HOMO FLORESIENSIS
Sumber : Pujiani, Sri. (2019). Zaman Prasejarah. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.
2. HOMO WAJAKENSIS
3. HOMO SOLOENSIS
4. PITECANTHROPUS ROBUSTUS
5. PITECANTHROPUS DUBUIS
Bila diartikan, jenis manusia kera
berjalan tegak ini adalah jenis yang
meragukan. Fosilnya ditemukan di
Sangiran namun secara struktur tulang
dan tengkoraknya tidak mutlak masuk
dalam ciri meganthropus maupun
pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari
Belanda ini merupakan penemuan
penting. Meskipun bagi rakyat Indonesia
ekspedisi dan penggalian arkeologis tak
ubahnya dengan pemaksaan dan
penjajahan hak. Bangsa kita yang dipaksa
dan dipekerjakan sebagai tenaga penggali.
Menurut catatan sejarah, banyak korban
dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya dan lihai, para peneliti Belanda
dibantu dengan pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda berupa penemuan fosil
manusia purba ini, sehingga sistem kerja paksa dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di
hadapan publik. Dikarenakan banyak sekali temuan di daerah sungai Bengawan Solo,
peneliti membagi lapisan tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :
Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan
nama lapisan pleistosen bawah
Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga
dengan nama lapisan pleistosen tengah.
Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan
nama lapisan pleistosen atas.
Dengan karakteristik seperti itu, Meganthropus memiliki fisik yang kuat dan tegap. Dengan
melimpahnya tumbuhan yang merupakan makanan utamanya. Diperkirakan oleh peneliti,
Meganthropus hidup berkelompok dan cenderung menetap. Perubahan kehidupan sosial dan
budaya tersebut memang tidak seperti kehidupan di zaman sekarang. Namun dengan
penelitian yang intens dan benar, kehidupan sosial manusia purba bisa kita perkirakan.
Apalagi dukungan yang begitu banyak dan berpengaruh kepada Belanda, menyebabkan
bangsa Indonesia sangat kesulitan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Penyelesaian
konflik antara Indonesia dan Belanda, tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, tetapi
juga melibatkan negara-negara lain.
6. HOMO SAPIENS
Bisa diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo
Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk orang Indonesia sekarang. Pada masa itu, golongan
manusia ini sudah memiliki strukur organisasi dan pembagian tugas. Berdasarkan penelitian
tersebut, tidak hanya bentuk fisik dari manusia purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa
kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang intens dan dalam jangka waktu lama. Homo
Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal
akal. Dengan mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa bertambah dalam
khazanah dan pengalaman dengan produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri
sebagai berikut :
1. Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;
2. Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3. Otot tengkuk mengalami penyusutan;
4. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5. Muka tidak menonjol ke depan;
6. Berdiri dan berjalan tegak,
7. Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.
Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui bahwa jenis Homo Sapiens sudah
menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah memiliki
karakteristik berburu. Tidak hanya mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo
sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banya ragam dan budaya
serta ras. Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini, muncul asumsi bahwa
‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras Asia, Afrika
dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki keanekaragaman ras dan
budaya. Secara telusur, menurut peneliti bahwa didapatkan leluhur manusia seperti ini :