Anda di halaman 1dari 15

CIRI-CIRI SEJARAH

a) peristiwa yang abadi, karena peristiwa tersebut tidak berubah rubah dan akan dikenang sepanjang masa
b) peristiwa yang unik, karena hanya terjadi 1 kali dan tidak akan pernah terulang persis sama untuk kedua kalinya
c) peristiwa yang penting, karena mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak

KONSEP RUANG DAN WAKTU DALAM SEJARAH


 Konsep waktunya yaitu LINEAR dimana urutannya masa lalu > masa sekarang > masa depan   
 Konsep ruang:
a) Sejarah sebagai peristiwa (history as event): Benar-benar terjadi apa adanya.
b) Sejarah sebagai kisah (history as narrative): Dikisahkan atau diceritakan kembali.
c) Sejarah sebagai ilmu ( history as educative): Ciri: empiris, metode, objek dan teori.
d) Sejarah sebagai seni (history as art): Ciri: emosi, gaya bahasa, imajinasi dan intuisi/ilham.

KRONOLOGI DAN PERIODISASI


a) Periodisasi dalam sejarah, yaitu pembabakan masa dalam suatu peristiwa sejarah. Tujuannya yaitu untuk
mempermudah dalam memahami suatu peristiwa sejarah
b) Kronologi dalam sejaraH, yaitu penyusunan peristiwa sejarah secara urutan waktU. Tujuannya yaitu untuk
menghindari kerancuan.
c) Kronik dalam sejarah. Catatan suatu peristiwa sejarah, misalnya, kisah perjalanan marcopolo.
d) Historiografi dalam sejarah. Penulisan sejarah, misalnya, buku, tulisan ataupun karangan.

BERFIKIR SINKRONIS DAN DIAKRONIS


Berpikir sejarah secara diakronik artinya berpikir secara kronologis dalam menganalisis suatu hal. Kronologi sejarah
dapat membantu mengurutkan kembali suatu peristiwa berdasarkan susunan waktu yang tepat, serta memudahkan
dalam proses perbandingan antara kejadian yang terjadi pada waktu yang sama namun di tempat yang berbeda.
Sedangkan berpikir sejarah secara sinkronik ialah dengan berpikir secara luas dalam ruang namun terbatas waktu.
Sinkronik menganalisa suatu kejadian pada saat tertentu dengan titik tetapnya ada pada waktu. Sinkronik hanya
menganalisis kondisi suatu peristiwa, tidak berupaya untuk membuat kesimpulan terkait perkembangan peristiwa yang
ikut serta dalam suatu situasi.

JENIS-JENIS MANUSIA PURBA


a) Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koeningswald di Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang
menemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan
jenis manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa dari Jawa. Jenis manusia
purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya tegap. Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah
tumbuhtumbuhan. Masa hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
b) Jenis Pithecanthropus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di pinggiran
Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-
tanda kera. Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera yang berjalan tegak.
Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yang
juga terkenal sebagai rumpun Homo erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia
purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.
c) Jenis Homo
Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois
bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung
dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk
fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 –
25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di Filipina
dan Cina Selatan. Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’ baik dari segi fisik, volume otak maupun postur
badannya yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo sapiens juga
diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalam berpikir dan menyiasati tantangan alam. Di lain
pihak, ciri-ciri morfologis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan lebih
modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal, karakter evolutif yang paling signifikan adalah
bertambahnya kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yang jauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc),
dengan atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang
mempunyai tengkorak panjang dan rendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc.
ASAL-USUL NENEK MOYANG INDONESIA
Asal usul nenek moyang Indonesia Homo sapiens, sebagai nenek moyang Indonesia, terbagi menjadi tiga ras, yaitu: Ras
Mongoloid: berkulit kuning, tinggi badan sedang, hidung tidak terlalu mancung dan tidak terlalu pesek, banyak
menyebar di Asia Tengah, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Ras Kaukasoid: berkulit putih, badan tinggi, hidung mancung,
menyebar di Eropa dan Asia kecil (Timur Tengah). Ras Negroid: berkulit hitam, bibir tebal, rambut keriting, banyak
ditemukan di Afrika, Australia, dan Iran. Menurut penyelidikan para ahli, nenek moyang bangsa Indonesia bukan asli
dari Indonesia. Peneliti bernama Von Hiene Geldern menyimpulkan hal yang sama setelah menyelidiki penyebaran
kapak persegi sebagai alat peninggalan Homo sapiens. Nenek moyang Indonesia berasal dari daerah Campa, Cochin
China, Kamboja, dan Tiongkok Selatan. Mereka termasuk rumpun bangsa Austronesia yang terdiri dari ras Mongoloid
dan ras Austro Melanosoid.

PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA MASA KERAJAAN HINDU-BUDDHA DI INDONESIA


Politik

Masyarakat Indonesia dikenalkan oleh orang-orang India tentang sistem pemerintahan kerajaan. Dalam sistem ini,
kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan
terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin memerintah atas hak waris sesuai dengan
peraturan hukum kasta.Karena itu, lahirlah kerajaan-kerajaan di Indonesia, seperti Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, dan
kerajaan bercorak Hindu-Buddha lainnya.

Sosial budaya

Hindu budha yang menjadikan masyarakat Indonesia mengenal aturan kasta, yaitu: (1) Kasta Brahmana (kaum pendeta
dan para sarjana), (2) Kasta Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), (3) Kasta Waisya (para petani, pemilik tanah)
dan prajurit). (4) Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun, tidak budaya Indonesia Lama masih tampak
dominan di semua lapisan masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang ada di India,
baik ciri-ciri maupun wujudnya. Hal ini tampak pada kehidupan masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan
silsilahnya, Raja Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama kali tersentuh oleh pengaruh budaya India. Pada
masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya Indonesia karena pengaruh budaya India belum
terlalu merasuk ke kerajaan. Penyerapan budaya baru mulai tampak pada saat Aswawarman, anak Kundungga, diangkat
menjadi raja yang disetujui. Adanya pengaruh Hindia yang menggantikan Kundungga tidak dianggap sebagai pendiri
Kerajaan Kutai.

Ekonomi

Pada bidang ekonomi Masa Hindu-Buddha sudah ada uang logam. Namunmasih ada yang menggunakan sistem barter.
Tiap-tiap kerajan memilikinama yang berbeda beda contoh: di kerajaan Majapahit ada satuan uang Gobang, di kerajaan
Buleleng ada satuan Ma, Su, dan Piling.

PERKEMBANGAN POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA


Politik

Pada masa Islam, kerajaan Hindu-Buddha mengalami keruntuhan danmulai digantikan oleh Kerajaan Bercorak Islam.
Sistem kepemimpinannya masih secara turun temurun. Namun, rajanya bergelar Sultan atau Sunan.

Ekonomi

Pada masa Islam terjadi hubungan perdagangan dan juga pelayaran secara Internasional maupun Regional. Komoditas
ekspornya yaitu: Cengkih, Pala, dan Bunga Pala(Fuli). Pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam, sistem jual beli
masih menggunakan barter (Antara pedagang daerah pesisir dan pedagang pedalaman). Tradisi ini masih berlangsung di
daerah terpencil, hingga kini. Namun,ada juga kota yang telah menggunakan uang sebagai alat jual beli (Pada masa
perkembangan Islam). Mata uang yang dipergunakan tidak mengikat pada mata uang tertentu kecuali ada aturan yang
diatur pemerintah setempat.

Sosial budaya

Jika dalam agama Hindu-Buddha derajat orang berdasar kasta (Caturwarna), maka dalam agama Islam derajat
seseorang berdasarkan Keimanan dan Ketakwaan kepada Allah. Hal inilah yang membuat banyak orang dengan sukarela
masuk agama Islam. Selain itu, perubahan dari Kalender Saka (Kalender Hindu) menjad iKalender Hijriyah (Kalender
Islam).
LAHIRNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT
Di dunia, kolonialisme dan imperialisme berkembang sejak abad ke-15 oleh bangsa Eropa ke berbagai wilayah, termasuk
Indonesia. Faktor utamanya adalah Perang Salib dan jatuhnya Konstatinopel oleh Turki Utsmani (Ottoman) di tahun
1453. Jalur perdagangan Asia-Eropa yang melewati laut tengah kemudian ditutup. Hal tersebut memaksa bangsa Eropa
untuk mencari jalur perdagangan baru berbekal kemajuan teknologi pelayaran.

Selain itu, terdapat beberapa faktor lain yang mendorong bangsa Eropa untuk melakukan kolonialisme dan
imperialisme. Jatuhnya Konstatinopel oleh Ottoman membangkitkan semangat penaklukan terhadap pemeluk agama
Islam. Tidak hanya itu, mereka memiliki keingintahuan untuk mempelajari alam semesta, kondisi geografis, dan
kehidupan bangsa-bangsa lain. Rempah-rempah juga menjadi alasan lain bagi bangsa ini untuk melakukan penjelajahan
mengingat harganya yang tinggi di pasar Eropa. Mereka ingin memperoleh keuntungan dan kekayaan sebanyak
mungkin. Mereka juga memiliki ambisi 3G, yaitu Gold, Glory, dan Gospel.

Gold berarti mencari keuntungan dengan mengumpulkan bahan dan barang berharga; Glory berarti menyebarkan
kekuasaan seluas-luasnya; sementara Gospel berarti penyebaran agama yang dianut bangsa Barat saat itu, yaitu Katolik.
Bangsa Barat yang mendatangi Indonesia rupanya tidak hanya Belanda. Di tahun 1511, Portugis mendarat di Malaka.
Spanyol juga mendatangi Indonesia di tahun 1521 dan mendarat di Maluku. Barulah Belanda mengikuti di tahun 1595
dan mendarat di Banten.

Kolonialisme dan imperialisme di Indonesia bermula dari bangsa Portugis. Ekspedisi yang mereka lakukan pertama kali
dipimpin oleh Vasco da Gama. Bersama krunya, Vasco da Gama berhasil berlayar hingga mendarat di Kalkuta, India.
Sayangnya, ia berpendapat bahwa India bukanlah negara penghasil rempah-rempah yang mereka cari. Mengikuti jejak
da Gama, Alfonso de Albuquerque melaksanakan ekspedisi lanjutan. Ia dan krunya berhasil mencapai Malaka. Bangsa
Spanyol juga mengikuti Portugis dalam pencarian rempah-rempah. Ekspedisi yang dilakukan oleh Christopher Columbus
sayangnya belum menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Hal tersebut kemudian mendorong Magelhaens
untuk melakukan pelayaran yang sama. Kapal Magelhaens tiba di Kepulauan Maluku yang kaya dengan rempah-
rempah.

Sementara itu, ekspedisi Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman. Ketika tiba di Banten, ia dan krunya disambut baik
oleh Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir. Tapi, Belanda berniat untuk memonopoli pasar di sana, hingga akhirnya
mereka diusir. Belanda kembali lagi di tahun 1598 dengan tujuan berdagang, tapi mereka menyebar dari Banten hingga
ke Maluku.

VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie)


Kongsi Dagang atau Perusahaan Hindia Timur Belanda, secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur
(bahasa Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie; VOC) didirikan pada 20 Maret 1602. VOC adalah persekutuan
dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia. Disebut Hindia Timur karena ada pula
Geoctroyeerde Westindische Compagnie yang merupakan persekutuan dagang untuk kawasan Hindia Barat.
Perusahaan ini dianggap sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia sekaligus merupakan perusahaan pertama
yang mengeluarkan sistem pembagian saham. Salah satu pemegang saham VOC terbesar adalah Isaac Le Maire, seorang
pengusaha dan investor keturunan Yahudi asal Walonia (sekarang Belgia).

VOC secara resmi didirikan di Amsterdam. Adapun tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk: (1) menghindari
persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda yang telah ada, (2) memperkuat
kedudukan Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain.

VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang, sehingga disebut “Dewan Tujuh Belas” (de Heeren
XVII). Mereka terdiri dari delapan perwakilan kota pelabuhan dagang di Belanda. Markas Besar Dewan ini berkedudukan
di Amsterdam. Dalam menjalankan tugas, VOC ini memiliki beberapa kewenangan dan hak-hak antara lain:

1. Melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan sampai dengan Selat Magelhaens, termasuk
Kepulauan Nusantara.
2. Membentuk angkatan perang sendiri
3. Melakukan peperangan
4. Mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat
5. Mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri
6. Mengangkat pegawai sendiri
7. Memerintah di negeri jajahan.
Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Sebagai gubernur jenderal yang pertama, Pieter
Both sudah tentu harus mulai menata organisasi kongsi dagang ini sebaik-baiknya agar harapan mendapatkan monopoli
perdagangan di Hindia Timur dapat diwujudkan. Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten pada
tahun 1610. Pada tahun itu juga Pieter Both meninggalkan Banten dan berhasil memasuki Jayakarta. ada tahun 1614
Pieter Both digantikan oleh Gubernur Jenderal Gerard Reynst (1614-1615). Baru berjalan satu tahun ia digantikan
gubernur jenderal yang baru yakni Laurens Reael (1615-1619). Tahun 1619 Gubernur Jenderal VOC Laurens Reael
digantikan oleh Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen). J.P. Coen dikenal gubernur jenderal yang berani dan
kejam serta ambisius.

KEDUDUKAN INGGRIS
Inggris sempat menjajah Indonesia selama 5 tahun dari 1811 hingga 1816. Dikutip dari Sejarah Indonesia Modern (2016)
karangan MC Ricklefs pada 4 Agustus 1811, 60 kapal Inggris muncul di pelabuhan Batavia, pusat kekuatan Belanda.
Batavia dan daerah di sekitarnya jatuh ke tangan Inggris pada 26 Agustus 1811. Perjanjian Tuntang Inggris di bawah
pimpinan Thomas Stamford Raffles berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda di Indonesia yang ditandai dengan
Perjanjian Tuntang. Perjanjian Tuntang dilakukan pada 18 September 1811 yang berisi sebagai berikut: Pemerintah
Belanda menyerahkan Indonesia kepada Inggris di Kalkuta, India Semua tentara Belanda menjadi tawanan perang
Inggris. Orang Belanda dipekerjakan dalam pemerintahan Inggris. Hutang Belanda tidak menjadi tanggungan Inggris.
Raffles yang berhasil merebut seluruh kekuasaan Belanda, memberikan kesempatan rakyat Indonesia untuk melakukan
perdagangan bebas. Meski keberadaan Inggris tetap menindas rakyat Indonesia.

Tanggal 18 September 1811 adalah tanggal dimulainya kekuasaan Inggris di Hindia. Gubernur Jenderal Lord Minto
secara resmi mengangkat Raffles sebagai penguasanya. Pusat pemerintahan Inggris berkedudukan di Batavia. Sebagai
penguasa di Hindia, Raffles mulai melakukan langkah-langkah untuk memperkuat kedudukan Inggris di tanah jajahan.
Dalam rangka menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang pada tiga prinsip. Pertama, segala bentuk kerja rodi
dan penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat. Kedua, peranan para bupati sebagai pemungut
pajak dihapuskan dan para bupati dimasukkan sebagai bagian pemerintah kolonial. Ketiga, atas dasar pandangan bahwa
tanah itu milik pemerintah, maka rakyat penggarap dianggap sebagai penyewa. Berangkat dari tiga prinsip itu Raffles
melakukan beberapa langkah, baik yang menyangkut bidang politik pemerintahan maupun bidang sosial ekonomi.

MASA PEMERINTAHAN HINDIA-BELANDA


Setelah berakhirnya kekuasaan Inggris, Indonesia dikuasai oleh pemerintah Hindia Belanda. Pada mulanya,
pemerintahan ini merupakan pemerintahan kolektif yang terdiri atas tiga orang, yaitu Flout, Buyskess, dan van der
Capellen. Mereka berpangkat komisaris jenderal. Pemerintahan kolektif itu bertugas menormalisasikan keadaan lama
(Inggris) kea lam baru (Belanda). Masa peralihan itu hanya berlangsung dari tahun 1816-1819. Pada tahun 1919, kepala
pemerintahan mulai dipegang oleh seorang gubernur jenderal, yaitu van der Capellen (1816-1824).

Dalam menjalankan pemerintahannya, komisaris jenderal melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Sistem residen tetap dipertahankan,


2. Dalam bidang hukum, sistem juri dihapuskan,
3. Kedudukan para bupati sebagai penguasa feudal/feodal tetap dipertahankan,
4. Desa sebagai satu kesatuan unit tetap dipertahankan dan para penguasanya dimanfaatkan untuk pelaksanaan
pemungutan pajak dan hasil bumi.
5. Dalam bidang ekonomi memberikan kesempatan kepada pengusaha-pengusaha asing untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.

Penerapan Sistem Tanam Paksa (Cultuur Stelsel) 1830-1870

Istilah cultuur stelsel sebenarnya berarti sistem tanaman. Terjemahannya dalam bahasa inggris adalah culture


system atau cultivation system. Pengertian dari cultuur stelsel sebenarnya adalah kewajiban rakyat (Jawa) untuk
menanam tanaman ekspor yang laku dijual di Eropa. Rakyat pribumi menerjemahkan cultuur stelsel dengan
sebutan tanam paksa. Hal itu disebabkan pelaksanaan proyek penanaman dilakukan dengan cara-cara paksa.
Pelanggarnya dapat dikenakan hukuman fisik yang amat berat. Jenis-jenis tanaman yang wajib ditanam, yaitu tebu, nila,
teh, tembakau, kayu manis, kapas, merica (lada), dan kopi.

Menurut van den Bosch, cultuur stelsel didasarkan atas hokum adat yang menyatakan bahwa barang siapa berkuasa di
suatu daerah, ia memiliki tanah dan penduduknya. Karena raja-raja di Indonesia sudah takluk kepada Belanda,
pemerintah Belanda menganggap dirinya sebagai pengganti raja-raja tersebut. Oleh karena itu, penduduk harus
menyerahkan sebagian hasil tanahnya kepada pemerintah Belanda.
1.) Latar Belakang Sistem Tanam Paksa

 Di Eropa, Belanda terlibat dalam peperangan-peperangan pada masa kejayaan Napoleon Bonaparte sehingga
menghabiskan biaya yang amat besar.

 Terjadinya Perang Kemerdekaan Belgia yang diakhiri dengan pemisahan Belgia dari Belanda pada tahun 1830.

 Terjadi Perang Diponegoro (1825-1830) yang merupakan perlawanan rakyat jajahan termahal bagi Belanda.
Perang Diponegoro menghabiskan biaya sekitar 20.000.000 gulden.

 Kas Negara Belanda kosong dan hutang yang ditanggung Belanda cukup berat.

 Pemasukkan uang dari penanaman kopi tidak banyak.

 Gagal mempraktikkan gagasan liberal (1816-1830) berarti gagal juga mengeksploitasi tanah jajahan untuk
memberikan keuntungan yang besar pada Belanda.

2.) Aturan-Aturan Tanam Paksa

Ketentuan-ketentuan pokok sistem tanam paksa terdapat dalam Staatsblad (lembaran Negara) tahun 1834 No.22,
beberapa tahun setelah tanam paksa dijalankan di Pulau Jawa. Bunyi dari ketentuan tersebut adalah sebagai berikut.

 Persetujuan-persetujuan agar penduduk menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman tanaman
ekspor yang dapat dijual di Eropa.

 Tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan tersebut tidak boleh melebihi seperlima dari tanah
pertanian yang dimiliki.

 Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman tidak boleh melebihi pekerjaan untuk menanam padi.

 Tanah yang disediakan penduduk tersebut bebas dari pajak tanah.

 Hasil dari tanaman tersebut diserahkan kepada Pemerintah Hindia Belanda. Jika harganya ditaksir melebihi
pajak tanah yang harus dibayar rakyat, kelebihan itu diberikan kepada penduduk.

 Kegagalan panen yang bukan karena kesalahan petani akan menjadi tanggungan pemerintah.

 Bagi yang tidak memiliki tanhan akan dipekerjakan pada perkebunan atau pabrik-pabrik milik pemerintah
selama 65 hari setiap tahun.

 Pelaksanaan tanam paksa diserahkan kepada pemimpin-pemimpin pribumi. Pegawai-pegawai Eropaa bertindak
sebagai pengawas secara umum.

Ketentuan-ketentuan tersebut dalam praktiknya banyak menyimpang sehingga rakyat banyak dirugikan. Penyimpangan-
penyimpangan tersebut, antara lain berikut ini.

 Perjanjian tersebut seharusnya dilakukan dengan sukarela, tetapi dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara-
cara yang sangat memaksa.

 Luas tanah yang disediakan penduduk lebih dari seperlima tanah mereka. Sering kali juga semua tanah rakyat
digunakan untuk tanam paksa.

 Pengerjaan tanaman-tanaman ekspor sering kali jauh melebihi pengerjaan padi.

 Kelebihan hasil panen sering kali tidak dikembalikan kepada petani.

 Pajak tanah masih dikenakan pada tanah yang digunakan untuk proyek tanam paksa.

 Kegagalan panen menjadi tanggung jawab petani.

 Buruh yang seharusnya dibayar oleh pemerintah malah dijadikan tenaga paksaan.

3.) Dampak Tanam Paksa bagi Rakyat Indonesia

Pelaksanaan system tanam paksa memberikan dampak bagi rakyat Indonesia, baik positif maupun negatif.

I) Dampak Positif

 Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam jenis-jenis tanaman baru.

 Rakyat Indonesia mulai mengenal tanaman dagang yang berorientasi impor.


II) Dampak Negatif

 Kemiskinan serta penderitaan fisik dan mental yang berkepanjangan.

 Beban pajak yang berat.

 Pertanian, khususnya padi, banyak mengalami kegagalan panen.

 Kelaparan dan kematian terjadi di banyak tempat, seperti di Cirebon (1843) sebagai akibat dari pemungutan
pajak tambahan dalam bentuk beras, serta di Demak (1848) dan di Grobogan (1849-1850) sebagai akibat
kegagalan panen.

 Jumlah penduduk Indonesia menurun dengan sangat drastis.

Sistem Politik Ekonomi Liberal (1870)

Sebelum tahun 1870, Indonesia dijajah dengan model imperialism kuno (ancient imperialism), yaitu dikeruk
kekayaannya saja. Setelah tahun 1870, di Indonesia diterapkan imperialism modern (modern imperialism). Sejak saat itu
diterapkan opendeur politiek, yaitu politik pintu terbuka terhadap modal-modal swasta asing. Pelaksanaan politik pintu
terbuka tersebut diwujudkan melalui penerapan system politik ekonomi liberal.

1) Latar Belakang Sistem Politik Ekonomi Liberal

 Pelaksanaan system tanam paksa telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi, tetapi hanya memberikan
keuntungan kepada pihak Belanda secara besar-besaran.

 Berkembangnya paham liberalism sehingga system tanam paksa tidak sesuai lagi untuk diteruskan.

 Kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda mendesak pemerintah Belanda menerapkan system
ekonomi liberal di Indonesia. Tujuannya agar para pengusaha Belanda sebagai pendukung Partai Liberal dapat
menanamkan modalnya di Indonesia.

 Adanya traktar Sumatera (1871) yang memberikan kebebasan bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke
Aceh. Sebagai imbalannya, Inggris meminta Belanda menerapkan system ekonomi liberal di Indonesia agar
pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.

2) Akibat Pelaksanaan Sistem Politik Ekonomi Liberal

a.) Bagi Belanda

 Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan pemerintah colonial Belanda.

 Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri Belanda.

 Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajajahan.

b.) Bagi Indonesia

 Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk.

 Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan gula berakibat sangat buruk bagi
penduduk.

 Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara pertumbuhan penduduk Jawa meningkat
sangat pesat.

 Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan barang-barang impor dari Eropa.

 Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah adanya angkutan dengan kereta api.

 Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya hukuman berat bagi yang melanggar
peraturan Poenale Sanctie.

PERLAWANAN SEBELUM LAHIRNYA KESADARAN NASIONAL


1.          Perlawanan Rakyat Maluku di Bawah Ahmad Matullesi (1817)

Sejak abad ke-17 perlawanan rakyat Maluku terhadap Kompeni sudah terjadi, namun perlawanan yang dahsyat baru
muncul pada permulaan abad ke-19, di bawah pimpinan Ahmad Matulessi (lebih dikenal dengan nama Pattimura).
Latar belakang timbulnya perlawanan Pattimura, di samping adanya tekanan-tekanan yang berat di bidang ekonomi
sejak kekuasaan VOC juga dikarenakan hal sebagai berikut.

a. adanya tindakan-tindakan pemerintah Belanda yang memperberat kehidupan rakyat, seperti system penyerahan
secara paksa, kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi.
Selain itu, beredarnya uang kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak dapat menggunakannya untuk keperluan
sehari-hari karena belum terbiasa.

b.  adanya pemecatan guru-guru sekolah akibat pengurangan sekolah dan gereja, serta pengiriman orang-orang Maluku
untuk dinas militer ke Batavia.

Hal-hal tersebut di atas merupakan tindakan penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat  Maluku. Oleh karena itu,
rakyat Maluku bangkit dan berjuang melawan imperialisme Belanda. Aksi perlawanan meletus pada tanggal  15 Mei
1817 dengan menyerang Benteng Duurstede di Saparua. Setelah terjadi pertempuran sengit, akhirnya Benteng
Duurstede jatuh ke tangan rakyat Maluku di bawah pimpinan Pattimura. Banyak korban di pihak Belanda termasuk
Residen Belanda, Van den Berg ikut terbunuh dalam pertempuran.

2. Perlawanan Kaum Paderi (1821–1838 )

Perang Paderi melawan Belanda berlangsung 1821–1838, tetapi gerakan Paderi sendiri sudah ada sejak awal abad ke-
19. Di lihat dari sasarannya, gerakan Paderi dapat dibagi menjadi dua periode.

a. Periode 1803–1821 adalah masa perang Paderi melawan Adat dengan corak keagamaan.

b. Periode 1821–1838 adalah masa perang Paderi melawan Belanda dengan corak keagamaan dan patriotisme.

Sejak tahun 1821 saat kembalinya tiga orang haji dari Mekkah, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji Piabang, gerakan
Paderi melawan kaum Adat dimulai. Kaum Paderi berkeinginan memperbaiki masyarakat Minangkabau dengan
mengembalikan kehidupannya yang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Padahal kaum Adat justru ingin
melestarikan adat istiadat warisan leluhur mereka.

Perang Paderi melawan Belanda meletus ketika Belanda mengerahkan pasukannya menduduki Semawang pada tanggal
18 Februari 1821. Masa Perang Paderi melawan Belanda dapat dibagi menjadi tiga periode.

a. Periode 1821–1825, ditandai dengan meletusnya perlawanan di seluruh daerah Minangkabau. Di bawah pimpinan
Tuanku Pasaman, kaum Paderi menggempur pos-pos Belanda yang ada di Semawang, Sulit Air, Sipinan, dan tempat-
tempat lain. Pertempuran menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Tuanku Pasaman kemudian
mengundurkan diri ke daerah Lintau. Sebaliknya, Belanda yang telah berhasil menguasai Lembah Tanah Datar,
kemudian mendirikan benteng pertahanan di Batusangkar (Fort Van den Capellen).

b. Periode 1825–1830, ditandai dengan meredanya pertempuran. Kaum Paderi perlu menyusun kekuatan, sedangkan
pihak Belanda baru memusatkan perhatiannya menghadapi perlawanan Diponegoro di Jawa.

c. Periode 1830–1838, ditandai dengan perlawanan di kedua belah yang makin menghebat. Pemimpin di pihak Belanda,
antara lain Letkol A.F. Raaff, Kolonel de Stuer, Mac. Gillavry dan Elout, sedangkan di pihak Paderi ialah Tuanku Imam
Bonjol, Tuanku Nan Renceh, Tuanku nan Gapuk, Tuanku Hitam, Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku Tambusi.

3. Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825–1830)

Pengaruh Belanda di Surakarta dan Yogyakarta semakin bertambah kuat pada permulaan abad ke-19. Khususnya di
Yogyakarta, campur tangan Belanda telah menimbulkan kekecewaan di kalangan kerabat keraton yang kemudian
menimbulkan perlawanan di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro.

Sebab-sebab perlawanan Diponegoro, antara lain sebagai berikut:

a. Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat istana terhadap tindakan Belanda yang makin intensif mencampuri
urusan keraton melalui Patih Danurejo (kaki tangan Belanda).

b. Adanya kebencian rakyat pada umumnya dan para petani khususnya akibat tekanan pajak yang sangat memberatkan.

c. Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak-haknya banyak yang dikurangi.

d. Sebagai sebab khususnya ialah adanya pembuatan jalan oleh Belanda melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro
di Tegalrejo.

Pertempuran perrtama  meletus pada tanggal 20 Juli 1825 di Tegalrejo.


FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA PERGERAKAN NASIONAL
Ada dua faktor yang menjadi pendorong terbentuknya pergerakan nasional. Dikutip dari laman Direktorat SMP
Kemendikbud Ristek, faktor tersebut datang dari dalam negeri dan luar negeri. 

1. Faktor dalam negeri


Faktor dalam negeri yang menjadi pendorong terbentuknya pergerakan nasional berasal dari hati dan sanubari
rakyat Indonesia.  Keinginan dan usaha membebaskan diri dari belenggu kolonialisme para penjajah menjadi faktor
para pemuda mulai mendirikan organisasi pergerakan nasional.  Contoh faktor dalam negeri diantaranya adalah:
Tekanan dan penderitaan yang terus-menerus akibat penjajahan. Rasa kesadaran nasional dan harga diri bangsa
Rasa senasib-sepenanggungan yang dirasakan bersama sehingga timbul semangat bersatu membentuk negara.
2. Faktor luar negeri
Faktor dari luar negeri sebenarnya tidak memiliki pengaruh yang kuat dibandingkan faktor dari dalam
negeri. Meskipun demikian faktor tersebut tetap mendorong rakyat untuk mendirikan organisasi pergerakan
nasional. Beberapa faktor tersebut contohnya diantaranya: Kebijakan Politik Etis yang membuat anak-anak
bumiputera mengenyam pendidikan. Munculnya paham liberalisme dan hak asasi manusia pascakemerdekaan
Amerika dan Revolusi Prancis. Kemenangan Jepang atas Rusia di tahun 1905 yang membangkitkan rasa percaya diri
bangsa Asia-Afrika untuk lepas dari penjajahan bangsa Barat, dan masih banyak lagi. Lahirnya era pergerakan
nasional menjadi bahan bakar untuk membakar semangat juang putra dan putri bangsa untuk meraih kemerdekaan
Indonesia. 

Adapun faktor-faktor lain adalah:


1) Masuknya paham liberalisme dan human rights
2) Diterapkannya pendidikan sistem barat dalam pelaksanaan Politis Etis pada 1902. Sehingga menimbulkan wawasan
luas bagi pelajar Indonesia.
3) Kemenangan jepang terhadap Rusia tahun 1905, yang membangkitkan rasa percaya diri bagi rakyat Asia-Afrika dan
bangkit melawan penjajah.
4) Gerakan Turki Muda pada 1896-1918 yang bertujuan menanamkan dan mengembangkan nasionalisme Turki.
5) Gerakan Pan-Islamisme yang ditumbuhkan oleh Djamaluddin al-Afgani yang mematahkan dan melenyapkan
imperialisme barat.
6) Pergerakan nasional di Asia, seperti gerakan Nasionalisme di India, Tiongkok, dan Philipina.

PERKEMBANGAN PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA


Organisasi pada pergerakan nasional di Indonesia

a) Budi Utomo
Kebangkitan nasional ditandai lahirnya Budi Utomo (BU) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo,
Suradji, dan Gunawan Mangun- kusumo yang waktu itu menjadi mahasiswa Stovia (kedokteran Jawa), sedangkan
perintisnya adalah Dr. Wahindin Sudirohusodo.
b) Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketua Haji Samanhudi.
Keinginan untuk menyaingi pedagang- pedagang Cina mendorong banyak orang ingin menjadi anggota SDI. Tujuan
SDI semula adalah memajukan perdagangan untuk menyaingi pedagang-pedagang Cina. Namun pada akhirnya,
selain memajukan perdagangan, SDI juga ingin memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas anjuran H.O.S.
Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada tahun 1912.
c) Indische Partij
Indische Partij (IP) didirikan pada tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker
(Danudirdja Setiabudhi), Tjipto Mangunkusumo, Soewardi Soerjaningrat (Ki Hadjar Dewantara). Tujuan didirikannya
partai polilik ini adalah mempersatukan Hindia Belanda sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini
disebarluaskan melalui surat kabar De Express.
d) Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pergerakan nasional yang awalnya didirikan dengan nama Indische
Vereeniging oleh Belanda pada tahun 1908 yakni Soetan Kasajangan Soripada dan RM Noto Suroto. Namun pada
tahun 1923, organisasi ini justru berjuang dari jauh untuk mempelopori kemerdekaan untuk Indonesia saat itu.
Selanjutnya pada tahun 1925 organisasi ini berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia yang menunjukan
identitas diri bangsa dan negara serta menggantikan kata Hindia Belanda.
e) Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)
Indische Social democratische Vereeniging (ISDV) adalah organisasi yang berdiri pada 9 Mei 1914 oleh Henk
Sneevliet yang merupakan anggota dari Partai Buruh Sosial Demokrat Belanda. ISDV merupakan organisasi yang
menganut paham marxisme. ISDV inilah yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya Partai Komunis Indonesia
pada Desember 1920.

f) Partai Nasional Indonesia


Partai Nasional Indonesia (PNI) adalah organisasi bentukan Ir. Soekarno pada 4 Juli 192 yang bergerak dalam bidang
politik, ekonomi, dan sosial. Kemudian setelah kongres 1928, keanggotaan PNI semakin meningkat. Hal inilah yang
membuat pemerintah Belanda khawatir. Akhirnya empat tokoh PNI, yakni Soekarno, Gatot Mangkoepradja,
Maskoen, dan Supradinata ditangkap dan dihukum oleh pengadilan Bandung pada 29 Desember 1929.
g) Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan nasional yang berakar pada keagamaan yang didirikan di Yogyakarta
pada 18 November 1912 oleh K.H Ahmad Dahlan. Tujuan dari organisasi ini adalah tanggapan atas saran Budi
Utomo untuk memberi pelajaran agama kepada anggotanya, sehingga membuat kelompok Muhammadiyah
menjadi organisasi agama yang modern. Organisasi ini mulai bergerak dengan mendirikan sekolah agama yang
modern, panti asuhan, panti jompo, dan fakir miskin, sampai balai pengobatan dan rumah sakit.
h) Gerakan Pemuda Seluruh Indonesia
Gerakan Pemuda Seluruh Indonesia adalah organisasi yang muncul berkat titik terang pengaruh adanya Budi Utomo
yang membawa dampak bagi seluruh pemuda yang ada di Indonesia. Tahun 1914 kemudian berdiri perkumpulan
Pasundan dengan tujuan mempertinggi derajat kesopanan, kecerdasan, dan memperluas kesempatan kerja.
Selanjutnya pada 16 Agustus 1927 dibentuklah organisasi Persatuan Minahasa di bawah pimpinan dr. Tumbelaka
dan Sam ratulangi.
i) Organisasi Kepanduan
Organisasi yang pertama kali lahir adalah Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) pada tahun 1916 di Solo. Setelah
itu lahir pula organisasi bernama Neda Indische Padvinders Vereeniging (NIPV) pada tahun 1917 di kalangan anak-
anak keturunan Eropa dengan.
j) Taman Siswa
Taman Siswa adalah organisasi pergerakan nasional yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922 yang
bertujuan untuk memperbaiki sistem pendidikan secara kultural yang diselenggarakan dengan baik.
k) Partai Komunis Indonesia
Organisasi ini diketuai oleh Semaun pada Desember 1920. Hingga kemudian pada 13 November 1926 partai ini
melakukan pemberontakan di Jawa dan Sumatera, namun tetap bisa dikalahkan oleh Kolonial Belanda.
l) Partai Indonesia
Partai Indonesia lahir karena Partai Nasional Indonesia (PNI) telah menjadi partai terlarang, sehingga tokoh-tokoh
nasionalis membentuk panitia untuk membentuk partai baru. Pada 1 Mei 1931, dibawah kepemimpinan Sartono
lahirlah perkumpulan baru yang bernama Partai Indonesia. Organisasi ini berharap agar pengikut PNI dulu ikut
bergabung kembali.
m) Gerakan Wanita
Gerakan Wanita dipelopori oleh R.A Kartini yang ikut serta berjuang merebut kemerdekaan. Idealisme organisasi ini
kemudian dikenal dengan Emansipasi wanita yang tumbuh dari lingkungan kebangsawanan Kartini.

PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI


Sekutu Menjatuhkan Bom Atom di Hiroshima dan Nagasaki

Pada 6 Agustus 1945, sekutu memberikan serangan telak pada Jepang. Hiroshima yang merupakan salah satu kota
penting di Jepang dijatuhi serangan bom atom. Ledakan dahsyat kemudian meluluhlantakkan seisi kota.

Pertemuan Tiga Tokoh Bangsa dan Jenderal Terauchi di Dalat

Jenderal Terauchi Hisaichi mengundang tiga tokoh bangsa untuk menemuinya di Markas Besar Tentara Wilayah Selatan
di Dalat, Vietnam. Tiga tokoh bangsa itu yakni, Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Radjiman Wediodiningrat.

Jepang Resmi Menyerah pada Sekutu

Pada 15 Agustus 1945 Kaisar Hirohito menyatakan secara bahwa Jepang telah menyerah tanpa syarat kepada sekutu.
Kabar ini kemudian berembus hingga ke tanah air.

Perseteruan Golongan Tua dan Golongan Muda

Kabar menyerahnya Jepang pada sekutu sampai ke telinga golongan muda. Menurut mereka ini merupakan kesempatan
bagi Indonesia untuk menyatakan kemerdekaannya.

Golongan muda kemudian mendesak agar proklamasi kemerdekaan Indonesia dilangsungkan paling lambat pada 16
Agustus 1945. Namun, Soekarno-Hatta menolak gagasan ini.
Peristiwa Rengasdengklok

Buntunya dialog dengan golongan tua membuat golongan muda tidak punya pilihan lain selain membawa Soekarno-
Hatta ke luar kota. Rengasdengklok kemudian dipilih sebagai tempat untuk mengamankan dua tokoh bangsa itu.
Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945.

Langkah ini diambil oleh golongan muda untuk menekan Soekarno-Hatta agar bersedia memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Setelah melalui perundingan, akhirnya golongan tua bersedia untuk segera menyatakan
kemerdekaan Indonesia.

Rapat di Rumah Laksamana Maeda

Pada 16 Agustus 1945 di malam hari, Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta. Bersama dengan tokoh nasional lainnya
mereka berkumpul di rumah Laksamana Maeda untuk merundingkan persiapan proklamasi kemerdekaan.

Perundingan yang berlangsung sejak malam hingga pagi itu kemudian menghasilkan naskah proklamasi kemerdekaan
Indonesia.

Pembacaan Proklamasi

Pada 17 Agustus 1945 pukul 10 pagi, naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno di Jalan
Pegangsaan Timur 56. Kabar mengenai proklamasi ini kemudian segera disebarkan ke seluruh negeri.

PEMBENTUKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM SIDANG PPKI


Sidang pertama PPKI dilaksanakan pada 18 Agustus 1945 bertempat di Gedung Tyuuoo Sangi-In (Gedung Pancasila).
Berikut ini hasil dan isi rumusan :

1. Mengesahkan UUD 1945


Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 disahkan sebagai konstitusi negara Indonesia.
2. Memilih Presiden dan Wakil Presiden RI
Atas usulan Otto Iskandardinata yang kemudian disetujui oleh forum sidang, Soekarno dan Hatta dipilih sebagai
presiden dan wakil presiden pertama Indonesia.
3. Membentuk Komite Nasional
Komite Nasional dibentuk sebagai komite sementara untuk membantu presiden dan wakil presiden, karena saat itu,
DPR dan MPR belum dibentuk. Keesokan harinya, yaitu tanggal 19 Agustus 1945, panitia sidang harus segera
melaksanakan rapat karena sebagai sebuah negara, Indonesia masih kekurangan banyak hal. Apa saja yang berhasil
dirumuskan di hari kedua atau sidang kedua ini?

Hasil Sidang Kedua PPKI

1. Pembagian Provinsi di Indonesia

PPKI memutuskan untuk membagi wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi, yaitu Sunda Kecil, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sumatera, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi

2. Membentuk Komite Nasional Daerah

Sidang kedua ini membentuk Komite Nasional Daerah (KND) yang levelnya berada berada di provinsi-provinsi yang telah
dibentuk.

3. Pembentukan Departemen dan Menteri

Terakhir, PPKI berhasil membentuk 12 departemen dan menteri-menterinya. Selain itu, terdapat juga 4 menteri negara
non-departemen.

Hasil Sidang Ketiga PPKI

Sidang terakhir yang dilakukan PPKI pada tanggal 22 Agustus 1945 menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)

Nah, komite ini adalah awal mula terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). KNIP adalah Badan Pembantu Presiden
yang anggota-anggotAnya adalah tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai golongan dan daerah.

2. Membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI)


Secara umum, PNI dibentuk untuk kedaulatan rakyat dan sebagai implementasi negara Indonesia yang berdaulat, adil,
dan makmur.

3. Membentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR)

BKR mempunyai tugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban negara Indonesia. Nah, setelah BKR resmi dibentuk,
maka organisasi-organisasi lain yang memiliki tugas yang serupa seperti BKR, yaitu Heiho, PETA, dan Laskar Rakyat resmi
dibubarkan.

SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN


Sistem Pemerintahan Indonesia di awal masa Kemerdekaannya adalah Sistem PRESIDENSIIL. Sistem Pemerintahan ini
sesuai dengan rumusan Undang-undang Dasar 1945, dimana Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan
kedudukan mentri adalah sebagai pembantu presiden. “Menteri merupakan pembantu presiden (pemerintah) yang
diangkat dan diberhentikan oleh presiden, sehingga menteri bertanggungjawab kepada presiden”. Oleh karena itu,
untuk melengkapi pemerintahan Indonesia dibentuklah departemen dan kementrian. Seharusnya pembentukan
kementrian diserahkan pada presiden tetapi untuk negara Indonesia yang baru merdeka ini pembentukan Departemen
dan Susunan Kementrian Negara diserahkan pada panitia kecil (Ahmad Subardjo, Sutardjo Kartohadikusumo,Kasman
Singodimejo). Akhirnya berdasarkan sidang PPKI tanggal 19 Agustus 1945 pada tanggal 12 September 1946 dibentuklah
Kabinet Presidensiil (Kabinet RI I) dengan 12 departemen dengan 4 menteri negara. Sementara itu untuk melengkapi
pemerintahan maka wilayah Indonesia dibagi dalam 8 propinsi dengan 2 daerah istimewa dimana masing-masing
wilayah mempunyai gubernur yang bertanggungjawab atas pelaksanaan dan pengambilan keputusan di daerah.

PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN


a) Pertempuran Ambarawa
Peristiwa ini dimulai saat pasukan Sekutu di bawah pimpinan Brigjen Bethel mendarat di Semarang pada 20 Oktober
1945. Pasukan Sekutu yang sedang menuju Magelang membuat kerusuhan. Hal ini membuat masyarakat Magelang
memboikot dan menyerang Sekutu. Pasukan Sekutu terpaksa mundur ke daerah Magelang dan meneror rakyat
lokal. Pengejaran dan pengepungan dilakukan oleh pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah pimpinan
Kol. Sudirman. Berkobarlah pertempuran selama empat hari (12-15 Desember 1945) yang terkenal dengan nama
“Palagan Ambarawa”. Pertempuran diakhiri dengan kemenangan TKR pada 15 Desember 1945. Tanggal tersebut
dijadikan Hari Juang Kartika TNI-AD.
b) Pertempuran Surabaya
Pada 25 Oktober 1945 Sekutu di bawah Komando Brigjen A.W.S. Mallaby tiba di Surabaya. Pada 28 Oktober 1945
terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya melawan Sekutu yang menewaskan Brigjen A.W.S. Mallaby. Hal
tersebut membuat Sekutu murka dan meminta rakyat bersenjata menyerahkan diri pada 9 November 1945 sebelum
pukul 18.00. Jika ultimatum tidak dipenuhi, Sekutu akan menyerang Surabaya pada 10 November 1945. Namun,
rakyat Surabaya tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Bung Tomo justru berhasil membakar semangat para
rakyat Surabaya dalam melakukan perlawanan terhadap Sekutu. Oleh karena itu, terjadilah pertempuran berdarah
pada 10 November 1945. Tanggal tersebut akhirnya ditetapkan menjadi Hari Pahlawan.
c) Pertempuran Bandung Lautan Api
Awal peristiwa Bandung Lautan Api dimulai ketika pada 13 Oktober 1945 pasukan Sekutu diboncengi NICA tiba di
kota Bandung. Pasukan Sekutu mulai menduduki kota Bandung dengan alasan melucuti dan menawan tentara
Jepang. Pada 27 November 1945, mereka pun mengeluarkan ultimatum kepada para pejuang agar meninggalkan
area Bandung Utara, namun para pejuang menolak. Baru setelah pemerintah pusat Jakarta turun tangan Tentara
Republik Indonesia (TRI) bersedia mengosongkan Bandung. Sebelum meninggalkan Bandung, pada 23-24 Maret
1946 para pejuang menyerbu pos-pos Sekutu dan membumihanguskan kota Bandung. Peristiwa ini disebut dengan
Bandung Lautan Api.
d) Pertempuran Medan Area
Tanggal 9 Oktober 1945 tentara Sekutu yang diboncengi NICA mendarat di Medan dipimpin oleh T.E.D. Kelly.
Sebelumnya NICA telah mendaratkan pasukan di bawah pimpinan Westerling. Para pemuda Medan segera
membentuk TKR. Tanggal 13 Oktober 1945 terjadi pertempuran yang dikenal dengan nama Medan Area.
e) Pertempuran Puputan Margarana
Tak hanya itu saja, di daerah Bali juga ada pertempuran yang melibatkan pasukan TKR divisi Sunda Kecil di bawah
pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda yang ingin menguasai wilayah Bali. Peperangan terjadi
pada 20 November 1946 dini hari sampai dengan siang hari. Pasukan I Gusti Ngurah Rai berhasil memojokkan
Belanda, namun Belanda yang terdesak segera memanggil bala bantuan. I Gusti Ngurah Rai beserta segenap
pasukannya terus memaksa bertahan hingga titik darah penghabisan, namun sayang mereka harus gugur.
Pertempuran ini pun disebut sebagai Puputan Margarana.
PERKEMBANGAN POLITIK, SOSIAL DAN EKONOMI BANGSA INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI
LIBERAL

Politik
Pada masa demokrasi liberal Presiden bertugas sebagai kepala negara, sedangkan kepala pemerintahan dipegang
oleh perdana menteri. Perdana menteri bertanggung jawab kepada DPR. Perdana menteri dan kabinetnya dapat
dibubarkan oleh DPR dengan mosi tidak percaya. Selain itu pada masa demokrasi liberal partai-partai tumbuh subur
karena diberikan kesempatan yang luas.
2. Kabinet pada Demokrasi Liberal
a. Kabinet Natsir (6 September 1950-21 Maret 1951)
➥Tokoh : Moh. Natsir (perdana menteri pertama)
➥Partai : Masyumi
➥Prestasi :
➤ Perekonomian mengalami masa paling menguntungkan
➤ Meredakan pemberontakan di Ambon
➥Berakhirnya Kabinet :
Mendapat mosi dari Hadikusumo dari PNI agar pemerintah mencabut Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 1950
tentang pemilihan anggota perwakilan darah.

b. Kabinet Sukiman (26 April 1951-23 Februari 1952)


➥ Tokoh : Sukiman
➥ Partai : Masyumi
➥ Progran :
➤Menyempurnakan alat-alat kekuasaan negara
➤Membuat dan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jam=ngka pendek dan panjang.
➤Menyelesaikan persiapan pemilu dan otonomi daerah
➤Menyiapkan UU serikat buruh
➤Menjalankan politik luar negeri bebas aktif
➤Memasukkan Irian Barat dalam wilayah NKRI
➥Berakhirnya Kabinet :
Karena keputusan kontroversial Ahmad Soebardjo sebagai menteri luar negeri yang menandatangani perjanjian
Mutual Security Act (MSA) dengan keduataan besar Amerika Serikat. Karena hal tersebut, kabinet Sukiman
mendapat mosi sehingga Ahmad Soebardjo mengundurkan diri.

c. Kabinet Wilopo (30 Maret 1952-2 Juni 1953)


➥Partai : Koalisi PNI dan Masyumi
➥Sisitem kabinet : zaken kabinet (menteri diisi oleh orang-orang yang ahli dalam bidangnya)
➥Permasalahan :
➤Krisis ekonomi karena ekspor menurun dan impor meningkat
➤Mucul gerakan sparatisme dan sikap provinsialisme
➤Perselisihan di kubu TNI
➥Akhir Kabinet :
Kedudukan kabinet semakin tidak stabil saat terjadi peristiwa Tanjung Morawa. Karena peristiwa tersebut kabinet
Wilopo mendapat mosi tidak percaya dari Sarekat Tani Indonesia dan menyerahkan mandat.

d. Kabinet Alisastroamidjojo I (30 Juli 1953-24 Juli 1955)


➥Tokoh : Ali Sastroamidjojo
➥Partai : PNI
➥Prestasi :
➤Mengadakan Konferensi Asia Afrika
➤Membentuk panitia Pemilu yang diketuai Hidikusumo
➤Membatalkan hasil KMB untuk mengatasi utang Negara
e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-3 Maret 1956)
➥Tokoh : Burhanuddin Harahap
➥Partai : Masyumi
➥Prestasi :
➤Pemberantasan korupsi
➤Berhasil menyelenggarakan pemilu pertama 1955 untuk memilih DPR dan Konstituante

f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II (20 Maret 1956-14 Maret 1957)


➥Partai Koalisi : PNI, Masyumi, dan NU.
➥Program :
➤Melaksanakan pembatalan hasil KMB
➤Mengembalikan Irian Barat pada NKRI
➤Memulihkan keamanan dan ketertiban
➤Melaksanakan hasil Konferensi Asia Afrika
➤Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional
➥Permasalahan :
➤Berkembangnya sentimen anti Tionghoa
➤Muncul gerakan sparatisme di berbagai daerah
➤Perselisihan Pengusaha Tionghoa dengan pengusaha naional akibat pembatalan hasil KMB.
➥Akhir Kabinet :
Sejumlah menteri dari Masyumi mengundurkan diri dan gerakan sparatisme yang merajalela menyebabkan kabinet
menyerahkan mandatnya.
g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957-5 Juli 1959)

➥Sistem kabinet : zaken kabinet (menteri yang ahli pada bidangnya)


➥Program :
➤Membentuk Dewan Naional (menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat)
➤Normalisasi situasi RI
➤Memperjuangkan pengembalian Irian Barat
➤Mempercepat proses pembangunan
➥Prestasi :
 Menentukan batas wilayah laut Indonesia melalui Deklarasi Djuanda.
 Menyelanggarakan Musyawarah Nasional untuk meredakan pergolakan diberbagai daerah.

Sosial
Pada masa demokrasi liberal, perekonomian Indonesia masih jauh dari kata baik dikarenakan Indonesia yang baru
merdeka belum memiliki pengalaman dalam mengelola keuangan negara dan disebabkan oleh banyaknya
pemberontakan serta gerakan sparatisme di daerah-daerah.

1. Pemikiran Ekonomi Nasional


Pada saat itu, sistem ekonomi kolonial masih mengakar kuat di Indonesia yang mana pengusaha asing yang
mendominasi perekonomian nasional khususnya pengusaha Tionghoa. Atas kondisi tersebut, Soemitro
Djojohadikusumo berusaha menata perekonomian dengan menciptakan sistem ekonomi baru yang disebut Sistem
Ekonomi Nasional. Sistem ini mendorong pengusaha pribumi untuk maju dan berkembang.

2. Permasalahan Ekonomi
Pada masa demokrasi liberal Indonesia mengalami berbagai permasalahan ekonomi yang diantara penyebabnya
adalah hasil dari Koferensi Meja Bundar. Indonesia memiliki hutang yang sangat tinggi.
Permasalahan ekonomi yang terjadi diantaranya :
➤Masalah jangka pendek : pemerintah harus mengurangi jumlah uang yang beredar dan mengatasi kenaikan biaya
hidup.
➤Masalah jangka panjang : pertambahan penduduk tidak terkendali dan kesejahteraan penduduk rendah.
Indonesia mengalami defisit dalam anggarannya karena pengeluaran yang semakin membengkak akibat situasi
politik yang tidak stabil.
3. Kebijakan Mengatasi Masalah Ekonomi

a. Gerakan Benteng
Kebijakan ini dicetuskan oleh Soemitro Djojohadikusumo. Kebijakan ini dimulai pada bulan April 1950 dengan tujuan
mengubah sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional. Inti kebijakan ini adalah memberikan
bantuan kepada kalangan pengusaha pribumi agar ikut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi nasional.
b. Gunting Syafrudin
Pencetus gerakan ini adalah Syafrudin Prawiranegara yang menjabat sebagai menteri keuangan. Kebijakan ini
dilakukan dengan memotong nilai uang yang bernilai Rp 2,5 ke atas hingga setengahnya. Kebijakan ini bertujuan
mengatasi defisit anggaran sebesar Rp 5,1 miliar.
c. Nasionalisasi De Javasche Bank
De Javasche Bank pada masa kini adalah Bank Indonesia. Pada mulanya bank ini berada dibawah kekuasaan modal
asing. Oleh karena itu, bank tersebut dinasionalisasi dengan tujuan untuk membantu lapisan masyarakat bawah
untuk mendapat pinjaman modal.
d. Pembentukan Biro Perancang Negara
Biro Perancang Negara dibentuk pada masa kabinet Ali Sastroamidjojo I dengan tugas merancang pembangunan
negara jangka pendek yang diketuai oleh Djuanda. Karena masa kerja kabinet yang terlalu singkat biro ini tidak
dapat bekerja maksimal.
e. Sistem Ekonomi Ali-Baba
Sistem ini dicetuskan oleh Iskaq Tjokroadisurjo yang menjabat sebagai menteri perekonomian pada kabinet Ali
Sastroamidjojo I. Tujuan sistem ini adalah mencitakan kerja sama antara pengusaha pribumi(Ali) dan pengusaha
asing (Baba). Namun Sistem ekonomi ALi-Baba tidak dapat berjalan dengan baik.
f. Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
RPLT menrupakan salah satu kebijakan yang dikeluarkan Biro Perencanaan Negara. Kebijakan ini direncanakan akan
terlaksana pada tahun 1956-1961.

Sosial
1. Kondisi Sosial Masyarakat
Pada masa ini taraf hidup masyarakat semakin naik daripada di masa revolusi. Indikatornya adalah jumlah penduduk
bertambah, kesejahteraan meningkat, dan kota-kota semakin berkembang.
Adapun kondisi sosial masyarakatnya sebagai berikut.

a. Kondisi Demografi
Salah satu indikator kemajuan pada masa demokrasi liberal adalah pertambahan penduduk.
➤Pertumbuhan penduduk nasional :
→Tahun 1950 : 77 juta jiwa
→Tahun 1955 : 85,4 juta jiwa
➤Pertumbuhan penduduk perkotaan (Jakarta)
→Tahun 1950 : 1.8 juta jiwa
→Tahun 1960 : 2.9 juta jiwa
➤Jumlah buta huruf
→Masa kolonial : 92,6 %
→Tahun 1960 : 24%

b. Antusiasme Rakyat dalam Politik


Sebelum pemilu tahun 1955, pemimpin negara seperti Presiden Soekarno dan Moh. Hatta sering memberikan
pematangan berpolitik kepada masyarakat. Menjelang pemilu, panitia terus memberikan pengetahuan pada
masyarakat bagaimana cara menyalurkan suara kepada masyarakat. Sosialisasi terus dilancarkan kepada
masyarakat baik itu melalui surat kabar dan mobil-mobil kampanye dan lain sebagainya. Partai politikpun tidak
saling menyerang, bahkan tokoh-tokoh politik bersedia menemui langsung masyarakat. Hingga pada pelaksanaan
pemilu berlangsung secara demokratis karena antusiasme masyarakat menyalurkan hak pilihnya tanpa intervensi.

2. Kehidupan Pendidikan
a. Sistem Pendidikan
Pada masa demokrasi liberal sistem pendidikan yang dilaksanakan adalah dengan sistem desentralisasi yang mana
SD dan SMP menjadi urusan pemerintah daerah (provinsi) dengan supervisi dari pemerintah pusat. Sedangkan
untuk SMA ditanggung oleh pemerintah baik masalah keuangan maupun mata pelajaran. Namun, perhatian
terhadap pendidikan dirasa masih kuang karena anggaran yang diglontorkan dari APBN masih cukup sedikit yaitu
5,1% APBN pada tahun 1950 dan masih kalah pada masa kolonial Belanda yang mencapai kisaran 9,3%.
b. Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi menjadi fokus utama pemerintah untuk membentuk generasi bangsa yang kompeten. Atas dasar
tersebut menteri pendidikan Abu Hanifah menetapkan bahwa setiap provinsi memiliki satu universitas negeri.
Sehingga pada tanggal 19 Desember 1949 didirikan universitas Gajah Mada. Selanjutnya berdiri Universitas
Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Padjajaran, Universitas Hassanuddin, dan Universitas Sumatra Utara.

3. Kehidupan Budaya
a. Penyempurnaan Ejaan Bahasa Indonesia
Pada tahun 1954 pemerintah mengeluarkan gagasan untuk menyemurnakan ejaan Bahasa Indonesia. Pada tanggal
28 Oktober-2 November 1954 pemerintah mengadakan Kongres Bahasa Indonesia di Medan. Hasil keputusannya
adalah agar usaha penyelidikan dan penetapan dasar-dasar ejaan diserahkan kepada suatu badan pemerintah yang
bertugas menyusun ejaan praktis Indonesia. Hingga dibentuklah Panitia Pembahasan Ejaan Bahasa Indonesia
melalui surat keputusan menteri PP dan K No. 448/S tanggal 19 Juli 1956. Panitia tersebut dipimpin oleh Prof. Dr.
Prijono.
b. Perkembangan Sastra
Pada masa demorasi liberal, mulai muncul beberapa sastrawan lokal seperti Sitor Situmorang dan Pramoedya
Ananta Toer yang memengaruhi perkembangan karya di Indonesia. Peran mereka mampu menggeser peran
sastrawan asing yang digandrungi masyarakat. Para sastrawan pada saat itu menjalankan fungsinya dengan
menangkap berbagai masalah kemanusian dibalik peristiwa getir akibat perang.
Para sastrawan tidak hanya dipengaruhi oleh gaya eropa tetapi juga gaya melayu seperti Amir Hamzaah, gaya Sunda
seperti Ajip Rosidi, Rusman Sutiasumarga, dan Ramadhan K.H , dan gaya Jawa antara lain W.S. Rendra, Kirdjomuljo,
dan Soeripman.
4. Kehidupan Pers
Pada masa demokrasi liberal Pers tumbuh dengan subur menyuarakan realitas dalam masyrakat dan pemerintahan.
Selain sebagai sumber informasi pers juga berperan sebagai kontrol sosial.
Selanjutnya bermunculanlah surat kabar-surat kabar hingga ada tahun 1954 di Indonesia terdapat 105 surat kabar.
Selain surat kabar, sarana pers lainnya adalah radio yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia.

MASA DEMOKRASI TERPIMPIN


Demokrasi Terpimpin (1959-1965) pada Masa Orde Lama merupakan sebutan bagi masa pemerintahan Presiden
Soekarno di Indonesia. Pada periode pemerintahan Indonesia tahun 1959-1965 tersebut, kekuasaan didominasi
oleh Presiden. Peranan partai politik menjadi terbatas, pengaruh komunis semakin berkembang, dan peranan
TNI/Polri sebagai unsur sosial politik semakin luas.

Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dapat dipandang sebagai suatu bentuk usaha untuk mencari jalan keluar dari kemacetan
politik dengan melalui pembentukan kepemimpinan yang kuat. Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959
tersebut, Indonesia jatuh pada masa Demokrasi Terpimpin. Dalam demokrasi terpimpin Soekarno bertindak seperti
seorang diktator. Ia hampir menguasai semua sektor kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Demokrasi Terpimpin merupakan sebuah hype pendek demokrasi yang tidak didasarkan atas paham liberalisme,
sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme, tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan pada keinginan-
keinginan luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Demokrasi yang menuju
pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur yang penuh dengan kebahagiaan material dan
spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pada masa Demokrasi Terpimpin, banyak terjadi penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945 seperti:

a) Pembentukan Nasakom (Nasionalis, Agama dan Komunis),


b) Tap MPRS Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup.
c) Pembubaran DPR hasil pemilu oleh Presiden.
d) Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh Presiden.
e) GBHN yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi
Kita” ditetapkan oleh DPA, bukan MPRS.

Anda mungkin juga menyukai