Anda di halaman 1dari 5

I.

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Kencing manis atau penyakit gula, sudah dikenal sejak lebih kurang dua ribu tahun yang

lalu. Pada waktu itu, dua ahli kesehatan Yunani yaitu Celcus dan Areteus, memberikan nama

atau sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak minum dan banyak kencing. Oleh

karena itu, hingga saat ini penderita banyak minum dan banyak kencing tersebut, dalam dunia

kedokteran dikenal dengan istilah Diabetes Mellitus (Bahasa Latin: diabetes = penerusan;

mellitus = manis).1

Diabetes mellitus, penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai

penyakit oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat,

lemak, dan juga protein dalam tubuh.1

Diabetes Mellitus (DM) merupakan gejala yang timbul akibat tubuh seseorang memiliki

gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang

cenderung kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan tidak seimbang, mempunyai berat badan

lebih (obesitas), konsumsi alcohol serta konsumsi tembakau (merokok) .1

Gangguan metabolism tesebut diakibatkan kurangnya produksi hormone insulin, yang

diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak. Kondisi yang

demikian itu, mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam

darah atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-

acidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini

menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat
badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh (tubuh lemah dan

mudah sakit). Penderita kencing manis, tidak jarang yang harus meninggal pada usia muda .1

Perubahan cukup besar dalam bidang kedokteran, terjadi pada tahun 1921, yaitu

setelah Dr. Frederick Banting dan Prof. Charles Best (keduanya dari inggris), berhasil

menemukan suatu zat yang disebut insulin. Dengan bantuan penambahan insulin buatan, para

penderita kencing manis dapat hidup dengan lebih baik dan dapat mencapai usia yang relative

normal. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 1990, lebih kurang 2% dari total

penduduk dunia, merupakan penderita penyakit kencing manis.1

Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I yang banyak

disebabkan oleh faktor gen pula melibatkan proses autoimun yang merusak sel beta pankreas

sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes

Mellitus Tipe Gestasional. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Dibetes

Mellitus Tipe II. Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe 2) adalah penyakit adalah penyakit gangguan

metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh beta

pancreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes, 2005). Diabetes Mellitus

biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh

dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain

gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, ulkus diabetic

(kaki diabetic), infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, penderita DM yang sudah parah

menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan (Depkes,2005).

Diabetes Mellitus (DM) menjadi penyakit yang jumlah penderita terus meningkat secara

cepat di dunia, diperkirakan mencapai 48% pada tahun 2017-2045 dan 84% khususnya di Asia
Tenggara (IDF,2017), sedangkan di Indonesia sendiri saat ini penderita diperkirakan mencapai

jumlah 10 juta pada tahun 2017 dan akan terus mengalami peningkatan di tahun2045 (Kasim et

al, 2016). Selain jumlah penderita DM yang terus meningkat di dunia, komplikasi yang

ditimbulkan juga sangat tinggi, di Indonesia risiko Luka Kaki Diabetik (LKD) mencapai 55.4%

dengan prevalensi 12.0% (Yusuf et al., 2016). Di Amerika Serikat sekitar 1,2 juta penderita LKD

mengalami amputasi ( Valente, Deva, Ngo, & Vickery, 2016).

Dengan kondisi seperti itu dimana kita ketahui bahwa penyakit Diabetes Mellitus (DM)

sudah merupakan penyakit dengan penderita terbanyak maka dari itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian di RS. Labuang Baji Makassar, karena rumah sakit tersebut termasuk

rumah sakit Tipe B , artinya pasien-pasien yang berasal dari daerah dirujuk ke Makassar ,

misalnya dari Gowa, Takalar, Sinjai, & Bantaeng, dan lain-lain. Merupakan salah satu rumah

sakit tujuan rujukan dari daerah-daerah tersebut.

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Prevalensi komplikasi kaki diabetes (ulkus diabetes) dan amputasi yang berkaitan

dengannya terus meningkat. Berbagai studi dan penelitian yang bebrbasiskan populasi dan

rumah sakit telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko komplikasi kaki diabetes.

Penelitian untuk meneliti faktor risiko komplikasi kaki diabetes yang dialami oleh pengidap

diabetes mellitus yang masih minim pemahaman padahal factor risiko pada kelompok ini

sangat penting. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah mencari hubungan pada

tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien RS. Labuang baji kota

Makassar.
I.3 PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimanakah tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien?

2. Apakah penyebab tingkat keparahan kaki diabetes?

3. Apakah terdapat hubungan pasien dengan lama rawat inap terhadap kaki diabetes?

I.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Variabel bebas = lama rawat inap

Variabel tergantung = tingkat keparahan kaki diabetes

Terdapat hubungan lama rawat inap pasien dengan tingkat keparahan kaki diabetes

I.5 TUJUAN PENELITIAN

TUJUAN UMUM

Diketahuinya prevalensi kaki diabetes di RS. Labuang baji serta faktor yang berhubungan

dengan lamanya rawat inap.

TUJUAN KHUSUS

1. Diketahuinya tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien.

2. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan kaki diabetes.

3. Diketahuinya hubungan antara pasien kaki diabetes dengan lama rawat inap.
I.6 MANFAAT PENELITIAN

Dari penelitian ini diharapkan agar segala sesuatu yang berdampak buruk dengan

keadaan pasien dapat diminimalirkan dengan edukasi dini yang diberikan oleh tenaga

kesehatan agar target penelitian sudah lebih sigap dengan kondisi yang dialaminya sesuai

edukasi dan terapi yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan agar segala sesuatu yang kita

khawatirkan tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai