Anda di halaman 1dari 6

Agama Shinto (Ajaran dan Sejarahnya) di Jepang

Agama Jepang biasanya disebut dengan agama Shinto. Sebagai agama asli bangsa Jepang, agama
tersebut memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya
maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat ruwet. Banyak istilah-istilah dalam
agama Shinto yang sukar dialih bahasakan dengan tepat ke dalam bahasa lainnya. Kata-kata Shinto
sendiri sebenarnya berasal dari bahasa China yang berarti jalan para dewa, pemujaan para dewa,
pengajaran para dewa, atau agama para dewa. Dan nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk
pertama kalinya untuk menyebut agama asli bangsa Jepang itu ketika agama Buddha dan agama
konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam masehi.
Pertumbuhan dan perkembagan agama serta kebudayaan Jepang memang memperlihatkan
kecenderungan yang asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negeri itu telah menerima
berbagai macam pengaruh, baik kultural maupun spiritual dari luar. Semua pengaruh itu tidak
menghilangkan tradisi asli, dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut justru memperkaya kehidupan
spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa
dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dan dalam proses perpaduan
itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan
kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari
luar itu telah membawa kelahiran suatu agama baru yaitu agama Shinto, agama asli Jepang.
SHINTOISME (AGAMA SHINTO)
I. Pengertian
Shinto adalah kata majemuk daripada Shin dan To. Arti kata Shin adalah roh dan To adalah
jalan. Jadi Shinto mempunyai arti lafdziah jalannya roh, baik roh-roh orang yang telah meninggal
maupun roh-roh langit dan bumi. Kata To berdekatan dengan kata Tao dalam taoisme yang berarti
jalannya Dewa atau jalannya bumi dan langit. Sedang kata Shin atau Shen identik dengan kata
Yin dalam taoisme yang berarti gelap, basah, negatif dan sebagainya ; lawan dari kata Yang. Dengan
melihat hubungan nama Shinto ini, maka kemungkinan besar Shintoisme dipengaruhi faham
keagamaan dari Tiongkok.
Sedangkan Shintoisme adalah faham yang berbau keagamaan yang khusus dianut oleh bangsa Jepang
sampai sekarang. Shintoisme merupakan filsafat religius yang bersifat tradisional sebagai warisan nenek
moyang bangsa Jepang yang dijadikan pegangan hidup. Tidak hanya rakyat Jepang yang harus menaati
ajaran Shintoisme melainkan juga pemerintahnya juga harus menjadi pewaris serta pelaksana agama
dari ajaran ini.
II. Sejarah
Shintoisme (agama Shinto) pada mulanya adalah merupakan perpaduan antara faham serba jiwa
(animisme) dengan pemujaan terhadap gejala-gejala alam. Shintoisme dipandang oleh bangsa Jepang
sebagai suatu agama tradisional warisan nenek moyang yang telah berabad-abad hidup di Jepang,
bahkan faham ini timbul daripada mitos-mitos yang berhubungan dengan terjadinya negara Jepang. Latar
belakang historis timbulnya Shintoisme adalah sama-sama dengan latar belakang historis tentang asalusul timbulnya negara dan bangsa Jepang. Karena yang menyebabkan timbulnya faham ini adalah
budidaya manusia dalam bentuk cerita-cerita pahlawan (mitologi) yang dilandasi kepercayaan animisme,
maka faham ini dapat digolongkan dalam klasifikasi agama alamiah.
Nama Shinto muncul setelah masuknya agama Buddha ke Jepang pada abad keenam masehi yang
dimaksudkan untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang. Selama berabad-abad antara agama
Shinto dan agama Buddha telah terjadi percampuran yang sedemikian rupa (bahkan boleh dikatakan
agama Shinto berada di bawah pengaruh kekuasaan agama Buddha) sehingga agama Shinto senantiasa
disibukkan oleh usaha-usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya sendiri.

Pada perkembangan selanjutnya, dihadapkan pertemuan antara agama Budha dengan kepercayaan asli
bangsa Jepang (Shinto) yang akhienya mengakibatkan munculnya persaingan yang cukup hebat antara
pendeta bangsa Jepang (Shinto) dengan para pendeta agama Buddha, maka untuk mempertahankan
kelangsungan hidup agama Shinto para pendetanya menerima dan memasukkan unsur-unsur Buddha ke
dalam sistem keagamaan mereka. Akibatnya agama Shinto justru hampir kehilangan sebagian besar sifat
aslinya. Misalnya, aneka ragam upacara agama bahkan bentuk-bentuk bangunan tempat suci agama
Shinto banyak dipengaruhi oleh agama Buddha. Patung-patang dewa yang semula tidak dikenal dalam
agama Shinto mulai diadakan dan ciri kesederhanaan tempat-tempat suci agama Shinto lambat laun
menjadi lenyap digantikan dengan gaya yang penuh hiasan warna-warni yang mencolok.
Tentang pengaruh agama Buddha yang lain nampak pada hal-hal seperti anggapan bahwa dewa-dewa
Shintoisme merupakan Awatara Buddha (penjelmaan dari Buddha dan Bodhisatwa), Dainichi Nyorai
(cahaya besar) merupakan figur yang disamakan dengan Waicana (salah satu dari dewa-dewa penjuru
angin dalam Budhisme Mahayana), hal im berlangsung sampai abad ketujuh belas masehi.
Setelah abad ketujuh belas timbul lagi gerakan untuk menghidupkan kembali ajaran Shinto murni di
bawah pelopor Kamamobuchi, Motoori, Hirata, Narinaga dan lain-lain dengan tujuan bangsa Jepang ingin
membedakan Badsudo (jalannya Buddha) dengan Kami (roh-roh yang dianggap dewa oleh bangsa
Jepang) untuk mempertahankan kelangsungan kepercayaannya.
Pada abad kesembilan belas tepatnya tahun 1868 agama Shinto diproklamirkan menjadi agama negara
yang pada saat itu agama Shinto mempunyai 10 sekte dan 21 juta pemeluknya. Sejak saat itu dapat
dikatakan bahwa paham Shintoisme merupakan ajaran yang mengandung politik religius bagi Jepang,
sebab saat itu taat kepada ajaran Shinto berarti taat kepada kaisar dan berarti pula berbakti kepada
negara dan politik negara.
III. Kepercayaan dan Peribadatan Agama Shinto
A. Kepercawaan agama Shinto
Dalam agama Shinto yang merupakan perpaduan antara faham serba jiwa (animisme) dengan pemujaan
terhadap gejala-gejala alam mempercayai bahwasanya semua benda baik yang hidup maupun yang mati
dianggap memiliki ruh atau spirit, bahkan kadang-kadang dianggap pula berkemampuan untuk bicara,
semua ruh atau spirit itu dianggap memiliki daya kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan
mereka (penganut Shinto), daya-daya kekuasaan tersebut mereka puja dan disebut dengan Kami.
Istilah Kami dalam agama Shinto dapat diartikan dengan di atas atau unggul, sehingga apabila
dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual, maka kata Kami dapat dialih bahasakan
(diartikan) dengan Dewa (Tuhan, God dan sebagainya). Jadi bagi bangsa Jepang kata Kami tersebut
berarti suatu objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan
yang ada dalam agama lain.
Dewa-dewa dalam agama Shinto jumlahnya tidak terbatas, bahkan senantiasa bertambah, hal ini
diungkapkan dalam istilah Yao-Yarozuno Kami yang berarti delapan miliun dewa. Menurut agama
Shinto kepercayaan terhadap berbilangnya tersebut justru dianggap mempunyai pengertian yang positif.
Sebuah angka yang besar berarti menunjukkan bahwa para dewa itu memiliki sifat yang agung, maha
sempurna, maha suci dan maha murah. Oleh sebab itu angka-angka seperti 8, 80, 180, 5, 100, 10, 50,
100, 500 dan seterusnya dianggap sebagai angka-angka suci karena menunjukkan bahwa jumlah para
dewa itu tidak terbatas jumlahnya. Dan seperti halnya jumlah angka dengan bilangannya yang besar
maka bilangan itu juga menunjukkan sifat kebesaran dan keagungan Kami.
Pengikut-pengikut agama Shinto mempunyai semboyan yang berbunyi Kami negara - no mishi yang
artinya : tetap mencari jalan dewa. Kepercayaan kepada Kami daripada benda-benda dan seseorang,
keluarga, suku, raja-raja sampai kepada Kami alam raya menimbulkan kepercayaan kepada dewadewa. Orang Jepang (Shinto) mengakui adanya dewa bumi dan dewa langit (dewa surgawi) dan dewa
yang tertinggi adalah Dewi Matahari (Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan pemberi kamakmuran
dan kesejahteraan serta kemajuan dalam bidang pertanian.
Disamping mempercayai adanya dewa-dewa yang memberi kesejahteraan hidup, mereka juga

mempercayai adanya kekuatan gaib yang mencelakakan, yakni hantu roh-roh jahat yang disebut dengan
Aragami yang berarti roh yang ganas dan jahat. Jadi dalam Shintoisme ada pengertian kekuatan gaib
yang dualistis yang satu sama lain saling berlawanan yakni Kami versus Aragami (Dewi melawan roh
jahat) sebagaimana kepercayaan dualisme dalam agama Zarathustra.
Dari kutipan di atas dapat dilihat adanya tiga hal yang terdapat dalam konsepsi kedewaan agama Shinto,
yaitu :
1. Dewa-dewa yang pada umumnya merupakan personifikasi dari gejala-gejala alam itu dianggap dapat
mendengar, melihat dan sebagainya sehingga harus dipuja secara langsung.
2. Dewa-dewa tersebut dapat terjadi (penjelmaan) dari roh manusia yang sudah meninggal.
3. Dewa-dewa tersebut dianggap mempunyai spirit (mitama) yang beremanasi dan berdiam di tempattempat suci di bumi dan mempengaruhi kehidupan manusia.
B. Peribadatan agama Shinto
Agama Shinto sangat mementingkan ritus-ritus dan memberikan nilai sangat tinggi terhadap ritus yang
sangat mistis. Menurut agama Shinto watak manusia pada dasarnya adalah baik dan bersih. Adapun
jelek dan kotor adalah pertumbuhan kedua, dan merupakan keadaan negatif yang harus dihilangkan
melalui upacara pensucian (Harae). Karena itu agama Shinto sering dikatakan sebagai agama yang
dimulai dengan dengan pensucian dan diakhiri dengan pensucian. Upacara pensucian (Harae)
senantiasa dilakukan mendahului pelaksanaan upacara-upacara yang lain dalam agama Shinto.
Ritus-ritus yang dilakukan dalam agama Shinto terutama adalah untuk memuja dewi Matahari
(Ameterasu Omikami) yang dikaitkan dengan kemakmuran dan kesejahteraan serta kemajuan dalam
bidang pertanian (beras), yang dilakukan rakyat Jepang pada Bulan Juli dan Agustus di atas gunung
Fujiyama.
TAOISME
A. Latar belakang munculnya Taoisme
Menurut tradisi, taoisme berasal dari seorang ahli pikir tiongkok yang terkenal dengan nama Lao tzu
(guru tua) yang diperkirakan lahir pada tahun 600 SM dan ada yang mengatakan ia lahir pada tahun 640
SM. Beberapa sarjana menyatakan bahwa beliau hidup tiga abad kemudian dari tahun tersebut,
sedangkan dari sarjana lainnya lagi bersikap ragu-ragu apakah beliau ini pernah benar-benar ada.
Menurut dugaan, Lao tzu hidup 50 tahun lebih dahulu dari pada Kun Fu Tse. Karena tahun kelahiran Kun
Fu Tse diperkirakan pada 551 SM. Mengenai orang tuanya, masa kanak-kanak serta pendidikannya tidak
banyak diketahui orang sebab tidak pernah ditulis dalam buku sejarah. Akan tetapi setelah ajaranajarannya yang berhubungan dengan mistik mulai dikenal oleh para ahli pengetahuan dan ahli filsafat di
seluruh Tiongkok dalam masa-masa kemudian, maka baru timbul legenda tentang kehidupannya
meskipun legenda tersebut tetap masih berupa teka-teki.
Lao tze dengan tekunnya mempelajari buku-buku kuno dan kemudian membentuk pendapatnya sendiri
tentang agama dan filsafat yang pada masa kemudian sangat menarik perhatian orang-orang yang
mempelajarinya. Ketika berumur 90 tahun dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya sebagai
pegawai arsip kerajaan untuk kemudian melakukan pengembaraan ke seluruh negara guna menghindari
tindakan raja yang ia anggap kejam atau dholim. Dia membeli sebuah kereta kecil yang ditarik oleh
seekor sapi htam dan dengan keretanya itu ia menuju ke daerah Chu, akan tetapi ketika melintasi
perbatasan, seorang penjaga perbatasan mengenalnya, penjaga perbatasan tersebut barnama Yin Hse
menegurnya : Tuan selalu menyukai hidup sebagai seorang pertapa, akan tetapi tuan tidak pernah
menulis ajaran-ajaran tuan sekarang tuan ingin meninggalkan daerah ini, pelajaran tuan akan dilupakan
orang maka dan itu saya tak akan mengijinkan tuan untuk menyeberang sehingga tuan menulis pokokpokok ajaran tuan.
Untuk memenuhi permintaan itu Lao Tse tertahan diperbatasan tersebut untuk menulis ajarannya dalam
5000 kata-kata yang terbagi 81 syair pendek, yang kemudian syair-syair tesebut disebut : Tao Te King.

Lao Tse kemudian menyerahkan tulisannya kepada Yin Hse dengan menyatakan bahwa inilah yang
harus saya ajarkan, sekarang izinkanlah saya meninggalkan tempat ini. Buku Tao Te King merupakan
suatu kesaksian dari keserasian manusia dengan alam semesta ini, dapat dibaca hingga selesai dalam
waktu setengah jam ataupun sepanjang hidup dan sampai hari ini merupakan teks dasar bagi
keseluruhan pemikiran Tao.
Setelah kejadian tersebut baik La Tse maupun Yin Hse tidak muncul-muncul lagi seolah-olah mereka tak
pernah hidup, akan tetapi bukunya Tao Te King tetap dipelajari orang. Menurut dugaan beberapa ahli
sejarah, Lao Tse pernah ditemui oleh Kun Fu Tse dan mengadakan perdebatan tentang ajaran-ajarannya
yang sanga antusias baginya. Menurut pendapat Prof James Legge dalam muqoddimah terjemahan buku
Tao Te King, kedua orang tersebut (Kun Fu Tse dan Lao Tse) nampaknya bertemu lebih dari satu kali
dan cenderung untuk menduga bahwa nama Lao Tse adalah timbul dari style bahasa Kun fu Tse
supaya dikenal oleh pengikut-pengikutnya sebagai guru tua. Mereka adalah ahli pikir timur yang
bertemu muka dengan pandangan pikiran yang berbeda, akan tetapi mereka tidak pernah menyinggungnyinggung tentang perbedaan pandangan itu. Kettka Kun Fu Tse masih muda setelah mendapat kabar
bahwa ada seorang ahli pikir tua yang bekerja sebagai pegawai administrasi diperpustakaan kerajaan,
terkenal dengan nama Lao Tse maka ia memutuskan untuk menemuinya.
Menurut pernyataan Kun Fu Tse sendiri yang disampaikan kepada murid-muridnya tentang pertemuan
dengan Lao Tse itu adalah menunjukkan bahwa pertemuan antara keduanya menimbulkan kemarahan
atau pertentangan, oleh karena Kun fu Tse telah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan berat untuk
memancing jawaban-jawaban dari Lao Tse sehubungan dengan ajaran-ajarannya. Dialog antara
keduanya antara lain adalah sebagai berikut : Lao Tse terlebih dahulu bertanya kepadanya tentang halhal yang menarik perhatiannya, maka Kun Fu Tse menjawab bahwa yang menarik perhatian dirinya ialah
sejarah nenek moyang, terutama yang tertulis dalarn kitab Shu King (riwayat). Tetapi Lao Tse menyela :
bahwa orang-orang yang kamu percakapkan itu telah lama meninggal dan tulang-tulangnya telah
menjadi abu didalam kuburan. Kun Fu Tse mengatakan bahwa : Manusia itu menurut watak aslinya
adalah baik dan pengetahuannya dapat menjaganya untuk selalu baik. Kemudian setelah mendengar
uraian. Kun Fu Tse, demikian bertanyalah Lao Tse : tetapi mengapa kamu mempelajari orang-orang
kuno (nenek moyang). Dijawab oleh Kun : pengetahuan yang baru harus berdasarkan pengetahuan
kuno (lama). Belum selesai menerangkan, Lao Tse menganggunya dengan pertanyaan sebagai berikut :
Buanglah sikap ramah tamahmu dan lemparkanlah jubahmu yang indah itu. Orang yang bijaksana
tidaklah memamerkan kekayaannya kepada mereka yang tidak tau dan ia tidak akan dapat mempelajari
keadilan dan orang-orang kuno. Mengapa tidak? Tanya Kun Fu Tse selanjutnya bukannya dengan
memandikan maka seekor burung dara itu menjadi putih jawab Lao Tse. Setelah Kun Fu Tse berfikir
sejenak maka berkatalah ia : Saya tau bagaimana burung terbang, bagaimana ikan berenang,
bagaimana. binatang lari, dan bagaimana yang lari itu bisa, juga tertangkap ikan yang berenang itu bisa
juga terkail, burung terbang bisa juga tertembak. Tetapi ada ular naga yang besar dan saya tidak dapat
menceritakan bagaimana, ia menaiki angin dan dapat mengendarai awan. Saya telah bertemu dan
berbicara dengan Lao Tse dan hanya dapat membandingkan dia dengan ular naga itu. Lalu ia tidak
berkata apapun lagi kepadanya dan berlalulah ia.
Demikianlah salah satu contoh dialog antara dua orang filsuf tersebut, yang ajaran-ajarannya dikemudian
hari besar pengaruhnya terhadap kebudayaan bangsa Tiongkok, bahkan terhadap way of life bangsa
tersebut sampai sekarang, meskipun bangsa tersebut berada dibawah bayang-bayang hitam dan
pemerintahan komunis yang menginginkan hancurnya segala bentuk keagamaan serta tradisi nenek
moyangnya.
B. Pokok-pokok ajaran Taoisme.
Ajaran-ajaran Taoisme tercantum dalam kitabnya yang terkenal dengan nama Tao Te King yang terdiri
dari 25 halaman yang kemudian diberi komentar oleh pelbagai ahli filsafat sehingga menjadi kitab yang
sangat tebal. Kitab tersebut menyimpan suatu pengertian yang ajaib (misterius) yaitu yang tersirat dalam
kata TAO. Kata ini menyulitkan banyak sarjana untuk mengartikannya. Ada yang mengartikan TAO

dengan. Jalan atau Cara atau Akal dan Keutamaan bahkan ada juga yang memberi arti sebagai
Kata-kata suci dan sebagainya. Ajaran Taoisme cenderung membawa tradisi Tiongkok kuno ke dalam
bentuk keagamaan dan filsafat. Dengan demikian berarti Lao Tse menjadikan Taoisme suatu faham yang
dapat mengimbangi faham Konfusianisme yang terkenal dengan faham kuno dan yang berusaha
mempertahankan tradisi Tiongkok dalam bentuk baru tetapi berada pada jalan yang sama dengan yang
dilalui Taoisme.
Taoisme merupakan ajaran falsafah yang bercorak ketimuran terlihat dalam ajaran tersebut pandangan
hidup yang lebih menitik beratkan kepada moral individual dan sosial, sebab ternyata didalam ajaran
tersebut terdapat pandangan prinsipil bahwa manusia harus berbuat sesuai dengan sifat atau watakwatak yang dimiliki berikut : Tao adalah sesuatu yang maha halus dan bilamana sesuatu itu dapat
ditangkap pengertiannya maka ia bukanlah Tao yang sebenar-benarnya. Sesuai dengan sifat atau
watak-watak yang dimiliki oleh Tao yang digambarkan didalam muqoddimah Tao Te King sebagai berikut
Tao adalah sesuatu yang maha halus dan bilamana sesuatu itu dapat ditangkap pengertiannya, maka ia
adalah bukan Tao yang sebenar-benarnya. Karena sifatnya transendental, maka Tao merupakan dasar
segala yang ada. Nyanyian suci yang tertulis dalam kitab Tao Te King antara lain memuja Tao sebagai
hal yang paling gaib; kegaiban dari segala yang gaib, yang merupakan tempat masuk kedalam kegaiban
dari semua kehidupan.
Dengan gambaran sifat-sifat Tao yang demikian rumitnya itu maka manusia hanya akan dapat
menagkapnya melalui semedi (tafakur) atau pandangan dalam, sehingga ia tak dapat diuraikan dalam
untaian dan lukisan kata-kata. Untuk lebih memudahkan memahami pengertian sifat-sifat Tao maka Tao
diberi sifat sebagai berikut :
a) Tao bersifat Transendent juga ia bersifat Immanent artinya benda dalam alam kita.
b) Tao diartikan sebagai Jalannya Universum (jagad raya) yakni merupakan norma-norma, irama dan
kekuatan pengatur alam ini. Oleh karena itu Tao, dengan pengertian ini dapat disamakan dengan elan
vitale (kekutan dasar) dunia. Alam raya (universum) harus mengikuti jalannya yang telah ditetapkan
supaya mendapatkan keseimbangan dan kestabilan.
c) Tao berarti sebagai suatu cara dengan mana orang harus mengatur hidupnya agar sejalan dengan
yang diperbuatnya oleh alam (universum).
Konsep Taoisme tentang hidup manusia yang paling baik adalah sikap hidup yang tinggi nilainya yaitu
sikap diam yang kreatif atau disebut Wuwei. Sikap demikian dapat menarik kedalam pribadi orang suatu
kekuatan kejiwaan tertinggi berupa aktivitas tertinggi dan kebebasan tertinggi. Dengan sikap inilah
manusia akan dapat menciptakan suatu kreasi (ciptaan) murni, sebab kreasi yang murni hanyalah timbul
dari pribadi yang bebas dari segala bentuk tekanan. Sedangkan gerak dan tingkah laku yang goyah
hanya akan menghasilkan suatu kreasi yang tidak murni dan kreasi demikian tidak dapat dipergunakan
untuk mencapai kesadaran hati nurani manusia. Hanya dengan Wuwei manusia dapat mencapainya.
Untuk tujuan itu Taoiesme menganjurkan agar supaya jiwa kita dibebaskan dari segala tekanan sehingga
dengan demikian manusia akan dapat memperoleh ketengan dalam hati nuraninya sendiri. Oleh karena
itulah WUWEI dapat dipandang sebagai unsur kehidupan yang berada diatas segala tekanan.
Ajaran Taoisme lainnya adalah konsepsinya mengenai kenisbian semua nilai dan sebagai imbalan dari
asas ini adalah adanya persamaan dari hal yang bertentangan. Dalam hal ini Taoisme berkaitan dengan
simbolisme Cina tradisional tentang yang dan yin yang digambarkan sebagai berikut :
Kutub-kutub ini menunjukkan segala pertentangan yang mendasar dalam hidup ini : baik-jahat, aktif-pasif,
positif-negatif, terang-gelap, musim panas-musim dingin, pria-wanita, dan sebagainya. Tetapi walaupun
asas-asasnya berada dalam ketegangan asas-asas itu tidak bertentangan secara mutlak. Asas-asas itu
saling melengkapi dan saling mengimbangi satu dengan lainnya. Tiap-tiapnya memasuki ayah yang lain
dan menempatkan dirinya dititik pusat dari wilayah lawannya itu. Pada akhirnya keduanya itu menyatu
dalam sebuah lingkaran yang saling melingkupi sebagai suatu perlambang dari kesatuan terakhir dari
Tao. Karena selalu berputar dan bertukar tempat hal-hal yang berlawanan hanya merupakan suatu tahap
dari suatu roda yang sedang berputar. Hidup ini tidak bergerak ke depan dan ke atas menuju suatu

puncak atau kutub yang telah mapan. la berputar dan melengkung kembali kepada dirinya sendiri sampai
dirinya membentuk lingkaran yang utuh dan sadar bahwa dititik pusat semua hal itu adalah satu.
Susunan inilah yang terkenal disebut dengan Tao Ji yaitu jalan yang diikuti oleh universum yang
ditandai oleh musim setiap tahun. Kunfusianisme berpendapat demikian juga.
C. Perkembangan selanjutnya ajaran Taoisme.
Perkembangan selanjutnya ajaran Taoisme terletak ditangan para murid-murid Lao Tse yang terkenal
diantaranya bernama Chung Tse. Filosof Lao Tse meninggalkan sebuah kitab kecil Tao Te King yang
berisi 5000 perkataan Tionghoa yang kemudian dikomentari oleh Chuang Tse menjadi 52 buah buku
tebal (yang masih ada tinggal 33 buku saja). Buku Chuang Tse tersebut menjadi terkenal dan populer
dinegeri Tiongkok dan banyak dikagumi orang disana. Akan tetapi sayang tulisan-tulisan Chuang Tse
tersebut tidak mengambarkan ajaran Lao Tse yang murni, oleh karena disana sini penuh dengan
pandangannya sendiri yang menyimpang dari ajaran gurunya. Setelah Chuang Tse meninggal, maka
banyak penulis yang melanjutkan ajaran Taoisme dalam bentuk keagamaan. Kemudian setelah Taoisme
dipandang sebagai agama maka faham ini mengalami kemerosotan karena di masukkannya magic
takhayul, pendewaan terhadap kekuatan alam. Bahkan Lao Tse sendiri diperdewakan orang. Ketka
Budhisme masuk Tiongkok, Taoisme meminjam dan padanya faham reinkarnasi (penitisan roh kembali)
sehingga Lao Tse dianggap sebagai titisan dewa Budha. Setelah itu didirikanlah banyak kuil diseluruh
Tiongkok diciptakan juga upacara-upacara dan kurban-kurban dan sebagainya untuk memuja Lao Tse
dan roh-roh halus.
Maka akhirnya terjadilah percampuradukkan antara Taoisme dan Budhisme yang selanjutnya sulit
dibedakan antara keduanya terutama dalam upacara-upacara pemujaan serta upacara-upacara
keagamaan lainnya. Bertambah sulit lagi setelah Kunfusianisme bercampur baur dengan kedua faham
tersebut. Pendapat Prof. James Legge ahli purbakala Cina (ahli sinologi) mengatakan babwa lebih dari
1000 tahun, 3 agama telah terbentuk di Tiongkok yaitu Kunfusianisme,Taoisme dan Budhisme; bahkan
menurut Prof. H. C Bleeker Taoisme menjadi agama berhala yaitu menjadi persekutuan keagamaan
sebagaimana agama Hindu atau agama nasrari. Persekutuan tersebut timbul pada masa dinasti Han
(221 Masehi) dimana didalamnya terdapat pemujaan terhadap orang-orang suci Taoisme dan dewa-dewa
disertai dengan kurban-kurban dan upacara suci.
PENUTUP
Dari uraian-uraian yang sudah dikemukakan diatas tampak bahwa agama rakyat merupakan sistem
kepercayaan dan peribadatan yang benar-benar hidup di kalangan rakyat Jepang dan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan mereka seperti yang terlihat dalam kegiatan-kegiatan keluarga,
rukun tetangga dan hari-hari libur nasional Jepang. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap
kepercayaan tradisional Jepang dan tempat agama rakyat, dalam kehidupan masyarakat Jepang modern
yang termuat dalam laporan hasil penelitian yang diberi judul Nihonjin-no-kokuminsei (sifat nasional
Jepang), maka pemujaan terhadap arwah nenek moyang menempati kedudukan utama dalam kehidupan
masyarakat Jepang (77% diantaranya 2.254 orang yang tersebar di seluruh negeri Jepang).
Di samping itu rangkaian upacara dan perayaan tahunan masih tetap memainkan peranan penting dalam
agama rakyat, terutama dalam lingkungan masyarakat pertanian yang umumnya terdapat dalam agama
rakyat fungsinya sudah jauh berkurang, namun berbagai rangkaian kegiatan yang sepanjang tahun
menjadi salah satu diantara ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama yang sudah melembaga seperti
agama Shinto.

Anda mungkin juga menyukai