4/4/1-4
A. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
B. SEMESTER : GENAP/ II
C. KOMPETENSI DASAR
3.4 Memahami tugas pokok jemaat sesuai dengan kedudukan dan peranannya
4.4 Melibatkan diri tugas pokok jemaat sesuai dengan kedudukan dan peranannya
D. MATERI POKOK
Iman dan Ibadat
E. ALOKASI WAKTU : 3 X 3 JP
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui materi pokok ini Anda diajak untuk menyadari pentingnya memahami ke-
khasan cara beribadat dan hari raya atau hari besar masing – masing agama, seta
memahami bahwa ibadat diharapkan dapat mendorong Anda sampai pada perwu-
judan iman.
G. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta
1. Ibadat
2. Sikap – Sikap Tubuh dalam Ibadat
berlutut, bersila, membungkuk, menyembah, berdiri, menengadah, dan lain-lain
sesuai tata cara ibadat masing-masing agama
Konsep
1. Kekhasan Cara Beribadat Agama dan Kepercayaan
Ibadat yang dilakukan berdasarkan aturan atau cara dan bentuk sangat ditentukan oleh
pandangan masing-masing agama. Contoh ibadat khas yang dilakukan oleh agama-
agama adalah: perayaan ekaristi, perjamuan kudus, puja bhakti, shalat.
2. Ibadat Mendorong Perwujudan Iman
Ibadat bukan berhenti pada mengungkapkan iman, tetapi mendorong orang beriman
untuk melakukan hal-hal baik dan membawa mereka pada penghayatan iman yang lebih
mendalam.
Prinsip
1. Ajaran Kitab Suci dan Agama - Agama
2. PETA KONSEP
HAKIKAT IBADAT
2
3. PROSES BELAJAR
A. DOA PEMBUKA
Anda diminta masuk dalam suasana hening untuk membaca Kitab Suci dan berdoa!
C. PENDAHULUAN
Banyak cara yang dilakukan seseorang yang beragama dalam rangka mendekatkan
dirinya dengan Tuhannya. Buah yang berasal dari pohon dan pemilik yang baik pastilah akan
terasa manis tanpa kata cela. Sementara buah dari pohon yang bukan pilihan dan pemilik yang
tak dapat merawatnya dengan baik akan memiliki peluang asam lebih besar. Seperti itulah
sebuah akhlak yang terlihat oleh manusia di dunia ini. Apabila iman dari seseorang tersebut
beserta ibadat yang dilakukan baik pastilah akhlak orang tersebut akan menjadi baik. Dia akan
menjauhkan dirinya dari perbuatan yang keji dan munkar. Hal tersebut, yakni iman dan ibadat
adalah satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan. Iman dan ibadat saling berhubungan antara
satu dengan yang lain, saling berkesinambungan dan berkesimpungan.
Iman adalah inti dari hidup beragama. Iman harus kokoh dan dibangun lebih dahulu.
Sebab jika tidak, akan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan manusia. Iman yang benar pasti
akan melahirkan perbuatan dan sikap tingkah laku yang positif. Sebab percaya kepada Tuhan
berarti patuh dengan semua aturan-aturan-Nya. Iman dengan demikian harus ditanamkan di
dalam diri manusia beragama mulai dari sejak dini hingga dewasa. Menanamkan kehidupan
iman dalam diri manusia dapat diupayakan dengan kehidupan ibadat yang benar.
Ibadat adalah ungkapan iman kita. Ibadat yang hidup terpancar dari iman yang dinamis,
nyata, dan melewati pergumulan bersama dengan Allah. Merupakan hal yang mulia untuk
menghadirkan iman kita dalam setiap ibadat dan mengungkapkannya kepada orang-orang yang
3
berada di sekitar kita. Dalam mempelajari hubungan antara iman dan ibadat, perlu terlebih
dahulu untuk mengetahui minimal gambaran sepintas mengenai maknanya.
D. KEGIATAN INTI
Bagi orang beriman, ibadat tidak diarahkan untuk mendapatkan pahala atau mencari jaminan ke
surga, tetapi sebagai ungkapan puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang telah lebih dulu
mengasihi dan menyelamatkan kita. Bagi umat beriman, ibadat menunjuk ungkapan tindakan
untuk menanggapi kasih karunia Allah.
Berikut ditampilkan video bagaimana umat Islam menjalankan Ibadat sebagai bentuk
ungkapan iman kepada Tuhan.
Perhatikan videonya dengan baik lalu kerjakan tugas!
Meskipun demikian dalam pelaksanaannya juga perlu adanya doa yang merupakan
bagian dari ibadat. Doa dalam ibadat menyangkut hubungan (anggota) jemaah dengan Tuhan.
Sedangkan tindakan menyangkut relasi (anggota) jemaah dengan anggota jemaah lain, termasuk
antar jemaah beda agama. Maka perlu dipahami juga beberapa hal yang harus diperdalam
berkaitan dengan doa yang merupakan bagian dari ibadat.
4
1. Doa
Setiap agama memiliki pengertian dan pemahaman sendiri-sendiri tentang doa.
Bahkan setiap pribadi dapat merumuskan pengertian doa dengan kalimatnya sendiri
sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya. Dari berbagai pengertian dapat disebut
empat pengertian doa mendasar sebagai berikut.
1. Doa adalah suatu komunikasi antara manusia dengan Tuhan.
2. Doa adalah sebuah gerakan batin mencari Tuhan.
3. Doa merupakan Ibadat yang tidak menuntut syarat dan rukun yang ketat.
4. Doa adalah sebuah bentuk pengungkapan iman, dll.
Melalui berdoa, orang dapat menghadapi hidup dengan lebih kuat dengan bantuan
Tuhan. Melalui doa, orang siap berjuang bersama Tuhan dan siap hidup di dalam Tuhan.
Doa jangan dianggap sebagai beban namun menjadi kebutuhan untuk orang yang
menyadari bahwa dirinya makhluk yang dikasihi Tuhan. Doa sebagai waktu khusus
untuk berjumpa dengan Tuhan dan merasakan kasih-Nya secara khusus. Dalam doa
hanya perlu sekadar "duduk" dan "tidak mengerjakan apa-apa" dan sikap demikian juga
justru sering kali lebih menganggu kita daripada melegakan kita. Menjadi "tidak
berguna" dan diam di hadirat Allah kita, merupakan unsur hakiki dari segala doa
2. Isi Doa
Doa berisi ungkapan pengalaman hidup manusia sesuai dengan situasi dan
kondisinya sehari-hari. Pengalaman hidup manusia melibatkan rasa (afeksi), tindakan
(praksis), dan pikiran(prakarsa). Dari sinilah dikenal macam-macam isi doa:
1. Minta hadirat Tuhan/ Penyembahan/ Pujian; ketika orang merasa kagum akan Allah
2. Ucapan syukur; ketika seseorang menyadari keterbatasan dirinya dan menerima
berbagai anugerah,
3. Pengakuan dosa/ pernyataan tobat; ketika orang menyesali segala dosa dan mohon
ampun atasnya,
4. Permohonan/ mencurahkan isi hati; ketika orang ingin mengungkapkan uneg-uneg/
ketika orang berada dalam kesesakan. Kontemplasi; memandang dan menikmati
kehadiran Tuhan. Partisipasi, kemarahan, pengusiran setan, harapan, konsentrasi, dan
sebagainya.
5. Penyerahan: menyadari kehendak Tuhanlah yang melampaui kemampuan
pemahaman kita, merupakan tanggapan alami penyembahan kepada tuhan adalah
berserah sepenuhnya untuk taat kepada Allah, tanpa keluh kesah atau perlawanan.
3. Macam Doa
Macam (nama dan jenis) doa ditentukan oleh banyak hal: isi doa, nama/ sebutan
dari agama asal, pelaku, waktu, dan tempat. Dari sinilah dikenal macam doa.
1. Berdasar isi misalnya: doa penyerahan, doa harapan, doa iman, doa arwah, doa
makan, doa pagi, dan sebagainya.
2. Berdasar nama dari agama asal misalnya: doa wirid, tahajud, sholat, mengaji
(Islam). Rosario, Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, Meditasi, Kontemplasi,
Lectio Divina (Katolik), Safaat (Kristen), Kramaning Puja (Hindu), parrita atau
bacaan kitab suci, metta bhavana atau doa cinta, meditasi (Budha), dll.
3. Pelaku misalnya: doa pribadi, dan doa bersama / jemaah / kelompok
4. Tempat misalnya: doa lingkungan, doa makam, doa sawah,dll
5. Waktu misalnya: doa pagi, doa siang, doa sore, doa malam, dll
5
Pengetahuan akan macam doa sangat membantu orang untuk memahami doa orang lain
dan memberi kesempatan untuk berdoa
Hendaknya setiap orang yang berdoa mengambil sikap secara khusyuk dan ikhlas
melalui sikap doa yang baik dan benar yaitu:
1. Berdoa yang benar itu harus dimulai dari kedalaman niat hati yang mur-
ni. Ekspresikan dengan sepenuh jiwa raga secara nyaman, pantas, yang sekiranya
layak Allah berkenan.
2. Ungkapkan saja isi hati secara wajar walau dengan kalimat yang sederhana, dengan
kerendahan hati, tapi jelas dan bermakna.
3. Milikilah sikap berdoa layaknya seperti seorang anak kepada bapaknya. layaknya
seorang anak yang meyakini bahwa bapaknya pasti lebih mendengarkannya,
ketimbang dengan bapak orang lain. seperti seorang anak yang meyakini bahwa
ayahnya pasti menyayangi dan mengasihinya.
6
5. Penghambat dan Pendukung Doa
Termasuk dalam penghambat doa antara lain malas, lelah, tidak konsentrasi,
tidak memahami makna doa, kesibukan, egois, tidak serius, dsb. Penghambat pribadi ini
tentu lebih efektif bila pribadi yang bersangkutan yang mengatasinya. Sedangkan
pendukung doa pribadi antara lain kesadaran untuk berdoa, konsentrasi, butuh/niat,
suasana hati, ketenangan lingkungan, dan lain sebagainya.
Beberapa penghambat pribadi ini akan menjadi masalah bersama bila terbawa
dalam doa bersama. Bahkan sikap yang secara pribadi dianggap sangat baik untuk
berdoa justru menjadi penghambat dalam doa bersama. Oleh sebab itu menempatkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi bisa menjadi pemecahan dalam
mengatasi hambatan doa bersama.
6. Waktu doa
Setiap pribadi memiliki waktu yang tepat untuk dirinya dalam berdoa. Hal ini
penting agar orang dapat sungguh-sungguh dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Waktu
yang tepat dipengaruhi banyak hal antara lain; suasana hati, cuaca, dan sebagainya.
Waktu yang tepat menjadikannya nyaman dan khusuk dalam perjumpaan pribadi dengan
Tuhan.
Namun dalam jemaat beriman diperlukan adanya kesepakatan doa. Kesepakatan
ini selain berguna untuk menentukan saat doa bersama sebagai jemaat, juga untuk meng-
ungkapkan aspek sosial pribadi beriman. Di dalam doa bersama, anggota satu dengan
yang lain juga mengungkapkan aspek sosial doanya dengan cara saling mendukung. Doa
bersama juga berguna untuk melatih kedisiplinan dalam berdoa.
7. Buah Doa
Tuhan menghendaki manusia sebagai patner dalam melaksanakan kehendak-
Nya. Terkabul - tidaknya doa, banyak tergantung dari usaha para pendoanya. Dari usaha
dan tindakan pendoa, doa menampakkan buah atau hasilnya. Artinya, apa yang didoakan
kepada Tuhan seharusnya diusahakan terwujud dalam hidup sehari-hari dalam bentuk
perbuatan nyata.
Buah-buah doa adalah perbuatan hidup sehari-hari antara lain pelayanan, pengur-
banan, kejujuran, dan sebagainya. Kalau orang meminta diampuni dosanya, maka iapun
harus mengampuni dosa orang lain.
Perdalam lagi materi doa bagian dari ibadat melalui tugas yang harus Anda kerjakan!
7
1. Hindu
Agama Hindu paling tidak mengenal enam hari besar keagamaan, masing-masing Nyepi,
Siwaratri, Saraswati, Pagerwesi, Galungan, dan Kuningan.
2. Buddha
Agama Buddha mengenal hari raya Waisak. Pada hari raya Waisak umat Buddha merayakan
hari kelahiran, pencerahan, dan wafat Sang Buddha Gautama.
3. Islam
Agama Islam setidak-tidaknya merayakan delapan hari besar. Kedelapan hari besar itu
adalah Idul Fitri, Idul Adha, Isra’Mirad, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriyah, 1
Muharram, 15 Sya’ban (malam 300 pintu rahmat), dan Maulud Nabi.
4. Kristen
Agama Kristen setidak-tidaknya mengenal tiga hari besar yaitu Pondok Daun, Natal, dan
Paskah.
5. Katolik
Gereja Katolik membedakan perayaan hari besar keagamaan menjadi tiga tingkat:
peringatan, pesta, dan perayaan. Tingkatan ini berdasar pada besar kecilnya pengaruh rah-
mat yang terjadi dalam peringatan hari yang bersangkutan. Agama Katolik selain merayakan
Natal dan Paskah, masih merayakan berbagai hari besar menurut liturginya. Hari besar itu
antara lain: Pentakosta, Tri Hari Suci, Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Hari
Raya Maria Diangkat ke Surga, Hari Raya Bertobatnya Santo Paulus, Hari Raya HUT
Kemerdekaan RI, dll. Di hari itu orang katolik merayakan syukurnya dalam ibadat Ekaristi.
6. Khong Hu Cu
Ada empat hari raya yang dirayakan oleh umat Khong Hu Cu yaitu Hari Raya Kelahiran
Khong Hu Cu, Hari Raya Tangcik, Hari raya Wafat Khong Hu Cu, dan Imlek (tahun baru).
2. Makna
Hari besar keagamaan dikatakan bermakna bila memiliki arti bagi pemeluknya. Hari
besar keagamaan dirayakan dengan berbagai cara; peribadatan dan aksi sosial. Pada saat ini,
para pemeluk agama mengadakan refleksi akan besarnya rahmat Tuhan yang terkandung
dalam peristiwa yang dirayakan, mensyukuri rahmat itu, serta menghadirkannya kembali
secara baru dalam perilaku hidup secari-hari. Tujuannya adalah agar rahmat yang
terkandung dalam hari raya itu dapat dirasakan oleh semakin banyak orang. Pemaknaan
yang demikianlah yang menghasilkan kesaksian konkrit dalam wujud perbuatan. Tidak
mengherankan bila Ibadat dilangsungkan dengan lebih lengkap dan lebih meriah.
3. Relevansi
Dari penemuan makna perayaan hari besar keagamaan, orang baru dapat menemu-
kan relevansi (keterkaitan/ hubungan) antara peristiwa masa lampau yang dirayakan dengan
kehidupan sekarang. Seseorang menemukan hakekat (dasar) ajaran dan kejadian yang bisa
ditindaklanjuti di zaman ini.
9
ungkapkan keimanannya. Dalam Ibadat, melalui komunikasi dengan Tuhan dan sesama,
seorang anggota jemaat mendapat peneguhan dan kekuatan baru. Kekuatan baru inilah yang
harus menjadi bekal hidup sepanjang hari atau sepanjang minggu.
2) Sosialitas Ibadat
Meskipun pada dasarnya Ibadat merupakan urusan pribadi, tetapi sebagai makhluk
sosial seseorang dapat beribadat bersama orang lain. Ibadat bersama anggota jemaat lain
(berjamaah) inilah yang memungkinkan terjadinya pengaruh timbal balik di antara jemaah.
Pengaruh ini bisa mendukung tetapi juga bisa menghancurkan kekhusukan Ibadat. Inilah
yang disebut sosialitas Ibadat.
Sikap khusuk saat berdoa dapat menjadi contoh bahkan menyadarkan pihak lain.
Sebaliknya, sikap asosial (main hp, ngobrol saat Ibadat, sikap aneh-aneh) dapat mengganggu
peribadatan bersama. Sosialitas doa juga ditampakkan dalam intensi doa yang keluar dari
pribadi yang bersangkutan guna mendoakan orang-orang lain serta alam di luar dirinya.
Sosialitas doa semakin nyata dalam keterlibatan seseorang dalam peribadatan bersa-
ma. Atas dasar pelayanan kepada orang lain dan Tuhan seseorang bisa memberikan diri se-
penuh-penuhnya dalam peribadatan. Keterlibatan dalam pelayanan Ibadat tentunya akan
membawa pengaruh lebih nyata bagi jemaat. Keterlibatan ini misalnya sebagai pembaca
firman (lector), song leader, pemazmur, dll.
2) Agama Buddha
Keyakinan pada kitab suci adalah titik tolak dasar dari suatu agama. Berdasarkan
pada ajaran yang tertulis atau dalam kitab suci, seseorang mulai mengembangkan kehidupan
cecara terarah. Keyakinan umat Buddha pada kebenaran isi Tripitaka dilandasi pada
pandangan atau teori bahwa dalam kitab suci dibahas banyak hal. Ajaran agama Buddha
dalam kitab suci Tripitaka dikatakan realistis, karena yang diuraikan dalam Kitab Suci
Tripitaka meruapkan pengalaman Sang Buddha dan para siswanya.
Ada dua macam puja atau penghormatan dalam agama Buddha:
1. Amisa puja, artinya penghormatan dengan materi atau benda, misalnya memuja yang
patut dipuja dengan kembang, lilin, cendana atau dupa dll.
10
2. Patipati puja, artinya memuja atau menghormat dengan melakukan ajaran (Buddha Dharma),
mempraktekkan sila, samadi dan panna.
(Disarikan dari Tim Penyusun. 1999. Buku Pelajaran Agama Buddha SLTA Kelas 1. Surabaya:
Penerbit Paramita)
3) Agama Katolik
Kesatuan Gereja Tidak hanya terjadi karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil
komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara para Anggota
Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama dalam perayaan iman. Komunikasi iman
mengandakikan pengungkapan iman sebagai sarana komunikasi. Pengungkapan iman tidak
hanya meliputi perayaan liturgy atau ibadat, tetapi segala pernyataan iman yang khusus dan
eksplisit, termasuk perumusan dan pengajaran iman. Maka pengungkapan iman harus
dibedakan dari perwujudan iman. Kedua – duanya adalah penghayatan iman.
Pengungkapan iman ialah segala pernyataan iman dalam bentuk yang khusus dan
eksplisit, terutama dalam bentuk pewartaan dan pengajaran dan perayaan Gereja.
Perwujudan iman ialah segala perkataan dan tindakan yang memang dijiwai olh semangat
iman, namun tidak secara khusus dan jelas memperlihatkan sikap iman itu, di situ iman
memang dihayati, tetapi tidak kentara, karena bentuk penghayatan iman merupakan kegiatan
dan pergaulan biasa yang umum tanpa memperlihatkan kekhususan iman Kristen dan
Katolik. (KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta – Jakarta: Kanisius – Obor, hlm. 392 – 393)
4) Agama Islam
Al- Quran adalah petunjuk bagi orang – orang yang bertakwa. Artinya segala gerak
kehidupan manusia di dunia sudah dijelaskan oleh Allah dalam Alquran. Petunjuk itu adalah
pedoman manusia bertakwa. Manusia diberi kebebasan untuk memilih tindakannya.
Kebebasan itu dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu sendiri sesuai petunjuk Alquran
dalam memanfaatkan kebebasan tersebut.
(Lopa, H. Baharuddin., Prof. Dr. S. H. 1996. Alquran: Hak – hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima
Yasa, hlm. 19).
Setelah jelas bahwa hidup wajib mempunyai Aqidah, yakni pokok kepercayaan atau
pokok pegangan hidup dan jelas pula di dalam menjunjung tinggi kepercayaan itu wajib
pula menuruti jalan Syariat yang telah ditentukan Allah dan ditunjukkan jalannya oleh Nabi
– nabi dan Rasul – rasul, dijelaskan di dalam Wahyu – wahyu Ilahi, akhirnya sampailah kita
kepada peringatan Allah bahwa hidup kita di atas dunia ini, lain tidak hanyalah buat
beribadat kepada Allah, atau dalam bahasa yang kita pakai sehari – hari, untuk mengabdi
kepada Allah. (Hamka, Dr. 1982. Studi Islam. Penerbit Pustaka Panjimas, hlm. 167 )
5) Agama Kristen
Sebagai salah satu perbuatan iman adalah ibadat yang dihayati berdasarkan beberapa prinsip
sebagaimana tersurat dalm Ibrani 10: 19 – 25, yaitu:
1) Ibadat merupakan perjumpaan antara Tuhan dengan umat – Nya yang berlangsung atas
prakasa dan pertolongan Tuhan.
2) Ibadat merupakan respons/ tanggapan manusia terhadap prakarsa yang dinyatakan dalam
bentuk:
a. Pengakuan akan kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan pencipta langit dan bumi
11
b. Ungkapan syukur dalam bentuk puji – pujian dan persembahan bagi kemuliaan
Tuhan
c. Pernyataan penyesalan/ tobat atas dosa – dosa yang dilakukan
d. Kesediaan diri untuk mendengar, merenungkan, memahami dan melaksanakan
Firman Tuhan
e. Penyerahan diri pada kelangsungan berkat dan pertolongan Tuhan
3) Ibadat juga merupakan perjumpaan/ persekutuan manusia yang saling mengasihi,
memperhatikan dan menguatkan
Ibadat menjadi sarana untuk membangun sikap hidup sehari – hari yang mencerminkan
kasih dan kesetiaan kepda tuhan dan sesamanya.
6) Agama Khonghucu
Kitab suci agama adalah kitab yang berisikan ajaran moral yang dapat dijadikan
pandangan hidup bagi para pengikutnya. Di samping berisikan ajaran moral, kitab suci suatu
agama juga disucikan oleh para pengikutnya, dihormati dan dijaga otentisitasnya (keaslian)
isinya. Begitu juga dengan agama Khonghucu, agama ini juga memiliki kitab suci. Kitab –
kitab yang dianggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat
Khonghucu adalah Su Si dan Wu Cing.
Sembahyang mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima rejeki (makanan).
Umat Khonghucu pada pagi, sore dan saat menerima rejeki melakukan sembahyang kepada
Thian. Kemudian kepbaktian kepada nabi Khonghucu, kebaktian untuk para suci,
sembahyang bagi leluhur dan kebaktian kemasyarakatan. (Tanggok, M. Ikhsan. 2000. Jalan
Keselamatan Melalui Agama Konghucu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 170)
2. Kesimpulan
Setiap orang beriman mempunyai keinginan untuk mengungkapkan imannya, baik
secara pribadi maupun bersama dengan umat lain yang seiman. Cara mengungkapkan
imanya berbeda – beda, sesuai dengan aturan agama dan kepercayaan masing – masing yang
terjadi dalam doa dan ibadatnya. Ibadat benar bukan sekedar ekspresi hati atau sekedar
memenuhi kewajiban agama, tetapi merupakan usaha manusia untuk mendekati,
12
menghormati dan menyembah Tuhan yang diimani. Melalui ibadat, iman semakin
disempurnakan dan dengan ibadat orang membuka hidup dan hati untuk disapa oleh Tuhan.
Orang dapat melakukan ibadat secara pribadi, dalam kesendirian, yang disebut ibadat
pribadi maupun secara bersama dengan umat seagama yang disebut ibadat umat. Ibadat
dapat dilakukan dengan aneka aturan yang mengikat masing – masing pengikutnya,
misalnya dengan tata ibadat, tata gerak yang mengikat dan aturan yang tidak boleh diubah
atau dilakukan secara spontan yang disesuaikan dengan suasana hati dan tujuan pribadatan
atau tema pribadatan.
Ibadat yang dilakukan oleh agama dan kepercayaan masing – masing, berdasarkan
aturan atau cara dan bentuk, sangat ditentukan oleh pandangan atau ajaran yang ada
mengenai keselamatan dan ibadat itu sendiri, serta sikap hati yang melakukan ibadat.
Sebagian orang berpendapat bahwa ibadat itu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan
mendapatkan pahala. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ibadat itu untuk mengungkap-
kan rasa syukur atas segala anugerah dan kebaikan Tuhan. Selain itu ada orang yang terbuka
dan merasa tidak ada hambatan untuk menghadiri ibadat agama.
3. Doa Penutup
Setelah mengikuti pembelajaran silahkan Anda tutup dengan membaca Kitab Suci dan
berdoa.
13