Anda di halaman 1dari 7

Izumi, Volume 6, No 1, 2017

e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

KONSEP AGAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

Oleh:
Budi Mulyadi
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Email: budi_mulyadi09@yahoo.com

ABSTRACT

This research entitled The Religion Concept in The Life of Japanese Cociety. The main goal
of this reserach is to know about The Religion Concept in The Life of Japanese Cociety. This
research is combination between field and liblary reserach. Main method are observation,
interview, interpretation.
The research show Shinto and Buddhism are the main religion in Japan. The Japanese
society has unique the life of religion which diferent compared with many other country. For
Japanese people religion is not important things. Religion is thougt as one of culture product
so can be amended as they like. They mix one religion with the other religion in ritual or
religion ceremony.

Keywords: Budhism Japanese Society, Shinto, The Religion Concept,

I. PENDAHULUAN Ada yang mengatakan Jepang


Secara umum dikatakan bahwa merupakan negara yang penduduknya di
agama resmi di Jepang ada dua yaitu zaman sekarang ini sudah tidak begitu
agama Shinto dan agama Budha. Namun peduli dengan agama dan kepercayaan.
demikian pada saat Tahun Baru orang- Akhir-akhir ini banyak kalangan
orang Jepang pergi ke kuil Shinto yang cendekiawan Jepang, terutama mereka
disebut dengan Jinja dan pada saat yang banyak berhubungan dengan dunia
perayaan Obon mereka pergi kuil Budha Barat, mengatakan bahwa bangsa Jepang
yang disebut dengan Otera, lalu di rumah termasuk atheistik, materialistik dan tidak
mereka terdapat tempat pemujaan agama religius bahkan a-religius (Suryodiprojo.
Shinto yang disebut dengan kamidana dan 1987:199). Tetapi fakta sebenarnya
tempat pemujaan agama Budha yang menunjukkan bahwa masyarakat Jepang
disebut dengan butsudan, hal itu secara umum masih memiliki kegiatan-
menunjukkan adanya penyatuan konsep kegiatan rutin yang mereflesikan bahwa
dua agama dalam kehidupan masyarakat masyarakat Jepang tidak sesekuler yang
Jepang ( Sasaki.1995:71). dibayangkan orang-orang luar. Seperti
Penjelasan di atas menunjukkan misalnya pada saat perayaanTahun Baru
bahwa Jepang merupakan salah satu negara banyak orang Jepang yang berkunjung ke
di dunia yang memberikan kebebasan kuil untuk berdoa dan memohon kebaikan
sepenuhnya kepada masyarakatnya untuk begitu pula pada perayaan keagamaan
menjalankan suatu kepercayaan tanpa seperti Obon mereka menyelenggarakan
harus terikat kepada salah satu agama atau ritual keagamaan bersama keluarga di
kepercayaan tertentu. Hal ini menunjukkan kampung halaman mereka.
keunikan serta ciri khas dari sistem Adapun hal yang paling
kepercayaan di negara Jepang. membedakan kehidupan beragama antara
masyarakat Jepang dengan masyarakat di

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 15


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

negara lain adalah masyarakat Jepang identitas agama tidak dicantumkan dan
lebih cenderung melaksanakan kegiatan tidak akan pernah ditanyakan. Bagi orang
beragama dengan mengacu kepada nilai Jepang agama bukanlah hal yang penting.
budaya dan nilai lahiriah yang mereka Mereka menganggap perilaku dan sopan
anggap sebagai hal yang tidak santun jauh lebih penting dari ajaran
berhubungan dengan konsep agama secara agama. Hal ini dipengaruhi oleh ajaran
batiniah. Mereka melaksanakan kegiatan Budha yang lebih mementingkan
keagamaan hanya sekedar untuk perbaikan perilaku dan pencarian jati diri
bersenang-senang dan sebagai sarana dibandingkan dengan pencarian Tuhan
untuk bersosialisasi. Dalam undang- atau agama.
undang dasar Jepang pun pemerintah tidak Sejauh ini telah banyak orang yang
boleh ikut campur dalam urusan beragama. telah melakukan penelitian tentang agama
Terdapat larangan keras menggunakan agama di Jepang salah satunya adalah
anggaran negara untuk hal-hal yang penelitian yang berjudul “ Agama dalam
berhubungan dengan aktifitas keagamaan. Kehidupan Orang Jepang” yang ditulis
Semua lembaga agama tidak boleh diberi oleh Sandra Herlina dalam jurnal Al Azhar
hak istimewa dari negara serta tidak Indonesia yang terbit pada bulan
diperkenankan melaksanakan kekuatan September 2011. Dalam makalahnya
politik. Sandra Herlina menulis tentang karakter
Jepang sebagai negara yang agama-agama di Jepang dan fungsi agama
menganggap agama sebagai urusan dalam kehidupan masyarakat Jepang.
individu melarang pemerintah beserta Penelitian berikutnya yang
instansi-instansi melakukan kegiatan berhubungan dengan agama di Jepang
keagamaan dan pendidikan agama tertentu. adalah makalah yang berjudul “ Eksistensi
Dengan alasan demikian di Jepang kita Agama Shinto dalam Pelaksanaan Matsuri
tidak akan menemukan ruangan atau di Jepang” yang ditulis oleh Sri Dewi
bangunan untuk melaksanakan ibadah atau Adriani dalam Jurnal Lingua Cultura yang
sembahyang meskipun itu di instansi- diterbitkan pada bulan November 2007.
instansi negara termasuk sekolah, Di Dalam makalahnya Sri dewi Adriani
Jepang tidak ada Departemen Agama yang menulis secara lengkap tentang hubungan
mengurus masalah keagamaan dan tidak antara pelaksanaan matsuri-matsuri di
ada pula sekolah atau perguruan tinggi Jepang dengan konsep agama Shinto yang
agama seperti UIN di Indonesia. Orang diterapkan dalam pelaksanaan matsuri
Jepang tidak peduli dengan agama yang tersebut.
dianut orang lain. Apabila mereka Berbeda dengan dua penelitian
mempercayai agama tertentu, biasanya tersebut di atas penelitian berikut ini
mereka tidak suka memamerkannya. bertujuan untuk menjelaskan tentang
Orang Jepang tidak suka ikut konsep agama dalam kehidupan
campur dengn masalah pribadi orang lain masyarakat Jepang dewasa ini.
dan masalah agama dianggap sebagai
urusan pribadi setiap orang. Jepang II. PEMBAHASAN
merupakan negara sekuler yang 2.1 Agama di Jepang
menganggap agama adalah urusan individu Dari informasi yang diambil dari 平
dan tidak ada hubungannya sedikit pun 成 19 年度全国社寺教会等宗教団体教
dengan negara dan negara pun tidak punya
師 信 者 数 Penganut agama di Jepang
hak untuk ikut campur dalam urusan
menurut Kementerian Pendidikan Jepang
agama yang dianut oleh masyarakatnya.
sejumlah 107 juta orang Jepang menganut
Dalam setiap data pemerintahan atau surat
agama Shinto, 89 juta orang menganut
resmi lainnya tentang identitas penduduk,
agama Budha, 3 juta orang menganut

16 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

agama Kristen dan Katolik, serta penganut Taoisme yang berarti “jalannya Dewa”
agama lain sekitar 10 juta dari total seluruh atau “jalannya bumi dan langit”. Sedang
penganut agama 290 juta orang. kata “Shin” atau “Shen” identik dengan
Total penganut agama di Jepang kata “Yin” dalam Taoisme yang berarti
hampir dua kali lipat dari total penduduk gelap, basah, negatif dan sebagainya.
Jepang. Penganut agama Shinto dan Budha
dalam berbagai sekte saja sudah mencapai b. Awal Mula Agama Shinto
200 juta orang. Total penganut agama di
Jepang melebihi jumlah penduduk Agama Shinto timbul pada zaman
disebabkan cara pengumpulan data dan Prasejarah, namun siapa pembangunnya
tradisi beragama orang Jepang. Sebagian tidak dapat dikenal secara pasti.
besar orang Jepang menganut lebih dari Penyebarannya ialah di Asia namun
satu agama dan sepanjang tahunnya penyebaran yang terbanyak ialah di
mengikuti ritual dan perayaan dalam Jepang.
berbagai agama. Di luar dua agama Sekitar abad 6 Masehi agama Budha
tradisional, saat ini banyak orang Jepang masuk ke Jepang dari Tiongkok dengan
beralih ke berbagai gerakan keagamaan melalui Korea. Satu abad kemudian agama
populer yang biasa dikelompokan dengan itu telah berkembang dengan pesat.
nama “ agama agama baru” atau dalam Bahkan seiring berjalannya waktu agama
bahasa Jepangnya disebut dengan Budha mampu mendesak agama Shinto.
shinshukyo. Agama-agama ini memiliki Akan tetapi karena agama Shinto
unsur-unsur Shinto, Budha dan takhayul mengajarkan penganutnya untuk memuja
lokal, dan sebagian telah berkembang dan berbakti kepada raja, maka raja pun
untuk memenuhi kebutuhan sosial berusaha untuk melindungi agama Shinto
kelompok-kelompok masyarakat. Salah tersebut. Sehingga pada tahun 1396 agama
satu yang terkenal adalahsokka gakkai, Shinto ditetapkan sebagai agama Negara.
suatu aliran Budha yang didirikan pada Pada perkembangan selanjutnya,
tahun 1930 dan memiliki moto kedamaian, dihadapkan pertemuan antara agama
budaya dan pendidikan. Agama-agama Budha dengan kepercayaan asli bangsa
baru lainnya diantaranya adalah aum Jepang (Shinto) yang akhirnya
shinrikyou, gedatsu kai, kiriyama mikkyou, mengakibatkan munculnya persaingan
kofuku no kagaku dan lain-lain. yang cukup hebat antara pendeta bangsa
Adapun kepercayaan asli orang Jepang Jepang (Shinto) dengan para pendeta
sendiri adalah kepercayaan Shinto sebuah agama Buddha, maka untuk
faham keagamaan yang muncul, hidup dan mempertahankan kelangsungan hidup
berkembang di Jepang. Berikut adalah agama Shinto para pendetanya menerima
penjelasan mengenai agama Shinto dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke
tersebut yang penulis ambil dari berbagai dalam sistem keagamaan mereka.
macam sumber. Akibatnya agama Shinto justru hampir
kehilangan sebagian besar sifat aslinya.
a. Pengertian Shintoisme (agama Shinto) Misalnya, aneka ragam upacara agama
bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat
Shinto adalah kata majemuk suci agama Shinto banyak dipengaruhi
daripada “Shin” dan “To”. Arti kata “Shin” oleh agama Buddha. Patung-patung dewa
adalah “roh” dan “To” adalah “jalan”. Jadi yang semula tidak dikenal dalam agama
“Shinto” mempunyai arti “jalannya roh”, Shinto mulai diadakan dan ciri
baik roh-roh orang yang telah meninggal kesederhanaan tempat-tempat suci agama
maupun roh-roh langit dan bumi. Kata Shinto lambat laun menjadi lenyap
“To” berdekatan dengan kata “Tao” dalam

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 17


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

digantikan dengan gaya yang penuh hiasan tidak, pada hakikatnya memiliki roh, spirit
warna-warni yang mencolok. atu kekuatan jadi wajib dihormati” .
konsep ini memiliki pengaruh langsung
c. Sistem Kepercayaan Agama Shinto didalam kehidupan masyarakat Jepang.
1. Kepercayaan kepada “Kami” 2. Hubungan antara Manusia dengan
Dalam agama Shinto yang Tuhan (Dewa)
merupakan perpaduan antara faham serba Hubungan antara Kami dengan
jiwa (animisme) dengan pemujaan manusia menurut konsep Shinto juga
terhadap gejala-gejala alam mempercayai cukup unik karena polanya cenderung
bahwasanya semua benda baik yang hidup tidak bersifat vertikal, namun lebih banyak
maupun yang mati dianggap memiliki ruh bersifat horizontal. Kami hidup dan berada
atau spirit, bahkan kadang-kadang dibawah gunung, hutan, laut, atau di
dianggap pula berkemampuan untuk tengah perkampungan penduduk yang
bicara, semua ruh atau spirit itu dianggap ditandai dengan berdirinya kuil penjaga
memiliki daya kekuasaan yang desa.
berpengaruh terhadap kehidupan mereka Jadi konsep Tuhan di atas atau langit dan
(penganut Shinto), daya-daya kekuasaan manusia di bumi sepertinya kurang tepat
tersebut mereka puja dan disebut dengan untuk kepercayaan Shinto. Mikoshi atau
“Kami”. Dashi sebagai perwujudan dari kereta bagi
Istilah “Kami” dalam agama Shinto dapat Kami, yang digotong beramai-ramai
diartikan dengan “di atas” atau “unggul”, selama festival di kuil mungkin salah satu
sehingga apabila dimaksudkan untuk contoh menarik. ”Kereta Tuhan” ini
menunjukkan suatu kekuatan spiritual, tidaklah diarak dengan hormat dan khidmat
maka kata “Kami” dapat dialih bahasakan namun diguncang guncangkan, dibentur-
(diartikan) dengan “Dewa” (Tuhan, God benturkan. Dinaiki beramai-ramai bahkan
dan sebagainya). Tradisi Shinto mengenal tidak jarang diduduki pada bagian atapnya
beberapa nama Dewa yang bagi Shinto oleh beberarapa orang.
bisa juga berarti Tuhan yang dalam bahasa
Jepang disebut dengan 3. Peribadatan Agama Shinto
istilah Kami atau Kamisama. Kamisama ini Agama Shinto sangat
bersemayam atau hidup di berbagai ruang mementingkan ritus-ritus dan memberikan
dan tempat, baik benda mati maupun benda nilai sangat tinggi terhadap ritus yang
hidup. Pohon, hutan, alam, sungai, batu sangat mistis.Menurut agama Shinto watak
besar, bunga sehingga wajib untuk manusia pada dasarnya adalah baik dan
dihormati. Penamaan Tuhan dalam bersih.Adapun jelek dan kotor adalah
kepercayaan Shinto bisa dibilang sangat pertumbuhan kedua, dan merupakan
sederhana yaitu kata Kami ditambah kata keadaan negatif yang harus dihilangkan
benda. Tuhan yang berdiam di gunung melalui upacara pensucian (Harae).Karena
akan menjadi yama no kami, kemudian itu agama Shinto sering dikatakan sebagai
kawa no kami (Tuhan Sungai), hana no agama yang dimulai dengan dengan
kami (Tuhan Bunga) dan Dewa/Tuhan pensucian dan diakhiri dengan pensucian.
tertingginya adalah Dewa Matahari Upacara pensucian (Harae) senantiasa
(AmeterasuOmikami) yang semuanya dilakukan mendahului pelaksanaan
harus dihormati dan dirayakan dengan upacara-upacara yang lain dalam agama
perayaan tertentu. Shinto. Ritus-ritus yang dilakukan dalam
Jadi inti dari konsep Tuhan dalam agama Shinto terutama adalah untuk
kepercayaan Shinto adalah ”semua benda memuja dewi Matahari (Ameterasu
di dunia, baik yang bernyawa ataupun Omikami) yang dikaitkan dengan

18 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

kemakmuran dan kesejahteraan serta 2.2 Konsep Agama dalam Kehidupan


kemajuan dalam bidang pertanian (beras), Masyarakat Jepang
yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan
Juli dan Agustus di atas gunung Fuji. Jepang merupakan negara maju di
dunia yang sebagian masyarakatnya
4. Upacara Keagamaan dan mempunyai pola pikir modern dan
pemujaan menganggap agama bukan merupakan hal
Pada setiapa hari kelahiran Kaisar, penting dan merupakan urusan pribadi
seluruh lembaga pendidikan di Jepang, atas dimana orang lain tidak berhak ikut
perintah resmi, melakukan uapacara yang campur dalam kehidupan beragama
kidmat dengan menundukan diri di depan seseorang.
gambar sang Kaisar. Kaisar itu dipandang Ada juga sebagian masyarakat
suatu yang sangat sakral, Kaisar tidak Jepang yang memandang negatif terhadap
menampakan diri didepan umum. Dalam segala aktifitas yang berbau agama.
upacara-upacara tertentu, pada saat
kendaraan Kaisar melintas di jalan besar, Bahkan ada juga sebagian kecil dari orang
seorang yang boleh memandang dari atas Jepang yang beranggapan bahwa agama
kepala Kaisar dibawah. Segala jendela hanya cocok dipelajari oleh orang yang
pada setiap tingkatan atas itu mesti ditutup memiliki kelainan mental atau sakit jiwa.
rapat. Bagi kebanyakan orang Jepang agama
Akan tetapi sehabis Perang Dunia adalah suatu kebebasan. Dengan beragama
kedua, maka perubahan besar terjadi pada jiwa menjadi bebas. Mereka sama sekali
kekuasaan Kaisar yang absolut itu telah tidak mau terikat dengan satu paham
digantikan kekuasaan rakyat melalui agama tertentu. Jadi bukan hal aneh jika
sistem pemilihan umum, dan Kaisar sudah masyarakat di negara Jepang menjalankan
ditempatkan sebagai lambang atau simbol berbagai ritual agama campur aduk tanpa
belaka, yang kini bukan lagi suatu yang ada yang mempermasalahkannya.
sakral akan tetapi dipandang sebagai Kebanyakan orang Jepang pada waktu
manusia biasa, yang saat ini sudah bisa tertentu akan berada di Jinja sebutan untuk
bergaul dengan masyarakat umum, sebuah kuil Shinto. Untuk hal-hal yang
keyakinan azasi dalam agama Shinto itu membahagiakan seperti kelahiran,
telah menghilang tempat untuk pernikahan, upacara peresmian gedung
berpijak. Selain itu juga ada beberapa biasanya mereka sering berdoanya di kuil
perayaan yang biasanya diperingati oleh Shinto tersebut. Adapun untuk ritual
pemeluk agama Shinto dan perayaan itu kematian biasanya mereka melaksanakan
diadakan untuk tujuan- tujuan yang sesaui dengan ritual yang diajarkan agama
berkenaan dengan pusaka leluhur, Budha. Khusus untuk upacara pernikahan
pengudusan, pengusiran roh jahat atau orang Jepang bisa memilih antara
pertanian, puncak- puncak perayaan pernikahan ala Shinto atau pernikahan ala
diadakan pada tahun baru, saat menanam Kristen. Masyarakat Jepang tidak begitu
padi pada musim semi dan pada saat panen memikirkan esensi agama. Agama bagi
pada musim gugur, musim semi dan mereka tidak lebih dari sekedar faham
musim gugur adalah saat untuk yang bisa disesuaikan dengan kondisi dan
menghormati leluhur dan mengunjungi situasi tertentu.
makamnya, selama perayaan kami sering
diarak melewati jalan jalan dalam tempat Ada empat hal yang bisa dianggap
pemujaan yang bisa dibawa bawa untuk sebagai konsep beragama dalam kehidupan
membuat setiap orang yakin bahwa kami masyarakat Jepang. Empat hal tersebut
sedang mengunjungi masyarakat untuk adalah:
memberikan perlindungan.

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 19


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

1. Pencampuran banyak agama dalam yang ada di dunia ini. Bangsa Jepang tidak
tubuh agama asli Jepangmenyebabkan pernah memikirkan kehidupan setelah
“agama” bagi bangsa Jepang menjadi mati, karena mereka tidak percaya akan hal
makin kabur. tersebut.
2. Beda antara agama dengan budaya Mereka akan melakukan segala-
dan rutinitas semakin tipis, sehingga galanya untuk hidup di dunia ini, dan
bangsa Jepang mempunyai konsep hidup di dunia ini pada hakikatnya adalah
berpikir tentang agama yang benar- bekerja. Jadi agama orang Jepang yang
benar berbeda dengan bangsa lain. sebenarnya adalah pekerjaan yang mereka
3. Agama di Jepang dapat dikatakan geluti sehari-hari. Tidak salah jika
menjadi hal yang sangat aneh dan kemudian Jepang menjadi negara maju
menempati tempat yang sangat karena mereka sangat mencintai pekerjaan
terbelakang dalam hati bangsa Jepang. melebihi mencintai agama apapun di dunia
4. Banyak prilaku kehidupan bangsa ini.
Jepang yang menunjukkan
pencampuran agama yang sangat tidak III. PENUTUP
jelas batas-batasnya Meskipun sistem kehidupan
beragama di Jepang sangat berbeda dengan
Dari empat hal tersebut di atas kita negara lain dan dianggap aneh dan rumit,
bisa memahami bahwa bangasa Jepang bangsa Jepang dipandang sebagai bangsa
bukan bangsa yang mementingkan agama. yang damai, aman dan sejahtera jauh
Negara pun tidak berhak ikut campur melebihi negara-negara yang memandang
dalam kehidupan beragama seseorang. agama sebagai hal yang penting dalam
Dalam UU pasal 20 dijelaskan tentang kehidupan. Konsep beragama yang
konsep beragama di Jepang. Bunyi mencampuradukan antara ajaran agama
pasalnya sebagai berikut. “Tidak satupun satu dengan agama lainnya telah
organisasi agama dapat menerima hak melahirkan sistem kehidupan beragama
istimewa dari negara, dan tidak ada yang unik di negara Jepang. Di mata
satupun yang dapat mempunyai wewenang sebagian orang mungkin dianggap orang
politik apapun. Tidak seorang pun dapat Jepang sebagai orang yang tidak konsisten
dipaksa mengambil bagian dalam kegiatan, dalam beragama, tetapi di mata mereka
perayaan, upacara, atau praktek agama. sendiri agama dipandang sebagai produk
Negara dan instansinya harus membatasi budaya yang bisa mereka inovasi seseuai
diri tidak melakukan pendidikan agama dengan kebutuhan mereka.
atau kegiatan agama apapun” Konsep agama dalam kehidupan
Pasal 20 UU tersebut menjadi dasar bangsa Jepang mencerminkan kepribadian
tentang kehidupan beragama di Jepang bangsa Jepang yang tidak mau terikat oleh
dimana negara tidak berhak untuk apapun bahkan oleh agama sekalipun. Bagi
mengatur kehidupan beragama seseorang. mereka kebebasan dalam berekpresi adalah
Bila di negara lain agama dijadikan segalanya begitu pula dalam hal beragama,
sebagai pedoman hidup untuk kebahagiaan tidaka boleh ada seorang pun bahkan
dunia dan akherat, di Jepang agama tidak negara yang mengatur kehidupan
lebih dari sekedar ritual-ritual duniawi beragama seseprang karena beragama
semata, Orang Jepang banyak yang tidak menjadi salah satu hak asasi manusia yang
percaya dengan kehidupan setelah mati harus dihormati.
yang diajarkan oleh hampir semua agama

20 Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X


Izumi, Volume 6, No 1, 2017
e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X
Tersedia online di http://ejournal.undip.ac.id/index.php/izumi

DAFTAR PUSTAKA

Herlina, Sandra. 2011. Agama dalam Subarkah, Imam. 2013. Ilham-Ilham


Kehidupan Orang Jepang. Jakarta. Dahsyat dari Kesuksesan Orang
Jurnal Al-Azhar Jepang Jogjakarta : Flashbooks

Adriani, Dewi Sri. 2007. Eksistensi Agama Sladelayer.info/slide/3057160/Diunduh


Shinto dalam Pelaksanaan Matsuri pada tanggal 27 September 2015i
di Jepang. Jakarta. Jurnal Lingua
Cultura. (平成 19 年度全国社等教会等宗教団体、
教師、信者数)
Sasaki, Mizue. 1995. View of Today’s
Japan. Tokyo. Aruku. Wahyufailasuf95.blockspot.co.id/2014/10/
makalah-agama-shinto-oleh-m-
Suryohadiprojo, Sayidiman. 1987Belajar agus.html / Diunduh pada tanggal
Dari Jepang.Jakarta. UI Press 27 September 2015
Susilo, Taufik Adi. 2010. Spirit Jepang
Jogjakarta. Ae-Ruz Media Grup

Copyright @2017, IZUMI, e-ISSN: 2502-3535, p-ISSN: 2338-249X 21

Anda mungkin juga menyukai