Anda di halaman 1dari 13

1. IDENTITAS UKBM: PEND. RELIGIOSITAS-1.4/2.4/3.4/4.

4/4/1-4
A. MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN RELIGIOSITAS
B. SEMESTER : GENAP/ II
C. KOMPETENSI DASAR
3.4 Memahami tugas pokok jemaat sesuai dengan kedudukan dan peranannya
4.4 Melibatkan diri tugas pokok jemaat sesuai dengan kedudukan dan peranannya
D. MATERI POKOK
Iman dan Ibadat
E. ALOKASI WAKTU : 3 X 3 JP
F. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui materi pokok ini Anda diajak untuk menyadari pentingnya memahami ke-
khasan cara beribadat dan hari raya atau hari besar masing – masing agama, seta
memahami bahwa ibadat diharapkan dapat mendorong Anda sampai pada perwu-
judan iman.
G. MATERI PEMBELAJARAN
Fakta
1. Ibadat
2. Sikap – Sikap Tubuh dalam Ibadat
berlutut, bersila, membungkuk, menyembah, berdiri, menengadah, dan lain-lain
sesuai tata cara ibadat masing-masing agama
Konsep
1. Kekhasan Cara Beribadat Agama dan Kepercayaan
Ibadat yang dilakukan berdasarkan aturan atau cara dan bentuk sangat ditentukan oleh
pandangan masing-masing agama. Contoh ibadat khas yang dilakukan oleh agama-
agama adalah: perayaan ekaristi, perjamuan kudus, puja bhakti, shalat.
2. Ibadat Mendorong Perwujudan Iman
Ibadat bukan berhenti pada mengungkapkan iman, tetapi mendorong orang beriman
untuk melakukan hal-hal baik dan membawa mereka pada penghayatan iman yang lebih
mendalam.
Prinsip
1. Ajaran Kitab Suci dan Agama - Agama

2. PETA KONSEP

IMAN DAN IBADAT

HAKIKAT IBADAT

IBADAT HARI RAYA KEAGAMAAN

IMAN DAN IBADAT DALAM AGAMA - AGAMA

2
3. PROSES BELAJAR

A. DOA PEMBUKA
Anda diminta masuk dalam suasana hening untuk membaca Kitab Suci dan berdoa!

B. PETUNJUK UMUM PENGGUNAAN UKBM


1. Mari mengingat kembali macam – macam ibadat dalam agama - agama
2. Dalamilah hal tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan sebagai panduan
3. Silahkan menceritakan pengalaman Anda dalam Ibadat Hari Raya Keagamaan Anda
4. Saatnya mencari informasi dari berbagai sumber tentang iman dan ibadat
5. Silahkan menganalisis dan menyimpulkan dari sumber yang telah diperoleh tersebut!
6. Buatlah kegiatan yang menunjukkan peribadatan Anda!
7. Mari berefleksi: Melihat kembali kaitan diri dengan materi yang telah disampaikan
8. Evaluasi: Cek pengetahuan dan pemahaman (ulangan)!

C. PENDAHULUAN
Banyak cara yang dilakukan seseorang yang beragama dalam rangka mendekatkan
dirinya dengan Tuhannya. Buah yang berasal dari pohon dan pemilik yang baik pastilah akan
terasa manis tanpa kata cela. Sementara buah dari pohon yang bukan pilihan dan pemilik yang
tak dapat merawatnya dengan baik akan memiliki peluang asam lebih besar. Seperti itulah
sebuah akhlak yang terlihat oleh manusia di dunia ini. Apabila iman dari seseorang tersebut
beserta ibadat yang dilakukan baik pastilah akhlak orang tersebut akan menjadi baik. Dia akan
menjauhkan dirinya dari perbuatan yang keji dan munkar. Hal tersebut, yakni iman dan ibadat
adalah satu kesatuan utuh yang tak dapat dipisahkan. Iman dan ibadat saling berhubungan antara
satu dengan yang lain, saling berkesinambungan dan berkesimpungan.
Iman adalah inti dari hidup beragama. Iman harus kokoh dan dibangun lebih dahulu.
Sebab jika tidak, akan menggoyahkan sendi-sendi kehidupan manusia. Iman yang benar pasti
akan melahirkan perbuatan dan sikap tingkah laku yang positif. Sebab percaya kepada Tuhan
berarti patuh dengan semua aturan-aturan-Nya. Iman dengan demikian harus ditanamkan di
dalam diri manusia beragama mulai dari sejak dini hingga dewasa. Menanamkan kehidupan
iman dalam diri manusia dapat diupayakan dengan kehidupan ibadat yang benar.
Ibadat adalah ungkapan iman kita. Ibadat yang hidup terpancar dari iman yang dinamis,
nyata, dan melewati pergumulan bersama dengan Allah. Merupakan hal yang mulia untuk
menghadirkan iman kita dalam setiap ibadat dan mengungkapkannya kepada orang-orang yang

3
berada di sekitar kita. Dalam mempelajari hubungan antara iman dan ibadat, perlu terlebih
dahulu untuk mengetahui minimal gambaran sepintas mengenai maknanya.

D. KEGIATAN INTI

LANGKAH PERTAMA: HAKIKAT IBADAT

1. Mendalami Hakikat Ibadat


‘Ibadat’ berasal dari kata Arab, yang berarti “ungkapan tindakan atau perbuatan yang
menyatakan bakti kepada Allah, berlandaskan atas perintah-perintah dan larangan–Nya”. Ibadat
tidak hanya terbatas dengan berdoa, menghadiri Ibadat atau Perayaan Ekaristi, melainkan segala
tindakan yang menyatakan bakti kepada Allah. Kata Ibadat mengandung dua makna, yaitu:
1. tindakan yang menyatakan bakti atau pengabdian kepada Allah.
2. tindakan yang tidak dibatasi pada pengakuan iman saja, tetapi semua tindakan yang
dimaksud untuk mengabdi kepada Allah.

Bagi orang beriman, ibadat tidak diarahkan untuk mendapatkan pahala atau mencari jaminan ke
surga, tetapi sebagai ungkapan puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang telah lebih dulu
mengasihi dan menyelamatkan kita. Bagi umat beriman, ibadat menunjuk ungkapan tindakan
untuk menanggapi kasih karunia Allah.

 Berikut ditampilkan video bagaimana umat Islam menjalankan Ibadat sebagai bentuk
ungkapan iman kepada Tuhan.
 Perhatikan videonya dengan baik lalu kerjakan tugas!

2. Ibadat dan Doa


Ibadat tidak hanya terbatas dengan berdoa, menghadiri ibadat, merayakan ibadat,
melainkan segala tindakan yang menyatakan bakti kepada Allah. Dengan demikian ibadat
mencakup pengertian dalam arti luas, yang tidak hanya dibatasi masalah bersembahyang atau
berdoa saja, tetapi segala tindakan yang dipersembahkan kepada Allah. Wujud konkretnya
misalnya dengan melakukan tindakan kasih (aksi karitatif) terhadap sesama.

Meskipun demikian dalam pelaksanaannya juga perlu adanya doa yang merupakan
bagian dari ibadat. Doa dalam ibadat menyangkut hubungan (anggota) jemaah dengan Tuhan.
Sedangkan tindakan menyangkut relasi (anggota) jemaah dengan anggota jemaah lain, termasuk
antar jemaah beda agama. Maka perlu dipahami juga beberapa hal yang harus diperdalam
berkaitan dengan doa yang merupakan bagian dari ibadat.

a. Doa sebagai Ungkapan Iman Jemaah


Doa adalah ciri khas manusia sebagai jemaah beriman. Melalui doa orang berusaha
mengungkapkan iman kepercayaannya kepada Tuhan. Dalam doa orang berusaha menikmati
hadirat-Nya. Harus disadari, bahwa pertama-tama doa adalah urusan pribadi dengan Tuhan.
Kualitas hidup beriman pribadi dan jemaah dapat dikenali lewat pemahaman yang benar
akan doa dan segala sesuatu yang terkait dengannya.

4
1. Doa
Setiap agama memiliki pengertian dan pemahaman sendiri-sendiri tentang doa.
Bahkan setiap pribadi dapat merumuskan pengertian doa dengan kalimatnya sendiri
sesuai dengan pengalaman dan penghayatannya. Dari berbagai pengertian dapat disebut
empat pengertian doa mendasar sebagai berikut.
1. Doa adalah suatu komunikasi antara manusia dengan Tuhan.
2. Doa adalah sebuah gerakan batin mencari Tuhan.
3. Doa merupakan Ibadat yang tidak menuntut syarat dan rukun yang ketat.
4. Doa adalah sebuah bentuk pengungkapan iman, dll.

Melalui berdoa, orang dapat menghadapi hidup dengan lebih kuat dengan bantuan
Tuhan. Melalui doa, orang siap berjuang bersama Tuhan dan siap hidup di dalam Tuhan.
Doa jangan dianggap sebagai beban namun menjadi kebutuhan untuk orang yang
menyadari bahwa dirinya makhluk yang dikasihi Tuhan. Doa sebagai waktu khusus
untuk berjumpa dengan Tuhan dan merasakan kasih-Nya secara khusus. Dalam doa
hanya perlu sekadar "duduk" dan "tidak mengerjakan apa-apa" dan sikap demikian juga
justru sering kali lebih menganggu kita daripada melegakan kita. Menjadi "tidak
berguna" dan diam di hadirat Allah kita, merupakan unsur hakiki dari segala doa

2. Isi Doa
Doa berisi ungkapan pengalaman hidup manusia sesuai dengan situasi dan
kondisinya sehari-hari. Pengalaman hidup manusia melibatkan rasa (afeksi), tindakan
(praksis), dan pikiran(prakarsa). Dari sinilah dikenal macam-macam isi doa:
1. Minta hadirat Tuhan/ Penyembahan/ Pujian; ketika orang merasa kagum akan Allah
2. Ucapan syukur; ketika seseorang menyadari keterbatasan dirinya dan menerima
berbagai anugerah,
3. Pengakuan dosa/ pernyataan tobat; ketika orang menyesali segala dosa dan mohon
ampun atasnya,
4. Permohonan/ mencurahkan isi hati; ketika orang ingin mengungkapkan uneg-uneg/
ketika orang berada dalam kesesakan. Kontemplasi; memandang dan menikmati
kehadiran Tuhan. Partisipasi, kemarahan, pengusiran setan, harapan, konsentrasi, dan
sebagainya.
5. Penyerahan: menyadari kehendak Tuhanlah yang melampaui kemampuan
pemahaman kita, merupakan tanggapan alami penyembahan kepada tuhan adalah
berserah sepenuhnya untuk taat kepada Allah, tanpa keluh kesah atau perlawanan.

3. Macam Doa
Macam (nama dan jenis) doa ditentukan oleh banyak hal: isi doa, nama/ sebutan
dari agama asal, pelaku, waktu, dan tempat. Dari sinilah dikenal macam doa.
1. Berdasar isi misalnya: doa penyerahan, doa harapan, doa iman, doa arwah, doa
makan, doa pagi, dan sebagainya.
2. Berdasar nama dari agama asal misalnya: doa wirid, tahajud, sholat, mengaji
(Islam). Rosario, Bapa Kami, Salam Maria, Aku Percaya, Meditasi, Kontemplasi,
Lectio Divina (Katolik), Safaat (Kristen), Kramaning Puja (Hindu), parrita atau
bacaan kitab suci, metta bhavana atau doa cinta, meditasi (Budha), dll.
3. Pelaku misalnya: doa pribadi, dan doa bersama / jemaah / kelompok
4. Tempat misalnya: doa lingkungan, doa makam, doa sawah,dll
5. Waktu misalnya: doa pagi, doa siang, doa sore, doa malam, dll

5
Pengetahuan akan macam doa sangat membantu orang untuk memahami doa orang lain
dan memberi kesempatan untuk berdoa

4. Sikap dan Cara Doa


Sikap dan cara dalam berdoa ditentukan oleh pemahaman dan penghayatannya
akan Tuhan. Sikap doa dibedakan menjadi dua: sikap batin dan sikap fisik. Sikap batin
menjadi sikap dasar dalam doa. Sikap batin yang harus dimiliki seseorang saat berdoa
adalah rendah hati, jujur, sopan, kesediaan mendengarkan Tuhan, kesiapan melaksana-
kan kehendak Tuhan dan sebagainya. Sikap batin ini terungkap pada sikap fisik. Itulah
sebabnya sikap fisik sangat mendukung sikap batin dan sebaliknya.
Sikap doa sangat membantu penghayatan doa seseorang. Bahkan sikap doa
pribadi dapat membantu orang lain untuk berdoa. Sesuai dengan sikap batin seseorang,
sikap-sikap doa memiliki makna yang berbeda-beda.
1. Berdiri misalnya bermakna sebagai bentuk kesiapan untuk menyambut dan atau
melaksanakan firmannya.
2. Sikap membungkuk, berlutut, bersimpuh, bersujud, telungkup mempunyai makna
merendahkan diri di hadapan Allah sesuai dengan kadarnya. Semakin orang merasa
tidak layak, maka sikapnya semakin mendalam.
3. Semadi, meditasi, kontemplasi, mengatup tangan, memejamkan mata bermakna
memusaatkan konsentrasi.
4. Duduk merupakan sikap siap mendengarkan sabda Tuhan.
5. Tanda salib (Bapa – Putra – Roh Kudus) atau ucapan bismillah merupakan penya-
daran bahwa tindakan itu dilakukan dalam nama Allah, dll.

Hendaknya setiap orang yang berdoa mengambil sikap secara khusyuk dan ikhlas
melalui sikap doa yang baik dan benar yaitu:
1. Berdoa yang benar itu harus dimulai dari kedalaman niat hati yang mur-
ni. Ekspresikan dengan sepenuh jiwa raga secara nyaman, pantas, yang sekiranya
layak Allah berkenan.
2. Ungkapkan saja isi hati secara wajar walau dengan kalimat yang sederhana, dengan
kerendahan hati, tapi jelas dan bermakna.
3. Milikilah sikap berdoa layaknya seperti seorang anak kepada bapaknya. layaknya
seorang anak yang meyakini bahwa bapaknya pasti lebih mendengarkannya,
ketimbang dengan bapak orang lain. seperti seorang anak yang meyakini bahwa
ayahnya pasti menyayangi dan mengasihinya.

Cara berdoa yang benar adalah:


1. Tidak sok rohani ditempat umum
2. Rendah hati: Tuhan justru mendengarkan doa yang rendah hati dibandingkan doa
yang memuji dirinya sendiri.
3. Berdoa dengan tidak jemu-jemu: Berdoa dengan tidak jemu-jemu berbeda dengan
berdoa berulang-ulang. Berdoa dengan tidak jemu-jemu artinya tetap berdoa baik
dalam susah maupun duka. Berdoa berulang-ulang artinya berdoa untuk sesuatu
secara terus menerus.

6
5. Penghambat dan Pendukung Doa
Termasuk dalam penghambat doa antara lain malas, lelah, tidak konsentrasi,
tidak memahami makna doa, kesibukan, egois, tidak serius, dsb. Penghambat pribadi ini
tentu lebih efektif bila pribadi yang bersangkutan yang mengatasinya. Sedangkan
pendukung doa pribadi antara lain kesadaran untuk berdoa, konsentrasi, butuh/niat,
suasana hati, ketenangan lingkungan, dan lain sebagainya.
Beberapa penghambat pribadi ini akan menjadi masalah bersama bila terbawa
dalam doa bersama. Bahkan sikap yang secara pribadi dianggap sangat baik untuk
berdoa justru menjadi penghambat dalam doa bersama. Oleh sebab itu menempatkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi bisa menjadi pemecahan dalam
mengatasi hambatan doa bersama.

6. Waktu doa
Setiap pribadi memiliki waktu yang tepat untuk dirinya dalam berdoa. Hal ini
penting agar orang dapat sungguh-sungguh dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Waktu
yang tepat dipengaruhi banyak hal antara lain; suasana hati, cuaca, dan sebagainya.
Waktu yang tepat menjadikannya nyaman dan khusuk dalam perjumpaan pribadi dengan
Tuhan.
Namun dalam jemaat beriman diperlukan adanya kesepakatan doa. Kesepakatan
ini selain berguna untuk menentukan saat doa bersama sebagai jemaat, juga untuk meng-
ungkapkan aspek sosial pribadi beriman. Di dalam doa bersama, anggota satu dengan
yang lain juga mengungkapkan aspek sosial doanya dengan cara saling mendukung. Doa
bersama juga berguna untuk melatih kedisiplinan dalam berdoa.

7. Buah Doa
Tuhan menghendaki manusia sebagai patner dalam melaksanakan kehendak-
Nya. Terkabul - tidaknya doa, banyak tergantung dari usaha para pendoanya. Dari usaha
dan tindakan pendoa, doa menampakkan buah atau hasilnya. Artinya, apa yang didoakan
kepada Tuhan seharusnya diusahakan terwujud dalam hidup sehari-hari dalam bentuk
perbuatan nyata.
Buah-buah doa adalah perbuatan hidup sehari-hari antara lain pelayanan, pengur-
banan, kejujuran, dan sebagainya. Kalau orang meminta diampuni dosanya, maka iapun
harus mengampuni dosa orang lain.

 Perdalam lagi materi doa bagian dari ibadat melalui tugas yang harus Anda kerjakan!

LANGKAH KEDUA: HARI BESAR KEAGAMAAN

1. Berbagai Hari Besar Keagamaan


Hari besar keagamaan merupakan hari yang dikhususkan oleh agama untuk merayakan
peristiwa tertentu dalam agama yang bersangkutan. Setiap hari besar keagamaan memiliki
kekhasan yang berupa tujuan dan makna perayaan. Tujuan berguna untuk pengenangan akan pe-
ristiwa bersangkutan yang dirayakan. Makna merupakan hasil refleksi dari perayaan hari besar
tersebut. Agar dapat memahami tujuan dan ajaran dari hari besar berbagai agama, akan diu-
raikan secara sepintas berbagai hari besar keagamaan.

7
1. Hindu
Agama Hindu paling tidak mengenal enam hari besar keagamaan, masing-masing Nyepi,
Siwaratri, Saraswati, Pagerwesi, Galungan, dan Kuningan.
2. Buddha
Agama Buddha mengenal hari raya Waisak. Pada hari raya Waisak umat Buddha merayakan
hari kelahiran, pencerahan, dan wafat Sang Buddha Gautama.
3. Islam
Agama Islam setidak-tidaknya merayakan delapan hari besar. Kedelapan hari besar itu
adalah Idul Fitri, Idul Adha, Isra’Mirad, Nuzulul Qur’an, Tahun Baru Hijriyah, 1
Muharram, 15 Sya’ban (malam 300 pintu rahmat), dan Maulud Nabi.
4. Kristen
Agama Kristen setidak-tidaknya mengenal tiga hari besar yaitu Pondok Daun, Natal, dan
Paskah.
5. Katolik
Gereja Katolik membedakan perayaan hari besar keagamaan menjadi tiga tingkat:
peringatan, pesta, dan perayaan. Tingkatan ini berdasar pada besar kecilnya pengaruh rah-
mat yang terjadi dalam peringatan hari yang bersangkutan. Agama Katolik selain merayakan
Natal dan Paskah, masih merayakan berbagai hari besar menurut liturginya. Hari besar itu
antara lain: Pentakosta, Tri Hari Suci, Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Hari
Raya Maria Diangkat ke Surga, Hari Raya Bertobatnya Santo Paulus, Hari Raya HUT
Kemerdekaan RI, dll. Di hari itu orang katolik merayakan syukurnya dalam ibadat Ekaristi.
6. Khong Hu Cu
Ada empat hari raya yang dirayakan oleh umat Khong Hu Cu yaitu Hari Raya Kelahiran
Khong Hu Cu, Hari Raya Tangcik, Hari raya Wafat Khong Hu Cu, dan Imlek (tahun baru).

2. Hari Besar Keagamaan dan Penghayatan Iman


Setiap agama memiliki hari besar keagamaan. Perayaan hari besar keagamaan penting bagi se-
tiap agama. Hal ini dapat dilihat dari dua sisi: peranan dan maknanya.
1. Peranan
a. Sebagai Identitas Agama
Hari besar keagamaan secara sosial menampakkan keberadaan sekaligus martabat (harga
diri) agama yang bersangkutan. Dengan merayakan hari besar tersebut, agama yang
bersangkutan dapat dikenal oleh khalayak umum. Adanya hari besar keagamaan menjadi
bukti penghargaan manusia terhadap Tuhan dan iman yang dihidupinya.
b. Hari besar keagamaan adalah puncak perayaan iman
Idealnya, penghayatan iman terjadi dalam hidup sehari-hari. Dalam perayaan hari besar
keagamaan, penghayatan iman harian itu mencapai puncaknya. Disanalah perayaan iman
itu dibuat secara istimewa/khusus. Meski pada dasarnya iman adalah urusan pribadi,
namun bersama orang lain, iman berusaha diungkapkan dalam kebersamaan. Inilah yang
disebut perayaan iman.
c. Hari besar keagamaan menjadi sarana pengumpulan dan pemersatu jemaat
Pada saat ini berkumpul lebih banyak jemaat daripada hari-hari peribadatan pada
umumnya untuk menyatakan imannya. Di sini terjadi interaksi antar jemaat dan antara
jemaat dengan pemukanya. Interaksi ini menjadi kesempatan baik untuk pembinaan
iman, silaturahmi, dan sebagainya.
8
d. Perayaan hari besar keagamaan menjadi sarana regenerasi spiritual jemaat
beriman
Pada saat ini terjadi peralihan/ kaderisasi jemaat dan penerusan ajaran sekaligus peles-
tarian agama. Kaderisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya penge-
nalan jemaat, pengenalan ajaran, pemberian tanggungjawab, dan sebagainya. Kaderisasi
dapat terjadi antara orang tua dengan anaknya, antar anggota jemaat yang satu dengan
yang lain, atau antar pemuka jemaat dengan anggota jemaatnya.

2. Makna
Hari besar keagamaan dikatakan bermakna bila memiliki arti bagi pemeluknya. Hari
besar keagamaan dirayakan dengan berbagai cara; peribadatan dan aksi sosial. Pada saat ini,
para pemeluk agama mengadakan refleksi akan besarnya rahmat Tuhan yang terkandung
dalam peristiwa yang dirayakan, mensyukuri rahmat itu, serta menghadirkannya kembali
secara baru dalam perilaku hidup secari-hari. Tujuannya adalah agar rahmat yang
terkandung dalam hari raya itu dapat dirasakan oleh semakin banyak orang. Pemaknaan
yang demikianlah yang menghasilkan kesaksian konkrit dalam wujud perbuatan. Tidak
mengherankan bila Ibadat dilangsungkan dengan lebih lengkap dan lebih meriah.

3. Relevansi
Dari penemuan makna perayaan hari besar keagamaan, orang baru dapat menemu-
kan relevansi (keterkaitan/ hubungan) antara peristiwa masa lampau yang dirayakan dengan
kehidupan sekarang. Seseorang menemukan hakekat (dasar) ajaran dan kejadian yang bisa
ditindaklanjuti di zaman ini.

LANGKAH KETIGA: IMAN DAN IBADAT

1. Ibadat sebagai Ungkapan Iman


1) Personalitas Ibadat
Orang beriman memandang Ibadat sebagai hal penting dalam hidup. Alasannya
adalah karena dalam Ibadat seseorang dapat berjumpa dengan Tuhan. Dalam Ibadat
seseorang menghadirkan diri di hadapan Tuhan. Dengan Ibadat orang memuaskan
kerinduannya untuk bertemu penciptanya. Maka seharusnya Ibadat bukanlah hal paksaan
ataupun kewajiban melainkan merupakan kesadaran pribadi untuk berjumpa dengan sang
pemberi kehidupan. Pengalaman perjumpaan dengan Tuhan inilah yang menjadi sumber
kekuatan dan penghayatan hidup.
Setiap orang memiliki cara sendiri-sendiri untuk berIbadat. Cara itu selain ditentukan
oleh penghayatan iman pribadi seseorang juga dipengaruhi oleh agama yang dipeluk. Dari
pengalaman penghayatan Ibadat secara pribadi ini orang mengetahui secara persis saat mana
ia dapat berdoa secara khusuk dan baik. Bagi orang beriman, Ibadat menjadi sumber dan
puncak hidup berimannya. Ibadat dikatakan sebagai sumber dan puncak hidup beriman
karena di dalam dan melalui Ibadat seorang beriman menimba kekuatan rohani setelah di
hari-hari sebelumnya menjalani kehidupannya dengan penuh perjuangan. Dalam Ibadat,
orang membawa serta ke hadapan Tuhan segala pengalaman hidup untuk dipersembahkan
kepada Tuhan. Bersama dengan anggota jemaat yang lain, seorang anggota jemaat meng-

9
ungkapkan keimanannya. Dalam Ibadat, melalui komunikasi dengan Tuhan dan sesama,
seorang anggota jemaat mendapat peneguhan dan kekuatan baru. Kekuatan baru inilah yang
harus menjadi bekal hidup sepanjang hari atau sepanjang minggu.

2) Sosialitas Ibadat
Meskipun pada dasarnya Ibadat merupakan urusan pribadi, tetapi sebagai makhluk
sosial seseorang dapat beribadat bersama orang lain. Ibadat bersama anggota jemaat lain
(berjamaah) inilah yang memungkinkan terjadinya pengaruh timbal balik di antara jemaah.
Pengaruh ini bisa mendukung tetapi juga bisa menghancurkan kekhusukan Ibadat. Inilah
yang disebut sosialitas Ibadat.
Sikap khusuk saat berdoa dapat menjadi contoh bahkan menyadarkan pihak lain.
Sebaliknya, sikap asosial (main hp, ngobrol saat Ibadat, sikap aneh-aneh) dapat mengganggu
peribadatan bersama. Sosialitas doa juga ditampakkan dalam intensi doa yang keluar dari
pribadi yang bersangkutan guna mendoakan orang-orang lain serta alam di luar dirinya.
Sosialitas doa semakin nyata dalam keterlibatan seseorang dalam peribadatan bersa-
ma. Atas dasar pelayanan kepada orang lain dan Tuhan seseorang bisa memberikan diri se-
penuh-penuhnya dalam peribadatan. Keterlibatan dalam pelayanan Ibadat tentunya akan
membawa pengaruh lebih nyata bagi jemaat. Keterlibatan ini misalnya sebagai pembaca
firman (lector), song leader, pemazmur, dll.

2. Pandangan Agama – Agama Mengenai Iman dan Ibadat


1) Agama Hindu
“Sastra yoniwat artinya hanya kitab suci cara yang baik untuk mengenal Tuhan”
(Tim Penyusun, Buku Pelajaran Hindu SMU kelas 1. 1999. Jakarta: Hanuman Sakti, hal. 49)
Sandyopasana adalah acara persembahyangan yang dilakukan pada setiap sandy
kala. Sandyopasana yang terbaik dilakukan tepat pada saat mata hari terbenam.
Sandyopasana dapat dilakukan di mana saja, asal tempat tersebut cukup bersih dan cukup
tenang sehingga tidak mengganggu konsentrasi. Sangat baik apabila dilakukan di tempat
persembahyangan keluarga atau di tempat persembahyangan umum. Sikap tubuh waktu
melakukan Sandyopasana ada bebarapa alternative: pada asana yaitu sikap berdiri tegak,
silasana yaitu duduk bersila seperti biasa, padmasana yaitu duduk bersila dengan telapak
kaki kiri diletakkan di atas paha kaki kiri, bajrasana yaitu duduk bersimpuh dan sawasana
yaitu tidur terlentang. (Wayan Nurkancana. Pokok – pokok Ajaran Agama Hindu. Denpasar:
Pustaka Manikgeni, 1999, hlm. 88)

2) Agama Buddha
Keyakinan pada kitab suci adalah titik tolak dasar dari suatu agama. Berdasarkan
pada ajaran yang tertulis atau dalam kitab suci, seseorang mulai mengembangkan kehidupan
cecara terarah. Keyakinan umat Buddha pada kebenaran isi Tripitaka dilandasi pada
pandangan atau teori bahwa dalam kitab suci dibahas banyak hal. Ajaran agama Buddha
dalam kitab suci Tripitaka dikatakan realistis, karena yang diuraikan dalam Kitab Suci
Tripitaka meruapkan pengalaman Sang Buddha dan para siswanya.
Ada dua macam puja atau penghormatan dalam agama Buddha:
1. Amisa puja, artinya penghormatan dengan materi atau benda, misalnya memuja yang
patut dipuja dengan kembang, lilin, cendana atau dupa dll.
10
2. Patipati puja, artinya memuja atau menghormat dengan melakukan ajaran (Buddha Dharma),
mempraktekkan sila, samadi dan panna.
(Disarikan dari Tim Penyusun. 1999. Buku Pelajaran Agama Buddha SLTA Kelas 1. Surabaya:
Penerbit Paramita)

3) Agama Katolik
Kesatuan Gereja Tidak hanya terjadi karena karya Roh Kudus, tetapi juga hasil
komunikasi antar manusia, khususnya perwujudan komunikasi iman di antara para Anggota
Gereja. Komunikasi ini terjadi terutama dalam perayaan iman. Komunikasi iman
mengandakikan pengungkapan iman sebagai sarana komunikasi. Pengungkapan iman tidak
hanya meliputi perayaan liturgy atau ibadat, tetapi segala pernyataan iman yang khusus dan
eksplisit, termasuk perumusan dan pengajaran iman. Maka pengungkapan iman harus
dibedakan dari perwujudan iman. Kedua – duanya adalah penghayatan iman.
Pengungkapan iman ialah segala pernyataan iman dalam bentuk yang khusus dan
eksplisit, terutama dalam bentuk pewartaan dan pengajaran dan perayaan Gereja.
Perwujudan iman ialah segala perkataan dan tindakan yang memang dijiwai olh semangat
iman, namun tidak secara khusus dan jelas memperlihatkan sikap iman itu, di situ iman
memang dihayati, tetapi tidak kentara, karena bentuk penghayatan iman merupakan kegiatan
dan pergaulan biasa yang umum tanpa memperlihatkan kekhususan iman Kristen dan
Katolik. (KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta – Jakarta: Kanisius – Obor, hlm. 392 – 393)

4) Agama Islam
Al- Quran adalah petunjuk bagi orang – orang yang bertakwa. Artinya segala gerak
kehidupan manusia di dunia sudah dijelaskan oleh Allah dalam Alquran. Petunjuk itu adalah
pedoman manusia bertakwa. Manusia diberi kebebasan untuk memilih tindakannya.
Kebebasan itu dibatasi oleh tanggung jawab manusia itu sendiri sesuai petunjuk Alquran
dalam memanfaatkan kebebasan tersebut.
(Lopa, H. Baharuddin., Prof. Dr. S. H. 1996. Alquran: Hak – hak Asasi Manusia. Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima
Yasa, hlm. 19).
Setelah jelas bahwa hidup wajib mempunyai Aqidah, yakni pokok kepercayaan atau
pokok pegangan hidup dan jelas pula di dalam menjunjung tinggi kepercayaan itu wajib
pula menuruti jalan Syariat yang telah ditentukan Allah dan ditunjukkan jalannya oleh Nabi
– nabi dan Rasul – rasul, dijelaskan di dalam Wahyu – wahyu Ilahi, akhirnya sampailah kita
kepada peringatan Allah bahwa hidup kita di atas dunia ini, lain tidak hanyalah buat
beribadat kepada Allah, atau dalam bahasa yang kita pakai sehari – hari, untuk mengabdi
kepada Allah. (Hamka, Dr. 1982. Studi Islam. Penerbit Pustaka Panjimas, hlm. 167 )

5) Agama Kristen
Sebagai salah satu perbuatan iman adalah ibadat yang dihayati berdasarkan beberapa prinsip
sebagaimana tersurat dalm Ibrani 10: 19 – 25, yaitu:
1) Ibadat merupakan perjumpaan antara Tuhan dengan umat – Nya yang berlangsung atas
prakasa dan pertolongan Tuhan.
2) Ibadat merupakan respons/ tanggapan manusia terhadap prakarsa yang dinyatakan dalam
bentuk:
a. Pengakuan akan kemahakuasaan dan kedaulatan Tuhan pencipta langit dan bumi

11
b. Ungkapan syukur dalam bentuk puji – pujian dan persembahan bagi kemuliaan
Tuhan
c. Pernyataan penyesalan/ tobat atas dosa – dosa yang dilakukan
d. Kesediaan diri untuk mendengar, merenungkan, memahami dan melaksanakan
Firman Tuhan
e. Penyerahan diri pada kelangsungan berkat dan pertolongan Tuhan
3) Ibadat juga merupakan perjumpaan/ persekutuan manusia yang saling mengasihi,
memperhatikan dan menguatkan

Ibadat menjadi sarana untuk membangun sikap hidup sehari – hari yang mencerminkan
kasih dan kesetiaan kepda tuhan dan sesamanya.

6) Agama Khonghucu
Kitab suci agama adalah kitab yang berisikan ajaran moral yang dapat dijadikan
pandangan hidup bagi para pengikutnya. Di samping berisikan ajaran moral, kitab suci suatu
agama juga disucikan oleh para pengikutnya, dihormati dan dijaga otentisitasnya (keaslian)
isinya. Begitu juga dengan agama Khonghucu, agama ini juga memiliki kitab suci. Kitab –
kitab yang dianggap suci dan dijadikan pedoman bagi kehidupan beragama umat
Khonghucu adalah Su Si dan Wu Cing.
Sembahyang mengucapkan syukur tiap pagi, sore, saat menerima rejeki (makanan).
Umat Khonghucu pada pagi, sore dan saat menerima rejeki melakukan sembahyang kepada
Thian. Kemudian kepbaktian kepada nabi Khonghucu, kebaktian untuk para suci,
sembahyang bagi leluhur dan kebaktian kemasyarakatan. (Tanggok, M. Ikhsan. 2000. Jalan
Keselamatan Melalui Agama Konghucu. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm. 170)

 Saatnya Anda mempertanggung jawabkan iman dan ibadat Anda!

E. KEGIATAN AKHIR / PENUTUP


1. Refleksi Diri
Ibadat umat beragama dapat dilakukan secara rutin dan pada hari raya atau hari besar
agama. Masing – masing agama mempunyai hari raya atau hari besar yang harus dilakukan
secara khusus dan dengan tata ibadat yang khusus. Ibadat sendiri tidak hanya berhenti pada
ungkapan iman, tetapi mendorong orang beriman untuk melakukan hal – hal baik dan
membawa pada penghayatan iman yang lebih mendalam. Iabdat diharapkan bersifat
inspiratif dan inovatif dalam upayanya untuk menghasilkan perbuatan saleh dan kasih bagi
orang lain, sehingga tidak ada gunanya rajin beribadat kalau tidak berbuat kasih kepada
orang lain. Terlebih bagi mereka yang membutihkan pertolongan. Ibadat harus mendorong
orang untuk semakinpeduli kepada orang yang lemah, memderita, tertindas dan tersingkir.

2. Kesimpulan
Setiap orang beriman mempunyai keinginan untuk mengungkapkan imannya, baik
secara pribadi maupun bersama dengan umat lain yang seiman. Cara mengungkapkan
imanya berbeda – beda, sesuai dengan aturan agama dan kepercayaan masing – masing yang
terjadi dalam doa dan ibadatnya. Ibadat benar bukan sekedar ekspresi hati atau sekedar
memenuhi kewajiban agama, tetapi merupakan usaha manusia untuk mendekati,
12
menghormati dan menyembah Tuhan yang diimani. Melalui ibadat, iman semakin
disempurnakan dan dengan ibadat orang membuka hidup dan hati untuk disapa oleh Tuhan.
Orang dapat melakukan ibadat secara pribadi, dalam kesendirian, yang disebut ibadat
pribadi maupun secara bersama dengan umat seagama yang disebut ibadat umat. Ibadat
dapat dilakukan dengan aneka aturan yang mengikat masing – masing pengikutnya,
misalnya dengan tata ibadat, tata gerak yang mengikat dan aturan yang tidak boleh diubah
atau dilakukan secara spontan yang disesuaikan dengan suasana hati dan tujuan pribadatan
atau tema pribadatan.
Ibadat yang dilakukan oleh agama dan kepercayaan masing – masing, berdasarkan
aturan atau cara dan bentuk, sangat ditentukan oleh pandangan atau ajaran yang ada
mengenai keselamatan dan ibadat itu sendiri, serta sikap hati yang melakukan ibadat.
Sebagian orang berpendapat bahwa ibadat itu untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan
mendapatkan pahala. Sebagian yang lain berpendapat bahwa ibadat itu untuk mengungkap-
kan rasa syukur atas segala anugerah dan kebaikan Tuhan. Selain itu ada orang yang terbuka
dan merasa tidak ada hambatan untuk menghadiri ibadat agama.

3. Doa Penutup
Setelah mengikuti pembelajaran silahkan Anda tutup dengan membaca Kitab Suci dan
berdoa.

13

Anda mungkin juga menyukai