Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SOSIOLOGI PEDESAAN DAN PERKOTAAN


“PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA TAMANGAPA
ANTANG”

DOSEN : Hj. Suriyani, S.Ag., M.Pd.

DI SUSUN OLEH :
(Kelompok 1)
1. Zul Fitriani (30500118006)
2. Nur Faizi Hasyim (30500118008)
3. Nila Harniati (30500118025)
4. Herani (30500118032)
5. Mutmainna (30500118035)
6. Nur Husna (30500118038)

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT, DAN POLITIK


JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Tahun Pelajaran : 2019 - 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Juni 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 6
A. Pengertian Sampah ....................................................................................... 6
B. Jenis Sampah ................................................................................................ 6
C. Pengelolaan Sampah Terpadu ...................................................................... 7
BAB III METODE PRAKTIKUM ....................................................................... 10
A. Waktu dan Tempat ..................................................................................... 10
B. Metode Praktikum ...................................................................................... 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 11
A. Hasil ........................................................................................................... 11
B. Pembahasan ................................................................................................ 12
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 15
A. Kesimpulan ................................................................................................ 15
B. Saran ........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan
kondisi lingkungan yang baik agar dapat melaksanakan aktivitasnya, sebaliknya
kondisi lingkungan yang baik tergantung pada aktivitas manusia terhadap
lingkungan. Perkotaan sebagai pusat aktivitas telah berkembang dengan pesat dan
berperan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, kebudayaan, pariwisata,
transportasi maupun industri.
Perkembangan industri dan pertambahan jumlah penduduk yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun, meningkatkan sampah industri dan sampah
domestik yang dihasilkan oleh penduduk sehingga semakin membebani tanah,
udara dan sungai yang mengalir dalam wilayah perkotaan. Akibat pertambahan
jumlah penduduk yang setiap tahunnya mengalami peningkatan, jarang sekali
dalam suatu wilayah kota di temukan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk
daerah pemukiman yang layak.
Ini disebabkan karena ruang terbuka tersebut berubah fungsi menjadi tempat
pembuangan berbagai macam sampah dari hasil aktivitas manusia,berupa sampah
dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, lembaga (instansi), pasar, terminal,
restoran serta industri. Secara garis besar, sampah perkotaan berasal dari
pencemaran yang disebabkan oleh industri dan sektor domestik yang menghasilkan
limbah domestik (sampah domestik).
Sampah domestik ini terdiri dari sampah organik dan sampah non organik.
Sampah organik berasal dari mahluk hidup yang dapat terdegradasi sedangkan
sampah non organik yang tidak dapat terdegradasi misalnya: plastik, kaleng, kaca,
dan lain-lain. Selain sampah organik dan sampah non organik terdapat juga yang
disebut sampah berbahaya misalnya: baterai, jarum suntik, dan lain-lain. Sementara
sampah industri terdiri dari emisi dari proses pembakaran, limbah cair (sampah
cair), limbah padat (sampah padat).
Volume sampah dan jenis yang dihasilkan tergantung dari pola komsumsi
suatu masyarakat dalam suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat pendapatan
masyarakat tersebut maka semakin tinggi pula volume sampah yang dihasilkan dan
semakin banyak jenis sampah yang dihasilkan.Tetapi pada umumnya sebagian
besar sampah yang di hasilkan adalah jenis sampah organik (sampah basah), yaitu
mencakup 60-70 % dari total volume sampah (Kementerian Lingkungan Hidup,
2008).
Pengelolaan persampahan di perkotaan merupakan suatu sistem yang saling
berinteraksi membentuk kesatuan dan mempunyai tujuan. Pengolahan sampah
suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah domestik rumah
tangga yang dihasilkannya secara tidak langsung memelihara kesehatan masyarakat
serta menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih dan sehat.
Sampah padat dari pemukiman merupakan bagian terbesar dari sampah yang
timbul di Indonesia. Untuk itu pengolahan sampah pada TPA harus betul-betul
sesuai dengan prosedur. Sehingga tidak menimbulkan dampak yang berlebihan bagi
lingkungan dan masyarakat yang tinggal di sekitar TPA tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis
merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan sampah di TPA Tamangapa Antang ?

C. Tujuan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan sampah di TPA Tamangapa
Antang.

5
BAB II

DASAR TEORI

A. Pengertian Sampah

Menurut American Public Health Association, sampah (waste) diartikan


sebagai suatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi, atau sesuatu
yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak tidak terjadi dengan
sendirinya (Arif Sumantri, 2010).
Yang tidak termasuk atau bukan sampah misalnya kebakaran hutan, dimana
sisa abu tidak mengganggu manusia. Contoh lain adalah bencana-bencana alam,
misalnya gunung meletus, banjir, gempa bumi, dan lain-lain. Tetapi bencana alam
ini mempunyai hubungan dengan kehidupan manusia, maka benda-benda yang
dikelola manusia ini sajalah yang termasuk sampah.

B. Jenis Sampah

Menurut Suriawiria (2003) sampah berdasarkan sumbernya digolongkan


dalam dua kelompok besar yaitu:
1. Sampah domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang
bersumber dari aktivitas manusia secara langsung, baik darirumah
tangga, pasar, sekolah, pusat keramaian, pemukiman, dan rumah sakit;
2. Sampah non-domestik, yaitu sampah yang sehari-hari dihasilkan yang
bersumber dari aktivitas manusia secara tidak langsung, baik dari pabrik,
industri, pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan, dan transportasi.

Berdasarkan bentuknya, sampah digolongkan ke dalam tiga kelompok besar


yaitu:
1. Sampah padat, yaitu sampah yang berasal dari sisa tanaman, hewan,
kotoran ataupun benda-benda lainnya yang bentuknya padat,
2. Sampah cair, yaitu sampah yang berasal dari buangan pabrik, industri,
pertanian, perikanan, peternakan atau pun manusia yang berbentuk cair,
misalnya air buangan dan air seni;

6
3. Sampah gas, yaitu sampah yang berasal dari knalpot kendaraan bermotor,
dan cerobong pabrik yang semuanya berbentuk gas atau asap.

Berdasarkan jenisnya, sampah dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:7


1. Sampah organik, yaitu jenis sampah yang sebagian besar tersusun oleh
senyawa organik (sisa tanaman, hewan atau kotoran);
2. Sampah anorganik, yaitu jenis sampah yang tersusun oleh senyawa
anorganik (plastik, botol, logam).

Berdasarkan jenisnya, sampah memiliki dua sifat yang berbeda, yaitu:


1. Sampah yang bersifat degradabel, yaitu sifat sampah yang secara alami
dapat/mudah diuraikan oleh jasad hidup (khususnya mikroorganisme),
contohnya sampah organik;
2. Sampah yang bersifat non-degradabel, yaitu sifat sampah yang secara
alami sukar atau sangat sukar untuk diuraikan oleh jasad hidup,
contohnya sampah anorganik.

C. Pengelolaan Sampah Terpadu

Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalam


menangani sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir. Secara
garis besar, kegiatan di dalam pengelolaan sampah meliputi pengendalian timbulan
sampah, pengumpulan sampah, transfer dan transport, pengolahan dan pembuangan
akhir (Kartikawan, 2007) sebagai berikut :
1. Penimbulan sampah (solid waste generated)
Dari definisinya dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sampah itu tidak
diproduksi, tetapi ditimbulkan (solid waste is generated, not produced). Oleh
karena itu dalam menentukan metode penanganan yang tepat, penentuan besarnya
timbulan sampah sangat ditentukan oleh jumlah pelaku dan jenis dan kegiatannya.
Idealnya, untuk mengetahui besarnya timbulan sampah yang terjadi, harus
dilakukan dengan suatu studi. Tetapi untuk keperluan praktis, telah ditetapkan suatu
standar yang disusun oleh Departemen Pekerjaan Umum. Salah satunya adalah SK
SNI S-04- 1993-03 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota

7
sedang. Dimana besarnya timbulan sampah untuk kota sedang adalah sebesar 2,75-
3,25 liter/orang/hari atau 0,7-0,8 kg/orang/hari.

2. Penanganan di tempat (on site handling)


Penanganan sampah pada sumbernya adalah semua perlakuan terhadap
sampah yang dilakukan sebelum sampah di tempatkan di tempat pembuangan.
Kegiatan ini bertolak dari kondisi di mana suatu material yang sudah dibuang atau
tidak dibutuhkan, seringkali masih memiliki nilai ekonomis. Penanganan sampah
ditempat, dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penanganan
sampah pada tahap selanjutnya.
Kegiatan pada tahap ini bervariasi menurut jenis sampahnya meliputi
pemilahan (shorting), pemanfaatan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle).
Tujuan utama dan kegiatan di tahap ini adalah untuk mereduksi besarnya timbulan
sampah (reduce).

3. Pengumpulan (collecting)
Adalah kegiatan pengumpulan sampah dan sumbernya menuju ke lokasi TPS.
Umumnya dilakukan dengan menggunakan gerobak dorong dan rumah-rumah
menuju ke lokasi TPS.

4. Pengangkutan (transfer and transport)


Adalah kegiatan pemindahan sampah dan TPS menuju lokasi pembuangan
pengolahan sampah atau lokasi pembuangan akhir.

5. Pengolahan (treatment)
Bergantung dari jenis dan komposisinya, sampah dapat diolah. Berbagai
alternatif yang tersedia dalam pengolahan sampah, di antaranya adalah :
a. Transformasi fisik, meliputi pemisahan komponen sampah (shorting)
dan pemadatan (compacting), yang tujuannya adalah mempermudah
penyimpanan dan pengangkutan.
b. Pembakaran (incinerate), merupakan teknik pengolahan sampah yang
dapat mengubah sampah menjadi bentuk gas, sehingga volumenya dapat
berkurang hingga 90-95%. Meski merupakan teknik yang efektif, tetapi

8
bukan merupakan teknik yang dianjurkan. Hal ini disebabkan karena
teknik tersebut sangat berpotensi untuk menimbulkan pencemaran udara.
c. Pembuatan kompos (composting), Kompos adalah pupuk alami
(organik) yang terbuat dari bahan - bahan hijauan dan bahan organik lain
yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan,
misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa ditambahkan
pupuk buatan pabrik, seperti urea (Wied, 2004). Berbeda dengan proses
pengolahan sampah yang lainnya, maka pada proses pembuatan kompos
baik bahan baku, tempat pembuatan maupun cara pembuatan dapat
dilakukan oleh siapapun dan dimanapun.
d. Energy recovery, yaitu tranformasi sampah menjadi energi, baik energi
panas maupun energi listrik. Metode ini telah banyak dikembangkan di
Negara-negara maju yaitu pada instalasi yang cukup besar dengan
kapasitas ± 300 ton/hari dapat dilengkapi dengan pembangkit listrik
sehingga energi listrik (± 96.000 MWH/tahun) yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan untuk menekan biaya proses pengelolaan.
6. Pembuangan akhir
Pada prinsipnya, pembuangan akhir sampah harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan dan kelestarian lingkungan. Teknik yang saat ini dilakukan adalah
dengan open dumping, di mana sampah yang ada hanya di tempatkan di tempat
tertentu, hingga kapasitasnya tidak lagi memenuhi. Teknik ini sangat berpotensi
untuk menimbulkan gangguan terhadap lingkungan. Teknik yang
direkomendasikan adalah dengan sanitary landfill. Di mana pada lokasi TPA
dilakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mengolah timbunan sampah.

9
BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

a. Waktu : 22 Juni 2012


b. Tempat : TPA Tamangapa Antang

B. Metode Praktikum

Adapun metode praktikum yaitu dilakukan dengan pengamatan langsung ke


lapangan (observasi)

10
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Letak Goegrafis
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Makassar yang terletak di lokasi Tamangapa
di dirikan pada tangal 1 Januari 1992 yang dikelolah oleh Dinas Keindahan Kota
Makassar. Adapun luas lokasi adalah ± 14.3 Ha dengan mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bangkala.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan RT 02.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan RW 05.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan RT 03.
2. Jumlah Karyawan
Dari hasil observasi dan wawacara yang kami lakukan, jumlah Karyawan yang ada
dilokasi TPA Tamangapa adalah 20 Orang dengan Jam kerja dimulai dari Pukul
07.00 sampai dengan Pukul 17.00 Wita setiap hari. Dari 20 orang pekerja 7 orang
diantaranya merupakan pekerja kontrak/honor. Dan selebihnya merupakan pekerja
distribusi dari Dinas Kebersihan.
3. Penghasilan Yang didapat
Adapun upah orang-orang yang bekerja di TPA :
a. Untuk karyawan honor/kontrak yaitu Rp 500.000,-/Bulan.
b. Untuk karyawan yang distribusi dari Dinas Kebersihan mendapat upah
seperti upah/gaji PNS.
c. Untuk pemulung rata-rata perharinya Rp 10.000,- s/d Rp 15.000,-
4. Fasilitas TPA Makassar
a. Exvacator
b. Puskesmas
c. Puskesmas Pembantu
d. Buldoser
e. Pencucian

11
f. Posko UPTD
g. Industri kompos
h. Sumur pantau
i. Garasi alat baru
j. Mobil pengangkut
a) Konteiner : 60 unit ( 3 ton)
b) Tongkang : 84 unit (10 ton)
5. Proses Pengolahannya
Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap Petugas yang ada
bahwa sampah yang ada di lokasi TPA Tamangapa yaitu dilakukan penimbunan
setiap 10 m ketinggian sampah dan di timbum dengan tanah dengan ketebalan 20
cm.
Di TPA Tamangapa terdapat beberapa pengolahan yaitu :
a. Pengolahan air lindih
b. Pengolahan sampah menjadi kompos
c. Pengolahan/pemecahan gas metan menjadi pembangkit listrik, di gunakan di
lingkungan sekitar TPA itu sendiri.

B. Pembahasan

Dari hasil pengamatan yang dilkakukan di TPA Tamangapa sangat terlihat


metode pengelolaan sampah di TPA tersebut yaitu Open Dumping. Metode Open
Dumping adalah metode pembuangan sampah, dimana sampah-sampah itu dibuang
begitu saja diatas permukaan tanah secara terbuka. Metode ini merupakan
pembuangan sampah yang tidak saniter lagi dimana open dumping harus dilakukan
jauh dari tempat kediaman, diluar jarak terbang lalat dan tidak terlampau dekat
dengan jalan besar. Sehingga perlu adanya pertimbangan untuk merubah metode
tersebut dengan menggunakan sanitary landfill. Namun, dari penjelasan beberapa
karyawan yang bekerja di TPA Tamangapa, setiap ketinggian sampah mencapai 10
meter, akan dilakukan penimbunan dengan tanah setebal 20 cm.
Apabila di bandingkan dengan metode yang digunakan di TPA Tamangapa
dengan metode sanitary landfill dapat dikatakan hampir karena TPA Tamangapa
sudah melakukan penimbunan dengan tanah setiap 10 m. Dan pada dasarnya

12
sanitary landfill merupakan pembuangan sampah di atas tanah serta ditimbun
dengan tanah dan dipadatkan sesuai dengan aturannya. Berikut ini macam-macam
metode sanitary landfill :
a. Metode Galian Parit (Trench Method)
Caranya pada tanah lapang yang disediakan dibuat parit yang panjang dengan
mengali tanah, kemudian sampah dibuang kedalam parit tersebut, tanah bekas
galian digunakan sebagai tanah penutup sampah diatas. Tanah penutup dipadatkan
sedemikian rupa, sehingga ketebalannya hampir merata.

b. Methode Area (Area Method)


Caranya lokasi pembuangan sampah dicari yang legok dan sampah dibuang
dilereng-lereng daerah legok tersebut. Selanjutnya ditimbun dengan tanah yang
diambil dari daerah lain. Tanah penutup dipadatkan sedemikian rupa dengan
ketebalan + 60 cm, pembuangan dan pemadatan ini bisa dilakukan 2 kali atau lebih.

c. Methode Ramp (Area Method)


Caranya merupakan perpaduan antara kedua methode di atas, hanya penutup
lapisan tanah dilakukan setiap hari setebal 15 cm.
Untuk karyawan yang bekerja di TPA Tamangapa, tidak menggunakan APD
sehingga perlu dilakukan pendekatan perorangan agar mudah untuk penyampaian
suatu informasi, baik berupa anjuran serta saran-saran bisa diterima dengan baik
oleh para karyawan yang bekerja, tentang bagaimana para karyawan menjaga
kebersihan perorangan pada saat bekerja dan sesudah bekerja. Misalnya cuci tangan
sebelum makan, kebersihan kuku atau tidak merokok pada saat bekerja dan
mengunakan alat pelindung diri (APD) yang ada. Sehingga resiko munculnya
penyakit-penyakit yang berbasis lingkungan dapat terhindarkan. Namun, pada
pengolahan/pemecahan gas metan para karyawan telah menggunakan APD seperti
Earphone, dll.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan para karyawan, maka dilokasi TPA
perlunya pengadaan alat pelindung diri yang memenuhi syarat bagi tenaga kerja,
seperti :

13
a. Masker.
b. Pakaian Kerja.
c. Sarung Tangan.
d. Sepatu Boot/Lars.

Pengadaan Alat Pelindung Diri bagi para karyawan di TPA, harus benar-
benar kualitasnya baik dan tidak mudah rusak dengan demikian dapat membantu
para karyawan dalam kelancaran pekerjaannya dan terhindar dari pada suatu
penyakit serta kecelakaan kerja.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Di TPA Tamangapa terdapat
beberapa pengolahan yaitu :
1. Pengelolaan air lindih yang dilakukan dengan cara penyaringan dari bak 1 ke
bak yang lain. Dengan jumlah bak penampungan yaitu 8 bak. Tiap kolam
memilki kedalaman 5 meter, luas 10 meter, dan panjang 15 meter.
2. Terdapat pengolahan gas metan yang mulai ada sejak tahun 2010, dimana
hasil pengolahan gas metan tersebut menjadi listrik yang digunkaan disekitar
TPA itu sendiri. Mesin yang digunakana untuk pengolahan gas metan ini
merupakan alat dari Jakarta (PT Gikoko) yang merupakan PT dari Jepang.
3. Terdapat juga pengolahan sampah yang sudah tertimbun sekitar 5 tahun di
olah menjadi kompos dengan menggunakan alat yang di namakan Tromol.

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada pengolahan sampah di TPA terdapat beberapa pengolahan yang


dilakukan, yaitu :
1. Pengolahan air lindih yang dilakukan dengan metode filtrasi.
2. Pengolahan sampah menjadi kompos.
3. Pengolahan/pemecahan gas metan menjadi pembangkit listrik, di gunakan di
lingkungan sekitar TPA itu sendiri.

B. Saran

1. Perlunya ditingkatkan kerja sama dengan Dinas Kesehatan dalam


hubungannya dengan penyuluhan kesehatan tentang Hygiene Perorangan.
2. Perlunya pemisahan antara sampah yang dihasilkan dari rumah-rumah Sakit
dengan sampah yang lainnya.
3. Perlunya penambahan Alat Pelindung Diri (APD) kepada para karyawan
dengan pemulung yang ada.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Febriandi, “TPA TAMANGAPA ANTANG”,


https://febriandhy.blogspot.com/2014/04/tpa-tamangapa-antang.html,
(akses 10 Juni 2020)
Suriawiria, U., 2003. Mikrobiologi Air. PT Alumni, Bandung.
Kartikawan, Yudhi. 2007. Pengelolaan Persampahan. J. Lingkungan Hidup.
Yogyakarta.
Sumantri, Arif, 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Cetakan
Pertama. Kharisma Putra Utama, Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai