Anda di halaman 1dari 4

1.

HOMO FLORESIENSIS

Dari awal kita sudah


meminjam berbagai tautan kata dari
sumber. Untuk jenis homo ini
memiliki kebiasaan dan gaya hidup
yang kurang lebih sama dengan
manusia sekarang. Bahkan pada masa
itu jenis homo memiliki kesatuan
dalam hal bertindak secara ciri-ciri
manusia sebagai makhluk ekonomi.
Pada masa tersebut tidak
menggunakan alat-alat canggih, tetapi
menggunakan batu sederhana yang kemudian di hampelas . Kedua, manusia jenis Homo ini
sudah sadar akan keberadaan kita, atau manusia di sekitarnya. Sehingga akan timbul
kesamaan ras.
Secara nama mungkin kita sedikit terkecoh, karena peneliti Belanda tersebut tidak
menamakan fosil penemuannya dengan namanya, tetapi menggunakan nama tempat pada
waktu penggalian arkeologisnya. Nama lain dari Homo mungkin bisa diartikan sebagai suatu
kecenderungan seksual antara sesama laki-laki/ secara umum manusia jenis homo ini
memiliki ciri khas :
 Muka lebar dengan hidung yang lebar;
 Mulutnya menonjol;
 Dahinya juga masih menonjol, sekalipun tidak seperti jenis Pithecanthropus;
 Bentuk fisiknya sudah seperti manusia sekarang;
 Tingginya 130–210 cm;
 Berat badan 30–150 kg;
 Hidupnya sekitar 40.000–25.000 tahun yang lalu

Sumber : Pujiani, Sri. (2019). Zaman Prasejarah. Singkawang: Maraga Borneo Tarigas.

2. HOMO WAJAKENSIS

Homo Wajakensis berarti homo yang


berasal dari Wajak. Perselisihan antar
kelompok masih menjadi masalah pada
masa purba menjadikan tiap daerah
memiliki bentuk fosil yang berbeda-beda
pula. Kita hanya bisa memperkirakan seperti
apa kehidupan sosialnya. Namun para ahli
telah meneliti pengaruh letak geografis
Indonesia terhadap keadaan alam dan iklim.
Dengan begitu sejauh yang kita perkirakan,
kehidupan sosial manusia purba bisa jadi
tidak berbeda dengan keadaan sekarang
kecuali dalam hal berkomunikasi. Di Wajak inilah, yang bila di gambarkan dekat daerah
Tumenggung Jawa Timur, pada tahun 1889 Eungene Dubois menemukan fosil manusia purba
asli Indonesia. Penemuan ini merupakan penemuan penting, karena seolah menemukan
keping puzzle yang hilang yang membuktikan adanya hubungan manusia dengan kera. Fosil-
fosil manusia purba di Indonesia menjadi jembatan penghubung itu. Seperti dikemukanan
dalam teori Darwin dalam bukunya ‘The Descent Of Man’ (asal usul manusia).

3. HOMO SOLOENSIS

Merupakan jenis manusia purba Homo yang ditemukan


fosilnya di wilayah Solo pulau Jawa. Siapa saja yang meneliti
manusia purba di indonesia? Yang paling terkenal tentunya
Eungene Dubois, kemudian Van Koenigswald, kemudian ada
Weidenreich. Berikut keterangan penelitian tentang manusia
purba soloensis:
 Dan peneliti peneliti lain yang mungkin catatanya tidak
sebanyak peneliti yang disebutkan diatas.
 Namun tentunya kontribusi para peneliti tersebut menjadikan
khazanah bagi jenis-jenis manusia purba purba di Asia dan
tentunya Dunia.
Sungai bengawan Solo merupakan jantung dari sebuah
kehidupan primitif di masa lampau Indonesia. Banyaknya
penemuan di kawasan ini menunjukkan kecenderungan manusia purba jaman dulu hidup
dengan kedekatan pada sumber air. Belum ditemukannya sistem irigasi, seolah memaksa
manusia purba untuk tidak jauh dalam memberikan intervensi. Dengan mempunyai tempat
tinggal dekat sungai, memberikan keuntungan bagi manusia purba.

4. PITECANTHROPUS ROBUSTUS

Adalah jenis Pitecanthropus yang memiliki rahang


besar. Dengan adanya rahang besar tersebut, menurut
peneliti jenis manusia purba ini memiliki kegemaran
memakan tumbuhan. Kegunaan rahang yang besar adalah
agar dalam mengunyah tumbuhan menjadi lebih mudah
dan lebih cepat, sehingga bangsa ini lebih senang bila hidup sendiri. Berikut bentuk rupa dari
manusia purba pitechanthropus robustus:
 Bentuk rahang yang besar itu pula menunjukkan bahwa cakupan dari kapasitas mulut
Pitecanthropus Erectus lebih besar dari manusia masa sekarang.
 Kapasitas mulut tersebut memungkinkan manusia jenis ini memberikan jati dirinya.
Diketahui bahwa  manusia purba pada zaman itu
 Bisa diartikan bahwa jenis manusia purba homo ini adalah kondisi alamiah jenis manusia
Indonesia pada jaman sekarang. Yang membedakan tentunya waktu hidup dan cara
berkomunikasi dalam interaksi sosial pada masa itu. Termasuk penggunaan alat bantu.
Manusia purba jenis ini sudah mulai mengedepankan akal dibanding insting. Dibuktikan
dengan banyaknya peninggalan berupa batu, kapak batu, dan perkakas lainnya yang
dipergunakan untuk menunjang dalam kehidupan sehari-harinya. Selain itu, juga pada
titik titik temuan arkeologis, manusia purba jenis Homo ini tidak terlalu dekat dengan
sungai, yang menandakan bahwa manusia purba jenis ini membuat sebuah tempat tinggal
atau kawasan tempat tinggal yang nyaman meskipun tidak dekat sekali dengan sumber
air. Yang pada masa itu adalah sungai.

5. PITECANTHROPUS DUBUIS
Bila diartikan, jenis manusia kera
berjalan tegak ini adalah jenis yang
meragukan. Fosilnya ditemukan di
Sangiran namun secara struktur tulang
dan tengkoraknya tidak mutlak masuk
dalam ciri meganthropus maupun
pitecanthropus. Sumbangsih peneliti dari
Belanda ini merupakan penemuan
penting. Meskipun bagi rakyat Indonesia
ekspedisi dan penggalian arkeologis tak
ubahnya dengan pemaksaan dan
penjajahan hak. Bangsa kita yang dipaksa
dan dipekerjakan sebagai tenaga penggali.
Menurut catatan sejarah, banyak korban
dari bangsa kita yang berjatuhan, namun dengan rapinya dan lihai, para peneliti Belanda
dibantu dengan pemerintahan kolonial, berhasil membawa propaganda berupa penemuan fosil
manusia purba ini, sehingga sistem kerja paksa dalam penggalian itu tidak begitu diangkat di
hadapan publik.  Dikarenakan banyak sekali temuan di daerah sungai Bengawan Solo,
peneliti membagi lapisan tanah di daerah itu menjadi 3 lapisan yaitu :
 Lapisan Jetis, dimana Pitecanthropus Robustus ditemukan atau kita kenal juga dengan
nama lapisan pleistosen bawah
 Lapisan Trinil, dimana ditemukan Pitecanthropus Erectus. Lapisan ini kita kenal juga
dengan nama lapisan pleistosen tengah.
 Lapisan Ngandong, dimana Pitecanthropus Soloensis ditemukan. Dikenal juga dengan
nama lapisan pleistosen atas.
Dengan karakteristik seperti itu, Meganthropus memiliki fisik yang kuat dan tegap. Dengan
melimpahnya tumbuhan yang merupakan makanan utamanya. Diperkirakan oleh peneliti,
Meganthropus hidup berkelompok dan cenderung menetap. Perubahan kehidupan sosial dan
budaya tersebut memang tidak seperti kehidupan di zaman sekarang. Namun dengan
penelitian yang intens dan benar, kehidupan sosial manusia purba bisa kita perkirakan.
Apalagi dukungan yang begitu banyak dan berpengaruh kepada Belanda, menyebabkan
bangsa Indonesia sangat kesulitan dalam mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Penyelesaian
konflik antara Indonesia dan Belanda, tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut, tetapi
juga melibatkan negara-negara lain.

6. HOMO SAPIENS

Bisa diartikan sebagai manusia cerdas. Berasal dari zaman holosen. Bentuk tubuh Homo
Sapiens sudah menyerupai dengan bentuk orang Indonesia sekarang. Pada masa itu, golongan
manusia ini sudah memiliki strukur organisasi dan pembagian tugas. Berdasarkan penelitian
tersebut, tidak hanya bentuk fisik dari manusia purba, tetapi kehidupan sosialnya juga bisa
kita kaji. Tentunya dengan penelitian yang intens dan dalam jangka waktu lama. Homo
Sapiens mereferensikan bahwa manusia adalah mahluk yang memiliki kelebihan dalam hal
akal. Dengan mempelajari tentang Homo Sapiens, kehidupan kita bisa bertambah dalam
khazanah dan pengalaman dengan produk tertentu. Jenis manusia purba ini memiliki ciri
sebagai berikut :
1. Volume otaknya antara 1.000 cc – 1.200 cc;
2. Tinggi badan antara 130 – 210 m;
3. Otot tengkuk mengalami penyusutan;
4. Alat kunyah dan gigi mengalami penyusutan;
5. Muka tidak menonjol ke depan;
6. Berdiri dan berjalan tegak,
7. Berdagu dan tulang rahangnya biasa, tidak sangat kuat.

Dengan melihat spesifikasi diatas, maka bisa kita ketahui bahwa jenis Homo Sapiens sudah
menggunakan akalnya. Meskipun dalam hal sederhana, tetapi jenis ini sudah memiliki
karakteristik berburu. Tidak hanya mengumpulkan makanan seperti halnya jenis lain. Homo
sapiens juga menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mempunyai banya ragam dan budaya
serta ras. Dengan mentahnya teori evolusi pada masa sekarang ini, muncul asumsi bahwa
‘manusia kera’ adalah jenis manusia juga tetapi berbeda ras. Seperti halnya ras Asia, Afrika
dan Eropa. Bahkan dengan sesama bangsa Asia pun memiliki keanekaragaman ras dan
budaya. Secara telusur, menurut peneliti bahwa didapatkan leluhur manusia seperti ini :

 Ras Mongoloid, berciri kulit kuning, mata sipit, rambut lurus.


 Ras Mongoloid ini menyebar ke Asia Timur, yakni Jepang, Cina, Korea, dan Asia
Tenggara.
 Ras Kaukasoid, merupakan ras yang berkulit putih, tinggi, rambut lurus, dan hidung
mancung. Ras ini penyebarannya ke Eropa, ada yang ke India Utara (ras Arya), ada yang
ke Yahudi (ras Semit), dan ada yang menyebar ke Arab, Turki, dan daerah Asia Barat
lainnya.
 Ras Negroid, memiliki ciri kulit hitam, rambut keriting, bibir tebal. Penyebaran ras ini ke
Australia (ras Aborigin), ke Papua (ras Papua sebagai penduduk asli), dan ke Afrika.

Anda mungkin juga menyukai