo (Tyong Yong. XIX:3).

2. Bersikap Kritis
Meskipun sudah sebagai pemimpin, pemuka agama tetap manusia yang masih memiliki
kelemahan. Banyak pemuka agama lupa akan perannya dan hanya mengikuti kepentingan
sendiri. Akibatnya kekacauan dan ketidakdamaian terjadi di mana-mana. Kita sebagai umat
harus tetap kritis terhadap kepemimpinan mereka. Lebih baik menunjukkan kelemahan dan
kekurangan dengan memberi solusi daripada membiarkan seorang pemuka agama menyesatkan
banyak jemaat.
Jemaat juga harus hati-hati, karena ada orang-orang yang memanfaatkan karisma yang
dimiliki bukannya untuk membawa perdamaian, melainkan untuk menghancurkan manusia.

11
Tokoh-tokoh itu misalnya Azhari Husein, Nordin M. Top, Kartosuwiryo (pemimpin DITII), dan
lain-lain.

3. Keterlibatan dalam Hidup Beragama


a. Konsekuensi bagi setiap anggota umat.
 Menyadari dan menghayati persatuannya dengan umat lain. Orang tidak dapat
menghayati kehidupan imannya secara individu saja.
 Aktif dalam kehidupan mengumat, menggunakan segala karisma, karunia, dan fungsi
yang dipercayakan kepadanya untuk kepentingan dan misi iman jemaat di tengah
masyarakat. Semua bertanggung jawab dalam hidup dan misi iman jemaat.

b. Konsekuensi bagi hubungan jemaat awam dan pemuka agama.


Sebagai Umat Allah jelas membawa konsekuensi dalam hubungan antara pemuka
agama dan jemaat awam. Jemaat awam bukan lagi pelengkap penyerta atau pelengkap
penderita, melainkan partner pemuka agama. Awam dan pemuka agama memiliki martabat
yang sama, hanya berbeda fungsi.
Semangat persatuan harus selalu dipupuk dan diperjuangkan oleh setiap jemaat
awam untuk mendukung pemuka agama.
1. Usaha-usaha yang dapat kita galakan untuk menguatkan persatuan kita ke dalam
 Aktif berpartisipasi dalam kehidupan berjemaat
 Setia dan taat kepada persekutuan umat, termasuk pemuka agama,dsb.
2. Usaha-usaha yang dapat kita galakan untuk menguatkan persatuan “antar jemaat”
 Lebih bersifat jujur dan terbuka kepada satu sama lain. Lebih melihat kesamaan
daripada perbedaan.
 Mengadakan berbagai kegiatan social dan peribadatan bersama, dsb.
3. Usaha untuk memperjuangkan kesucian anggota-anggota jemaat
2. Saling memberi kesaksian untuk hidup sebagai putera-puteri Allah.
3. Memperkenalkan anggota-anggota jemaat yang sudah hidup secara heroik untuk
mencapai kesucian.
4. Merenungkan dan mendalami Kitab Suci, khususnya ajaran dan hidup Allah, yang
merupakan pedoman dan arah hidup kita, dsb

4. Memperdalam Keterlibatan
 Kerjakanlah pertanyaan berikut di bawah ini.
1. Jelaskan keterlibatan Anda sebagai wujud dukungan kepada Pemuka agama!
2. Bagaimana bentuk keterlibatan remaja atau kaum muda di tempat ibadah Anda dalam
mendukung pemuka Agama!
3. Buatlah contoh cerita tentang tokoh yang hidup beriman dalam agama Anda serta
teladan hidupnya?
4. Jalaskan bentuk kesaksian yang relevan dengan situasi bangsa indonesia yang pluralis
saat ini!

B. KEGIATAN AKHIR / PENUTUP


1. Refleksi Diri
Refleksikan pembelajaran sudah Anda dapatkan dari materi yang disampaikan dengan
menjawab pertanyaan refleksi berikut ini:
a. Siapa saja pemuka agama dan kepercayaan Anda?
b. Apa tugas – tugas pemuka agama Anda?
c. Apa ciri khas dari pemuka agama Anda?

12
d. Syarat – syarat apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi pemuka agama dan kepercayaan
Anda?
e. Apa tugas-tugas pemuka agamamu masing-masing!
f. Dukungan – dukungan apa yang pernah anda berikan untuk pemuka agama dan
kepercayaan Anda?

2. Kesimpulan
Buatlah kesimpulan dari materi ini dengan panduan pertanyaan berikut ini, maka
jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!
1. Sebutkan pengertian Pemuka Agama!
2. Sebutkan pemuka agama dan lembaga yang menyatukan mereka!
3. Jelaskan tugas dan peran pemuka agama!
4. Jelaskan syarat-syarat menjadi pemuka agama dalam agamamu masing-masing!

Para pemuka agama memiliki tugas dan peran yang khas yaitu: 1. Menjadi panutan
atau memberi teladan bagi umatnya, khususnya di tengah situasi bangsa Indonesia yang
sedang mengalami intoleransi dalam pluralisme. 2. Menyejahterakan umat Tuhan, 3.
Mendampingi umat dalam persatuan dengan Tuhan, dan memimpin ibadat, mengajar,
mempersatukan, serta mendampingi dalam perwujudan iman.
Sebagai seorang pemuka agama tentu ada syarat-syarat yang harus dipenuhi, antara
lain: memiliki kualitas pribadi yang baik, memiliki karisma, yaitu bakat dan kemampuan
luar biasa dalam kepemimpinan. Karisma ini adalah anugerah dari Tuhan. Memahami
tentang ajaran agama, memiliki kehidupan pribadi dan sosial yang baik, dan dipercaya oleh
umat atau diberi mandat oleh umat.
Selain syarat-syarat umum diatas, menjadi pemuka agama juga dituntut untuk
mampu memenuhi syarat khusus yang ditentukan dalam masing-masing agama. Dan yang
terpenting, mereka harus menyadari bahwa menjadi pemuka agama merupakan panggilan
dari Tuhan untuk melayani umatNya. Maka menjadi pemuka agama bukanlah untuk
mencari prestise atau kedudukan dan kehormatan melainkan pertama-tama untuk melayani.
Karena menjadi pemuka agama merupakan panggilan dan pilihan dari Tuhan, maka
kita sebagai orang yang percaya kepada Tuhan hendaknya menghormati dan menghargai
keberadaan pemuka agama dari agama manapun dan berusaha untuk memberi dukungan
terhadap tugas dan pelayanan pemuka agama.

13

Anda mungkin juga menyukai