1704522
Pendidikan Sejarah 3B
1. CHINA
Identitas Buku
Judul : Sejarah dan Peradaban Cina
Pengarang : Prof. Dr. Hj. Rochiati Wiriaatmaja, A. Dasuki, dan Dr.
Dadan Wildan, M. Hum.
Kota/ Tahun Terbit : Bandung/ 2004
Penerbit : Humaniora Utama Press (HUP)
Cetakan : Ke- 2
Jumlah Halaman : 248 Halaman
Resume Buku
Peradaban-peradaban yang ada di daratan Asia seJak beberapa abad yang
lampau dapat tumbuh-berkembang dengan merupakan hasil keria keras rakyat
petani (peasant). Peradaban-peradaban itu berkembang di atas dasar kehidupan
pertanian yang menyelengarakan pengairan Pengairan pertanian yang digagas
oleh kaum tani itu disebut oleh Karl August Witvogel dengan istilah “hydrolic
society and hydrolic civilization” . Pengadaan dan pengaturan sistem pengairan
secara teratur hanya dapat dilakukan bila berbentuk suatu organisasi yang
soliditasnya diakui di bawah aparatur pemerintah yang mempunyai pusat
kekuasaan (elit penguasa).
Sekitar 500 SM, menurut Jan Romein, terjadi zaman pancaroba atau
zaman perkisaran. Disebut demikian karena zaman ini ditunjukkan oleh lahirnya
beberapa agama yang terjadi secara berturut-turut dalam tempo beberapaabad.
Di India, lahir dan terjadi penyebaran ajaran Budha dengan tokoh utamanya
Sidharta Budha Gautama. Di Cina, lahir dan terjadi peletakan “batu pertama”
ajaran filsafat Konfusianisme. Di Iran, dan terjadi penyebaran ajaran keyakinan
agama Persia atau Mazdaisme oleh Zarathusra yang dianggap sebagai nabi.
Demikian pula, bangsa Yahudi (lazim pula disebut Bani Israil) mendapatkan
pengajaran keteguhan iman terhadap Tuhan Yang Maha Esa dari para nabi.
Zaman itu juga terlihat adanya kegelisahaan dan pergolakan dalam kehidupan
bermasyarakat. Selama berabad-abad, seluruh masyarakat di Asia masih
bertopang dan bertumpu pada dasar-dasar agraris yang sangat statis. Struktur
sosial dalam masyarakatnya tetap saja tidak berubah yang oleh Karl Marx-
penulis buku Das Capital yang terkenal itu disebutnya sebagai “unchangeability
of Asian societies”. Jutaan petani dari rakyat yang hidup di daratan Asia hidup
secara turun-termurun dari tradisi yang sama selama berabad-abad. Sebagian
besar dari mereka keadaannya masih tetap sama seperti nenek moyang merek
hingga akhir abad dua puluh Oleh WF Wertheim, penduduk daratan Asia
disebut sebagai “millions of teeming farmer of forty centuries”, jumlah mereka
berjuta-juta dan hidupnya sama saja seperti empat puluh abad yang lampau Di
dalam kehidupan masyarakat yang stat itu, hiduplah seorang raja yang
kekuasaannya bertumpu pada prinsip despotisme-absolut. Dalam usaha
membetuk dan melanggengkan kekuasaan dan otoritasnya, raja dan para
pembantunya memeras tenaga rakyatnya sendiri. Raja memiliki tiga aparatur
negara yang fungsi utama: urusan perang (department of war), urusan keuangan
(department of finance), dan urusan pekerjaan umumt (departement of works).
Ketiga urusan tersebut diperkuat oleh kedudukan despotisme raja dengan
memperkaya perbendaharaan kerajaan. Dalam sistem pemerintahan kerajaan
despotisme-absolut, biasanya, perbedaan tingkat kehidupan antara golongan
feodal dan kehidupan rakyat jelata sangat mencolok. Raja-raja dan para
bangsawan (ningrat) menikmati kemakmuran yang berlimpah-limpa dan
menumpuk harta kekayaan yang dihisap dari rakyatnya sendiri. Kekayaan
berupa emas, perak, batu permata, dan gading terkumpul di gudang-gudang
istana dan kuil-kuil Menurut Jan Romein, pada mulanya, kekayaan raja-raja itu
mungkin dihambur-hamburkan untuk pemberian hadiah-hadiah kepada orang-
orang yang disukainya. Tetapi, akhirnya, karena hukum penghisapan yang terus
bergulir kekayaan itu berubah menjadi tindakan menumpuk kembali kekayaan di
istana raja. Meskipun demikian, tidak semua kekuasaan dan kekayaan itu
disalah-gunakan karena keduanya, sesungguhnya, juga dipergunakan untuk
mempertinggi peradaban dunia (civilization of the world).
Kebangunan atau kebangkitan negara-negara di Asia merupakan bentuk
reaksi dan jawaban (respon) terhadap tantangan (challenge) yang disuguhkan
oleh Barat melalui praktek imperialisme-kolonialismenya. Kebangkitan
semangat nasionalisme ini mulai dirasakan gemanya pada kira-kira 1900 yang
merupakan perkembangan baru dari masyarakat Asia. Bangkitnya nasionalisme
dalam perkembangan berikutnya, ternyata dibarengi oleh munculnya semangat
dan proses modernisasi yang kadang-kadang dipimpin dan dikendalikan dari
atas-bawah (top-down), yakni pemerintah. Namun, tidak sedikit yang didorong
oleh arus bawah arus akar rumput (grassroots) yang jumlahnya sangat dominan
yakni kekuatan pergerakan rakyat (people power). Bahkan, tidak jarang
semangat dan proses modernisasi itu terjadi karena sinergi antara kekuatan elit
politis dan rakyat yang dikendalikannya Proses modernisasi itu diiringi pula oleh
proses nasionalisme. Di antara semangat kebangsaan atau nasionalisme tidak
sedikit pula yang diselubungi dan diinfiltrasi oleh semangat keagamaan, dan ada
pula yang tidak (murni semangat nasionalisme) Kedua proses itu terjadi secara
beriringan karena mulai timbulnya kesadaran berbangsa dan munculnya
semangat “born tobe free” di antara bangsa-bangsa Asia mengenai masalah ini,
ada dua realitas yang tidak dapat dipungkiri dan memiliki peran yang sangat
signifikan: pertama, ketertinggalan negara-negara Asia dari Barat di bidang
politik, ekonomi, teknologi, dan ilmu pengetahuan; kedua, keharusan mengejar
ketertinggalan tersebut.
Hingga kini, banyak sekali catatan dan karangan sejarah yang mengulas
tentang sejarah dan peradaban bangsa Cina sejak berpuluh-puluh abad yang lalu.
Banyaknya catatan dan karangan itu telah mendorong para sejararawan dari
berbagai bangsa kewalahan untuk meneliti dan mengkajinya. Namun, mereka
merasa sangat kewalahan menghadapi naskah-naskah sejarah Cina yang
jumlahnya sangat besar. Bahkan, masih banyak bahan-bahan dari sumber lain
yang belum tergarap seluruhnya Beberapa sumber yang membahas sejarah dan
peradaban Cina tersebut sebagai berikut:
a. Benda-benda purbakala berupa berbagai macam benda kuno tulisan-tulisan
di tulang, batu, dan perunggu.
b. Buku-buku klasik dan karangan-karangan cerita yang bersifat zaman
purbakala.
c. Buku-buku sejarah dinasti-dinasti yang disusun dari catata resmi tahunan
Catatan sejarah dan daerah-daerah bersejarah. Karya-karya sejarah yang
merupakan hasil tulisan para ahli sejarah (para pujangga) atas nama pribadi
maupun atas nama pribadi ataupun atas nama pemerintah.
d. Pelaporan perjalanan dari para musafir Cina.
e. Pelaporan dari jawatan paean.
f. Berita-berita dari bangsa asing, antara lain, Persia, Arab, dan bangsa Barat
seperti, termasuk berita dari Marcopolo, orang-orang Portugis, serta para
pendiri dengan berbagai berita lainnya.
A. Zaman Paleolitikum
Gerakan perpindahan manusia secara besar-besaran yang pertama
diperkirakan terjadi di daerah yang sekarang menjadi gurun pasir dan
padang rumput di Asia Barat Daya(mungkin juga di Afrika Utara). Dari
Asia Barat Daya, mereka bergerak dan bermigrasi ke wilayah itu melalui
daratan India, Malaya, dan Indonesia dari golongan Australoid. Kemudian,
menyusul pula gerak migrasi yang lebih jauh ke Filipina dan daerah Pasifik
dari golongan Negroid. Dari daerah Irian, mereka bergerak dan bermigrasi
ke daratan Asia Tengah, Asia Timur, dan Siberia dari bangsa pra-
Mongoloid atau Proto Mongoloid. Sebagian besar sisa-sisa penanggalan
yang berasal dari zaman Paleolitikum yang ada di Cina ditemukan di Cina
Utara, tepatnya di bawah lapisan tanah Loss yang sangat tebal Tanah ini
pernah dihuni dan didiami oleh makluk atau manusia pertama yang hidup
pada permulaan zaman Pleistosen sebelum terbentuknya lapisan tanah itu.
Sebaliknya, di Cina Selatan belum pernah ditemukan artefak-artefak tertua.
Jadi, dapat diduga bahwa alat-alat yang dipergunakan oleh manusia yang
ada di Cina Selatan kemungkinan terbuat dari kayu atau bambu yang habis
atau hancur ditelan masa.
B. Zaman Mesolitikum
Peninggalan benda-benda dari Zaman Mesolithikum tidak banyak.
Peninggalan-peninggalan berupa benda-benda yang terbuat dari kayu,
tulang, dan kulit kerang hanya sedikit ditemukan Namun demikian,
berdasarkan penemuan yang sedikit itu dapat diduga bahwa di dataran tanah
Loss yang subur itu manusia telah dapat membuat peralatan dari batu yang
jauh lebih baik. Mereka hidup bermasyarakat dan bertempat tinggal tetap.
Matapencahariannya adalah berburu dan menangkap ikan, serta telah
memulai bercocok tanam dan berternak.
C. Zaman Neolitikum
Pada masa Neolithikum, berkembang pula ramalan-ramalan (nujum).
Mereka memakai peralatan yang terbuat dari tulang-tulang binatang-
biasanya tulang paha sapi, kuda, atau biri-biri-yang diberi lekukan atau
lubang pada bagian pinggir tulang Lubang pada tulang itu kemudian ditusuk
dengan benda tajam dari logam yang panaskan. Retakan-retakan yang
timbul dan muncul dari penusukan tulang itu diinterpretasikan (ditafsirkan)
oleh pendeta juru nujum. Ramalan tersebut berkenaan dengan kemungkinan
peristiwa yang akan terjadi terhadap nasib seseorang. Karena itu, tulang-
tulang yang ditemukan tersebut dinamakan tulang penujuman atau tulang
ramadan(oracle bones).
Sekitar 2500 SM, di Cina asli sebelah utara terdapat beberapa
kebudayaan nomadis, sedangkan di sebelah utara dan selatan terdapat
beberapa kebudayaan pertanian. Pencampuran dan peleburan (difusi) antara
unsur-unsur kebudayaan tersebut terjadi di lembah Sungai Kuning
(Hoangho) yang merupakan tempat terjadinya persinggungan antara
kebudayaan terpenting, dan juga tempat permulaan tumbuhnya kebudayaan
Cina.
D. Zaman Perunggu
Zaman ini dimulai sekitar 1700 SM, dan berakhir sekitar 500 SM ketika
mulai menggunakan alat-alat yang terbuat dari besi. Peninggalan dari zaman
ini banyak ditemukan di daerah Honan yang merupakan tempat pertemuan
arus kebudayaan dari Barat, Timur, Selatan dan Utara. Di daerah itu sudah
semestinya terbentuk corak kebudayaan yang kemudian disebut kebudayaan
Cina.
Dinasti Shang didirikan oleh Chen T’ang, salah seorang raja muda dari
daerah Shang. Ia memberontak terhadap kekuasaan kerajaan dinasti Hsia
terakhir dengan rajanya bernama Chieh. Chen T’ang kemudian menaiki takhta
kerajaan, dan mulailah Dinasti Shang (menurut perhitungan ahli tarikh kuno
Cina peristiwa itu terjadi pada 1766 SM) berkuasa di wilayah itu. Chen T’ang
diganti oleh Thai Chia, cucunya yang didampingi perdana menteri yang
bijaksana bernama I’Yin.
Akhir dari Dinasti Shang sekitar 1122 SM, dengan raja terakhirnya
adalah Chou Hsia atau Chou Hsien merupakan orang yang dianggap memiliki
kekuatan yang luar biasa. Akan tetapi dia terpengaruh oleh selirnya yang cantik
jelita bernama Tachi, yang membuat raja menjadi bertindak sangat kejam
terhadap rakyatnya. Sehingga menimbulkan perlawanan dari rakyat itu sendiri
yang digagas oleh seorang raja muda bernama Wu Wang yang berasal dari
daerah Chou dan didampingi panglima sakti yaitu Chiang Tzaeya. Lenyapnya
Dinasti Shang, tentara yang sangan kejam dari Chou Hsien itu dapat dikalahkan
oleh pasukan Wu Wang.
Dalam dinasti Chou dibagi kedalam dua bagian besar yaitu Chou Barat
(1027-771 SM) dan Chou Timur (771-256 SM). Pada Chou Barat, selama kurun
20 tahun berhasil merebut kekuasaan yang dulu diduduki oleh Dinasti Shang,
kemudian ibu kota dipindahkan ke Hao. Setelah 5 tahun Dinasti Chou berdiri
Wu Wang meninggal dan digantikan oleh anaknya yaitu Cheng Wang (1044-
1008). Kemudian akhir dari Chou Barat adalah pada raja yang ke sepuluh yaitu
Li Wang (857-841), karena dia dianggap sombong dan tidak memiliki sifat arif-
bijaksana. Sehingga menimbulkan pemberontakan pada 841 SM dan Li Wang
melarikan diri ke Chin (sekarang Shensi) serta ia meninggal dalam pelariannya.
Kerajaan Chou Timur terbagi menjadi dua negara yaitu, Zaman Kerajaan
Chou pertengahan (The Middle Chou) yang berlangsung antara 771-4S1 SM.
Masa ini bersamaan dengan tibanya masa Ch’unn Ch'iu (musim semi dan
rontok). Kung Tze menulis kitab tentang sejarah Cina dengan judul Ch'unn Chui
(Catatan Musim Semi dan Musim Rontok) yang ditulis pada ke empat puluh
delapan pemerintahan Kaisar Ping Wang. Atas dasar itu, zaman Kerajaan Chou
Pertengahan biasa disebut Zaman Ch’un Ch’iu. Kemudian Zaman Kerajaan
Chou Akhir (The Late Chou) yang berlangsung antara 481-256 SM. Zaman The
Late Chou merupakan zaman yang masaya paling panjang yang terkenal dengan
nama Zaman Chan Kuo (zaman negara-negara berperang).
Dinasti Ch’in merupakan dinasti yang paling pendek usianya. Ada tiga
kaisar yang pernah memerintah Dinasti Ch’in yaitu, Ch’in Shih Huang Ti, Erl
Shih Huang Ti, dan Tze Ying. Pada mulanya, negara Ch’in merupakan negara
kecil yang terbentuk pada kira-kira 900 SM sebagai negara Wei Kuo yang
berada dalam wilayah kekuasaan Dinasti Chou. Diduga bahwa penduduk negara
Ch’in kemungkinan mempunyai banyak campuran darah dari bangsa Proto-
Tartar atau Proto Turki dan Mongolia, serta dari bangsa Proto-Tibet.
Seiring dengan kematian Kaisar Shih Huang Ti, Dinasti Ch'in berada
diambang kehancuran Pada tahun-tahun terakhir masa kekuasan dari kaisar
pertama itu sering timbul pemberontakan dari rakyat dan kaum oposan karena
kekecewaan mereka. Setelah ia meninggal, pemberontakan kembali berkobar,
bahkan meliputi seluruh wilayah kerajaan Kaum pemberontak itu terdiri atas
bekas para bangsawan dari Dinasti Chou yang merasa tersisih, juga kaum petani
miskin yang selama bertahun-tahun terus tertindas. Pada masa pemerintahan
Kaisar Erl Shih Huang Ti (kaisar kedua), Chao Kao memiliki peran dan
pengaruh yang sangat besar dalam sistem pemerintahan. Pada akhirnya, Chao
Kao pun membunuh kaisar kedua itu.Tetapi, sebelumnya, ia membunuh Perdana
Menteri Li Szu yang awalnya adalah kawan satu komplotan terlebih dulu Chao
Kao kemudian menobatkan putra Fu Su-orang yang pernah dinobatkan sebagai
putra mahkota oleh Kaisar Shih Huang Ti yang bernama Tzu Ying sebagai
kaisar ketiga bekas bangsawan dari Dinasti Chou Ibukota kerajaan akhirnya
jatuh dan dihancurkan oleh Hsiang Yu. Tetapi, Hsiang Yu dikalahkan oleh bekas
pembantunya sendiri yang menjadi lawannya, yaitu Liu Pang. Liu Pang adalah
orang yang buta huruf yang berasal dari keluarga petani di daerah hulu Sungai
Han. Liu Pang kemudian mendirikan dinasti baru yang bernama Dinasti Han
Dinasti Han dipandang dinasti pertama yang berasal dari seorang pemberontak
petani di Cina.Dinasti Han ini dianggap resmi telah berdiri pada 206 SM, tetapi
sebenarnya baru berdiri pada 202 SM ketika Liu Pang mengalahkan Hsiang Yu.
Kerajaan atau Dinasti Han merupkan warisan dari zaman Dinasti Ch'in.
Perbedaannya, dinasti ini diberi dasar ideologi baru yang diambil dari konsep
filsafat Confucianisme Oleh Dinasti Han, filsafat Confucianisme disintesiskan
dengan warisan kebudayaan dari Dinasti Chou dan Dinasti Ch'in Kaisar pertama
terkenal dengan sebutan Han Kau Tzu(206-195 SM). Sebenarnya, Kan Tzu
adalah nama sebuah kuil (Miau Hau, temple name). Nama asli dari kaisar pendiri
Dinasti Han adalah Liu Pang. Liu adalah nama sebuah klan. sedangkan Pang
adalah namanya sendiri. Han dijadikan nama dinasti menurut daerah asal dari
pendiri dinasti itu, yaitu daerah hulu Sungai Han. Liu Pang adalah petani buta
huruf Ia dianggap hina oleh kawan kawannya. Karena itu, Dinasti Han
memerlukan cara yang sangat tepat untuk memuliakan dan mengagungkan
dinasti itu yang dihina sebagai dinasti bodoh Orang-orang yang mahir dalam
pengetahuan tentang tradisi Dinasti Chou dicari dan didatangkan oleh
pemerintahan Dinasti Han untuk menjadi penasihat khusus kera terutama orang-
orang yang memahami dan mendalami filsafat Confucianis. Karena pengetahuan
tentang tradisi Dinasti Chou terdapat dalam buku-buku klasik, pemahaman
tentang tradisi tersebut memerlukan kemampuan yang sangat khusus Sejumlah
buku klasik yang dapat diselamatkan dari upaya pembakaran para pemberontak
pada masa Dinasti Chin dipelajari dan dikaji kembali. Kelompok yang mampu
mempelajari isi buku-buku klasik hanyalah orang-orang yang berasal dari kaum
Gentry karena merekalah yang mempunyai cukup biaya dan waktu.
Sesudah kira-kira 100, tepatnya pada masa kaisar keempat dari Dinasti
Han Timur, Dinasti Han Timur mulai mengalami kemunduran. Di dalam
pemerintahan kaisar-kaisar yang masih bocah yang didampingi oleh para
walinya, kelompok-kelompok pemberontak terus bermunculan. Mereka terus
berupaya menggoyang kekaisaran yang sedang berkuasa dengan menyebarkan
intrik-intrik ke dalam lingkungan istana yang dibantu oleh orang-orang Kasim.
Krisis agraria yang mulai meletus pada akhir abad dua dan permulaan abad tiga
semakin menghangat. Keadaan ini telah menyebabkan munculnya
pemberontakan yang digerakkan oleh para petani. Salah seorang perwira dari
suku Wei berhasil memadamkan pemberontakan tersebut yang kemudian
merebut kekuasaan dan menaiki tahta singgasana kekaisaran pada 220.
Dinasti Sui yang didirikan oleh Kaisar Yang Chien hanya mempunyai
dua orang kaisar yang pernah berkuasa, yaitu Yang Chien-yang diyakini sebagai
pendiri dinasti dengan sebutan Kaisar Sui Wen Ti(589-602)-dan seorang
penggantinya, yaitu putra kedua Sui Wen Liyang berhasil menyingkirkan
kakaknya(anak pertama Sui Wen Ti) dari tahta kerajaan yang bernama Kuang la
kemudian naik tahta dengan memakai gelar Kaisar Sui Yang Ti (605-618). Pusat
kerajaan pada masa Sui Wen Ti dipindahkan kembali ke Chang-an, sedangkan
pada masa Sui Yang Ti pusat kerajaan ditempatkan di kota Lo Yang.
Dinasti T'ang(618-906)
Bangsa Manchu merupakan ahli waris yang sah dari Dinasti Chin dan
Dinasti Yuan. Sejalan dengan naiknya bangsa Mancu ke tar kekuasaan, semakin
maju pula peradabannya. Mereka banyak memahami kebudayaan dan sistem
peradaban Cina berkat pelaksanaan Nurhachi dan Abahai. Mereka berusaha
keras untuk menyesuaikan diri dengan sistem peradaban Cina. Untuk tujuan
tersebut mereka memperkerjakan orang-orang Cina dalam struktur birokrasi
pemerintahan. Mereka juga banyak belajar dari bangsa Mongolia Timur. Huruf
Yunchen digantikan oleh huruf Mongolia yang lebih praktis yang berasal dari
bangsa Uigur. Organisasi milliter pun dibangun yang awalnya sudah digagas
oleh bangsa Manchu terkenal dengan nama organisasi vandel (organisasi panji-
panji). Disebut “vandel” karena setiap laskar mempunyai panji-panji sendiri
yang warnanya berbeda-beda sesuai dengan kesatuannya. Satu vandel sama
dengan satu divisi yang terdiri dari lima jalan (resimen) yang masing-masing
jalannya lima niro Setiap niro terdiri dari 800 orang ajurit (niro = panah).
Semula, jumlah prajurit terdiri dari empat vandel, tetapi pada 1516, diubah
menjadi delapan vandel. Dengan kekuatan pasukan tentara yang tergabung
dalam vandel-vandel itu, daerah kerajaan semakin diperluas ke sebelah utara
hingga mencapai Sungai Amur. Pada 1637, wilayah Korea berhasil di taklukkan.
Menjelang akhir kekuasaan Dinasti Ming, bangsa-bangsa barat sudah
mulai berdatangan ke Cina, pada masa Dinasti Manchu bangsa barat semakin
banyak lagi yang berdatangan. Mereka melakukan perdagangan dengan Cina
atas syarat-syarat yang ditentukan oleh Cina dan kegiatan perdagangan mereka
dibatasi oleh kesepakatan K'ang Hsi menetapkan aturan bahwa hanya orang-
orang Kanton yang terbuka lebar untuk membuka perdagangan dengan bangsa
asing. Perdagangan itu hanya boleh dilakukan dengan sistem Kohong. Pedagang
asing dilarang mrlakukan hubungan langsung dengan prnduduk. Mereka hanya
boleh bertransaksi dengan perantara para saudagar kohong, yaitu saudagar Cina
tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mengurus perdagangan dengan
bangsa asing.
2. JEPANG
Identitas Buku
Judul : Mengenal Jepang
Pengarang : Ajip Rosidi
Kota/ Tahun Terbit : Jakarta Pusat/ 1981
Penerbit : Pusat Kebudayaan Jepang Jakarta (The Japan
Foundation)
Cetakan : Ke- 1
Jumlah Halaman : 180 Halaman
3. KOREA
Identitas Buku
Judul : Jejak Mata Pyongyang
Pengarang : Seno Gumira Ajidarma
Kota/ Tahun Terbit : Bandung/ 2015
Penerbit : Muffin Graphics (PT Mizan Pustaka)
Cetakan : Ke- 1
Jumlah Halaman : 156 Halaman