Anda di halaman 1dari 10

Laporan Hasil Diskusi Sejarah Jepang

Nama - Nama Kelompok 3 :


1.
2.
3.
4.
5.

Damianus Triko Kristianto (121314011)


E. Muslina Liaty (121314040)
Eben Haezer Gulo (141314012)
Adrianus Alam Leumara (141314025)
Agnes Riati Fitriani (141314039)

Bahan Diskusi 16 Februari 2016


1. Identifikasikan jenis jenis kebudayaan asli Jepang.
2. Jelaskan perkembangan kebudayaan asli Jepang sebelum

masuknya

kebudayaan Cina ke Jepang.


3. Jelaskan pengaruh Kebudayaan Cina terhadap kebudayaan Jepang.
4. Mengapa Jepang memasuki jaman sejarah setelah mendapat pengaruh
kebudayaan Cina.
Jawaban
1. Jenis Jenis Kebudayaan Asli Jepang
Hasil-hasil kebudayaan Jepang pra sejarah cukup banyak. Tentang uraian
kebudayaan Jepang pada masa pra sejarah akan diuraikan sebagai beikut:
a. Zaman Palaeo dan Neolitikum
Penyelidikan arkeologi di jepang masih muda, dari zaman Palaeolitikum
hanya sedikit yang diketahui. Tahunn 1931 Palaeolitikum hanya sedikit
yang diketahui. Tahun 1931 di Honsu Selatan ditemukan benda-benda
Palaeolitikum berupa alat-alat dari batu kasar bersama dengan sisa tulangtulang gajah yang sudah musnah.
Disepanjang pantai Jepang bukit-bukit timbunan kulit kerang yang
disebut Kaikuza dan sifatnya sama dengan bukit-bukit Kjokkenmodding di
pantai Denmark dan Sumatera Timur (antara Medan dan Langsa) dimana
juga terdapatr bekas rumah-rumah yang disebut Tate-Ana.
Dari

dalam

Kjokkenmodding

itu

juga

ditemukan

benda-benda

Neolitikum yang terdiri dari alat-alat batu halus dan keramik. Dalam

bentuknya yang tertua, kebudayaan itu berasal dari nenek moyang bangsa
Ainu. Benda-benda keramik mempunyai bentuk dan corak yang khas, yang
dalam arkeologi Jepang disebut Jomon. Keramik itu disebut demikian
menurut bekas anyaman yang sering terdapat pada benda itu. Hiasannya
terutama pada periuk Jomon dari zaman Neolitikum bagian yang lebih
kemudian, terdiri dari lukisan yang berliku-liku dalam bentuk dekorasi
timbul (relief). Ditemukan pula patung-patung orang dari tanah liat, kecil
dan sangat sederhana bentuknya (haniwa). Periuk Jomon itu banyak
ditemukan di Honshu Timur dan Utara.
Orang-orang dari zaman itu masih berburu dan menangkap ikan.
Rumah-rumah berbentuk sarang lebah. Agama mereka bercorak dinamisme.
Patung Haniwa boleh jadi patung dewi. Terdapat juga Gada batu dipakai
dalam pembuatan magi (sihir). Orang mati dikuburkan tanpa peti mayat,
tangan dan kaki bertekuk dan kadang dadanya ditindih batu besar.
Manusia Jepang pada masa ini telah mengenal kehidupan kolektif dan
tidak mengenal perbedayaan kaya maupun miskin atau tidak mengenal
strata. Namun merekaz sudah mengenal kepercayaan yang dinamisme.
Patung-patung haniwa bole jadi merupakan cerminan dari dewa-dewa
mereka. Ditemukan

semacam gada yang

terbuat

dari batu

dan

kemungkinana dipergunakan dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat magi.


Mereka juga sudah mengenal sistem penguburan orang mati walaupun
orang mati tdak dkuburkan dalam peti. Posisi kaki dan tangan ditekuk dan
kadang-kadang dada mayat ditindih dengan btu yng besar. Penguburan
tersebut dipercaya bahwa roh orang yang meninggal tidak akan kembali
kepada tubuhnya.
b. Jaman Batu Perunggu dan Perunggu Besi
Dari beberapaa temuan peninggalan kebudayaan pada jaman batu
perunggu dan perunggu besi dapat diketahui bahwa kebudayaan Cina telah
masuk ke Jepang melalui Korea. Sekitar tahun 200 SM, pengaruh
kebudayaan Cina mulai masuk ke Jepang melalui Korea mepengaruhi

sistem pertanian dan juga patung-patung dari tanah liat. Kebudayaan baru
tersebut disebut dengan corak Yayoi yang pusat kebudayaannya terletak di
Honshu selatan dan Kyushu. Sedangkan pusat kebudayaan Jomon terletak di
Honshu Timur dan selatan. Biasanya periuk jomon terdapat dalam lapisan
yang dibawah Yayoi oleh karena itu Yayoi dianggap lebih muda.
Melalui Korea masuk juga kampak neolithikum yang berbentuk corong
(kampak lensa). Periuk-peruk Yayoi bentuk dan perhiasannya lebih
sederhana tetapi tekhnik pembuatannya lebih maju daripada peruk jomon.
Selain itu juga ditemukan benda-benda logam diantaranya pedang, tombak
dan loncenfg dari perunggu. Alat-alat perunggu diperkirakan dgunakan
dalam upacara ritual seperti lonceng perunggu yang dsebut dengan dotaku
yang menggambarkan cara penghidupan penduduk yang telah mengenal
pertanian sederhana.
Penduduk Jepang juga sadar diperlukan kehidupan secara kolektif secara
teratur. Disamping itu mulai muncul suatu dikotomi adanya kaya dan miskin
sehingga menimbulkan perbedaaan sosial dan politik antara kelompok yang
memerintah dengan kelompok yang diperintah.
Sensi-sendi Kebudayaan Jepang
A. Merangkai Bunga
Menurut Japan, The Official Guide, seni Ikebana (merangkai bunga) ini
telah berkembang sampai saat ini merupakan usaha Jepang asli dimana
bebas dari pengaruh luar negeri. Ada banyak cara merangkai bunga menurut
selera orang Jepang. Jumlah cara itu melebihi 300, tetapi ke-300 lebih aliran
merangkai bunga itu dibagi menjadi dua cabang utama, yakni formil dan
wajar.
Yang termasuk cabang formil adalah style Rikka atau style berdiri. Dari
style ini lahir sebuah bentuk yang disukai rakyat. Bentuk ini dinamakan
style Ten-Chi-Jin, yakni style langit-bumi-manusia.
Sedang cabang wajar, mencakup juga apa yang dinamakan Nageire, atau
style dilempar masuk. Semacam style pula, style Bunjin-Ike, berasal dari

sekolah Nageire. Style Bunjin-Ike ini telah diciptakan oleh golongan


sastrawan (Bunjin) abad ke-18.
2. Perkembangan kebudayaan asli Jepang sebelum

masuknya

kebudayaan Cina ke Jepang


Sebelum mendapat pengaruh secara intensif dari Cina sebenarnya
kebudayaan Jepang sendiri belum berrkembang dan juga belum memiliki
corak kekhasan sendiri artinya kebudyaan Jepang masih bersifat universal.
Artinya setiap kebudayaan dimuka bumi ini pasti melalui tahap-tahap
kebudayaan purba seperti yang terjadi di Jepang. Pada jaman Yamato
sebenanya Jepang belum mampu menciptakan kekhasan kebudayaannya.
Bahkan pada jaman Yamato Jepang belum memasuki jaman sejarah. Karena
pada saat itu Jepang pada khususnya belum mengenal huruf-huruf sehingga
dapat dikatakan Jepang masih dalam jaman pra sejarah.
Walaupun demikian, pada jaman Yamato sudah mulai berkembang
kepercayaan Shinto yang tujuannya untuk pemujaan para dewa, shinto
sendiri berarti jalan dewa. Pusat pemujaan dalam shinto adalah dewa
matahari (ameterasu omiikmi) dan Jenno sebagai wakilnya dibumi. Untuk
pemujaan dewi matahri itu didirikan sebuah kuil pemujaan di Ise dan di
Idzumo untuk dewi bumi. Dalam kuil tersimpan cermin suci dari
shintoisme. Melalu agama shinto terjadi pemujaan kekuasaan negara dengan
Tenno sebagai lambangnya.
Perkembangan dalam

bidang

kebudayaan

lainya

adalah

perkembangan teknik bercook tanam yang menjadi sifat dasar agraris


Jepang sebelum berkembang menjadi negara industrialisasi. Dan juga
dibangun sistem gilde untuk mengatur sistem perekonomian jepang pada
waktu itu. Selain itu juga dikenal sistem penguburan jenasah orang yang
telah meninggal. Penguburan ini menggunakan peti mati dan diiringi dengan
upacara penguburan. Untuk keluarga Tenno dan orang terkemuka kuburnya
dibangun di bukit-bukit yang disebut dengan tumuli. Kuburan atau tumuli
untuk tenno disebut dengan misasagi dan memiliki ukran yang besar. Dalam
tumuli tersimpan cermin perunggu, pedang, pakaian peang, helm dan ikat

pinggang dari perunggu, manik-manik kecil berbentuk bulan sabit dan batu
permata. Manik-manik bulan sabit tersebut sebesar kuku dan disebut dengan
magatama.
Agama shnto berkembang dengan pesat. Kuil-kuil pemujaan banyak
didirikan. Agama tersebut terdiri dari pemujaan-pemujaan terhadap tenaga
alam, tidak mempunyai sistem etika atau kesusilaan, teologi dan tidak
menyebut adanya surga atau neraka. Dewa-dewa yang baik disebut dengan
kami dan jin atau setan disebut dengan oni.
Sebenarnya nama shinto diberikan pada kepercayaan atau agama
tersebut setelah agama Budha masuk ke Jepang. Tujuannya untuk
membedakan ajaran dan pelaksanaan antara kedua agama tersebut.
3. Pengaruh Kebudayaan Cina terhadap kebudayaan Jepang.
Dahulu budaya Jepang merupakan budaya asli Jomon yang kokoh
dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Pada awalnya China dan
Korea membawa pengaruh, yang berawal dengan berkembangnya budaya
Yayoi sekitar 300 SM yang mempengaruhi seni dan keagamaan di Jepang.
Tapi

dalam

perkembangannya

Kebudayaan

Cinalah

yang

banyak

memberikan pengaruh terhadap kebudayaan Jepang. Pengaruh budaya Cina


masuk dan berkembang melalui orang orang Tionghoa yang hidup dan
menetap di Jepang, mereka membawa masuk unsur unsur kebudayaan
Tionghoa. Selain kebudayaan, agama, bahasa dan tulisan yang digunakan di
Jepang juga mendapat pengaruh dari budaya Cina. Tentang ajaran
konfusianisme, Taoisme dan agama Budha yang berkaitan erat dengan
kebudayaan Cina sangat terkenal di Jepang. Setelah melihat cara hidup
orang Tionghoa, orang Jepang pun merasa tertarik dengan cara hidup
mereka. Dan orang Jepang menganggap semua yang datang dan berasal dari
Tiongkok dipandang indah, ini mengakibatkan semua yang bersifat
Tiongkok dipandang bagus oleh jepang. Selain itu dampak lain dari
pengaruh kebudayaan Cina terhadap kebudayaan Jepang adalah dalam
bidang arsitektur yang mana rumah-rumah Jepang juga terpengaruh oleh
pola-pola rumah-rumah Cina. Namun, Jepang tidak menru begitu saja, tetapi

justru memadukan unsur-unsur arsitektur Jepang asli dengan unsur-unsur


arsitektur Cina. Meskipun Jepang menerima unsur-unsur kebudayaan Cina,
tetapi tidak semua unsur diterima. Semua unsur kebudayaan Cina tersebut
diolah dan dipadukan dengan kebudayaan Jepang. Dengan demikian terjadi
akulturasi budaya antara budaya Cna dengan budaya Jepang. Selain tu
akulturasi terserbut terlihat dalam bentuk kerajaan pada Jaman Yamato yang
sudah berbentuk kerajaan kesdatuan. Di samping itu juga telihat dalam
menyusun tarikh Jepang dan juga dalam bentuk peraturan-peraturan
kerajaan. Namun meskipun mendapat pengaruh kebudayaan Cina, namun
tidak seluruhnya diterima. Ada beberapa ciri khas kebudayaan Jepang tidak
bisa dipengaruh atau digant dengan kebudayaan Cina. Hal tersebut
menyangkut kedudukan Tenno sebaga simbol dea yang memanusia, karena
Tenno adalah keturunan langsung dari Ameterasu. Selain itu juga
kepercayaan

Shinto

tidak

berubah

menjadi

konfusianisme

yang

dikembangkan oleh cina.


Berikut ini merupakan beberapa Budaya Cina yang telah mengalami
akulturasi dengan kebudayaan Jepang:
a. Tulisan dan bahasa
Tulisan dan bahasa Jepang berasal dari tulisan dan bahasa China
(kanji), Tulisan dan bahasa Cina masuk ke Jepang dibawa oleh seorang
sarjana dari korea yang bernama Wani, awalnya dia hanya mengajarkan
tentang huruf Cina. Tapi mempelajari tulisan Cina tidak bisa dilakukan
tanpa mempelajari bahasa Cina. Sebelumnya orang Jepang tidak
mempunyai sistem penulisan sendiri, maka orang Jepang mengambil sistem
penulisan orang Cina. Dalam pemakaian huruf-huruf Cina, bangsa Jepang
menggunakan dua cara, yaitu dengan cara fonetis dan cara ideografis.
Dalam cara pertama dipergunakan untuk menulis atau membaca ucapanucapan Jepang yang ditulis dengan huruf Cina dan sebunyi dengan artinya,
tetapi dipergunakan dengan ucapan-ucapan Jepang. Pada permulaan
pemakaian, memang banyak terjadi kekacauan, terutama dalaam pemakaian

cara fonetis. Namun, setelah mengalami perkembangan yang lama dan


ditemukan sistem yang sempurna, akhirnya dapat dtuliskan tiap-tiap kata
Jepang. Dan pada akhirnya tulisan dan bahasa yang berasal dari Cina ini
dijadikan bahasa dan tulisan resmi di Jepang.
Tulisan Jepang terbagi kepada tiga:
aksara

Kanji yang berasal dari China

aksara

Hiragana dipergunakan dalam upacara-upacara yang bersifat ritual

religius, dan
aksara

Katakana dipergunakan dalam kepentingan sehari-hari. keduanya

berunsur daripada tulisan kanji dan dikembangkan pada abad kedelapan


Masehi oleh rohaniawan Buddha untuk membantu melafazkan karakterkarakter China.
Bahasa Jepang yang kita kenal sekarang ini, ditulis dengan
menggunakan kombinasi huruf Kanji, Hiragana, dan Katakana. Hiragana
ditulis sesudah kanji untuk mengubah arti dasar dari sebuah kata, dan
menyesuaikannya dengan peraturan tata bahasa Jepang.
b. Agama
Shinto (Shint diserap dari bahasa mandarin menjadi shin dan tou
yang bermakna jalan/jalur dewa) merupakan agama resmi yang berasal
dari Jepang. Shinto merupakan penyembahan kepada kammi (dewa, roh
alam, atau sekedar kehadiran spiritual). kammi merupakan benda-benda dan
proses alam, misalnya Amaterasu, sang dewa matahari.
Ajaran Shinto sendiri mengacu pada kepercayaan konfusianisme di
China. System kepercayaan yang dianut agama ini animisme karena
mempercayai banyak dewa. Shinto melakukan penyembahan pada arwah
leluhur/nenek moyang.
Walau demikian, kami yang paling banyak disembah umat Shinto
adalah dewa matahari Amaterasu. Karena itu ajaran agama Shinto pun
memuja kaisar Jepang yang dianggap keturunan Amaterasu. Berbeda

dengan agama lain, dalam agama Shinto tidak ada ajaran yang pasti, tidak
ada tempat ibadah khusus, tidak ada dewa yang benar-benar dianggap paling
suci, dan tidak cara khusus untuk menyembah kammi.
Setelah Perang Dunia II, Shinto kehilangan statusnya sebagai agama
resmi; sebagian ajaran dan kegiatan Shinto yang sebelumnya dianggap
penting pada masa perang ditinggalkan dan tidak lagi diajarkan. Kemudian
setelah masuklah agama Budha sekitar abad ke-5. Ajaran agama Budha di
Jepang mempercayai dewa mathari atau dikenal dengan nama Amaterasu
sebagai dewa tertinggi yang dianggap sebagai penjelmaan Budha Daichi
Nyorai. Agama Budha di Jepang yang paling terkenal adalah ajaran Budha
Zen yang diserap dari China. Sama seperti agama Budha di seluruh dunia,
kitab suci agama Budha di Jepang adalah tripitaka dan tempat ibadahnya
adalah kuil. kuil-kuil Shinto mulai dibangun sebagai rumah bagi para kami
secara permanent (shaden)
4. Jepang memasuki jaman sejarah setelah mendapat pengaruh
kebudayaan Cina.
Hubungan antara Cina dan Jepang secara resmi telah dibuka sejak abad
ke-5. Hasil dari hubungan tersebut yaitu banyak kebudayaan Cina yang
masuk ke Jepang, seperti: kesusasteraan, ilmu falak, obat-obatan, menenun
dan juga agama Budha. Pada permulaan hubungan antara Cina dan Jepang,
orang-orang Jepang belum pandai membaca dan menulis. Oleh karena itu,
orang Jepang menggunakan orang Korea sebagai perantara, bahkan juga
menggunakan orang-orang Cina untuk belajar membaca dan menulis.
Kesusasteraan oleh orang Jepang tidak begitu saja diterapkan seperti
aslinya di Cina, tetapi oleh orang Jepang disesuaikan dengan keadaan
negerinya (di-Jepang-kan). Sehingga, walaupun mengadopsi kesusasteraan
dari Cina, namun berbeda penerapannya atau penggunaannya di Jepang.
Sejak awal hubungan Cina dan Jepang sampai pertengahan abad keenam tidak ada permasalahan yang besar. Tetapi setelah itu baru ada
permasalahan yang serius dalam menyikapi masuknya agama Budha ke

Jepang. Permasalahan itu diawali dengan pertarungan di istana Yamato


tentang penerimaan citra dan kepercayaan agama Budha sebagai suatu
sistem magis dari kekuasaan yang sama atau mungkin lebih besar dari pada
Shinto yang pribumi. Pendukung masing-masing agama tersebut saling
bertarung, namun pada akhirnya pendukung agama Budha lah yang menang.
Oleh karena jepang negeri tetangga tiongkok,maka belakulah hukum
alam bedanya berhubungan dalam kebudayaan, jadi kebudayaan yang
banyak di tioangkok mengalir ke jepang dengan adanya kontak antara
kebudayaan jepang dengan kebudayaan cina.hal ini tebukti antara lain
bahwa orang jepang mempergunakan cermin dari perunggu.sehingga
menimbulkan adanya akulturasi budaya. Karena adanya orang jepang yang
bertetangga dengan orang tiongkok,dan mereka juga menyaksikan cara
hidup orang tiongkok orang-orang tiongkok,orang jepangpun tertarik oleh
cara hidup mereka,karean mereka merasa peradaban mereka sendiri sebagai
orang jepang tak setinggi orang tiongkok(tionghoa),sehingga masuklah
kebudayaan tionghoa terhadap kebudayaan mereka sehari-hari.
Banyak juga orang jepang yang tertarik bahasa tionghoa dan mereka
ada juga yang tertarik mempelajarinya,serta banyak juga buku yang ditulis
orang jepang yang menggunakan bahasa tionghoa. Kesuksesan orang
tionghoa inimembentang cara hidup bahasa tionghoa di hadapan mata orang
jepang dan membuat kebudayaan tionghoa ini akhirnya tidak asing lagi bagi
mereka,dan ada juga yang menyesuaikan cara hidupnya dengan cara hidup
oang tiongkok.
Orang-orang tionghoa jepang juga mempelajari bahasa tionghoa
bukan hanya secara pasif saja,melanikan juga secara aktif.dengan
diterimanya kebudayaan tionghoa dijepang tak terelakan konfusianisme
menjadi terkenal di jepang. Dan makin lama pengaruh konfusianisme makin
mendalam dijepang,orang jepang pun menerima kebudayaan tersebut
Sampai pada abad ke-18,pilihan lain yang seimbang dengan filsafat
konfensius ialah filsafat Budha. Karena kedua aliran ini datang melalui
Cina, kedudukan utama ajaran Cina tidak mendapat tantangan. Tetapi pada

akhir abad ke-18 ada pula ahli piker dari jepang yang menolak kebudayaan
cina baik konfisius maupun budha. Yakni gerakan penelitian nasional tau
kokugaku.adanya norma-norma kesusilaan konfosius berlawanan dengan
orang jepang itu sendiri.adanya ajaran-ajaran cina yang kacau dan penuh
kekerasan

dan

menjual

satu

jenis

tipu

daya

dan

semangat

cina,karagokoro,semangat kekerasan dan pembangkang,bukan semangat


yang arif dan berbudi.

Anda mungkin juga menyukai