Anda di halaman 1dari 9

Mitos Mencari Logos:

7 Dewa Pembawa Keberuntungan yang Ada di Jepang dan Kaitannya Dengan


Kepercayaan Masyarakat Jepang

oleh Rani Wahyuningtyas (Sastra Jepang),1306394285

Dalam Ilmu Filsafat yang sedang kita pelajari saat ini kita diajarkan tentang
apa itu mitos dan bagaimana mitos yang berkembang pada masyarakat pada saat itu
mulai kurang di percayai lagi oleh masyarakat sekitar yang dikarenakan
berkembangnya pola pikir manusia yang lebih logis seiring perkembangan zaman.
Sehingga, mitos yang berkembang pada masyarakat tersebut pun berubah menjadi
logos (buah pikir, akal budi, rasio). Dengan demikian, kali ini saya akan menjelaskan
dan menjabarkan mengenai salah satu mitos yang ada di negara Jepang. Tugas ini
saya kerjakan dikarenakan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah
Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern.

Mitos yang akan saya bahas adalah mitos mengenai 7 dewa pembawa
keberuntungan yang ada di Jepang. 7 Dewa pembawa keberuntungan tersebut adalah
dewa-dewa yang dipercaya keberadaannya oleh penganut agama Shinto dan Buddha
di Jepang. Dalam masyarakat Jepang, Dewa-Dewa tersebut biasa disebut juga dengan
(Shichi Fukujin) yang maksudnya adalah (Shichi) yang artinya tujuh dan
(Fukujin)yang artinya pembawa keberuntungan.

Angka 7 adalah angka yang dipercaya mempunyai arti yang penting dan
spesial sejak ratusan tahun yang lalu bagi masyarakat Asia, dan salah satunya adalah
Jepang. Salah satu kepercayaan tentang spesialnya angka 7 pada masyarakat Jepang
adalah, terdapat 7 prinsip dasar tentang pemikiran samurai Jepang (Bushido) yang
sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat Jepang. Lalu, terdapat perayaan
Tanabata atau (Tanabata Matsuri) yang dirayakan pada bulan ke-7 dan hari ke-7 pada
kalender Jepang yang biasanya jatuh pada bulan Agustus. Pada perayaa tersebut,
masyarakat Jepang menaruh pohon bambu di depan rumahnya yang berisikan
permohonan-permohonan yang mereka ingin wujudkan pada tahun ini. Selain itu
juga, di Jepang bayi yang baru lahir di rayakan pada hari ke-7, sedangkan orang yang
meninggal di lakukan upacara duka cita selama 7 hari dan selanjutnya diadakan
kembali pada bulan ke-7 sejak kematian orang tersebut. Dan terlebih lagi, pada ajaran

1
Buddha yang merupakan salah satu agama yang di percaya di Jepang memiliki
kepercayaan tentang 7 reinkarnasi dan kepercayaan tentang 7 dewa pembawa
keberuntungan.

Shichifukujin telah menjadi sangat berperan penting dalam kebudayaan dan


kepercayaan Jepang semenjak zaman Muromachi yaitu pada abad ke-15. Kepercayaan
Tersebut popular di kalangan petani, pengerajin, dan pedagang yang merupakan 3
kelas terbawah pada masyarakat Jepang saat itu. Ketujuh dewa tersebut merupakan
dewa yang diadopsi dari tiga aliran yaitu, Budha, Tao, dan Shinto, dan diambil dari 3
negara, yaitu India, China, dan Jepang itu sendiri. Dewa yang benar-benar berasal dari
Jepang adalah hanya Dewa Ebisu saja. Akan tetapi, 7 dewa tersebut dalam mitos
masyarakat Jepang mempunyai versi yang berbeda dengan versi dari negara lain.

Ke 7 dewa tersebut sering


digambarkan dengan dewa yang
berada di dalam kapal Takarabune
() atau yang juga bisa disebut
dengan kapal harta karun. Di
dalam tradisi masyarakat Jepang,
ke-7 dewa tersebut dipercaya akan
datang ke kota ketika tahun baru
dan membagikan banyak hadiah kepada manusia yang beruntung. Pada tahun baru
juga, anak-anak menerima uang yang dimasukan kedalam amplop merah yang
ternyata disimbolkan sebagai kapal yang dinaiki oleh para dewa tersebut. Selain itu
juga, kapal yang dinaiki oleh pada dewa tersebut sering digambarkan dan menjadi
salah satu karya seni yang diminati masyarakat.

7 Dewa pembawa keberuntungan tersebut diantaranya adalah;

Dari kiri ke kanan: Hotei, Jurjin, Fukurokuju, Bishamonten, Benzaiten, Daikokuten, Ebisu.

2
1. Dewa Hotei/ (Dewa kelimpahan kesehatan dan kemakmuran)
Dewa Hotei adalah Dewa yang digambarkan
sebagai Dewa yang berperawakan tambun yang selalu
membawa tasbih, karung, dan selalu tertawa. Dewa Hotei
atau yang biasa dikenal dengan Buddha yang tertawa
adalah dewa yang aslinya berasal dari negara China.
Dewa Hotei ini dipercaya oleh masyarakat setempat
sebagai Dewa yang pembawa kesehatan dan kemakmuran
bagi masyarakat. Nama lain dari Dewa Hotei adalah Bu
Dai.
Di Jepang, Dewa Hotei di buatkan
kuil khusus untuk menghormati beliau dan
meminta kesehatan dan kemakmuran yang
berlimpah. Kuil yang dibangun khusus
untuk Dewa Hotei dinamakan kuil
Kinpzan Jchi-ji ()

2. Dewa Jurojin/ (Dewa umur panjang)


Dewa Jurojin adalah aslinya berasal dari China. Beliau
juga dikenal sebagai Lao Zi atau Maha Dewa Tai Shang Lao Jun.
Jurojin merupakan seorang filsuf dan guru agung yang terkenal
pada ajaran Tao di China. Jurojin sering digambarkan sebagai
dewa yang berperawakan tua, memiliki janggut putih yang
panjang, botak, serta berbadan kecil dengan tinggi hanya 3 Shaku
atau kurang lebih 90cm. Jurjin berjalan dengan menggunakan
tongkat sambil membawa kipas. Jurjin memiliki sebuah
gulungan yang terikat pada tongkatnya yang merupakan sebuah
kertas yang berisikan umur semua makhluk hidup. Gulungan tersebut juga terkadang
diidentifikasikan sebagai sutra Buddha. Jurjin juga selalu di dampingi oleh seekor
rusa yang merupakan symbol umur panjang sebagai utusannya. Utusan Jurjin yang
lainnya adalah kura-kura, dan burung bangau.

3
Dewa Jurjin juga dibuatkan kuil
sendiri. Kuil tersebut ditujukan untuk
beribadah dan memohon umur yang panjang.
Kuil tersebut terletak di daerah Tokyo. Nama
dari kuil Jurojin adalah
Fukagawa Shinmei-g. Kuil tersebut memiliki
festival yang terkenal yaitu festival Fukugawa Mizukake.

3. Dewa Fukurokuju/ (Dewa kebahagiaan, kemakmuran, dan umur


panjang)
Dewa Fukurokuju sama seperti Dewa Jurjin yang
berasal dari China. Dewa Fukurokuju sendiri dikenal
sebagai Dewa Bintang Selatan yang tugasnya mengurus
umur manusia di bumi. Dalam bahasa Jepang, arti dari
Fukurokujin itu sendiri adalah fuku, yang artinya
"kebahagiaan"; roku, "kemakmuran"; and ju, "panjang
umur". Selain itu juga, Fukurokuju juga dikenal sebagai
Dewa kebijaksanaan. Masyarakat Jepang dan China
sering keliru atas perbedaan Dewa Jurjin dan Dewa
Fukurokuju karena mereka sama-sama dewa yang mengurus umur manusia di bumi.
Dewa Fukurokuju sering digambarkan dengan Dewa yang berperawakan pendek
hampir kerdil dengan jidat dan kepala yang panjang. Dewa Fukurokuju memakai
jubah China dan selalu membawa tongkat. Beliau juga memiliki utusan, yaitu burung
bangau putih.
Kuil yang khusus dibuat untuk menghormati
Dewa Fukurokuju adalah kuil (Shingy-ji).
Berbeda dengan kuil-kuil Dewa yang lain, kuil untuk
Dewa Fukurokuju dibuat dengan sangat kecil dan
terlihat seperti altar.
4. Dewa Bishamonten/ (Dewa prajurit)
Bishamonten adalah Dewa yang aslinya berasal dari India. Bishamoten juga
dikenal sebagai Vaisravana, salah satu Catur Maha Raja yang digambarkan sebagai
Dewa prajurit berbaju baja dan membawa tombak. Di tangannya ia membawa pagoda

4
yang digambarkan sebagai tempat penyimpanan gulungan
sutra Buddha. Bishamonten adalah dewa pelindung hukum
serta pelindung perang. Barang siapa yang menaati
peraturannya maka orang tersebut akan mendapat
perlindungannya serta dijauhi dari kemalangan. Bishamonten
juga merupakan salah satu dari anggota Shi-Tenno, atau
empat Dewa Pelindung kaisar. Ketika melindungi hukum, ia
dibantu oleh Shintoku Taishi untuk membawa agam Buddha
ke istana kaisar. Selain itu juga, Jendral perang ternama
Uesugi Kenshin (15301578) sangat mengabdi kepada
Bishamoten. Dimana beliau selalu menaruh nama dari dewa tersebut di setiap bendera
dan spanduk yang dibawa ketika perang.
Kuil yang dibangun khusus untuk menghormati Dewa Bishamoten adalah kuil
( ) Ryk-in. Pada kuil tersebut terdapat papan yang bertuliskan Bishamoten
yang sangat besar. Akan tetapi, patung Bishamoten terdapat di kuil Todai-ji yang
difugsikan agar Bishamoten dapat mengawasi kuil tersebut dan daerah yang berada di
sekitarnya.

5. Dewi Benzaiten/ (Dewi ilmu pengetahuan, seni dan keindahan)


Benzaiten adalah satu-satunya Dewa
perempuan dari anggota 7 Dewa pembawa
keberuntungan. Dewi Benzaiten adalah dewa
yang aslinya berasal dari India yang juga biasa
dikenal sebagai Dewi Saraswati. Dewi
Bezaiten adalah Dewi yang digambarkan
sebagai Dewi yang duduk diatas naga dengan
membawa seruling (biwa) atau Shamisen.
Pemujaan terhadap Dewi Binzaiten sudah
dilakukan di jepang dari abad ke-6 sampai
abad ke-8. Dewi Binzaiten menjadi sangat terkenal di Jepang karena Benzaiten
merupakan Dewi yang mempunyai peran yang kuat dalam penyatuan aliran agama
Buddha dan Shinto.
Di Jepang, Benzaiten juga dikenal sebagai Dewi Kecantikan. Pada cerita dan

5
kepercayaan Jepang kuno, jika seorang ibu ingin
memiliki anak yang cantik atau tampan, beliau
akan pergi ke kuil Benzaiten untuk bertapa,
berpuasa, dan berdoa kepada beliau selama tujuh
hari di dalam kamar yang sudah di khususkan atau
di dalam gua dengan bersungguh-sungguh. Jika
permohonan dari ibu tersebut dikabulkan, Dewi Benzaiten akan datang kedalam
mimpinya dan permohonan dari ibu tersebut akan segera tercapai. Kuil yang
dihususkan dibuat untuk Dewi Benzaiten adalah kuil Zeniarai Benzaiten Ugafuku
ShrineBenzaiten yang sudah dibanun pada zaman kamakura dan kuil Kawahara.
6. Dewa Daikokuten/ (Dewa kekayaan, perdagangan dan perdagangan.)
Dewa Daikokuten adalah ayah dari Dewa Ebisu yang
aslinya berasal dari India dan dikenal juga sebagai
Mahakala. Dewa Daikokuten juga disebut sebagai Dewa
penguasa wakt. Akan tetapi, di Jepang Dewa Daikokuten
sangat dihormati sebagai Dewa yang mengurus bumi seperti
hasil panen. Dewa Daikokuten adalah dewa yang yang kaya
raya dan selalu duduk diatas tumpukan karung beras.
Daikokuten juga berperawakan tambun, memakai baju dan
celana yang sangat besar, serta membawa palu dan karung
beras. Jika palu tersebut di hentakkan akan terjadi hujan uang atau hujan rezaki.
Karung yang selalu beliau bawa berisikan beras, biji-bijian, hasil panen, dan uang.
Ketika beliau berjalan beliau juga selalu diikuti oleh seekor tikus. Akan tetapi, beliau
tidak sadar akan kehadiran dari tikus tersebut. Hal tersebut dapat diartikan sebagai,
manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya bukan untuk
melesatarikan kekayaan orang lain. Jika manusia tersebut tidak bekerja keras, mereka
pasti akan tertimpa kesialan.
Di Jepang, Dewa Daikokuten sangat di agung-
agungkan oleh para petani, nelayan, dan pengerajin
karena Dewa Daikokuten adalah Dewa sumber rezeki
dari mata pencaharian kalangan tersebut. Daikokuten
juga dibuatkan kuil khusus, yaitu kuil Enju-In di
Tokyo. Setiap akhir tahun, terdapat perayaan di kuil

6
Senso-Ji dimana terdapat pasar malam yang sangat besar yang bertujuan untuk
mencari keuntungan sekaligus menghormati Dewa Daikokuten.

7. Dewa Ebisu/ (Dewa nelayan atau pedagang).


Dewa Ebisu adalah anak dari Dewa Daikokuten. Dewa
Ebisu adalah satu-satunya dewa yang bukan adopsi dari
negara atau ajaran agama lain. Dewa Ebisu adalah Dewa
asli dari Jepang. Dewa Ebisu adalah Dewa yang suka
mengunjungi manusia. Apabila manusia tersebut
memperlakukan beliau dengan baik, maka orang tersebut
akan dilimpahkan segala rezeki dan akan mendapatkan
keberuntungan. Ebisu adalah Dewa yang memakai baju
Heian dan membawa alat pancing yang terdapat ikan air
tawar yang menggantung, beliau adalah Dewa yang populer di kalangan nelayan dan
juga pedagang. Ebisu sering berubah menjadi manusia untuk mengetahui bagaimana
manusia yang lain memperlakukan dirinya. Ebisu juga dikenal sebagai Dewa yang
hidup di dalam air. Apabila ada nelayan yang menangkapnya, ia seketika berubah
menjadi batu atau wujud-wujud aneh lainnya dan apabila nelayan tersebut
merawatnya dengan baik, seperti memberi makan dan memberi tempat tinggal
untuknya. Maka, hal tersebut akan membawa keberuntungan bagi nelayan tersebut.
Dewa Ebisu juga dikenal sebagai Dewa Hiruko, anak pertama dari Izanami dan
Izanagi (pencipta pulau Jepang) yang tidak mempunyai tangan dan kaki. Ebisu juga
dikatakan sebagai dewa yang tuli. Sehingga ia tidak dapat mendengar panggilan Dewa
yang lainnya. Oleh karena itu, ia membuat praktek menepukkan tangan dan
membunyikan bel agar beliau dapat mengetahui panggilan dari Dewa yang lainnya.
Praktek seperti ini sampai sekarang masih digunakan oleh penganut agama Shinto dan
Buddha ketika mengunjungi kuil. Kuil yang dibuat khusus untuk Dewa Ebisu adalah
( ) TomiokaHachiman-g. Di kuil tersebut terdapat perayaan untuk
memperingati hari tanpa Dewa yang diperingati setiap tanggal 20 di bulan November.
Dari ketujuh Dewa pembawa keberuntungan tersebut, kita dapat mengetahui
bahwa Jepang dari zaman dahulu hingga sekarang masih percaya akan para dewa
tersebut. Terlebih lagi, di Jepang terdapat Tour untuk mengunjungi kuil-kuil dari para
Dewa tersebut dan melakukan napak tilas dari bukti-bukti yang mereka tinggalkan di

7
bumi. Nama dari kegiatan tersebut adalah Fukagawa Shichi
Fukujin Meguri (Perjalanan 7 Dewa Keberuntungan). Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, masyarakat Jepang sekarang ini mengalami
fenomena dimana peran dan fungsi dari agama dan kepercayaan di masyarakat
perlahan sirna. Pola pikir dari masyarakat Jepang pun semakin maju karena Jepang
sendiri adalah negara yang maju dengan berpikir lebih rasional. Walaupun Jepang itu
sendiri mengalami sinkrentisme agama dimana mereka berpedoman dan berpegang
teguh pada ajaran agama Shinto dan Buddha dan pada kedua agama tersebut terdapat
banyak kepercayaan dan mitos-mitos yang kebanyakan orang masih percaya. Akan
tetapi, mitos-mitos tersebut seiring dengan perubahan zaman hanya sebagian dari
tradisi yang sudah dilakukan sejak turun temurun. Walaupun mereka juga berpegang
teguh dengan aliran konfusianisme, dimana ke-7 dari dewa ini masih dipercaya.
Mereka mulai berfikir bahwa keberuntungan dan kesuksesan akan dicapai jika mereka
menanamkan sikap Makoto (bersungguh-sungguh, penuh motifasi, dan menolak
tujuan yang bersifat untuk diri sendiri) dan menghargai proses dari segala sesuatu
yang mereka kerjakan, maka keberuntungan dan kesuksesan tersebut akan datang
dengan sendirinya.
Oleh karena itu, mitos yang ada pada masyarakat Jepang lambat laun mulai
tergantikan dengan pemikiran masyarakat Jepang yang lebih logis dan maju.
Walaupun demikian mitos yang ada di masyarakat dengan logos (buah pikir, akal
budi, rasio) tidak dapat dipisahkan kedua hal tersebut memiliki hubungan yang tidak
dapat berdiri-sendiri. Mitos adalah bagian dari awal munculnya logos dan tanpa
munculnya mitos di masyarakat tidak akan terjadi logos, karena penelitian dari logos
tersebut tidak akan terjadi tanpa munculnya mitos dan bisa menyebabkan tidak
adanya pemikiran-pemikiran manusia yang lebih maju dan rasional. Dengan
demikian, peranan mitos dan logos dalam kehidupan manusia sangatlah penting
karena hasil dari keterkaitan antara kedua hal tersebut dapat membuktikan bahwa
manusia pada zaman tersebut sudah memiliki ilmu pengetahuan.

Sumber Referensi:
1. Roberts, Jeremy. 2009, Japanese Mythology A to Z. Infobase Publishing.
2. T. Suzuki. 1907, The Seven Gods of Bliss, The Open Court.
3. Ashkenazi, Michael. 2003, Handbook of Japanese Mythology. ABC-CLIO.

8
9

Anda mungkin juga menyukai