Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar yang
memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi dan Ibu.Upaya
pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan
dengan tujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes RI, 2009).
Sistem imunitas bayi dan anak belumlah sempurna, yakni masih dalam
proses perkembangan dan pematangan hingga mereka mencapai usia dewasa.
Kondisi ini menyebabkan mereka relatif mudah tertular berbagai penyakit
infeksi, termasuk TBC. Karena itu, para orang tua mesti memberikan
perhatian dan perlindungan ekstra terhadap bayi dan anak dari penularan TBC
(Depkes,2008). Hampir 10 tahun lamanya Indonesia menempati urutan ke-3
sedunia dalam hal jumlah penderita tuberculosis (TB). Barupa data tahun ini
turun keperingkat ke-4 dan masuk dalam milestone atau pencapaian kinerja 1
tahun Kementerian Kesehatan. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia
(WHO) padatahun 2007 menyatakan jumlah penderita Tuberkulosis di
Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan
Cina.
Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun
keposisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima
Negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India,
Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (sumber WHO Global
Tuberculosis Control 2010).
Bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis
penyebab penyakit TBC,antara lain disebabkan karena sistem imunitas yang
belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderitaTBC
disekitarnya,seperti orang tua, kerabat dekat, pengasuhnya, dan sebagainya,
kurangnya kesadaran orang tua untuk sedini mungkin melakukan vaksinasi

1
BCG pada bayi baru lahir.BCG merupakanVaksin yang terdiri dari hasil basil
TBC hidup yang telah di lemahkan kemampuannya dalam menimbulkan
penyakit (virulensinya), sehingga mampu merangsang sel-sel imunitas untuk
memberikan kekebalan terhadap infeksi MycobacteriumTuberculosis.Ini
dilakukan tanpa membuat bayi atau anak menjadi sakit (Nyoman, 2006).
Cakupan imunisasi BCG di setiap Provinsi di Indonesia belum semua
merata pencapaiannya. Cakupan imunisasi BCG di Indonesia baru sekitar
(77.9%), Propinsi yang terendah cakupannya adalah Papua dengan pencapaian
BCG (53,6%),dan provinsi tertinggi cakupan BCG nya adalah DI Yogyakarta
dengan pencapaian 100,0% (Rakerdas 2010). Pada tahun 2010 di Propinsi
Sumatera Barat dengan jumlah sasaran 106.391 pencapaian BCG84,3% (Profil
Dinas Kesehatan Sumbar,2010).
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi BCG ini mampu
memberikan perlindungan sebesar 80% pada bayi atau anak selama 15
tahun,bila diberikan sebelum anak terinfeksi.Tuberculosis untuk pertama
kalinya, di tandai oleh uji tuberculin negative. Waktu terbaik pemberian
vaksin BCG adalah segera setelah bayi lahir. Namun, jika bayi telah berusia
dua bulan atau lebih, perlu di lakukan tes tuberculin terlebih dahulu sebelum
di lakukan vaksinasi BCG karena sudah tidak efektif lagi kalau sudah
terpapar oleh bakteri penyebab TBC.
Dari data cakupan BCG yang ada untuk Kota Pariaman tahun 2011,
jumlah sasaran 1.741 dengan cakupan BCG (97%), dimana cakupan tertinggi
di Puskesmas Padusunan sasaran 181 cakupan BCG (113%), dan yang
terendah adalah Puskesmas Pariaman dengan sasaran 635 dengan cakupan
BCG (86,6%),sementara target pencapaian imunisasi BCG adalah (90%)
(Profil Dinas Kota Pariaman 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2011) diwilayah kerja
Puskesmas Sungai Sarik Padang Pariaman yang berjudul Faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG di Desa Buluh Kasok
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Sarik ditemukan 28 orang Ibu yang
mempunyai pengetahuan tinggi terdapat (64,3%) memberikan imunisasi BCG

2
pada bayinya, pengetahuan rendah 26 orang terdapat (61,5%) yang tidak
memberikan imunisasi BCG pada bayinya.
Berdasarkan wawancara dari 10 orang Ibu bayi yang dating berkunjung
kePuskesmas ternyata (80 %) mengaku tidak mengerti tentang pengertian,
tujuan, jenis, manfaat, kontra indikasi, efek pemberian, serta jadwal pemberian
imunisasi BCG, sedangkan (20%) lainnya sudah paham karena membaca di
media masa. Dan dari 10 orang ibu bayi yang datang berkunjung (70%)
bersikap rendah terhadap imunisasi karna takut akan efek samping yang
ditimbulkan oleh pemberian imunisasi serta berbagai pandangan tentang
imunisasi.sedang kan (30%) bersikap tinggi karna memahami penting nya
imunisasi dari tetangga, kader dan dari media massa.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin meneliti Hubungan
pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG di Wilayah
kerja Puskesmas Pariaman tahun 2014.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu: Bagaimanakah Hubungan pengetahuan
dan sikap ibu tentang Pemberian imunisasi BCG di Wilayah kerja Puskesmas
Pariaman tahun 2014?

C. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan


sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG. Adapun sampel dalam penelitian
ini adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-12 bulan. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
secara acak. Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil
karena ada pertimbangan tertentu.

Dalam hal ini sampel peneliti ambil berdasarkan letak desa, yaitu di
pinggir pantai, bagian ujung dan pusat kota. Besar sampel dalam penelitian
peneliti tetapkan sebanyak 15%, dari 653 orang populasi jadi sampel yang

3
di butuhkan sebanyak 98 orang.Metode Penelitian deskriptif adalah suatu
penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat Hubungan tentang suatu
keadaan secara obyektif. Tempat penelitian dilakukan di Wilayah kerja
Puskesmas Pariaman yang akan dilakukan pada bulan Mei2014. Variabel
independen pada penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan
sikapibutentangpemberian imunisasi BCG. Analisa hasil penelitian dilakukan
secara univariat dan bivariat.

D. Hipotesis
Ada Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pemberian
Imunisasi BCG pada bayi usia 0 -12 bulan.

4
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian.
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan pengetahuan dan sikap ibu tentang
Pemberian imunisasi BCG di Wilayah kerja Puskesmas Pariaman tahun
2014.

2. Tujuan Khusus.
a. Diketahuinya distribusi frekuensi Hubungan pengetahuanibu
tentangpemberianimunisasi BCG di Wilayah kerja Puskesmas
Pariaman tahun 2014.

b. Diketahuinya distribusi frekuensi sikap ibu tentang pemberian


imunisasi BCG di Wilayah kerja PuskesmasPariaman tahun 2014.

c. Diketahuinya distribusi frekuensi pemberian imunisasi BCG di


Wilayah kerja Puskesmas Pariaman tahun 2014.

d. Hubunganpengetahuan dengan pemberian imunisasi BCG di Wilayah


kerja Puskesmas Pariaman tahun 2014.

e. Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi BCG di Wilayah kerja


Puskesmas Pariaman tahun 2014.

B. Manfaat Penelitian.
1. Bagi peneliti
Menambah pengetahuan peneliti, wawasan dan pengalaman dalam
melakukan suatu penelitian khususnya yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi dasar.

5
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Puskesmas dalam
menyusun strategi untuk meningkatkan program imunisasi di Wilayah
Kerja PuskesmasPariaman tahun 2014.
3. Bagi insitusi pendidikan
Sebagai sumber referensi pelajaran terutama yang berkaitan dengan
imunisasi BCG.
4. Bagi peneliti lain
Sebagai salah satu bahan perbandingan dalam melakukan penelitian
yang sama.

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi melalui panca
indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang
tidak di dasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo,2007).
Penelitian Rongger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berprilaku baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan,yakni:
a) Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadaridalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
b) Interest,yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c) Evaluation,(menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah baik
lagi.
d) Trial,orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e) Adoption,subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian,dari penelitian selanjutnya rongers


menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap diatas. (Notoatmodjo, 2007).

7
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang
positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari pengetahuan dan
kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


1) Faktor Internal
a. Umur
Umur adalah variabel yang sudah diperhatikan dalam
penyelidikan epidemiologi,yaitu pada angka kesulitan atau kematian
(Notoatmodjo 2003 ). Umur seseorang dapat mengetahui perubahan
selama kehamilan wanita hamil banyak membutuhkan dukungan dari
lingkungan keluarga, suami, untuk meningkatkan dukungan kesehatan
secara optimal.Masing-masing wanita hamil harus dikaji secara teliti,
misalnya perkembangan fisik dan perhatian serta kemampuan untuk
meningkatan pemeriksaan kesehatan Ibu hamil (Depkes RI 2000 ).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan
seseorang secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama
manusia (Notoatmodjo,2003 ).
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka diharapkan
pengetahuan dan keterampilan semakin meningkat.Pendidikan
dianggap memiliki peran penting dalam menentukan kualitas
manusianya, lewat pendidikan manusia dianggap akan memperoleh
pengetahuan, implikasinya, semakin tinggi pendidikan hidup manusia
akan semakin berkualitas (Hurlock,2002).
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari (Notoatmodjo,2003).
Pekerjaan adalah suatu kegiatan seseorang untuk memperoleh
penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

8
2) FaktorEksternal
a. Faktor Lingkungan
Menurut Ann.Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003)
lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
b. Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. Sosial budaya
mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.Seseorang
memperoleh suatu kebudayaan dalam hubunganya dengan orang
lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar
dan memperoleh suatu pengetahuan.

B. Tingkatan Pengetahuan

Tingkatan pengetahuan yang mencakup dalam domain kognitif


menurut (Notoatmojo,2003) terdiri 6 tingkatan yaitu :

a) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah


dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi


yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil.

9
1. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau


objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

2. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan


atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.

3. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau


angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden. Dalam penelitian ini, pengukuran tingkat
pengetahuan yang dilakukan hanya sampai pada tingkat kedua yaitu
memahami.

C. SIKAP
1. Pengertian

ikap adalah suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan


terhadap suatu objek atau suatu cara yang menyatakan adanya tanda
untuk menyenangi objek tersebut. Sikap sering diperoleh dari
pengalaman, baik pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain.
Sikap yang positif terhadap nilai kesehatan tidak selalu terwujud
tindakan nyata (Notoatmodjo, 2003).

10
Sikap bukan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan
predisposisi tindakan perilaku. Sikap ini merupakan reaksi tertutup
seseorang terhadap objek yang dapat meliputi perasaan mendukung
atau memihak (Favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau
menolak (unforable) pada suatu objek (Berkowitz : yang dikutip dari
Azwar, 2000).

2. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari empat tingkatan yaitu :

a) Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b) Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan berarti orang menerima ide
tersebut.
c) Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengadakan atau mendiskusikan
suatu masalah. misalnya: seorang Ibu yang mengajak temannya
mendiskusikan tentang imunisasi BCG merupakan suatu bukti
akseptor tersebut mempunyai sikap positif terhadap imunisasi
BCG.
d) Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah terpilih
dengan segala resiko.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung, Secara langsung dapat dinyatakan dengan
mengemukakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu subjek, sedangkan secara tidak langsung dapat
dengan menggunakan kuesioner (Notoatmodjo, 2003). Sikap yang

11
diteliti pada penelitian ini adalah sikap Ibu tentang pemberian
imunisasi pada anaknya.
Penelitian sikap dilakukan hanya meneliti bagaimana responden
menerima dan merespon terhadap kuesioner yang berhubungan dengan
pemberian imunisasi BCG.
Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Dengan
perkembangan ilmu sosiologi dan psiokologi,maka peneliti akan lebih
menekankan pada pengukuran sikap yang menggunakan skala sikap
yaitu skala likert. Variabel sikap terdiri dari 10 item pertanyaan. Untuk
mengetahui sikap responden, maka digunakan skala Likert yang
pengolahannya memakai skoring dengan nilai skala sebagai berikut ;

1) Sikap Positif adalah jika responden setuju dengan pernyataan


yang diberikan dengan rincian skor sebagai berikut : Sangat
Setuju (SS) = 4, Setuju (S) = 3, Tidak Setuju (TS) = 2, Sangat
Tidak Setuju (STS) = 1.

2) Sikap Negatif adalah jika respon tidak setuju dengan pernyataan


yang diberikan dengan rincian skor sebagai berikut : Sangat
Setuju (SS) = 1, Setuju (S) = 2, Tidak Setuju (TS) = 3, Sangat
Tidak Setuju (STS) = 4.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap


Sikap mempengaruhi proses berfikir, kehendak dan terhadap
perilaku berikutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
(Notoadmojo, 2003) adalah:
a) Pengalaman Pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentuk sikap, pengalaman
pribadi telah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap
akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan hati dan
penghayatan tentang penglaman akan lebih lama berkurang.

12
b) Pengaruh Orang Lain
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita.
Diantaranya orang biasa dianggap penting bagi individu
adalah orang tua, teman sebaya, teman dekat, istri atau suami,
dan lain-lain, dimana individu cenderung minta pendapat dari
orang tersebut.
c) Pengaruh Kebudayaan
Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan
yang memberi corak pengalaman individu tersebut. Hanya
kepribadian yang telah mapan dan kuat yang dapat
memudahkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap
individu.

D. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama


Lembaga pendidikan dan agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap, dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu seperti itu. Ajaran
moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau lembaga agama
seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
E. Faktor Emosional
Bentuk sikap kadang-kadang merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi /
pengalihan bentuk mekanisme pembentukan.

C. Imunisasi

1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi dimaksudkan untuk menimbulkan kemampuan tubuh untuk
menetralisir kuman yang masuk kedalam tubuh, keadaan imun ini bersifat

13
spesifik, artinya zat imun (antibodi) hanya dapat bereaksi terhadap kuman
(antigen) tertentu. (Depkes RI, 2008).
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terpapar
pada antigen yang sama tidak terjadi penyakit (Satgas Imunisasi IDAI,
2005).

Imunisasi juga merupakan reaksi antigen antibodi yang digunakan


dalam mekanisme perlawanan tubuh terhadap suatu penyakit tertentu.
(Depkes RI, 2008).
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-
sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara
kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-
kuman penyakit atau racun yang masuk kedalam tubuh. Kuman termasuk
antigen yang masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan
membuat zat anti yang disebut dengan anti bodi. Pada umumnya, reaksi
pertama tubuh untuk membentuk anti bodi tidak terlalu kuat, karena tubuh
belum mempunyai pengalaman. Pada reaksi ke-2 dan ke-3dan
seterusnya,tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen
tersebut sehingga pembentukan anti bodi terjadi dalam waktu yang lebih
cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada jenis
penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi
atau vaksinasi. Hal ini di maksudkan sebagai tindakan pencegahan agar
tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkenapuntidak
akan menimbulkan akibat yang fatal.

Pada dasarnya ada dua jenis imunisasi yang bekerja dalam tubuh anak
yaitu :

a) Imunisasi aktif

14
Dimana tubuh anak dapat membuat zat antibodi untuk menolak
suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tapi dapat bertahan
lama.
b) Imunisasi pasif
Dimana tubuh anak dapat membuat zat antibodi sendiri tetapi anak
mendapatkannya dari luar tubuh setelah memeperoleh zat penolakan
secara cepat dan bertahan lama atau anak mendapatkan zat antibodi
dari ibunya semasa dalam kandungan. (Depkes RI,2008, Asuhan
Kesehatan Anak dalam konteks Keluarga , Jakarta).

2. Tujuan imunisasi
Adapun tujuan imunisasi yaitu:
a) Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
b) Bila anak terserang penyakit maka,daya tahan anak mampu menahan
serangan, dan kemungkinan tidak jatuh sakit atau hanya sakit ringan.
c) Mencegah terjadinya gejala sisa
d) Mencegah kematian.
(Depkes RI, 2009, Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga,
Jakarta).
a. Imunisasi BCG
a) Pengertian
BCG (Bacille Calmete Guerin) adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycrobacterium Bovis yang dibiakan berulang selama 1-3 tahun
sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tapi masih mempunyai
imunogenitas (Depkes, 2009).
Imunisasi BCG adalah suatu tindakan pemberian kekebalan secara
aktif dengan menyuntikkan vaksin BCG yang merupakan vaksin kuman
yang telah dilemahkan dengan tujuan untuk mencegah timbulnya
penyakit TBC (Tuberculosis) (Poverawati, 2010).
Imunisasi BCG termasuk salah satu dari 5 imunisasi yang
diwajibkan (Hb0, BCG, Polio, DPT, Campak). Ketahanan terhadap
penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tubercel

15
bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki
kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ke dalam tubuh,
alias vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin).
Imunisasi BCG wajib diberikan, seperti diketahui, Indonesia
termasuk negara endemis TB dan salah satu negara dengan penderita TB
tertinggi di dunia. TB disebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis,
dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang
terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas ataupun bersin. Gejalanya
antara lain: berat badan anak susah bertambah, sulitmakan, mudah sakit,
batuk berulang, demam, berkeringat di malam hari, juga diare persisten.
Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TB atau tidak, perlu dilakukan
tes rontgen untuk mengetahui adanya vlek, tes Martoux untuk mendeteksi
peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-
tidak gangguan laju endap darah. Bahkan, dokter pun perlu melakukan
wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak
dengan penderita TB (Iranie, 2009).
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat khusus
TB yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama
pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati
dan sebagian ada yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada
mengobati. Selain menhindarianak berkontak dengan penderita TB, juga
meningkatkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian
imunisasi BCG.
b) Tujuan dan Manfaat imunisasi BCG
Tujuan pemberian imunisasi BCG adalah untuk membuat
kekebalan aktif terhadap penyakit TBC. Dibuat dari bibit penyakit/kuman
hidup yang dilemahkan, ditemukan oleh Calmette Guerin. Manfaatnya
adalah mencegah penyakit TBC yang dapat menyerang terutama paru-
paru, tulang dan selaput otak. Manfaat dari imunisasi BCG yaitu untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit pada Tuberculosis (TBC)
(Agus, 2005).

16
Yang perlu diketahui tentang penyakit TBC diantaranya :
1) Penyebab
2) Penularan
3) Gejala
4) Pengobatan (Ranuh, 2008)

c) Cara pemberian dan dosis imunisasi BCG


Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5
ml),disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertio
musculus deltoideus), dengan menggunakan ADS 0,05 ml. Dosis
pemberian : 0,05 ml sebanyak 1 kali.
d) Efek pemberian imunisasi BCG
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul
pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah
(atau selangkangan bila penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya
akan sembuh sendiri. Setelah disuntik BCG, bayi tidak akan menderita
demam, namun setelah di imunisasi BCG kurang lebih 1 – 2 minggu
akan terjadi pembengkakan kecil merah ditempat penyuntikan,
kemudia pembengkakan menjadi abses kemudian menjadi luka, luka
akan sembuh dengan sendirinya.
e) Usia Pemberian
Dibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan,
disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah
si bayi sudah kemasukan kuman Mycrobacterium tuberculosis atau
belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita
TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera
setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG.
f) Tanda keberhasilan
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan
setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tidak diiringi panas.
Bisul akan sembuh sendiri dan meninggalkan luka parut. Jika bisul tak
muncul, jangan cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang

17
salah, mengingat cara penyuntikan perlu kehlian khusus karena vaksin
harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses
menyuntiknya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha
umumnya lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya
saja dalam kadar rendah. Imunisasi BCG pun tak perlu diulang, karena
di daerah endemis TB, infeksi alamiah akan selalu ada. Dengan kata
lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
g) Kontra indikasi pemberian imunisasi
Anak yang menderita penyakit infeksi seperti morbili, batuk
rejan atau memakai kostikosteroid tidak boleh diberikan vaksin BCG,
juga tak dapat diberikan pada anak berpenyakit TB atau menunjukkan
Mantoux positif.

18
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian adalah deskriptif, maksud penelitian ini pada
pengungkapan suatu keadaan bagaimana adanya. Sesuai dengan apa yang
dikemukakan. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dilakukan
dengan tujuan membuat Hubungan atau deskripsi tentang suatu keadaan
secara obyektif (Notoatmojo, 2007).
Dengan demikian penelitian ini akan mendiskripsikan mengungkapkan
dan menafsirkan data yang berhubungan dengan Hubungan pengetahuan dan
sikap ibu tentang pemberian imunisasi BCG di Wilayah kerja Puskesmas
Pariaman Tahun 2014.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Pariaman pada bulan
April 2014.
C. Populasi danSampel
1. Populasi
Seluruh ibu yang mempunyai bayi yang berumur 0 – 12 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Pariaman yang berjumlah 653 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan wakil dari populasi (Arikunto, 2006).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random
sampling, yaitu teknik pengambilan sampel secara acak atau undian.
Karena ada pertimbangan tertentu. Dalam hal ini sampel peneliti ambil
berdasarkan letak desa, yaitu di pinggir pantai, bagian ujung dan pusat
kota. Besar sampel dalam penelitian peneliti tetapkan sebanyak 15%,
sesuai dengan teori Notoatmodjo bahwa jika populasi lebih dari 100, maka
sebaiknya sampel diambil 10-30%. Jadi besar sampel didapatkan :

15 x total populasi

19
100
15 x 653
100
0,15 x 653 = 97,9 = 98

Adapun kriteria sampel adalah

Kriteria inklusi.
1) Ibu yang dating berkunjung ke Puskesmas Pariaman
2) Mempunyai Bayi usia 0-12 bulan.
3) Bersedia jadi responden.
4) Berada di wilayah kerja Puskesmas Pariaman.

Kriteria eksklusi

1) Menolak menjadi responden


2) Tidak bisa tulis baca

D. Jenis dan Cara pengumpulan data


1. Jenis Data
1) Data Primer dan cara pengumpulannya
Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang diisi
langsung oleh responden (data primer), terdiri dari data
pengetahuandimana responden memberi jawaban yang telah
disediakan sesuai dengan pengetahuan responden.
2) Data Sekunder dan cara pengumpulannya
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas tentang jumlah bayi dan
cakupan imunisasi BCGdanjugastudidokumentasi

20
E. Cara Pengolahan dan Analisa Data
1. Cara Pengolahan Data
a) Pemeriksaan data (editing)
Setelahkuesioner dikembalikan oleh responden dan peneliti
memeriksa kembali sehingga didapatkan kuesioner tersebut telah diisi
dengan lengkap dan benar sesuai dengan panduan yang ditentukan.
c) Pengkodean data (coding)
Memberi kode pada setiap pertanyaan dalam setiap kuesioner
pada variabel pengetahuan.
d) Masukan data (entry data)
Memasukkan data dalam tabel disesuaikan dengan teknik
analisa yang digunakan.
e) Tabulasi (tabulating data)
Setelah semua kesioner diedit dan diberi kode, kemudian data
ditabulasi dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
f) Melakukan teknik analisis (cleaning)
Dilakukan pembersihan data sampai tidak ditemukan lagi
kesalahan dan siap untuk dianalisis.
F. Analisa Data
Dilakukan untuk mengetahui Hubungan distribusi frekuensi variabel
dengan komputerisasi, yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan
kemudiandikelompokkan ke dalam tabel distribusi frekuensi dengan
menggunakan rumus

f
P x100%
n
Ket : P = Persentase
f = Jumlahsemuaitem yang didapat
n = Jumlah seluruh sampel

Pengetahuantinggi : > 50%


Pengetahuanrendah : < 50%

21
BAB V
HASIL DAN PEMBAHSAN

A. Gambaran Umum Penelitian


1. Kondisi Fisik Geografis

Puskesmas Pariaman merupakan salah dari 6 Puskesmas yang ada


diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Pariaman Luas wilayah Kerja
Puskesmas Pariaman adalah 38,85 Km2. Jumlah penduduk ± 27.899 jiwa.
Jumlah tenaga medis yang terdapat di puskesmas ini adalah 29 orang yang
terdiri dari tenaga dokter 2 orang, tenaga perawat 4 orang, tenaga bidan 14
orang, dan 1 orang perawat gigi, 8 orang lagi merupakan tenaga honor di
Puskesmas Pariaman. Pada umumnya seluruh wilayah kerja dapat
terjangkau dengan alat transportasi roda dua dan roda empat.
Secara geografis wilayah Puskesmas Pariaman dengan batas –
batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kabupaten Padang Pariaman
b. Sebelah Selatan Berbatasan Dengan Kabupaten Padang Pariaman.
c. Sebelah Timur Berbatasan Dengan Wilayah Kerja Puskesmas
Padusunan.
d. Sebelah Barat Berbatasan Dengan Samutra Hindia.

2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 98
Responden mengenai “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Pemberian Imunisasi BCG Di Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun
2014” dapat dilihat sebagai berikut:

22
B. Analisa Univariat
1. Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi BCG
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Pemberian Imunisasi
BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun 2014

No Pengetahuan Ibu Frekuensi %


1. Rendah 67 68,4
2. Tinggi 31 31,6
Total 98 100
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 98 responden
terdapat 67 responden (68,4%) yang pada umum nya memiliki
pengetahuan rendah.

2. Sikap Ibu
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Sikap Ibu tentang Pemberian Imunisasi BCG di
Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun 2014

No Pengetahuan Ibu Frekuensi %

1. Rendah 46 46,9

2. Tinggi 52 53,1

Total 98 100

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 98 responden


terdapat 52 responden (53,1%) yang pada umum nya memiliki sikap
tinggi.

23
3. Pemberian Imunisasi BCG
Tabel 5.3
Distribusi Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Kerja Puskesmas
Pariaman Tahun 2014

No Pemberian Imunisasi BCG Frekuensi %

1. Tidak diberikan 55 56,1

2. Diberikan 43 43,9

Total 98 100

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 98 responden


terdapat 55 responden (56,1%) yang diberikan imunisasi BCG.

C. Analisis Bivariat
1. Hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG
Tabel 5.4
Diketahui hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi
dasar BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun 2014

Pemberian Imunisasi OR
Total
BCG
Pengetahuan Tidak P
Ibu Diberi
diberi N %
N % N %

Rendah 46 68,7 21 31,3 67 100


5,354
Tinggi 9 29 22 71 31 100 0,001
(2,109-13,593)
Total 55 56,1 43 43,9 98 100
Hasil analisis tabel 5.4 tentang hubungan pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi BCG diperoleh bahwa ada sebanyak 46 (68,7%) ibu
yang berpengetahuan rendah tidak memberikan iunisasi BCG. Sedangkan
diantara ibu yang berpengetahuan tinggi ada 9 (29%) ibu yang tidak
memberikan imunisasi BCG.

24
Hasil uji statistic di peroleh nilai p=0,001, maka dapat di
simpulkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan ibu dengan
pemberian imunisasi BCG. Hasil ini juga di dukung oleh nilai OR = 5,324
artinya responden yang memiliki pengetahuan rendah mempunyai peluang
5,324 kali tidak memberikan imunisasi BCG dibanding ibu yang
berpengetahuan tinggi.

2. Hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi BCG


Tabel 5.5
Diketahui hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar
BCG di Wilayah Kerja Puskesmas Pariaman Tahun 2014

Pemberian Imunisasi OR
Total
BCG

Sikap Ibu Tidak p


Diberi
diberi N %
n % n %

Negatif 38 82,6 8 17,4 46 100


9,779
Positif 17 32,7 35 67,3 52 100 0,000
(3,573-25,480)
Total 55 56,1 43 43,9 98 100

Hasil analisis tabel 5.5 tentang hubungan sikap ibu dengan


pemberian imunisasi BCG diperoleh bahwa ada sebanyak 38 (82,6) ibu
yang berpengetahuan rendah tidak memberikan imunisasi BCG.Sedangkan
diantara ibu yang berpengetahuan tinggi, ada 17 (32,7%) ibu yang tidak
memberikan imunisasi BCG.
Hasil uji statistic di peroleh nilai p=0,000, maka dapat di
simpulkan ada hubungan bermakna antara sikap ibu dengan pemberian
imunisasi BCG. Hasil ini juga di dukung oleh nilai OR = 9,779 artinya
responden yang memiliki sikapnegatif mempunyai peluang 9,779 kali
tidak memberikan imunisasi BCG dibanding ibu yang memiliki sikap
positif.

25
D. Pembahasan Analisis Univariat
1. Pengetahuan Ibu
Dari hasil penelitian terhadap 98 responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Pariaman menunjukkan bahwa terdapat67 responden (68,4%)
yang memiliki pengetahuan rendah, sedangkan 31 responden (31,6%)
yang memiliki pengetahuan tinggi.
Pengetahuan adalah hasil tahu, ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu.Penginderaan terjadi melalui
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2011) diwilayah kerja
Puskesmas Sungai Sarik Padang Pariaman yang berjudul Faktor - faktor
yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG di Desa Buluh
Kasok Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Sarik ditemukan 28 orangIbu
yang mempunyai pengetahuan tinggi terdapat (64,3%) memberikan
imunisasi BCG pada bayinya, pengetahuan rendah 26 orang terdapat
(61,5%) yang tidak memberikan imunisasi BCG pada bayinya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bahsein (2008) yang
berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi
BCG di puskesmas samtalira bayu aceh, dari 22 responden yang
berpengetahuan baik, terdapat 17 responden (76%) memberikan imunisasi
BCG.Dari 34 responden yang berpengetahuan kurang terdapat 26
responden (76%) yang ada memberikan imunisasi.
Menurut analisis peneliti tentang pengetahuan ibu terhadap
pemberian imunisasi BCG rendah di sebabkan oleh kurangnya promosi
kesehatan tentang pentingnya imunisasi dan manfaat dari pemberian
imunisasi terhadap bayi oleh tenaga kesehatan.serta berbagai pandangan
tentang pemberian imunisasi BCG itu sendiri, Kemudian sebagian dari ibu
lebih mementingkan pekerjaannya di rumah dari pada membawa anaknya
ke posyandu.

26
2. Sikap Ibu terhadap Pemberian Imunisasi Dasar
Dari hasil penelitian terhadap 98 responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Pariaman menunjukkan bahwa terdapat 52 responden (53,1%)
yang memiliki sikap positif, sedangkan 46 responden (46,9%) yang
memiliki sikap negatif.
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek manifestasi sikap tersebut
tidak langsung dapat di lihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari prilaku yang tertutup (Notoatmojo,2003).
Sikap menggambarkan suka atau tidaknya seseorang terhadap
objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai–nilai kesehatan
tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata (Notoatmojo, 2003).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Denita (2012) yang
berjudul Gambaran pengetahuan ibu tentang imunisasi BCG di wilayah
kerja puskesmas sikapak ditemukan 28,6% memiliki pengetahuan rendah
tentang imunisasi BCG dan 71,4% memiliki pengetahuan tinggi tentang
imunisasi BCG,68,4% memberikan imunisasi BCG,dan 31,6% tidak
memberikan imunisasi BCG.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh abbas (2011) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian imunisasi BCG di
puskesmas sungai piring, Dari 74 responden yang bersikap positif terdapat
57 responden (77%) yang ada memberikan imunisasi. Dari 22 responden
yang bersikap negaif terdapat 15 responden (68%) yang ada memberikan
imunisasi.
Menurut analisis peneliti sikap ibu yang negatif terhadap
pemberian imunisasi di karenakan ibu kurang mendapatkan informasi
tentang manfaat dari pemberian imunisasi dasar sehingga pengetahuan ibu
menjadi rendah dan sikap ibu menjadi negatif.Sikap yang negatif tersebut
juga disebabkan kurangnya dorongan dari keluarga dan kader untuk ikut

27
posyandu.Untuk itu tenaga kesehatan dapat melakukan penyuluhan
tentang imunisasi, sehingga ibu-ibu terdorong untuk membawa anaknya ke
posyandu.Ibu–ibu yang bersikap positif terhadap pemberian imunisasi
pada bayinya dikarenakan mereka sudah memahami pentingnya manfaat
imunisasi.Sikap seorang ibu terhadap imunisasi sangat berpengaruh
terhadap kelengkapan imunisasi bayi.

3. Pemberian Imunisasi BCG


Dari hasil penelitian terhadap 98 responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Pariamanmenunjukkan terdapat 55 responden (56,1%) yang
diberikan imunisasi BCG, sedangkan 43 responden (43,9%) yang tidak
diberikan Imunisasi BCG.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine) yaitu untuk pemberian
kekebalan aktif terhadap tuberkulosa. Imunisasi BCG tidak menyebabkan
reaksi yang bersifat umum seperti demam 1-2 minggu kemudian akan
timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikanyang berubah menjadi
pustula, kemudian peah menjadi luka.luka tidak perlu pengobatan, akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.( depkes RI 2005 :9-
16)
Dari hasil penelitian Virna (2007) tentang pemberian imunisasi
BCG dari 57 responden, lebih dari separoh (89,5%) telah memberikan
imunisasi BCG kepada bayinya. Kemudian hasil penelitian dwiastuti
(2013) tentang pemberian imunisasi BCG lebih dari separoh (53,5%) yang
tidak memberikan imunisasi BCG.
Menurut analis peneliti ibu-ibu yang tidak memberikan imunisasi
BCG kepada bayinya di sebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu
tentang manfaat imunisasi BCG dan ibu tidak mengikuti jadwal pemberian
imunisasi BCG. Kemudian ibu juga tidak mau melihat anaknya di suntik,
karena takut akan reaksi dari obat tersebut dan takut melihat anaknya
kesakitan.Sedangkan ibu yangmemberikan imunisasi kepada bayinya
disebabkan karna ibu memahami penting nya imunisasi dan ibu juga
mendapatkan informasi penyuluhan dari nakes serta kader.

28
E. Pembahasan Analisis Bivariat
1. Hubungan Pengetahuan ibu dengan Pemberian Imunisasi BCG

Dalam analisis hubungan pengetahuan ibu dengan pemberian


imunisasi BCG diperoleh dari 67 responden yang memiliki pengetahuan
rendah terdapat 46 responden (68,7%) yang tidak memberikan imunisasi
BCG. Sedangkan dari 31 responden yang memiliki pengetahuan tinggi
terdapat 22 responden (71%) yang memberikan imunisasi BCG. Hasil uji
statistic di peroleh nilai p=0,001, maka dapat di simpulkan ada hubungan
bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG. Hasil
ini juga di dukung oleh nilai OR = 5,324 artinya responden yang memiliki
pengetahuan rendah mempunyai peluang 5,324 kali tidak memberikan
imunisasi BCG.
Pengetahuan adalah hasil tahu ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba, sebagian besar
pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,
2005 p:3).Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerine) yaitu untuk
pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa
Dari hasil penelitian Dari hasil penelitian Virna (2007) tentang
hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG tidak
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan imunisasi
BCG.Karena ibu mengerti tentang manfaat pemberian imunisasi
BCG.Kemudian hasil penelitian dwiastuti (2013) tentang hubungan
pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi BCG mempunyai hubungan
yang bermakna dengan p=0,0005
Menurut analisis peneliti ibu yang memiliki pengetahuan rendah
cendrung tidak memberikan imunisasi BCG kepada bayinya dikarenakan
kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat dan efek samping dari
pemberian imunisasi BCG. Sedangkan ibu yang berpengetahuan tinggi
cenderung memberikan imunisasi BCG disebabkan karna ibu memahami
pentingnya manfaat imunisasi untuk bayinya.

29
2. Hubungan Sikap Ibu dengan Pemberian Imunisasi BCG
Dalam analisis hubungan sikap ibu dengan pemberian imunisasi
BCG diperoleh dari 46 responden yang memiliki sikap negatif terdapat 38
responden (82,6%) yang tidak memberikan imunisasi BCG. Sedangkan
dari 52 responden yang memiliki pengetahuan positif terdapat 35
responden (67,3%) yang memberikan imunisasi BCG. Hasil uji statistic di
peroleh nilai p=0,000, maka dapat di simpulkan ada hubungan bermakna
antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi BCG. Hasil ini juga di
dukung oleh nilai OR = 9,779 artinya responden yang memiliki sikap
negatif mempunyai peluang 9,779 kali tidak memberikan imunisasi BCG.
Sikap merupakan suatu reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek manifestasi sikap tersebut
tidak langsung dapat di lihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari prilaku yang tertutup (Notoadmojo,2003). Imunisasi BCG (Bacillus
Calmette Guerine) yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberkulosa.
Dari hasil penelitian Arvitarius (2012) tentang hubungan sikap ibu
dengan pemberian imunisasi dasar mempunyai hubungan yang bermakna
yaitu nilai p=0,0005.
Menurut analisis peneliti ibu balita yang mempunyai sikap negatif
lebih cendrung tidak memberikan imunisasi BCG kepada bayinya
disebabkan ibu takut melihat bayinya kesakitan dan efek yang dapat di
timbulkan setelah melakukan imunisasi. sedangkan ibu yang mempunyai
sikap positif cenderung memberikan imunisasi BCG karna ibu tahu
manfaat dari imunisasi dari kader,tetangga,dan media massa serta efek nya
bagi balita.

30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada 98 responden di wilayah kerja
puskesmas pariaman, maka dapat di simpulkan :
1. Lebih dari separoh responden (68,4%) memiliki pengetahuan rendah
2. Lebih dari separoh responden (53,1%) memiliki sikap tinggi
3. Lebih dari separoh responden (56,1%) tidak memberikan imunisasi BCG
4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan pemberian
imunisasi BCG (p=0,001 dan OR=5,534)
5. Ada hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian
imunisasi BCG (p=0,000 dan OR=9,779)
B. Saran
1. Tempat Penelitian
Diharapkan agar tempat penelitian lebih meningkatkan lagi
promosi kesehatan terutama tentang pemberian imunisasi BCG dan Bidan
desa (petugas posyandu) agar lebih intensif lagi menyampaikan informasi
ke masyarakat mengenai penting nya imunisasi BCG pada bayi.
2. Responden
Diharapkan agar responden selalu ikut dalam kegitan posyandu
sehingga tahu tentang pentingnya pemberian imunisasi dasar dan jadwal
pemberian imunisasi.

3. Peneliti berikutnya
Diharapkan peneliti dapat melakukan penelitian dengan variabel
yang berbeda. Serta dapat memotivasi untuk melakukan penelitian yang
lebih baik dan memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat,
bahan evaluasi terhadap kegiatan perkuliahan yang telah dilakukan
sehingga akan bermanfaat untuk pengembangan pendidikan selanjutnya
dan dapat dijadikan referensi penelitian lebih lanjut dalam bidang yang
sama.

31

Anda mungkin juga menyukai

  • Kti Bab Ii
    Kti Bab Ii
    Dokumen43 halaman
    Kti Bab Ii
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB II - Cha
    BAB II - Cha
    Dokumen21 halaman
    BAB II - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Hrthyt
    Hrthyt
    Dokumen43 halaman
    Hrthyt
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Dokumen6 halaman
    Kuesioner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar& DFTR Isi
    Kata Pengantar& DFTR Isi
    Dokumen5 halaman
    Kata Pengantar& DFTR Isi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB II - Cha
    BAB II - Cha
    Dokumen21 halaman
    BAB II - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB IV - Cha
    BAB IV - Cha
    Dokumen5 halaman
    BAB IV - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Dokumen2 halaman
    Pernyataan Persetujuan Dan Pengesahan Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Jgty
    Jgty
    Dokumen5 halaman
    Jgty
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Icha
    Bab Vii Icha
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab Vii Icha
    Bab Vii Icha
    Dokumen3 halaman
    Bab Vii Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab III
    Bab III
    Dokumen10 halaman
    Bab III
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Icha
    Daftar Isi Icha
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi Icha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • BAB IV - Cha
    BAB IV - Cha
    Dokumen5 halaman
    BAB IV - Cha
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Dukungan TP PKK
    Dukungan TP PKK
    Dokumen23 halaman
    Dukungan TP PKK
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kuesioner Penelitian
    Kuesioner Penelitian
    Dokumen5 halaman
    Kuesioner Penelitian
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • FVSSSSSSSFV
    FVSSSSSSSFV
    Dokumen5 halaman
    FVSSSSSSSFV
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • MKLG
    MKLG
    Dokumen43 halaman
    MKLG
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • SCDSF
    SCDSF
    Dokumen2 halaman
    SCDSF
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen47 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen4 halaman
    Kata Pengantar
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen1 halaman
    Abs Trak
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kuisoner
    Kuisoner
    Dokumen11 halaman
    Kuisoner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Kui Soner
    Kui Soner
    Dokumen11 halaman
    Kui Soner
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen40 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • MKLG
    MKLG
    Dokumen43 halaman
    MKLG
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat
  • Bab I-Vi
    Bab I-Vi
    Dokumen40 halaman
    Bab I-Vi
    Tyan Caery Que
    Belum ada peringkat