PENDAHULUAN
Kencing manis atau penyakit gula, sudah dikenal sejak lebih kurang dua ribu tahun yang
lalu. Pada waktu itu, dua ahli kesehatan Yunani yaitu Celcus dan Areteus, memberikan nama
atau sebutan diabetes pada orang yang menderita banyak minum dan banyak kencing. Oleh
karena itu, hingga saat ini penderita banyak minum dan banyak kencing tersebut, dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah Diabetes Mellitus (Bahasa Latin: diabetes = penerusan;
mellitus = manis).1
Diabetes mellitus, penyakit gula, atau penyakit kencing manis, diketahui sebagai
penyakit oleh adanya gangguan menahun terutama pada sistem metabolisme karbohidrat,
Diabetes Mellitus (DM) merupakan gejala yang timbul akibat tubuh seseorang memiliki
gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Dipengaruhi oleh perubahan gaya hidup yang
cenderung kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat dan tidak seimbang, mempunyai berat badan
diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak. Kondisi yang
demikian itu, mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam
darah atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-
acidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton dan asam yang berlebihan ini
menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat
badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh (tubuh lemah dan
mudah sakit). Penderita kencing manis, tidak jarang yang harus meninggal pada usia muda .1
Perubahan cukup besar dalam bidang kedokteran, terjadi pada tahun 1921, yaitu
setelah Dr. Frederick Banting dan Prof. Charles Best (keduanya dari inggris), berhasil
menemukan suatu zat yang disebut insulin. Dengan bantuan penambahan insulin buatan, para
penderita kencing manis dapat hidup dengan lebih baik dan dapat mencapai usia yang relative
normal. Menurut data WHO (World Health Organization) tahun 1990, lebih kurang 2% dari total
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu Diabetes Mellitus Tipe I yang banyak
disebabkan oleh faktor gen pula melibatkan proses autoimun yang merusak sel beta pankreas
sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti, Diabetes Mellitus Tipe II, Diabetes
Mellitus Tipe Gestasional. Jenis Diabetes Mellitus yang paling banyak diderita adalah Dibetes
Mellitus Tipe II. Diabetes Mellitus Tipe II (DM Tipe 2) adalah penyakit adalah penyakit gangguan
metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh beta
pancreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes, 2005). Diabetes Mellitus
biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh
dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain
gangguan penglihatan, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, ulkus diabetic
(kaki diabetic), infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, penderita DM yang sudah parah
Diabetes Mellitus (DM) menjadi penyakit yang jumlah penderita terus meningkat secara
cepat di dunia, diperkirakan mencapai 48% pada tahun 2017-2045 dan 84% khususnya di Asia
Tenggara (IDF,2017), sedangkan di Indonesia sendiri saat ini penderita diperkirakan mencapai
jumlah 10 juta pada tahun 2017 dan akan terus mengalami peningkatan di tahun2045 (Kasim et
al, 2016). Selain jumlah penderita DM yang terus meningkat di dunia, komplikasi yang
ditimbulkan juga sangat tinggi, di Indonesia risiko Luka Kaki Diabetik (LKD) mencapai 55.4%
dengan prevalensi 12.0% (Yusuf et al., 2016). Di Amerika Serikat sekitar 1,2 juta penderita LKD
Dengan kondisi seperti itu dimana kita ketahui bahwa penyakit Diabetes Mellitus (DM)
sudah merupakan penyakit dengan penderita terbanyak maka dari itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di RS. Labuang Baji Makassar, karena rumah sakit tersebut termasuk
rumah sakit Tipe B , artinya pasien-pasien yang berasal dari daerah dirujuk ke Makassar ,
misalnya dari Gowa, Takalar, Sinjai, & Bantaeng, dan lain-lain. Merupakan salah satu rumah
Prevalensi komplikasi kaki diabetes (ulkus diabetes) dan amputasi yang berkaitan
dengannya terus meningkat. Berbagai studi dan penelitian yang bebrbasiskan populasi dan
rumah sakit telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko komplikasi kaki diabetes.
Penelitian untuk meneliti faktor risiko komplikasi kaki diabetes yang dialami oleh pengidap
diabetes mellitus yang masih minim pemahaman padahal factor risiko pada kelompok ini
sangat penting. Dengan demikian, masalah penelitian ini adalah mencari hubungan pada
tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien RS. Labuang baji kota
Makassar.
I.3 PERTANYAAN PENELITIAN
1. Bagaimanakah tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien?
3. Apakah terdapat hubungan pasien dengan lama rawat inap terhadap kaki diabetes?
Terdapat hubungan lama rawat inap pasien dengan tingkat keparahan kaki diabetes
TUJUAN UMUM
Diketahuinya prevalensi kaki diabetes di RS. Labuang baji serta faktor yang berhubungan
TUJUAN KHUSUS
1. Diketahuinya tingkat keparahan kaki diabetes terhadap lama rawat inap pasien.
3. Diketahuinya hubungan antara pasien kaki diabetes dengan lama rawat inap.
I.6 MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan agar segala sesuatu yang berdampak buruk dengan
keadaan pasien dapat diminimalirkan dengan edukasi dini yang diberikan oleh tenaga
kesehatan agar target penelitian sudah lebih sigap dengan kondisi yang dialaminya sesuai
edukasi dan terapi yang telah dijelaskan oleh tenaga kesehatan agar segala sesuatu yang kita