Dalam Ilmu Filsafat yang sedang kita pelajari saat ini kita diajarkan tentang
apa itu mitos dan bagaimana mitos yang berkembang pada masyarakat pada saat itu
mulai kurang di percayai lagi oleh masyarakat sekitar yang dikarenakan
berkembangnya pola pikir manusia yang lebih logis seiring perkembangan zaman.
Sehingga, mitos yang berkembang pada masyarakat tersebut pun berubah menjadi
logos (buah pikir, akal budi, rasio). Dengan demikian, kali ini saya akan menjelaskan
dan menjabarkan mengenai salah satu mitos yang ada di negara Jepang. Tugas ini
saya kerjakan dikarenakan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester mata kuliah
Pengantar Filsafat dan Pemikiran Modern.
Mitos yang akan saya bahas adalah mitos mengenai 7 dewa pembawa
keberuntungan yang ada di Jepang. 7 Dewa pembawa keberuntungan tersebut adalah
dewa-dewa yang dipercaya keberadaannya oleh penganut agama Shinto dan Buddha
di Jepang. Dalam masyarakat Jepang, Dewa-Dewa tersebut biasa disebut juga dengan
(Shichi Fukujin) yang maksudnya adalah (Shichi) yang artinya tujuh dan
(Fukujin)yang artinya pembawa keberuntungan.
Angka 7 adalah angka yang dipercaya mempunyai arti yang penting dan
spesial sejak ratusan tahun yang lalu bagi masyarakat Asia, dan salah satunya adalah
Jepang. Salah satu kepercayaan tentang spesialnya angka 7 pada masyarakat Jepang
adalah, terdapat 7 prinsip dasar tentang pemikiran samurai Jepang (Bushido) yang
sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat Jepang. Lalu, terdapat perayaan
Tanabata atau (Tanabata Matsuri) yang dirayakan pada bulan ke-7 dan hari ke-7 pada
kalender Jepang yang biasanya jatuh pada bulan Agustus. Pada perayaa tersebut,
masyarakat Jepang menaruh pohon bambu di depan rumahnya yang berisikan
permohonan-permohonan yang mereka ingin wujudkan pada tahun ini. Selain itu
juga, di Jepang bayi yang baru lahir di rayakan pada hari ke-7, sedangkan orang yang
meninggal di lakukan upacara duka cita selama 7 hari dan selanjutnya diadakan
kembali pada bulan ke-7 sejak kematian orang tersebut. Dan terlebih lagi, pada ajaran
1
Buddha yang merupakan salah satu agama yang di percaya di Jepang memiliki
kepercayaan tentang 7 reinkarnasi dan kepercayaan tentang 7 dewa pembawa
keberuntungan.
Dari kiri ke kanan: Hotei, Jurjin, Fukurokuju, Bishamonten, Benzaiten, Daikokuten, Ebisu.
2
1. Dewa Hotei/ (Dewa kelimpahan kesehatan dan kemakmuran)
Dewa Hotei adalah Dewa yang digambarkan
sebagai Dewa yang berperawakan tambun yang selalu
membawa tasbih, karung, dan selalu tertawa. Dewa Hotei
atau yang biasa dikenal dengan Buddha yang tertawa
adalah dewa yang aslinya berasal dari negara China.
Dewa Hotei ini dipercaya oleh masyarakat setempat
sebagai Dewa yang pembawa kesehatan dan kemakmuran
bagi masyarakat. Nama lain dari Dewa Hotei adalah Bu
Dai.
Di Jepang, Dewa Hotei di buatkan
kuil khusus untuk menghormati beliau dan
meminta kesehatan dan kemakmuran yang
berlimpah. Kuil yang dibangun khusus
untuk Dewa Hotei dinamakan kuil
Kinpzan Jchi-ji ()
3
Dewa Jurjin juga dibuatkan kuil
sendiri. Kuil tersebut ditujukan untuk
beribadah dan memohon umur yang panjang.
Kuil tersebut terletak di daerah Tokyo. Nama
dari kuil Jurojin adalah
Fukagawa Shinmei-g. Kuil tersebut memiliki
festival yang terkenal yaitu festival Fukugawa Mizukake.
4
yang digambarkan sebagai tempat penyimpanan gulungan
sutra Buddha. Bishamonten adalah dewa pelindung hukum
serta pelindung perang. Barang siapa yang menaati
peraturannya maka orang tersebut akan mendapat
perlindungannya serta dijauhi dari kemalangan. Bishamonten
juga merupakan salah satu dari anggota Shi-Tenno, atau
empat Dewa Pelindung kaisar. Ketika melindungi hukum, ia
dibantu oleh Shintoku Taishi untuk membawa agam Buddha
ke istana kaisar. Selain itu juga, Jendral perang ternama
Uesugi Kenshin (15301578) sangat mengabdi kepada
Bishamoten. Dimana beliau selalu menaruh nama dari dewa tersebut di setiap bendera
dan spanduk yang dibawa ketika perang.
Kuil yang dibangun khusus untuk menghormati Dewa Bishamoten adalah kuil
( ) Ryk-in. Pada kuil tersebut terdapat papan yang bertuliskan Bishamoten
yang sangat besar. Akan tetapi, patung Bishamoten terdapat di kuil Todai-ji yang
difugsikan agar Bishamoten dapat mengawasi kuil tersebut dan daerah yang berada di
sekitarnya.
5
kepercayaan Jepang kuno, jika seorang ibu ingin
memiliki anak yang cantik atau tampan, beliau
akan pergi ke kuil Benzaiten untuk bertapa,
berpuasa, dan berdoa kepada beliau selama tujuh
hari di dalam kamar yang sudah di khususkan atau
di dalam gua dengan bersungguh-sungguh. Jika
permohonan dari ibu tersebut dikabulkan, Dewi Benzaiten akan datang kedalam
mimpinya dan permohonan dari ibu tersebut akan segera tercapai. Kuil yang
dihususkan dibuat untuk Dewi Benzaiten adalah kuil Zeniarai Benzaiten Ugafuku
ShrineBenzaiten yang sudah dibanun pada zaman kamakura dan kuil Kawahara.
6. Dewa Daikokuten/ (Dewa kekayaan, perdagangan dan perdagangan.)
Dewa Daikokuten adalah ayah dari Dewa Ebisu yang
aslinya berasal dari India dan dikenal juga sebagai
Mahakala. Dewa Daikokuten juga disebut sebagai Dewa
penguasa wakt. Akan tetapi, di Jepang Dewa Daikokuten
sangat dihormati sebagai Dewa yang mengurus bumi seperti
hasil panen. Dewa Daikokuten adalah dewa yang yang kaya
raya dan selalu duduk diatas tumpukan karung beras.
Daikokuten juga berperawakan tambun, memakai baju dan
celana yang sangat besar, serta membawa palu dan karung
beras. Jika palu tersebut di hentakkan akan terjadi hujan uang atau hujan rezaki.
Karung yang selalu beliau bawa berisikan beras, biji-bijian, hasil panen, dan uang.
Ketika beliau berjalan beliau juga selalu diikuti oleh seekor tikus. Akan tetapi, beliau
tidak sadar akan kehadiran dari tikus tersebut. Hal tersebut dapat diartikan sebagai,
manusia harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya bukan untuk
melesatarikan kekayaan orang lain. Jika manusia tersebut tidak bekerja keras, mereka
pasti akan tertimpa kesialan.
Di Jepang, Dewa Daikokuten sangat di agung-
agungkan oleh para petani, nelayan, dan pengerajin
karena Dewa Daikokuten adalah Dewa sumber rezeki
dari mata pencaharian kalangan tersebut. Daikokuten
juga dibuatkan kuil khusus, yaitu kuil Enju-In di
Tokyo. Setiap akhir tahun, terdapat perayaan di kuil
6
Senso-Ji dimana terdapat pasar malam yang sangat besar yang bertujuan untuk
mencari keuntungan sekaligus menghormati Dewa Daikokuten.
7
bumi. Nama dari kegiatan tersebut adalah Fukagawa Shichi
Fukujin Meguri (Perjalanan 7 Dewa Keberuntungan). Akan tetapi, seiring dengan
perkembangan dan kemajuan zaman, masyarakat Jepang sekarang ini mengalami
fenomena dimana peran dan fungsi dari agama dan kepercayaan di masyarakat
perlahan sirna. Pola pikir dari masyarakat Jepang pun semakin maju karena Jepang
sendiri adalah negara yang maju dengan berpikir lebih rasional. Walaupun Jepang itu
sendiri mengalami sinkrentisme agama dimana mereka berpedoman dan berpegang
teguh pada ajaran agama Shinto dan Buddha dan pada kedua agama tersebut terdapat
banyak kepercayaan dan mitos-mitos yang kebanyakan orang masih percaya. Akan
tetapi, mitos-mitos tersebut seiring dengan perubahan zaman hanya sebagian dari
tradisi yang sudah dilakukan sejak turun temurun. Walaupun mereka juga berpegang
teguh dengan aliran konfusianisme, dimana ke-7 dari dewa ini masih dipercaya.
Mereka mulai berfikir bahwa keberuntungan dan kesuksesan akan dicapai jika mereka
menanamkan sikap Makoto (bersungguh-sungguh, penuh motifasi, dan menolak
tujuan yang bersifat untuk diri sendiri) dan menghargai proses dari segala sesuatu
yang mereka kerjakan, maka keberuntungan dan kesuksesan tersebut akan datang
dengan sendirinya.
Oleh karena itu, mitos yang ada pada masyarakat Jepang lambat laun mulai
tergantikan dengan pemikiran masyarakat Jepang yang lebih logis dan maju.
Walaupun demikian mitos yang ada di masyarakat dengan logos (buah pikir, akal
budi, rasio) tidak dapat dipisahkan kedua hal tersebut memiliki hubungan yang tidak
dapat berdiri-sendiri. Mitos adalah bagian dari awal munculnya logos dan tanpa
munculnya mitos di masyarakat tidak akan terjadi logos, karena penelitian dari logos
tersebut tidak akan terjadi tanpa munculnya mitos dan bisa menyebabkan tidak
adanya pemikiran-pemikiran manusia yang lebih maju dan rasional. Dengan
demikian, peranan mitos dan logos dalam kehidupan manusia sangatlah penting
karena hasil dari keterkaitan antara kedua hal tersebut dapat membuktikan bahwa
manusia pada zaman tersebut sudah memiliki ilmu pengetahuan.
Sumber Referensi:
1. Roberts, Jeremy. 2009, Japanese Mythology A to Z. Infobase Publishing.
2. T. Suzuki. 1907, The Seven Gods of Bliss, The Open Court.
3. Ashkenazi, Michael. 2003, Handbook of Japanese Mythology. ABC-CLIO.
8
9