Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SOSIOLOGI AGAMA
“POLA-POLA KEPERCAYAAN DAN PENGAMALAN”

DOSEN : Dr. H.M. Hajir Nonci, M.SOS.I


DI SUSUN OLEH :
(Kelompok 3)
1. Wahidin (30500118009)
2. Muh. Arsanurrahman (30500118010)
3. Fatahuddin Made (30500118011)

FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT, DAN POLITIK


JURUSAN STUDI AGAMA AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Tahun Pelajaran : 2019 – 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Samata, 25 Oktober 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i


Kata Pengantar ...................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Bab I ( PENDAHULUAN )
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 5
1.3 Tujuan............................................................................................................. 5
Bab II ( PEMBAHASAN )
2.1 Pengertian kepercayaan.................................................................................. 6
2.2 Pola-pola kepercayaan dan
pengamalan........................................................................................................... 7
Bab III ( PENUTUP )
3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14
3.2 Kritik dan Saran............................................................................................. 15
3.3 Daftar Pustaka................................................................................................ 16

iii
iv
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap


keyakinan yang berasal dari nenek moyang, keyakinan yang kuat dan luar biasa
itu sagat berpengaruh terhadap kehidupan individu dan masyarakat. Dimana
efekefek dari sebuah kepercayaan itu, akan membawa mereka kepada suatu
keyakinan.

Kehidupan beragama adalah kenyataan hidup yang ditemukan sepanjang


sejarah masyarakat dan kehidupan pribadinya. Kepercayaan itu hingga kini
kebenarannya telah menjadi kepercayaan keagamaan atau kepercayaan, yaitu
mengadakan upacara-upacara pada momen-momen tertentu, seperti pernikahan,
kelahiran, bercocok tanam, kematian, juga berlangsung dari dahulu kala sampai 1
Sofyan, Kepalah Staf, wawancara, Mahavihara dan pusdiklat Buddha Maitreya
surabaya, , 6 September 2013. 2 zaman modern. Upacara-upacara dalam agama
dinamakan ibadat atau ritual yang dilakukan ditempat suci yang, dianggap sebagai
tempat yang sakral.1

Upacara keagamaan itu ada yang bersifat ritual dan ada yang bersifat
seremonial. Tindakan agama terutama ditampakkan dalam upacara ritual, pola
peribadatan. Ritualitas pada dasarnya merupakan simbolis dalam dimensi
keyakinan diri terhadap suatu yang dianggap agung, dan dapat dikatakan bahwa
ritual agama merupakan agama dalam tindakan.2

1
Bustanuddin Agus, 2006. “Agama dalam kehidupan manusia, Pengantar Antropologi Agama”,
(Jakarta: raja Grafindo persada, 2007), h. 96.
2
Wilian A. Haviland, “Antropologi Edisi Keempat jilid 2”,(Jakarta: Earlangga, 1985), h. 207.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari kepercayaan ?


2. Apa saja yang termasuk pola-pola kepercayaan dan pengamalan ?

1.3 Tujuan

1. Agar dapat mengetahui pengertian dari kepercayaan.


2. Agar dapat mengetahui apa saja yang termasuk pola-pola kepercayaan dan
pengamalan.

5
Bab II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kepercayaan

Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia


merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran.Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang
tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran. Contoh:
Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata
surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.

Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis pada saat seseorang


menganggap suatu premis benar

Hubungan antara kepercayaan dengan ilmu pengetahuan terjalin dengan


sangat erat. Orang-orang yang berkepercayaan biasanya dalam berargumen
berkata bahwa mereka tahu segala mengenai argumentasi. orang-orang yang
berkepercayaan bahwa matahari adalah yang maha kuasa akan mengatakan bahwa
mereka tahu bahwa matahari adalah yang maha kuasa. Namun, dalam istilah
berkepercayaan dan ilmu pengetahuan yang digunakan oleh penggunaan philosopi
akan berbeda. Epistemologi adalah imu filosofi yang mempeelajari imlu
pengetahuan dan berkepercayaan. Sebuah masalah yang besar untuk epistemologi
adalah dalam kerangka apa yang diperlukan untuk memiliki pengetahuan. Dalam
sebuah gagasan yang berasal dari dialog Theaetetus oleh Plato, filosofi tradisional
telah menetapkan bahwa kebebenaran dari berkepercayaan adalah dibenarkan.
Hubungan antara berkepercayaan dan ilmu pengetahuan adalah bahwa ilmu
pengetahuan adalah bagian dari berkepercayaan jika berkepercayaan itu benar,
dan jika berkepercayaan memiliki alasan pembenar (wajar dan harus masuk akal
pernyataan / bukti / petunjuk) maka untuk berkepercayaan itu memang benar.

6
2.2 Pola-pola kepercayaan dan pengamalan

A. Pola-pola kepercayaan masyarakat primitif

Pada dasarnya bentuk Agama ada yang bersifat primitif dan ada pula yang
dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama –
agama yang terdapat dalam masyarakat primitif ialah Dinamisme, Animisme,
Monoteisme Politeisme dll, adapun pengertiannya adalah sebagai berikut :

a) Agama Dinamisme ialah : Agama yang mengandung kepercayaan pada


kekuatan gaib yang misterius. Dalam faham ini ada benda – benda tertentu
yang mempunyai kekuatan gaib dan berpengaruh pada kehidupan manusia
sehari – hari. Kekuatan gaib itu ada yang bersifat baik dan ada pula yang
bersifat jahat. Dan dalam bahasa ilmiah kekuatan gaib itu disebut ‘mana’
dan dalam bahasa Indonesia ‘tuah atau sakti’.
b) Agama Animisme ialah : Agama yang mengajarkan bahwa tiap – tiap
benda, baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa, mempunyai roh. Bagi
masyarakat primitif roh masih tersusun dari materi yang halus sekali yang
dekat menyerupai uap atau udara. Roh dari benda – benda tertentu
adakalanya mempunyai pengaruh yang dahsyat terhadap kehidupan
manusia, Misalnya : Hutan yang lebat, pohon besar dan berdaun lebat, gua
yang gelap dll.
c) Agama Monoteisme ialah : Adanya pengakuan yang hakiki bahwa Tuhan
satu, Tuhan Maha Esa, Pencipta alam semesta dan seluruh isi kehidupan
ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak.
d) Agama Politeisme ialah : mengandung kepercayaan kepada dewa-dewa.
Dewa-dewa dalam politeisme talah mempunyai tugas-tugas tertentu.
Tujuan beragama dalam politeisme bukan hanya memberi sesajen atau
persembahan kepada dewa-dewa itu, tetapi juga menyembah dan berdoa

7
kepada mereka untuk menjauhkan amarahnya dari masyarakat yang
bersangkutan.3

Persamaan dari agama-agama primitif tersebut adalah manusia membujuk


kekuatan supernatural dengan penyembahan dan saji-sajian supaya mengikuti
kemauan manusia. Perbedaan politeisme dan henoteisme ?Jika pada politeisme,
kepercayaan kepada dewa-dewa dan mengakui dewa terbesar diantara para
dewa.Pada henoteisme, mengakui satu tuhan untuk satu bangsa, dan bangsa-
bangsa lainnya mempunyai tuhannya sendiri. Keduanya masih menyakini dewa-
dewa lain atau tuhan-tuhan lain(bukan monoteisme).

a. Kepercayaan ketuhanan dalam kehidupan masyarakat primitive


1) Citarasa umat manusia dimana pun ia berada, sekalipun mereka hanya
mempunyai kebudayaan yang bersahaja, namun menyadari adanya suatu
kekuatan gaib yang berada diluar kekuasaannya. Demikianlah keadaannya
sehingga dalam kehidupan bangsa primitive pun meyakini dan merasakan
adanya pengaruh daya-daya kekuatan yang tidak dapat diketahunya seperti
dalam perputaran musim, perjalanan matahari, gerhana bulan, adanya
kematian dan kelahiran sesuatu yang luar biasa. Dalam hal-hal tersebut
terdapat daya-daya kekuatan.

Ini berarti bahwa kehidupan primitive dikelilingi oleh banyak manifestasi


atau penjelmaan, yang menggerakkan gejala-gejala beserta
keluarbiasaannya. Manifestasi itulah yang dinamakan oleh Eliade sebagai
Hierophany. Jadi Hierophany adalah penjelmaan dari yang suci, tetapi
patut diketahui bahwa ada Hierophany yang berwujud benda dan ada yang
berwujud benda angkasa, bahkan ada pula hierophany manusia (Theofani)

Begitupula sulit dibuktikan apakah suku bangsa primitive dalam


pemujaannya bermaksud langsung kepada yang suci bukan kepada wujud
alam ini.Mereka menyembah banyak dewa dewi yang pada dasarnya

3
Bustanuddin Agus, “Agama dalam kehidupan manusia”, (Padang: PT Raja Gravindo
Persada,2005), h. 58.

8
merupakan manifestasi kehidupan dan alam semesta seperti kelahiran,
kematian, gelap terang, hujan dan lain sebagainya.Oleh karena dewa dewi
dianggap mereka sebagai penguasa dunia, planet-planet, dan hidup
manusia.
2) Penjelmaan Tuhan yang lain ialah penjelmaannya dalam diri manusia.
Dalam masyarakat primitive, penjelmaan Tuhan dalam diri manusia
terdapat raja. Dia menerima sinar kedewaan dari daya adikodrati.
Kepadanya diaturkan persembahan yang merupakan unsur ibadat.
3) Terdapat pula corak kepercayaan ketuhanan pada bangsa primitif yang
disebut deisme. Tuhan tidak lagi campur tangan dalam urusan manusia,
tidak melibatkan diri dalam nasib manusia, Tuhan yang demikian tidak
memberikan wahyunya. Tuhan tidak memelihara alam ini. Diesme
semacam ini cukup banyak terdapat di Indonesia. Tuhan sebenarnya
memberikan wahyunya, Tuhan berhubungan dengan manusia, dan hati
manusia dapat merasakannya sekalipun akal mereka belum mampu
mengetahuinya. Dengan demikian terdapatlah beberapa pengantara antara
Tuhan dan manusia ialah dewi dewi, roh-roh halus dan roh nenek moyang.

B. Pola-pola kepercayaan masyarakat modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya


mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban
dunia masa kini.Masyarakat modern relatif bebas dari kekuasaan adat-istiadat
lama.Karena mengalami perubahan dalam perkembangan zaman dewasa
ini.Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh
kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi.Dalam mencapai kemajuan itu masyarakat modern
berusaha agar mereka mempunyai pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha
agar mereka selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan
kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

9
a. Ciri-ciri masyarakat modern
1) Hubungan antar manusia terutama didasarkan atas kepentingan-
kepentingan pribadi.
2) Hubungan dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dengan
suasana yang saling mempengaruhi
3) Kepercayaan yang kuat akan Ilmu Pengetahuan Teknologi sebagai sarana
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
4) Masyarakatnya tergolong ke dalam macam-macam profesi yang dapat
dipelajari dan ditingkatkan dalam lembaga pendidikan, keterampilan dan
kejuruan
5) Tingkat pendidikan formal pada umumnya tinggi dan merata.
6) Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang sangat kompleks
7) Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan
atas penggunaan uang dan alat-alat pembayaran lain.

Menurut Talcott Parson :

1) Netralitas efektif yaitu bersikap netral, bahkan dapat menuju sikap tidak
memperhatikan orang lain/lingkungan.
2) Orientasi diri yaitu lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri.
3) Universalisme yaitu menerima segala sesuatu dengan obyektif.
4) Prestasi yaitu masyarakatnya suka mengejar prestasi.
5) Spesifitas yaitu berterus terang dalam mengungkapkan segala sesuatu.

Menurut Alex Inkeles, terdapat 9 ciri manusia modern. ciri-ciri itu sebagai
berikut.

1) Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal yang baru dan terbuka
untuk perubahan.
2) Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai
lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh diluar
lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.

10
3) Menghargai waktu dan lebih banyak berorientasi ke masa depan dari pada
ke masa lalu.
4) Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.
5) Percaya diri.
6) Perhitungan.
7) Menghargai harkat hidup manusia lain.
8) Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.
9) Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang diterima seseorang
haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat.

Menurut Deliar Noer ada 5 ciri-ciri masyarakat modern, yakni :

1) Bersifat rasional yakni lebih mengutamakan pendapat akal pikiran,


daripada pendapat emosional.
2) Berpikir untuk masa depan yang lebih jauh, tidak hanya memikirkan
masalah sesaat, tetapi selalu dilihat dampak sosialnya secara lebih jauh.
3) Menghargai waktu,yaitu selalu melihat waktu adalah sesuatu yang sangat
berharga.
4) Bersifat terbuka, yakni mau menerima saran, masukan, baru berupa kritik,
gagasan dan perbaikan dari manapun datangnya.
5) Berfikir objektif, yakni melihat segala sesuatu dari sudut fungsi dan
kegunaannya bagi masyarakat.4

Sedangkan menurut Prof. Qomaruddin Hidayat, salah satu ciri masyarakat


modern ialah sikapnya yang sangat agresif terhadap kemajuan.Didorong oleh
berbagai prestasi yang dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat
modern berusaha mematahkan mitos kesakralan alam raya. Semua harus tunduk
atau berusaha ditundukkan oleh kedigdayaan iptek yang berporos pada
rasionalitas (akal pikiran). Realitas (kenyataan) alam raya kini hanya dipahami
semata-mata sebagai benda otonom yang tidak ada kaitannya dengan Tuhan.
Alam raya dipahami sebagai jam raksasa yang bekerja mengikuti gerak mesin

4
http://kacibi.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-manusia-modern.html

11
yang telah diciptakan dan diatur sedemikian rupa oleh tukang jam yang maha
super (Tuhan),untuk selanjutnya Tuhan “pensiun” dan tak ada lagi urusannya
dengan kehidupan (di dunia) ini.5

b. Masyarakat Modern dilihat dari berbagai Aspek

Aspek Mental Manusia :

1. Cenderung didasarkan pada pola pikir serta pola perilaku rasional atau
logis, dengan crri-ciri menghargai karya orang lain, menghargai waktu,
menghargai mutu, berpikir kreatif, efisien, produktif, percaya pada diri
sendiri, disiplin, dan bertanggung jawab.
2. Memiliki sifat keterbukaan, yaitu dapat menerima pandangan dan gagasan
orang lain.

Aspek Teknologi :

1. Teknologi merupakan faktor utama untuk menunjang kehidupan ke arah


kemajuan atau modernisasi.
2. Sebagai hasil ilmu pengetahuan dengan kemampuan produksi dan efisiensi
yang tinggi.

Aspek Pranata Sosial :

1. Pranata Agama :

Relatif kurang terasa dan tampak dalam kehidupan sehari-hari, diakibatkan karena
sekularisme.

2. Pranata Ekonomi :

Bertumpu pada sektor Indusri Pembagian kerja yang lebih tegas dan memiliki
batas-batas yang nyata.

a) Pembagian kerja berdasarkan usia dan jenis kelamin kurang terlihat.


b) Kesamaan kesempatan kerja antar pria dan wanita sangat tinggi.

5
Donald Eugene Smith, “Agama dan modenisasi politik”, (Jakarta:CV Rajawali,1977). h. 40.

12
c) Kurang mengenal gotong-royong.
d) Dibedakan menjadi tiga fungsi, yaitu: produksi distribusi, dan konsumsi.
e) Hampir semua kebutuhan hidup masyarakat diperoleh melalui pasar
dengan menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah.
3. Pranata Keluarga :
a) Ikatan kekeluargaan sudah mulai lemah dan longgar, karena cara hidup
yang cenderung inidividualis.
b) Rasa solidaritas berdasarkan kekerabatan umumnya sudah mulai menipis.
4. Pranata Pendidikan :

Tersedianya fasilitas pendidikan formal mulai dari tingkat rendah hingga tinggi,
disamping pendidikan keterampilan khusus lainnya.

5. Pranata Politik :

Adanya pertumbuhan dan berkembangnya kesadaran berpolitik sebagai wujud


demokratisasi masyarakat.6

6
Elizabeth K.Nottingham, “Agama dan masyarakat”, (Jakarta:PT Raja Gravindo Persada,1994), h.
13

13
Bab III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kepercayaan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia


merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran.Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan
seseorang tidak selalu benar atau keyakinan semata bukanlah jaminan
kebenaran. Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa
bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan
itu keliru.
2. Dari uraian tentang “Agama primitif” yang telah dipaparkan diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa Agama adalah mutlak ciptaan Allah SWT yang
hakiki oleh karena itu agama dijamin akan kefitrahannya, kemurniannya,
kebenarannya, kekekalannya, dan konstanta atau tidak dapat dirubah oleh
manusia sampai kapanpun. Sedangkan primitif (kebudayaan) adalah hasil
cipta, karya, rasa, karsa dan akal buah budi manusia untuk mencapai
kesempurnaan hidupnya, dimana kebudayaan itu sendiri akan mengalami
perubahan sejalan dengan perkembangan jaman. Oleh karena itu, penulis
menekankan kepada pembaca bahwa antara agama dan primitif (budaya)
meski memiliki hubungan namun tidak dapat dicampur adukan.
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya
mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam
peradaban dunia masa kini.Masyarakat modern relatif bebas dari
kekuasaan adat-istiadat lama.Karena mengalami perubahan dalam
perkembangan zaman dewasa ini.Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai
akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan
terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Dalam mencapai
kemajuan itu masyarakat modern berusaha agar mereka mempunyai
pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti

14
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.Kemajuan di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya
seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

3.2 Kritik dan Saran

“Dalam penyusunan makalah ini tentu masih banyak salah dan kurangnya.
Untuk itu demi kemajuan dan perbaikan kedepan penulis mengharap saran dan
kritiknya.”

15
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Keyakinan_dan_kepercayaan

http://shindohjourney.wordpress.com/seputar-kuliah/makalah-masyarakat-
modern-dan-kebudayannya/

http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/masyarakat-tradisional-masyarakat.html

http://kacibi.blogspot.com/2010/11/ciri-ciri-manusia-modern.html

Nata,Abuddin.2004.Metodelogi Studi Islam.Jakarta:PT RajaGravindo Persada

Agus,Bustanuddin.2005.Agama dalam kehidupan manusia.Padang:PT Raja


Gravindo Persada

K.Nottingham,Elizabeth.1994.Agama dan masyarakat.Jakarta:PT Raja Gravindo


Persada

16

Anda mungkin juga menyukai