Anda di halaman 1dari 13

MENGENAL AGAMA DI

JEPANG

BY:
Adhie Pahlawan
Teguh Aditya
PANDANGAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP AGAMA

Membahas mengenai kehidupan agama


di Jepang, berarti harus mengetahui
agama yang dianut oleh masyarakatnya.
Agama yang mayoritas tumbuh dan
berkembang di Jepang adalah Buddha
dan Shinto. Namun jika dilihat lebih
jauh sebenarnya kebiasaan atau budaya
yang berkembang di Jepang erat
kaitannya dengan sistem kepercayaan
serta mitologi yang sejak dulu dianut
masyarakatnya
AGAMA BUDHA DI JEPANG
Aliran Budha sendiri didirikan antara abad
ke – 4 dan ke – 6 SE oleh Siddharta
Gautama, atau Gautama Buddha. Ajaran
ini mencapai Jepang sekitar abad ke – 6
SE. Pada saat itu, Jepang telah memiliki
adat kebiasaan dan keyakinannya sendiri :
Shinto. Aliran Budha memiliki awal yang
bergejolak di Jepang dan banyak
permasalahan dalam membangun dirinya
sendiri, namun pada saat Kaisar Suiko
menaiki tahta pada tahun 592 setelah
mengambil sumpah menjadi biksuni
Budha, terjadilah suatu perubahan.
AGAMA SHINTO DI JEPANG
Shinto adalah sebuah agama atau kepercayaan yang
dipeluk mayoritas penduduk di Jepang. Agama ini
telah ada di Jepang sejak ribuan tahun yang lalu dan
menjadi satu dengan budaya. Agama ini hanya
mengajarkan manusia untuk lebih menyatu dengan
dunia, dengan alam, dan selalu mengingat masa lalu.
Itulah mengapa di Jepang sering sekali ada ritual
yang unik hingga kadang sangat aneh. Agama ini
juga tidak mengikat hingga pemeluknya bebas
memiliki agama lain walau tetap melakukan ritual
ke-Shinto-an. Hal ini mengakibatkan mengapa
banyak warga Jepang juga merayakan Natal meski
mereka sebenarnya seorang pemeluk Shinto.
FAKTA TENTANG AGAMA SHINTO
1. Tahun Baru Adalah Sebuah
Perayaan Besar
Tahun baru adalah perayaan yang
sangat penting bagi para penduduk
Jepang terutama pemeluk Shinto.
Mereka akan datang ke kuil saat tengah
malam untuk berkumpul sambil
membunyikan lonceng. Biasanya
mereka akan bergantian hingga
lonceng yang besar dipukul sebanyak
108 kali. Pemukulan lonceng ini
menjadi tanda jika penghapusan dosa
selama setahun terakhir telah
dilakukan.
2. Kami Adalah Dewa yang Tak Selalu
Sempurna
Agama besar di dunia mengenal Tuhan
sebagai sesuatu yang sangat hebat dan tak
memiliki cela. Tuhan adalah zat yang
menciptakan semua makhluk di dunia
tanpa terkecuali. Dal am Shinto dewa atau
Tuhan sering disebut dengan kami. Kami
dalam Shinto bisa berupa laut, api,
pegunungan, dan semua zat yang ada di
alam. Selain itu manusia pun bisa menjadi
kami setelah mati namun ia harus melalui
proses penyucian terlebih dahulu. Terakhir
kami bisa menjadi sesuatu yang baik atau
bentuk buruk yang membuat suatu
kekacauan di dunia.
3. Amaterasu Sang Dewa Matahari
Shinto sebagai agama di Jepang juga mempercayai adanya dewa matahari
yang merupakan dewa dengan kedudukan tertinggi yang disebut Amaterasu.
Menurut mitologi Shinto, Ameterasu lahir dari mata sebelah kiri sang pendiri
Jepang, Izanagi setelah melakukan ritual penyucian. Amaterasu kemudian
diperintahkan untuk memimpin Takamagahara oleh ayahnya, Izanagi.

Lebih lanjut, menurut mitologi Shinto, Amaterasu memerintahkan Ninigi


yakni cucu lelakinya untuk memerintah di bumi setelah dirinya menggambar
Jepang modern. Inilah yang menjadi awal mula masyarakat Jepang disebut
sebagai keturunan dewa matahari. Kepercayaan ini bahkan masih kokoh hingga
sekarang di kalangan penganut Shinto, agama di Jepang.
4. Inari yang Dipuja Pemeluk Agama Shinto
Sebagai agama di Jepang yang mayoritas, Shinto tidak hanya
memiliki Ameterasu sebagai dewa terhebat. Agama ini juga memiliki
Inari, sang dewa yang memberikan makanan bagi manusia. Dewa ini
dikenal juga sebagai dewa padi, dewa rubah, bahkan disebut sebagai
dewa perdagangan yang diwujudkan sebagi wanita muda dan rubah.
5. Ise Jingu, Kuil yang Harus Dibangun
Setiap 20 Tahun
Jika Fushimi Inari digunakan untuk
menyembah Inari, Ise Jingu digunakan untuk
menyembah Amataerasu. Kuil Ise Jingu
dikenal sebagai salah satu kuil paling
keramat di Jepang hingga keberadaannya
selalu dianggap penting. Ise Jingu biasanya
memiliki 120 kuil kecil yang disusun
menjadi bagian depan, tengah, hingga luar.
se Jingu yang ada saat ini tak pernah
memiliki usia 20 tahun. Pasalnya sebuah
tradisi mengajarkan untuk melakukan
shikinen sengu. Atau membangun kembali
lalu merobohkan bangunan yang sudah
lama. Hal ini dilakukan terus-menerus dari
satu generasi ke generasi.
6. Ritual Mensucikan Jiwa dan Tubuh
Seperti agama pada umumnya, Shinto juga mengenal adanya dosa
(Tsumi) baik dosa pada tubuh maupun dosa dalam jiwa. Untuk itu
biasanya sebelum memasuki kuil Shinto, pengunjung diarahkan
untuk mencuci tangan dan kaki terlebih dahulu (Temizu). Menurut
ajaran ini, dewa akan menghilangkan dosa dan penyakit saat
melakukan ritual temizu.
7. Omikuji, Omamori dan Ema
Anda yang sering melihat drama Jepang atau anime pasti mengenal apa itu omikuji,
omamori, dan ema. Omikuji semacam fortune teller yang akan memberi tahu nasib
seseorang. Jika nasibnya baik maka omikuji bisa dibawa, namun jika nasibnya buruk,
omokuji bisa dikaitkan ke pohon atau batang-batang yang telah disediakan.
Selanjutnya ada omamori yang mirip sekali dengan jimat. Biasanya omamori berupa
kain atau kertas warna-warni yang di dalamnya ada kertas doa. Warga Jepang biasanya
membeli omamori ke kuil lalu memberikannya pada anak atau keluarga agar lancar
ujian, lancar bekerja dan semuanya.
Terakhir ada ema yang berwujud kayu kecil yang memiliki tali. Biasanya orang-orang
akan menulis doa di kayu ini lalu menggantungnya di pohon. Dengan menggantung
ema, maka permintaan akan segara dikabulkan oleh kami yang dipercaya orang
tersebut.
Demikianlah tujuh fakta hebat dari agama Shinto yang dipeluk oleh hampir semua
orang Jepang. Keberadaan Shinto di Jepang bukan hanya sebagai agama, namun juga
sebagai panduan hidup yang selaras dengan alam.
OMIKUJI OMIMURA
EMA
ARIGATOU
GOZAIMASU

Anda mungkin juga menyukai